cover
Contact Name
Alfian Rokhmansyah
Contact Email
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Phone
+6285385388335
Journal Mail Official
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75123
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 25497715     EISSN : 25497715     DOI : -
Jurnal Ilmu Budaya (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya) merupakan jurnal yang dikelola oleh Fakultas Ilmu Budaya sebagai media publikasi ilmiah hasil penelitian dalam bidang bahasa, sastra, seni, dan budaya, termasuk pengajarannya. Terbit sebanyak empat kali setahun, yaitu pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober, dan diterbitkan hanya dalam format elektronik.
Arjuna Subject : -
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022" : 22 Documents clear
BANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG DAN SUNDARA KANDA Aulia Agustini; Dahri Dahlan; Irma Surayya Hanum
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5276

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini menggunakan objek cerita rakyat Lutung Kasarung dan Sundara Kanda. Kedua cerita tersebut merupakan dua kisah yang berasal dari budaya Sunda dan India. Penggunaan objek yang memiliki budaya yang berbeda dapat memberikan hasil penelitian yang luas dalam perihal nilai budaya yang tergambar di dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan mendeksripsikan fakta cerita, nilai budaya, persamaan dan perbedaan nilai budaya di dalam cerita rakyat Lutung Kasarung dan Sundara Kanda. Data dan sumber data didapatkan dari buku cerita rakyat Lutung Kasarung dan Kitab Ramayana. Data penelitian dikumpulkan dengan cara membaca, dan mencatat kata atau  kalimat. Data  dianalisis dengan teknik reduksi, penyajian data dan simpulan. Digunakan pula teknik analisis hermeneutika Hasan Hanafi untuk menafsirkan data secara khusus dan rinci. Hasil dari bandingan yang dilakukan ditemukan keterkaitan kedua cerita rakyat berdasarkan nilai budaya. Nilai budaya yang didapat adalah berdasarkan nilai kerohanian yang berdasarkan dharma ajaran agama Hindu. Kedua cerita rakyat memiliki tema dan motif cerita yang sama. Sehingga, menimbulkan kemiripan fakta cerita dan juga kemiripan nilai budaya. Nilai budaya yang didapatkan, yakni (1) hubungan manusia dengan Tuhan, (2) hubungan manusia dengan makhluk lainnya, dan (3) hubungan manusia dengan alam. Perbandingan nilai budaya tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan nilai yang tidak berubah terhadap objek. Sehingga dari ketiga varian nilai budaya yang ada didapatkan perbedaan nilai budaya. Berdasarkan  bandingan nilai budaya cerita rakyat  Luntung Kasarung dan Cerita Rakyat Sundara Kanda maka ditemukan bahwa nilai budaya sunda dan india memiliki kemiripan.Kata kunci: bandingan, cerita rakyat luntung kasarung, cerita rakyat sundara kanda,  nilai budaya ABSTRACTThis research uses the object is folklore of Lutung Kasarung and Sundara Kanda. The two folklores are two stories originating from Sundanese and Indian. The use of objects that have different cultures can provide broad research results regarding cultural values depicted in literary works. This research  aims to describe the facts of the story, cultural values, similarities and differences in cultural values in the folklore of Lutung Kasarung and Sundara Kanda. Data and data sources were obtained from the folklore book of Lutung Kasarung and Ramayana Book. The research data were collected by reading and recording words or sentences. Data were analyzed using reduction techniques, data presentation and conclusions. Hasan Hanafi's hermeneutic analysis technique is also used to interpret the data specifically and in detail. The results of the comparisons were found to be related to the two folklores based on cultural values. The cultural values obtained are based on spiritual values based on the dharma teachings of Hinduism. Both folklores have the same theme and story motif. Thus, it raises similarities in story facts and also similarities in cultural values. The cultural values obtained are (1) human relations with god, (2) human relations with other creatures, and (3) human relations with nature. The comparison of cultural values is made based on the provisions of the unchanging value of the object. So that from the three variants of existing cultural values, there are differences in cultural values. Based on the comparison of the cultural values of the Luntung Kasarugn folklore and the Sundara Kanda folklore, it is found that the cultural values of Sundanese and Indian are similar.Keywords: comparison, lutung kasarung folklore, sundara kanda folklore, cultural values
EUPHEMISM EXPRESSED BY THE CHARACTERS OF SHAKESPEARE IN LOVE MOVIE SCRIPT Sutiwi Indriani Candra; M. Bahri Arifin; Chris Asanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5097

Abstract

ABSTRACT This study is focused on the euphemism used by the characters in Shakespeare in Love movie. The movie tells about the story around fictional character of an infamous man during the era of English development, William Shakespeare. The plot revolves around the making of William’s popular drama Romeo and Juliet, his love affairs, friendship and the life in Elizabethan era. By using qualitative method, this study aimed to answer the following questions. The first question is which types of euphemism are found from Shakespeare in Love movie script and the second research question is what functions of euphemism are applied in the data found from Shakespeare in Love movie script. The result of the analysis using Warren’s model of euphemism theory showed that there were six types euphemism expressed by the characters and they were implication, metonym, particularization, rhyming slang, onomatopoeia and metaphor. The result of the second question using Burridge’s functions of euphemism theory showed that the characters used five out of six functions of euphemism. They were protective euphemism, cohesive euphemism, ludic euphemism, provocative euphemism and underhand euphemism. The type of euphemism preferred by the characters was implication while the function of euphemism mainly used was protective euphemism. The data found were from ten characters whom each one had different kind of social background and class. It became a big revelation that euphemism was not majorly used by well-educated people but also by the commoners. Key words: Euphemism, Shakespeare in Love  ABSTRAK Fokus dari penelitian ini adalah menemukan euphemism yang digunakan oleh karakter-karakter dalam naskah film Shakspeare in Love. Film tersebut menceritakan tentang figur seseorang yang sangat berjasa dalam masa perkembangan bahasa Inggris yaitu William Shakespeare. Alur cerita dari naskah film tersebut berputar sekitar pembuatan naskah drama terkenal karya William Shakespeare yang berjudul Romeo and Juliet, kisah cintanya, persahabatan dan kehidupan di era Elizabethan. Dengan menggunakan metode kualitatif,  penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah tipe euphemism manakah yang dapat ditemukan dalam naskah film Shakespeare in Love dan pertanyaan kedua adalah fungsi euphemism manakah yang teraplikasi dalam data yang ditemukan. Hasil dari analisa dengan menerapkan teori model euphemism oleh Warren menunjukkan bahwa ada enam tipe euphemism yang digunakan oleh karakter-karakter dalam film. Tipe euphemism yang digunakan adalah implikasi, metonim, partikularisasi, slang berima, onomatopoeia dan metafora. Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan kedua menggunakan teori fungsi dari euphemism oleh Burridge menunjukkan bahwa ada lima dari enam fungsi euphemism yang digunakan oleh karakter dalam naskah film Shakespeare in Love. Lima fingsi euphemism yang digunakan adalah protective euphemism, cohesive euphemism, ludic euphemism, provocative euphemism dan underhand euphemism. Tipe euphemism yang sering gunakan adalah implikasi sedangkan fungsi euphemism yang sering teraplikasi adalah protective euphemism. Data ditemukan berasal dari sepuluh karakter yang mempunyai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebuah penemuan besar dari penelitian ini adalah bawha euphemism tidak hanya berlaku dan digunakan oleh orang-orang yang berasal dari latar belakang berpendidikan namun juga orang – orang yang berasal dari kelas sosial kebawah. Kata kunci: Euphemism, Shakespeare in Love
TRANSENDENSI TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL FATAMORGANA DI SEGITIGA EMAS KARYA SURYATINI N. GANIE: KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALIS Sartika, Mira; Hanum, Irma Surayya; Sari, Norma Atika
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5430

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini mengangkat isu tentang kehidupan perempuan dalam sebuah novel. Novel yang ditulis oleh Suryatini N. Ganie yang berjudul Fatamorgana di Segitiga Emas menceritakan bagaimana perjuangan tokoh utama untuk memenuhi eksisitensi hidupnya. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mendeskripsikan fakta cerita dan (2) untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk transendensi pada tokoh Neneng dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas dengan menggunakan kajian feminisme eksistensialis. kemudian pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Data dan sumber data dalam penelitian ini data yang berupa kutipan kata,frasa, dan kalimat. lalu untuk sumber datanya  novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie dengan tebal 104 halaman diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Yogyakarta pada tahun 2011. Untuk teknik pengumpulan datanya yaitu dengan penelitian kepustakaan dengan cara  membaca, mengidentifikasi dan mencatat. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode pembacaan dekontruksi.Dalam menganalisis novel tersebut menggunakan pendekatan fakta cerita dan feminisme eksistensialis. Alur dalam penelitian ini merupakan alur campuran di awal sampai akhir cerita. Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam penelitian ini ada Neneng sebagai tokoh utama. kemudian latar tempat yang ada menceritakan kehidupan di Desa Ampegan dan kota Jakarta. Adapun transendensi tokoh utama perempuan yang terdiri menjadi empat bagian yaitu, perempuan dapat bekerja, perempuan dapat menjadi seorang intelektual, perempuan dapat mencapai transformasi sosial masyarakat, dan perempuan dapat menolak ke-liyanan.Kata Kunci: Fatamorgana di Segitiga Emas, feminisme eksistensialis, novel, transendensi, tokoh utama.         ABSTRACTThis research raises the issue of women's lives in a novel. The novel written by Suryatini N. Ganie, entitled Fatamorgana in the Golden Triangle, tells how the main character struggles to fulfill his life's existence. The objectives of this study were (1) to describe the facts of the story and (2) to describe the forms of transcendence of the Neneng character in the novel Fatamorgana in the golden Triangle by Suryatini N. Ganie of existentialist feminism. then the research approach chosen is a qualitative descriptive approach. Data and data sources in this research are data in the form of quotations of words, phrases and sentences. Then for the data source, the novel Fatamorgana in the golden Triangle by Suryatini N. Ganie with a thickness of 104 pages was published by PT Gramedia Pustaka Utama in Yogyakarta in 2011. For data collection techniques, namely literature research by reading, identifying and taking notes. The data analysis technique used is the deconstruction reading method. In analyzing the novel, it uses the approach of story facts and existentialist feminism. The plot in this research is a mixed plot at the beginning to the end of the story. The characters and characterizations contained in this research are Neneng as the main character. then the setting tells the story of life in the village of Ampegan and the city of Jakarta. The transcendence of the main female character which consists of four parts, namely, women can work, women can become intellectuals, women can achieve social transformation of society, and women can reject faith.Keywords: Fatamorgana in the Golden Triangle, existentialist feminism, novel, transcendence, main character.
THE SHADOW ARCHETYPE OF EMIL SINCLAIR’S CHARACTER IN DEMIAN NOVEL BY HERMANN HESSE Nurhayati, Dewi; Kuncara, Singgih Daru; Astuti, Anjar Dwi
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5308

Abstract

ABSTRACTThis research analyzed a literary work entitled Demian, written by Hermann Hesse. This research conducted to discover the Shadow Archetype of Emil Sinclair, the main character in the novel. This research used the theory of Individuation Process by Carl Jung. This research conducted with qualitative research as the research design and used Psychological Approach. The result of this study were six shadows found. The shadows were the lie of Emil, the stealing committed by Emil, he doubted Bible, he drifted away from Christianity, Emil’s new lifestyle with Alfons Beck, and when he missed his old self.  Every shadow is triggered by different causes.Keywords: shadow archetype, individuation process, psychological approach. ABSTRAKPenelitian ini menganalisis sebuah karya sastra berjudul Demian yang ditulis oleh Hermann Hesse. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Arketipe Shadow Emil Sinclair, tokoh utama dalam novel ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Proses Individuasi oleh Carl Jung. Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif sebagai desain penelitian dan menggunakan Pendekatan Psikologi. Hasil dari penelitian ini ditemukan enam shadow. Shadow adalah kebohongan Emil, pencurian yang dilakukan oleh Emil, dia meragukan Alkitab, dia menjauh dari agam Kristen, gaya hidup baru Emil dengan Alfons Beck, dan ketika dia merindukan dirinya yang dulu. Setiap bayangan dipicu oleh sebab yang berbeda.Kata kunci: arketipe shadow, proses individuasi, pendekatan psikologi
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PIDATO JURU BICARA COVID-19 DOKTER A. YURIANTO (KAJIAN PRAGMATIK) Munawaroh, Fatihatul; Hanum, Irma Surayya; Wahyuni, Ian
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5281

Abstract

ABSTRAKKondisi dunia belakangan ini sangat mengkhawatirkan karena terjadinya wabah virus yang disebut sebagai Corona Virus 19 yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebagai pandemi dunia. Presiden Indonesia pun dalam Kepres Nomor 12 Tahun 2020 menetapkan bencana non-alam covid-19 sebagai bencana nasional dan membentuk tim garda terdepan yang disebut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 serta menunjuk dr. A. Yurianto sebagai juru bicara covid-19 untuk melaporkan kepada masyarakat tentang perkembangan covid-19. Penelitian ini menggunakan kajian pragmatik yang berfokus pada tindak tutur ilokusi untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tutur ilokusi dalam pidato juru bicara covid-19 dr. A. Yurianto. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tuturan pidato juru bicara covid-19 dr. A. Yurianto.  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan metode padan ekstralingual untuk menganalisis tuturan berdasarkan konteks yang bermakna informasi, saran, himbauan dan perintah. Hasil dari penelitian yaitu ditemukan 3 bentuk tindak tutur ilokusi yaitu asertif, direktif dan ekspresif serta 3 fungsi tindak tutur ilokusi yaitu kompetitif, konvivial dan kolaboratif. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam pidato dr. A. Yurianto sangat mengedukasi namun tidak terlalu memengaruhi kehidupan masyarakat karena fakta data kasus positif covid-19 semakin bertambah disebabkan oleh atensi/perhatian Pemerintah tidak merata disebabkan wilayah Indonesia yang luas dan masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan.Kata Kunci: covid-19, pidato dr. A. Yurianto, tindak tutur ilokusi ABSTRACTRecent world conditions are very worrying due to the occurrence of a virus known as Corona 19 Virus which has been established by the World Health Organization (WHO) as a world pandemic. The President of Indonesia, in Presidential Decree No. 12/2020, declared the non-natural disaster covid-19 a national disaster and formed a front line team called the Task Force for the Acceleration of Covid-19 Handling and appointed dr. A. Yurianto as a spokesman for Covid-19 to report to the public about the development of Covid-19. This study uses a pragmatic study that focuses on illocutionary speech acts to describe the form of illocutionary speech acts and the function of illocutionary speech acts in the speech of the spokesperson for Covid-19, dr. A. Yurianto. The method uses is descriptive qualitative with the type of library research. The data used in this study were the speech of the Covid-19 spokesman, dr. A. Yurianto. The data collection technique used was the free listening technique and the technique of taking notes. The data analysis technique uses the extralingual equivalent method to analyze context-based speech which means information, suggestions, appeals and instructions. The results of the research are found 3 forms of illocutionary speech acts, namely assertive, directive and expressive and 3 functions of illocutionary speech acts, namely competitive, convivial and collaborative. The conclusion in this study is the form and function of illocutionary speech acts contained in dr. A. Yurianto is very educational but does not really affect people's lives due to the fact that the data on positive cases of Covid-19 is increasing due to the uneven attention of the Government due to Indonesia's vast territory and people who do not comply with health protocols.Keywords: covid-19, speech of dr. A. Yurianto, illocutionary speech acts
PANDANGAN DUNIA DALAM MERAH PUTIH DI LANGIT SANGA-SANGA KARYA DJUMRI OBENG: KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK Wahyuliansyah, Fitra; Dahlan, Dahri; Purwanti, Purwanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5266

Abstract

ABSTRAK Merah Putih di Langit Sanga-Sanga yang diterbitkan tahun 1995 oleh penerbit Puspa Swara adalah roman yang berlatarkan peristiwa sejarah, yakni peristiwa yang dikenal Peristiwa Merah Putih. Peristiwa Merah Putih merupakan peristiwa konfrontasi antara tentara BPRI (Barisan Pembela Republik Indonesia) dengan tentara KNIL (Koninklijke Netherlands Indische Leger) Belanda di Sanga-Sanga, Kalimantan Timur pada tahun 1947. Penelitian ini membahas Merah Putih di Langit Sanga-Sanga secara struktural menggunakan kajian strukturalisme genetik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan struktur yang ada dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, (2) mendeskripsikan pandangan dunia pengarang dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, dan (3) mendeskripsikan konteks struktur sosial yang melatar-belakangi Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang sumber datanya merupakan teks dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. Pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Dari hasil analisis tersebut maka dapat terlihat struktur, pandangan dunia pengarang, dan konteks struktur sosial yang melatar-belakangi Merah Putih di Langit Sanga-Sanga.Kata kunci: strukturalisme, strukturalisme genetik, pandangan dunia, Sanga-Sanga, Djumri Obeng ABSTRACT Merah Putih di Langit Sanga-Sanga is a romance are based upon historical event known as Peristiwa Merah Putih, and published in 1995 by Puspa Swara. Peristiwa Merah Putih was an event of confrontation between BPRI soldiers and Dutch KNIL soldiers in Sanga-Sanga, East Kalimantan in 1947. This research discusses Merah Putih di Langit Sanga-Sanga using genetic structuralism. This research aims to (1) describe the structures in Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, (2) describe the author’s worldview in Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, and (3) describe what kind of social structure background of Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. This research is descriptive qualitative studies by sourcing Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. The data collection is using reading and note-taking techniques. Then, the collected data were analyzed by using Lucien Goldmann’s genetic structuralism theory. From the results can know the structure, author’s worldview, and social structure background of Merah Putih di Langit Sanga-Sanga.Keywords: structuralism, genetic structuralism, worldview, Sanga-Sanga, Djumri Obeng
CHILDREN’S OPPRESSION TOWARD ENDER FROM ENDER’S GAME NOVEL Sofyan, Fitria; Kuncara, Singgih Daru; Asanti, Chris
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5505

Abstract

ABSTRACT This study is focused on the children’s oppression experienced by Ender as the main character in a novel entitled Ender’s Game. The novel tells about a child who was training under an army to fight aliens. The research question of this study is what types of oppression that Ender has to experience as portrayed in Ender’s Game novel using Young’s five faces of oppression theory. Under the paradigm of qualitative research design, the findings are descriptively explained. The result of the analysis using Young’s theory showed that Ender experienced three types of oppression. In the total of nine data found, they were classified under violence, cultural imperialism, and powerlessness. Four data found were under violence, three data belonged under cultural imperialism, and two data classified under powerlessness. Lastly, based on the findings, it can be concluded that novel as part of literary work can also function as a reminder and a tool to improve awareness to society about the issues that are still happening. Key words: oppressor, oppression, Ender’s Game novel  ABSTRAK Kajian ini difokuskan pada penindasan anak-anak yang dialami oleh Ender sebagai tokoh utama dalam novel berjudul Ender's Game. Novel tersebut menceritakan tentang seorang anak yang sedang berlatih di bawah pasukan untuk melawan alien. Pertanyaan penelitian dari studi ini adalah jenis penindasan apa yang harus dialami Ender seperti yang digambarkan dalam novel Ender's Game menggunakan teori lima wajah penindasan Young. Di bawah paradigma desain penelitian kualitatif, temuan dijelaskan secara deskriptif. Hasil analisis menggunakan teori Young menunjukkan bahwa Ender mengalami tiga jenis penindasan. Dari total sembilan data yang ditemukan, mereka diklasifikasikan dalam kekerasan, imperialisme budaya, dan ketidakberdayaan. Empat data ditemukan berada di bawah kekerasan, tiga data milik imperialisme budaya, dan dua data diklasifikasikan dalam ketidakberdayaan. Terakhir, berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa novel sebagai bagian dari karya sastra juga dapat berfungsi sebagai reminder dan alat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang masih terjadi. Kata kunci: penindas, penindasan, novel Ender's Game
A PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS OF LENA HALOWAY’S EXPERIENCE IN LAUREN OLIVER’S DELIRIUM NOVEL Pitaloka, Epifani Putri; Natsir, M.; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5203

Abstract

ABSTRACTThis research reports a phenomenological analysis in Lena Haloway’s experience following the traumatic events. Phenomenology describes the meaning of experience as the essence of a phenomenon, and explores the perspective to learn from the experience of others. It gives reflection to the issues important to the research. Delirium novel portrays the character of Lena Haloway who has experienced tremendous amount of loss in her life and she also has experienced the struggle living under the totalitarian government that seems to dictate her decisions. That traumatic experience affects her perspective of the world she lives in. This research uses qualitative-descriptive method and purposes to examine the phenomenological concepts of Lena Haloway’s experiences and how they are affects her perspective represents in Delirium novel by using Husserl’s Phenomenology and Heidegger’s Hermeneutic theories. The result reveals that Lena experienced all five phenomenological concepts of experience; those are intentionality, noema, noesis, intersubjectivity, and intuition. It also shows that those experiences affect her perspective. All the results represent through Lena’s narration, actions, and feelings as the first person narrator.Key words: phenomenology, hermeneutic, experience, affect, perspective ABSTRAKPenelitian ini melaporkan analisis fenomenologis dalam pengalaman Lena Haloway setelah mengalami peristiwa traumatis. Fenomenologi menggambarkan makna pengalaman sebagai esensi dari suatu fenomena dan menggali perspektif untuk belajar dari pengalaman orang lain. Ini memberikan gambaran pada masalah penting untuk penelitian ini. Novel Delirium menggambarkan karakter bernama Lena Haloway yang mengalami banyak kehilangan dalam hidupnya dan ia juga mengalami sulitnya hidup di bawah pemerintahan totaliter yang mengatur keputusannya. Pengalaman traumatis tersebut memengaruhi perspektifnya terhadap dunia yang ia tinggali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan bertujuan untuk mengkaji konsep fenomenologi dalam pengalaman Lena Haloway dan bagaimana pengalaman tersebut memengaruhi perspektifnya tentang hidup yang tergambar dalam novel Delirium dengan menggunakan teori fenomenologi oleh Husserl dan teori hermeneutika oleh Heidegger. Hasil mengungkapkan bahwa Lena mengalami kelima konsep fenomenologi, yaitu kesengajaan, noema, noesis, intersubyektivitas, dan intuisi. Hal tersebut juga menunjukan bahwa pengalaman tersebut telah memengaruhi perspektifnya. Data dikumpulkan melalui narasi, tindakan, dan perasaan Lena dalam sudut pandang orang pertama.Kata kunci: fenomenologi, hermeneutika, pengalaman, pengaruh, perspektif
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL RE: KARYA MAMAN SUHERMAN Novita Tia Lirung; Irma Surayya Hanum; Purwanti Purwanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5274

Abstract

ABSTRAKNovel sebagai salah satu bentuk cerminan kehidupan manusia yang di dalamnya tertulis tuturan dialog antar tokoh. Pemahaman pembaca terhadap novel pada umumnya sebagai bahan bacaan, hiburan, atau informasi, sehingga bentuk dan fungsi tuturan yang terdapat di dalam novel kurang menjadi perhatian. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi dalam novel Re: karya Maman Suherman. Merupakan jenis penelitian kepustakaan, pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa kutipan kalimat dialog antar tokoh, dan sumber data berdasarkan pada sebuah novel berjudul Re: karya Maman Suherman. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Teknik analisis data menggunakan analisis padan ekstralingual. Temuan bentuk dan fungsi tuturan dianalisis menggunakan teori tindak tutur ilokusi. Hasil dari penelitian dalam novel Re: karya Maman Suherman ditemukan bentuk tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur langsung tidak literal. Fungsi tindak tutur asertif yang berfungsi untuk menyatakan. Direktif yang berfungsi untuk memesan, memerintah, memohon, dan menasihati. Ekspresif yang berfungsi untuk berterima kasih, meminta maaf, menyalahkan, dan memuji. Komisif yang berfungsi untuk berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Deklaratif yang berfungsi untuk memberi nama. Simpulan dalam penelitian ini ditemukan bentuk tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur langsung tidak literal. Fungsi tindak tutur yaitu: menyatakan, memesan, memerintah, memohon, menasihati, berterima kasih, meminta maaf, menyalahkan, memuji, berjanji, bersumpah, menawarkan seseuatu, dan memberi nama.Kata kunci: novel Re:, tindak tutur ilokusi ABSTRACTNovels are a form of reflection of human life in which dialogue stories between characters are written. Readers' understanding of novels is generally used as reading material, entertainment, or information, so that the form and function of the speech contained in the novel is less of a concern. The purpose of this research is to describe the form and function of illocutionary speech acts in Maman Suherman's Re: novel. Is a type of library research, this research approach is descriptive qualitative. The data in this study are in the form of quotations from dialogue sentences between characters, and the data source is based on a novel entitled Re: by Maman Suherman. Data collection techniques used reading and note-taking techniques. The data analysis technique used extralingual equivalent analysis. The findings of speech form and function were analyzed using illocutionary speech act theory. The results of research in the novel Re: by Maman Suherman found direct speech acts, indirect speech acts, literal direct speech acts, and non-literal direct speech acts. The function of assertive speech acts is to express. A directive whose function is to order, command, beg, and advise. Expressive functions to thank, apologize, blame, and praise. Commissive whose function is to promise, swear, and offer something. Declarative that serves to give names. The conclusions in this research are found in the form of direct speech acts, indirect speech acts, direct literal speech acts, and non-literal direct speech acts. The functions of speech acts are: to state, order, command, beg, advise, thank, apologize, blame, praise, promise, swear, offer something, and give a name.Keywords: novel Re :, illocutionary speech acts
ANALYSIS OF FLOUTING OF CONVERSATIONAL MAXIMS BY CHARACTERS IN THE HELP MOVIE Nurul Hamidah; M. Bahri Arifin; Setya Ariani
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5100

Abstract

ABSTRACT This study focused on analyzing  flouting of maxim that was performed by characters and the reasons for characters flouting maxims in The Help movie. This study used a qualitative content analysis. The data source was from The Help movie’s script. The data were in the form of dialogues and utterances among characters that contained of flouting maxims. Through the analysis process, the researcher found 32 data containing of all flouting of maxim types: flouting of maxim of quantity, flouting maxim of quality, flouting of maxim of relevance, and flouting of maxim of manner. In addition, the characters flouted the maxims due to several reasons such as competitive, convivial, collaborative, and conflictive. Maxim of quality became the most frequent flouted type and mostly came together with conflictive through making sarcastic utterances. The characters gave sarcastic utterances because the interlocutors kept talking about the speaker’s dislike topic, such as getting marriage and downgrading the job.Key words: Cooperative Principle, Conversational Maxims, Flouting of Maxims ABSTRAKFokus penelitian ini adalah untuk menganalisa jenis penyimpangan maksim yang dilakukan oleh karatkter dan alasan mengapa mereka menyimpang maksim di film The Help. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis kualitatif pada konten. Sumber data adalah dari naskah film The Help dan data dalam bentuk dialog dan ujaran antara karakter yang berisi penyimpangan terhadap maksim. Setelah menganalisa data, peneliti menemukan 32 data yang menunjukkan semua jenis maksim telah disimpangkan di film The Help, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selain itu, karakter menyimpang maksim karna beberapa alasan, yaitu kompetitif, konvivial, kolaboratif, dan konfliktif. Maksim kualitas menjadi tipe yang paling sering disimpang dan hampir semua menggunakan konfliktif sebagai alasan dengan membuat ujaran sarkastik. Ujaran sarkastik dibuat untuk menyinggung lawan bicara karena mereka terus membahas topik yang tidak disukai oleh penutur, seperti menyuruh untuk cepat menikah dan merendahkan pekerjaan.Kata kunci: Prinsip kooperatif, maksim konvensional, pinyampangan maksim.

Page 2 of 3 | Total Record : 22