cover
Contact Name
Alfian Rokhmansyah
Contact Email
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Phone
+6285385388335
Journal Mail Official
jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75123
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 25497715     EISSN : 25497715     DOI : -
Jurnal Ilmu Budaya (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya) merupakan jurnal yang dikelola oleh Fakultas Ilmu Budaya sebagai media publikasi ilmiah hasil penelitian dalam bidang bahasa, sastra, seni, dan budaya, termasuk pengajarannya. Terbit sebanyak empat kali setahun, yaitu pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober, dan diterbitkan hanya dalam format elektronik.
Arjuna Subject : -
Articles 547 Documents
BENTUK, FUNGSI, DAN NILAI TUTURAN DALAM UPACARA ADAT BIDUK BEBANDUNG SUKU BULUNGAN: KAJIAN FOLKLOR Irpan Istian; Yusak Hudiyono; Alfian Rokhmansyah
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 4 (2017): Edisi Oktober 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.924 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i4.710

Abstract

                 AbstractThis research has a purpose to describe the form, function and value in Biduk Bebandung tradition ceremonial, Bulungan tribe, through the folklore investigate. The writer has interested to investigate the speech in Biduk Bebandung tradition ceremonial in order to increase the knowledge of culture which has been inheritance from the elders of Bulungan tribe. This research use the qualitative-descriptive method to collect the information and description of form, function and value in Biduk Bebandung tradition ceremonial through folklore investigate. Moreover, the resource of this research is indirect from the informant in the field. The technique in collecting the data, the writer uses the interview and observation technique. To analyze the data, the writer uses data reduction, data display and conclusion. Thus, the result of this research showed that the speech in Biduk Bebandung tradition ceremonial there are line-form, Mengawa speech has 14 lines which is arranged of 6-13 words each line, Tolak Bala speech has 8 lines with 5-14 words each line, Selamat speech has 7 words each line, Mohammad’s Solawat speech has 3 lines with 3-7 words each line, Tahlil speech has 11 lines with 3-105 words each line. Furthermore, those speeches in Biduk Bebandung tradition ceremonial have functions such as entertain, as mediator legalization, the culture league itself and as the media education. Thus, in the Biduk Bebadung tradition, there is a religion value that as a wish to Allah SWT. Keywords: Biduk Bebandung, form, function, value  AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan nilai tuturan dalam upacara adat Biduk Bebandung suku Bulungan ditinjau dari kajian folklor. Penulis tertarik mengkaji tuturan dalam upacara adat Biduk Bebandung agar dapat mengetahui tuturan dan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kerajaan suku Bulungan. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu untuk memperoleh informasi dan gambaran bentuk, fungsi, dan nilai tuturan dalam upaca adat Biduk Bebandung berdasarkan kajian folklor. Sumber data penelitian adalah hasil dari penelitian lapangan dan didapatkan dari narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tuturan dalam upacara adat Biduk Bebandung terdapat bentuk baris, tuturan Mengawa terdiri dari 14 baris dengan 6-13 kata per baris, tuturan Tolak Bala terdiri dari 8 baris dengan 5-14 kata per baris, tuturan Selamat terdiri dari 7 baris dengan 5-14 kata per baris, tuturan Selawat Nabi Muhammad terdiri dari 3 baris dengan 3-7 kata per baris, tuturan Tahlil terdiri dari 11 baris dengan 3-105 kata per baris. Selanjutnya, fungsi tuturan dalam upacara adat Biduk Bebandung adalah sebagai hiburan, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, dan sebagai alat pendidikan anak. Lalu, nilai tuturan dalam upacara adat Biduk Bebandung terdapat nilai religi berupa permohonan kepada Allah SWT. Kata kunci: Biduk Bebandung, bentuk, fungsi, nilai
THE WAY CHINESE-DESCENDENT MOTHERS TEACH CHINESE CULTURE AND THE PRESERVED TRADITIONS IN INDONESIAN-CHINESE MULTICULTURAL FAMILY: A REFLECTION THROUGH THE JOY LUCK CLUB BY AMY TAN Amalia Pratiwi; Surya Sili; Erna Wati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 2 (2017): Edisi April 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.158 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i2.678

Abstract

AbstractSince The Joy Luck Club mainly focuses on Chinese culture, it is acknowledged by people around the world that Chinese culture is rich with the values and history which influences every slide of world history. Although Chinese people are recently residing far away from mainland China, the cultural values they have learned before it will be remained within themselves. To uphold the cultural values and traditions within a Chinese-descendent family, the role of mother is needed. However, since most of the Chinese-descendent families live in multicultural neighborhood with the assimilated cultures—like Indonesia—it is unknown whether the Chinese cultural values and traditions are being preserved or not. This study is focused on the way Chinese-descendent mothers teach the Chinese culture and the preserved traditions of Chinese culture within the family. The mothers from The Joy Luck Club represent the role of Chinese-descendent mother in teaching the children the cultural values. These figures are reflected through the mothers in the two cities of Indonesia, Tarakan and Samarinda, as the representation. There are similarities and differences from the mothers from the novel and the two cities in Indonesia in nurturing the children with their cultural values. It comes from the way each mother teaches their cultural values, especially in teaching integrity and filial piety to the children with the mothers’ own method. Several Chinese cultures and traditions are mentioned and still preserved by the family, both in the novel and inside the Indonesian-Chinese mothers’ families. The Lunar New Year and Moon Festival are the examples of the preserved traditions within the family. The results of these studies will show how valuable the cultural values and traditions are and this study will give a further comprehension in preserving the cultural values within a family. Key words: Chinese culture, Indonesian-Chinese, multicultural, The Joy Luck Club, Amy Tan  AbstrakThe Joy Luck Club berfokus pada kebudayaan Cina yang terkenal dengan kekayaan nilai luhur serta sejarahnya yang mempengaruhi sejarah dunia. Meskipun masyarakat Cina saat ini banyak yang bertempat tinggal di luar Republik Rakyat Cina (RRC), nilai budaya mereka dapatkan tetap terjaga. Untuk menjaga nilai kebudayaan dan tradisi di dalam keluarga berketurunan Cina, peran seorang ibu sangat dibutuhkan. Akan tetapi, karena sebagian besar keluarga berketurunan Cina tinggal di lingkungan multikultur dengan budaya yang telah terasimilasi—seperti Indonesia—kita tak mengetahui apakah nilai budaya dan tradisi yang telah dijaga tersebut masih bisa dilestarikan atau tidak. Penelitian ini berpusat pada cara para ibu berketurunan Cina mengajarkan nilai budaya Cina serta mencari tahu apa saja nilai kebudayaan Cina serta tradisi yang masih terjaga di dalam keluarga mereka. Para ibu dari novel The Joy Luck Club merepresentasikan peran mereka dalam mengajarkan nilai kebudayaan serta tradisi tersebut. Mereka akan dibandingkan dengan para ibu yang berasal dari dua kota di Indonesia, yaitu kota Tarakan dan Samarinda, sebagai contoh penelitian. Ada beberapa persamaan dan perbedaan yang didapatkan melalui para ibu dari novel dan dari kedua kota di Indonesia dalam mendidik anak-anaknya dengan nilai budaya tersebut. Hal itu tercermin dari cara setiap ibu mengajarkan nilai integritas dan berbakti kepada yang tua dengan cara mereka masing-masing. Ada beberapa nilai budaya dan tradisi Cina yang disebutkan dan masih dilestarikan oleh keluarga besar mereka, baik dari novel maupun dari dalam keluarga para ibu Indonesia-Cina. Perayaan Tahun Baru Imlek dan Sembahyang Bulan adalah beberapa dari sekian banyak tradisi yang masih terjaga di dalam keluarga Indonesia-Cina. Hasil penelitian ini akan menunjukkan betapa berharganya suatu nilai kebudayaan serta tradisi yang dijalankan serta memberikan pemahaman dalam menjaga budaya dan tradisi di dalam sebuah keluarga. Kata kunci: kebudayaan Cina, Indonesia-Cina, multikultur, The Joy Luck Club, Amy Tan
KETIDAKADILAN GENDER TERHADAP TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL GENDUK KARYA SUNDARI MARDJUKI: KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINISME Puji Astuti; Widyatmika Gede Mulawarman; Alfian Rokhmansyah
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 2, No 2 (2018): Edisi April 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.428 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v2i2.1046

Abstract

ABSTRAKAnggapan tersebut telah menjadikan perempuan korban dari perbedaan gender yang menimbulkan diskriminasi. Ketidakadilan atau diskriminasi gender termanifestasikan ke dalam beberapa bentuk yakni, marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk ketidakadilan gender terhadap tokoh perempuan dalam novel Genduk karya Sundari Mardjuki, (2) penyebab ketidakadilan gender terhadap tokoh perempuan dalam novel Genduk karya Sundari Mardjuki. Jenis yang digunakan adalah menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pendekatan kualitatif mengacu pada metode deskriptif, yaitu metode yang tertuju pada pemecahan masalah dan bersifat apa adanya. Setelah itu, dapat diperoleh bentuk-bentuk ketidakadilan yang ada dalam novel Genduk yaitu : marginalisasi, masalah Yung yang diusir dari keluarga besar dan tidak mendapat warisan dari ayahnya. Subordinasi, ketika derajat Genduk direndahkan oleh Kaduk dengan memegang tubuh tanpa kerelaan. Stereotipe Yung pada saat harus mendengar omongan masyarakat, suaminya tidak pernah pulang dan tidak ada kabar. Kekerasan seksual, yaitu saat Genduk menemui Kaduk di Tuksari, lalu Kaduk meremas buah dadanya dengan keras. Beban kerja, ketika Yung harus bekerja di rumah dan mencari nafkah. Penyebab ketidakadilan gender pada tokoh Genduk yang mengalami ketidakadilan dari Kaduk memegang atau melecehkan Genduk. Sedangkan tokoh Yung penyebab ketidakadilan yaitu dari ayahnya, karena termarginalkan dengan tidak mendapatkan warisan ladang tembakau, maupun emas permata, dan Yung pergi hanya membawa buntalan yang berisi beberapa helai baju. Kata kunci: ketidakadilan, perempuan, novel, sastra feminisme ABSTRACTThe assumption has made women victims of gender differences that give rise to discrimination. Injustice or gender discrimination is manifested in several forms namely, marginalization, subordination, stereotypes, violence and workloa. This study aims to describe: (1) Form of gender injustice to female characters in Genduk novel by Sundari Mardjuki, (2) Cause of gender injustice to female characters in Genduk novel by Sundari Mardjuki.The type used is using the type of qualitative approach, is research that does not hold calculations. Qualitative approach refers to descriptive method, that is the method that is focused on problem solving and is what it is. After that, can be obtained the forms of injustice that exist in the novel Genduk namely: marginalization, Yung problem that was expelled from large families and did not get inheritance from his father. Subordination experienced by Genduk occurs when its degree is lowered by Kaduk by holding its body without the willingness of Genduk. The stereotype experienced by Yung when she had to listen to the conversation of the community when her husband never came home and there was no word. The violence experienced when Genduk met Kaduk in Tuksari, then Kaduk kissing and squeezing the breasts of Genduk without willingnes.workload when Yung must work at home and earn a living.the cause of gender inequlity in Genduk figures who experience injustice from Kaduk that hold or harass the Genduk. Whereas  Yung’s character causes the injustice of his father, being marginalized by not getting inherited from the tobacco fields, not the gem gold, and Yung goes just carrying a bundle that contains a few strands of clothes.Keywords: injustice, female, novel, literature of feminism
HISTORIOPHOTY IN THE CHRONICLES OF NARNIA: THE LION, THE WITCH AND THE WARDROBE Vincent Woolyanto; Singgih Daru Kuncara; Chris Asanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 2, No 1 (2018): Edisi Januari 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.401 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v2i1.852

Abstract

ABSTRACT The object of this research was to find the historiophoty in The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe and the purpose of this research was to find how historiophoty interpreted in the historical events of The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe. This research used qualitative method as research design and library research as the method of data collection. This research showed that historiophoty could be used to interpret World War II as a setting and Christianity concept related to the author personal experienced. The researcher showed that there were ten historical events on The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe.  Keywords: historiophoty, World War II, Christianity, The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe film  ABSTRAK Objek dari penelitian ini adalah untuk menemukan historiophoty di The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana historiophoty diinterpretasikan didalam sejarah The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan penelitian perpustakaan sebagai metode pengumpulan data. Penelitian ini menunjukkan kalau historiophoty dapat digunakan untuk menginterpretasikan Perang Dunia kedua sebagai latar dan konsep Kristiani terkait dengan kehidupan pribadi sang penulis. Peneliti menunjukkan bahwa ada sepuluh kejadian sejarah di The Chronicles of Narnia: the Lion, the Witch and the Wardrobe. Kata kunci: historiophoty, Perang Dunia II, Kristiani, film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe 
ANALYSIS OF THE MAIN CHARACTER NEEDS IN LIFE OF PI MOVIE USING MASLOW’S THEORY Yohanes Truman AM; Singgih Daru Kuncara; Ririn Setyowati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 1 (2017): Edisi Januari 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.826 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i1.669

Abstract

This research focuses on analyzing the Hierarchy of Needs manifested in the main character. Two questions were designed to discuss this topic. The first question is about the Needs manifested by the main character in the movie. The second question is about the desire of the main character in fulfilling his Needs. This research used descriptive qualitative method to explain and describe the data carefully in answering the questions. The data in this research were in written form taken from the dialogue and narration of the movie. This research uses Maslow’s theory. it is appropriate theory to this research. This research examines the elements of the hierarchy of needs through the main character. Keywords:  Life of Pi, Maslow, hierarchy of need.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI DENGAN MEDIA BERBASIS ADOBE FLASH SISWA KELAS XI SMA Wiwin Windhiarty; Jafar Haruna; Endang Dwi Sulistyowati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 4 (2017): Edisi Oktober 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.029 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i4.768

Abstract

ABSTRACT This study aims to determine the effectiveness of learning to write the text explanation of the complex media using adobe flash the students of class XI SMA Negeri 2 Sebulu. Sources of data in this study were obtained from: (1) the respondents, namely: the students of class XI MIPA 3 and XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sebulu, (2) informants, namely: validator, students and teachers of bahasa indonesia SMA Negeri 2 Sebulu, (3) Documents, namely: specialized textbook, a recapitulation of the value of student learning outcomes and the value of the written text explanation, and library books. Instrument the effectiveness of media use adobe flash using the objective test. Data analysis techniques using descriptive statistics. Based on the analysis of the data obtained the results of the assessment of the cognitive aspects and the assessment write text explanation of the complex has been done in class XI SMA Negeri 2 Sebulu with reference to the criteria of effectiveness in this study, it is known that media-based learning adobe flash effectively used in writing the text of the explanation and improve student learning outcomes. This can be seen in the results of the assessment of cognitive aspect obtained the average value of on the initial test of 59 and 85 on the final test. Further assessment of writing skills text eksplansi complex acquisition of the average results of the write with the value of the initial test 67-test and final test to be 85. Keywords: effectiveness, writing, text eksplanasi, adobe flash ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks menggunakan media adobe flash siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sebulu.Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: (1) responden, yaitu: siswa kelas XI MIPA 3 dan XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sebulu, (2) informan, yaitu: validator, siswa dan guru bahasa indonesia SMA Negeri 2 Sebulu, (3) dokumen, yaitu: berupa buku ajar, rekapitulasi nilai hasil belajar siswa dan nilai menulis teks eksplanasi, dan buku- buku kepustakaan. Instrumen efektivitas penggunaan media adobe flash menggunakan tes objektif. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penilaian aspek kognitif dan penilaian menulis teks eksplanasi kompleks yang telah dilakukan di kelas XI SMA Negeri 2 Sebulu dengan merujuk pada kriteria keefektifan dalam penelitian ini, maka diketahui bahwa media pembelajaran berbasis adobe flash efektif digunakan dalam menulis teks eksplanasi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada hasil penilaian aspek kognitif diperoleh nilai rata-rata pada tes awal 59 dan 85 pada tes akhir. Selanjutnya dilakukan penilaian keterampilan menulis teks eksplansi kompleks perolehan rata-rata hasil menulis dengan nilai tes awal 67 dan tes akhir menjadi 85. Kata kunci: efektivitas, menulis teks eksplanasi, adobe flash
ANALISIS STRATA NORMA PUISI MAHAKAM KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN Yusuf Maulana Hanafi; Endang Dwi Sulistyowati; Syamsul Rijal
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 2 (2017): Edisi April 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.017 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i2.683

Abstract

ABSTRACT The aim of this research is to describe the level of norms which is found in Mahakam poem by Korrie Layun Rampan. The method used in this research is qualitative research. The result of this reseach, in Mahakam poem the writer told the story of himself living far away from his family. In the title of the poem itself, it means he left mahakam, the name of the river wjere he was born. The meaning layer in Mahakam poem by Korrie Layun Rampan is euphony. All verses found in the poem use various euphony sounds, because the writer wanted to declare spirit and sensitivity in a delicate way about what the writer has experienced. The words chosen in this poem used indirect technique in a form of pictures with paintings or the voice of nature and indirect voice. The object layer in the Mahakam poem is the location setting and the time is in the beach in the morning and evening in 1874. The person in the Mahakam poem is the writer himself, because the writer is telling his longing feeling to the family when he was far away. The world described by the writer in Mahakam poem is the longing feeling to thw family when he was far away.Keywords: Mahakam poem, norms levelABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strata norma yang terdapat pada puisi Mahakam karta Korrie Layun Rampan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam puisi Mahakam penulis menceritakan dunia penulis itu sendiri dalam menjalani hidup di perantauan tanpa keluarga. Pada judul puisi ini sendiri mengartikan ia meninggalkan mahakam, yaitu nama sebuah sungai dimana si penyair itu dilahirkan. Lapis bunyi yang terdapat pada puisi Mahakam karya Korrie Layun Rampan adalah eufoni. Seluruh bait yang terdapat pada puisi tersebut menggunakan ragam buni eufoni, karena penyair sendiri ingin menyatakan semangat, dan keharuan dengan cara lembut tentang apa yang dialami penyair. Kata-kata yang dipilih dalam puisi ini menggunakan teknik tak langsung berupa gambaran dengan lukisan-lukisan atau cerita kiasan berupa keindahan alam dan juga suara-suara tidak langsung. Lapis objek pada puisi Mahakam ini antara lain latar tempat dan waktunya ialah pantai di pagi dan sore hari pada tahun 1974. Pelaku pada puisi Mahakam itu sendiri ialah penyair itu sendiri, dikarenakan si penyair menceritakan kerinduannya kepada keluar disaat ia sedang merantau. Dunia yang digambarkan pengarang dalam puisi Mahakam adalah kerinduan kepada keluarga disaat ia tinggal ke tanah perantauan. Kata kunci : puisi mahakam, strata norma
ANALISIS TUTURAN TARIAN BAMBU GILA DI MALUKU TENGAH DITINJAU DARI BENTUK DAN FUNGSI Martia Soa Mole; Mursalim Mursalim; Alfian Rokhmansyah
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 2, No 2 (2018): Edisi April 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.218 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v2i2.1100

Abstract

ABSTRAK Alasan pemilihan judul sebagai bahan penelitian ini, disebabkan keinginan penulis untuk mengetahui bentuk mantra dan fungsi tuturan tarian Bambu Gila di Maluku Tengah. Tujuan utama dari pepelitian ini (1) untuk mengetahui pola tuturan mantra bambu gila (2) untuk mengetahui bentuk tutuan mantra bambu gila (3) mengetahui fungsi tuturan mantra bambu gila. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menganalisis bentuk apa saja yang terdapat dalam tuturan mantra tarian bambu gila serta menganalisis pola, dan fungsi tuturan mantra bambu gila. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, perekaman, wawancara, foto dan teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) atraksi tarian bambu gila dilaksanakan dengan waktu 30 menit. (2) tuturan bambu gila bentuk mantra berirama abc-abc,abcd-abcd. (3) bersifat lisan, memiliki tujuan tertentu, berhubungan dengan kekuatan dan alam gaib. (4) fungsi tuturan mantra bambu gila yaitu untuk memohon pertolongan para leluhur, pengakuan akan adanya berkah dan kekuasaan tertinggi dari tuhan, membuat roh leluhur dan jin yang dipanggil menguasai bambu dan para pemain, sebagai perintah untuk melaksanakan intruksi pawang, dan sebagai sarana untuk berdoa atau meminta pertolongan. Sedangkan mantra yang dibacakan dalam permainan bambu gila bertujuan untuk berkomunikasi dengan jin.Kata kunci: tuturan bambu gila, bentuk mantra, fungsi  ABSTRACT The reason for choosing the title as the subject of this research, caused by the writer’s desire to know the from of mantra and the speech function of crazy bamboo dance in central maluku. (1) to know spell bamboo mantra spell pattern (2) to know spell bamboo mantra spell from (3) to know the fuction of bamboo crazy speech. The method used in doing this research is qualitative method with descriptive research type. Analyzing what froms are contained in spell bamboo dance mantras and analyzing patterns, and spell bamboo mantra spell function. Data collention techniques used in this research are observation, recording, interview, photo and technique record. The results of the reserch obtained in this study showed that (1) the attraction of crazy bamboo dance was carried out with a time 30 minutes.(2) bamboo spell crazy from of abc-abc rhythmic spell ,abcd-abcd. (3) is verbal, has a specific purpose, relates to power and the occult. (4) the function of spell bamboo mantra spell is to invoke the help of the ancestors, the recognitian of the blessing and the supreme power of God, to make the spirits and the jinn invoked to master the bamboo and the players, as a command to carry out the handler’s instruction, and as a means topray or ask for help. The purpose of mantra generally varies depending on the reader of the mantra. Whereas the mantra that is recited in a crazy bamboo game aims to commonicate with the jin.Keywords: crazy bamboo tutorials, mantra shapes, functions
WOMEN PORTRAYAL IN PATRIARCHAL SOCIETY THROUGH FEMALE MAIN CHARACTERS IN ZEMECKIS’ BEOWULF FILM (2007) Christian Barli; Surya Sili; Nita Maya Valiantien
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 3 (2017): Edisi Juli 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.328 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i3.674

Abstract

ABSTRACT Patriarchy system which forms gender stereotypes and its issues, consciously or not is easily found in daily life. Gender stereotypes are strengthened by patriarchy system which includes judgments of surrounding society, and forms two categories; masculinity (men stereotypes) and femininity (women stereotypes) which referred from the different biological characteristics among men and women, to empower men and disempower women in society. The purposes of this research were to analyze the portrayal of patriarchy system which is portrayed in the Zemeckis’ Beowulf film, and to analyze the portrayal of female main characters who break patriarchy system which is portrayed in the film. This research was designed as a qualitative research, and the theory of patriarchy by Allan G. Johnson was used as the ground theory. The results of the research showed that patriarchy system and its four elements such as male dominance, male identification, male centeredness, and obsession with control are promoted in the society which is portrayed in the Zemeckis’ Beowulf film (2007). Although the two female main characters of the film live in a society which is patriarchal, but they do not fall into the patriarchy system and the gender stereotypes that are imposed on them as subordinate women, instead they challenge and break the social systems. Key words: Beowulf film, gender stereotypes, main characters, patriarchy, women portrayal.  ABSTRAK Sistem patriarki yang membentuk stereotip gender dan isu-isu terkait lainnya, mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari secara sadar atau tidak. Stereotip gender dilingkupi dan diperkuat oleh sistem patriarki yang mencakup anggapan-anggapan dalam kehidupan bermasyarakat yang mana membentuk dua kategori, yakni; maskulinitas (stereotip pria) dan feminitas (stereotip wanita). Anggapan-anggapan berdasarkan dua kategori gender tersebut mengacu pada perbedaan karakterisitk pria dan wanita secara biologis demi menguatkan kuasa serta wewenang pria, dan melemahkan peran dan posisi wanita dalam masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggambaran sistem patriarki yang terdapat di dalam film Zemeckis yang berjudul Beowulf. Penelitian ini bertujuan pula untuk menganalisis penggambaran pemeran-pemeran utama wanita yang mematahkan sistem sosial patriarki yang tergambar di dalam film tersebut. Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan teori patriarki yang dikemukakan oleh Allan G. Johnson sebagai dasar teori. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem patriarki dan keempat elemennya, seperti; dominasi laki-laki, identifikasi pada laki-laki, keterpusatan pada laki-laki, dan obsesi terhadap penguasaan, digalakkan dalam kehidupan bermasyarakat yang tergambar dalam film Beowulf yang disutradarai oleh Zemeckis pada tahun 2007 tersebut. Meskipun kedua pemeran utama perempuan dalam film tersebut hidup di tengah-tengah masyarakat yang menganut paham sosial patriarki, namun mereka tidak jatuh ataupun terpengaruh oleh sistem patriarki dan stereotip gender yang beranggapan bahwa mereka adalah perempuan bawahan yang mestinya tunduk terhadap sistem-sistem sosial tersebut. Malahan mereka menantang dan menghancurkan tatanan sistem-sistem sosial tersebut. Kata kunci: Film Beowulf, stereotip gender, tokoh utama, patriarki, penggambaran perempuan
MASCULINITY IN THE CHARACTER OF MARGO ROTH SPIEGELMAN IN PAPER TOWNS NOVEL Silvya Wana Lestari; Surya Sili; Setya Ariani
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 2, No 1 (2018): Edisi Januari 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.282 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v2i1.1017

Abstract

ABSTRACT Woman and her position toward man in society are always interesting to be discussed. Woman is now labeled by femininity for years and often be associated with several characteristics such as gentle, caring, loving and inferior from man because of the gender stereotype formed by society. By this research, the researcher aimed to analyze the masculine traits of the female character, Margo Roth Spiegelman in Paper Towns novel. This research was a qualitative research and used content analysis as the data analysis technique. This research used Sandra L Bem’s Sex Role Inventory as the indicator of masculinity in Margo’s character in Paper Towns novel. The result of this research showed that Margo has masculine traits even though she is a woman and they appeared through three aspects of her character: physical, emotional, and behavioral. Keywords: gender, gender stereotypes, masculinity, Paper Towns novel  ABSTRAK Wanita dan posisinya terhadap pria di masyarakat selalu menjadi topik menarik untuk dibahas. Wanita saat ini lekat dengan label kewanitaan yang telah melekat selama bertahun-tahun dan sering dikaitkan dengan beberapa karakteristik khusus seperti lembut, perhatian, penyayang dan lebih rendah daripada pria dikarenakan stereotip yang melekat di masyarakat berdasarkan gender. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisis sifat maskulin yang ada pada karakter wanita pada novel Paper Towns yaitu Margo Roth Spiegelman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan teknik konten analisis sebagai teknik analisis data. Penelitian ini menggunakan teori dari Sandra L. Bem, Sex Role Inventory sebagai indikator dari sifat-sifat maskulin pada karakter Margo di novel Paper Towns. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Margo memiliki sifat-sifat maskulin meskipun ia terlahir sebagai wanita dan sifat-sifat tersebut muncul melalui tiga aspek yaitu secara fisik,  secara emosi, dan secara tingkah laku. Kata kunci: gender, stereotip gender, maskulinitas, novel Paper Towns

Page 2 of 55 | Total Record : 547