cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics)
ISSN : 23033045     EISSN : 2503183X     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) abbreviated IJND (p-ISSN 2303-3045 and e-ISSN 2503-183X) is a peer-reviewed scientific journal publishing updated research and non-research articles in the area of nutrition and dietetics. This journal is published three times annually (January, May, and September) by Alma Ata University Press in collaboration with Indonesian Nutrition Association (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 278 Documents
Stunting berhubungan dengan perkembangan motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta Maria Goreti Pantaleon; Hamam Hadi; Indria Laksmi Gamayanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.621 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(1).10-21

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting (short body length) is a body condition that is very short until surpass deficit at 2 SD under median of body length or body height of the population that be an international reference. The cause of stunting is food consumption that is not balanced and infectious disease. Many studies showed the correlation between stunting and poor motoric and mental development in early childhood, and poor cognitive performance and school performance in later childhood. The national prevalence of stunting in 2013 was 37.2%, it increased compared to 2010 (35.6%) and 2007 (36.8%).Objectives: To know the correlation between stunting incidence and the development of 6-23 months old children in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: This was observational study with cross sectional design. The sample size was 100 children, whose aged 6-23 months old. They consisted of 50 stunting children and 50 non-stunting children who were selected by consecutive sampling methods. Data were collected by using structured questionnaire and assisted by psychologist to measure the development of the children. Stunting in 6-23 months old children was measured by indicator of body length for age (WHO 2005) and the measurement of development used method of Bayley Scales of Infant Development III. Data were analyzed using chi-square test and logistic regression test by 95% confidence interval.Results: Statistically, there was signifi cant correlation between stunting and motoric development of the toddler (p=0.002), but there was no significant correlation between stunting and the development of cognitive, language, socio- emotional, and adaptive of the toddler. The result of multivariate showed thatstunting and sex statistically had correlation to the motoric development (p<0.05).Conclusions: Stunting associated with children motoric development in Sedayu Subdistrict, Bantul,YogyakartaKEYWORDS: children development, stuntingABSTRAKLatar belakang: Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Penyebab stunting adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi. Sejumlahpenelitian memperlihatkan keterkaitan antara stunting dengan perkembangan motorik dan mental yang buruk dalam usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif dan prestasi sekolah yang buruk dalam usia kanak-kanak lanjut. Prevalensi stunting secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%).Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan perkembangan anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 100 anak yang berusia 6-23 bulan, terdiri dari 50 baduta stunting dan 50 baduta tidak stunting, dan dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner terstruktur dan dibantu oleh tenaga psikolog dalam pengukuran perkembangan anak. Stunting pada anak usia 6-23 bulan diukur menggunakan indikator panjang badan menurut umur dan pengukuran perkembangan anak menggunakan metode Bayley Scales of Infant Development III. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan 95% confi dent interval.Hasil: Secara statistik, ada hubungan signifikan antara stunting dengan perkembangan motorik baduta (p=0,002), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara stunting dengan perkembangan kognitif, bahasa, sosioemosional, dan perkembangan adaptif baduta. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa stunting dan jenis kelamin secara statistik berkaitan dengan perkembangan motorik (p<0,05).Kesimpulan: Ada hubungan signifikan antara stunting dengan perkembangan motorik baduta diKecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.KATA KUNCI: perkembangan anak, stunting
Kecemasan dan status gizi berhubungan dengan lama rawat inap pada pasien jantung di RSUD Jenderal Ahmad Yani, Metro, Lampung Eva Nurlindayanti; Susetyowati Susetyowati; Probosuseno Probosuseno; Retno Pangastuti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 2, MEI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.99 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(2).98-104

Abstract

ABSTRACTBackground: Anxiety is one of the most common psychological problem occured in hospitality patient. The prevalence of anxiety in chronic heart failure patients was 11-45%. Anxiety in heart failure patients could worsening patient’s condition that lead to increased ischemic event, morbidity, negative effects onquality of life, and mortality. Despite anxiety, nutritional status is also one of the most important thing in mantaining patient’s health. Malnutrition has association with increased morbidity, complication, length of stay (LOS), medical therapy, and hospital fees.Objectives: To know the impact of nutritional status and anxiety on LOS in chronic heart failure patients at Jenderal Ahmad Yani General Hospital, Metro, Lampung.Methods: This was an observational quantitative study with cohort prospective design. The research was conducted on July 2014. Subjects were 70 patients who full fi lled the inclusive requirement, patients with anxiety as exposed group and patients without anxiety as non-exposed group. Anxiety was assessedwith Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), while nutritional status was assessed by upper-arm circumference. Data were analyzed with chi-square and logistic regression test.Results: Bivariate test showed that there was significant association between anxiety with LOS (p<0.05). Subjects without anxiety tended to have shorter LOS than that of with anxiety (RR=5.5). There was significant association between nutritional status and LOS (p<0.05). Subjects with normal nutritionalstatus tended to have shorter LOS than that of with undernutrition (RR=2.28). Multivariate test showed that there was an association between anxiety and LOS (p<0.05) with OR=11.22.Conclusions: There was an association between anxiety and LOS. Patients without anxiety had shorter LOS than that of with anxiety. There was association between nutritional status and LOS. Patients with normal nutritional status had shorter LOS than undernutrition patients.KEYWORDS: anxiety, heart failure patients, length of stay, nutritional statusABSTRAKLatar belakang: Kecemasan merupakan salah satu masalah psikologi yang banyak dialami oleh pasien di rumah sakit. Prevalensi kecemasan pada pasien gagal jantung sekitar 11-45%. Kecemasan pada penyakit jantung yang tidak teratasi dapat berakibat pada penurunan kualitas hidup pasien, peningkataniskemik, dan kejadian masuk rumah sakit berulang yang pada akhirnya akan meningkatkan mortalitas. Selain kecemasan, status gizi juga menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang kesehatan pasien. Malnutrisi berhubungan dengan peningkatan kesakitan, komplikasi, lama rawat inap, terapi medis, danbiaya perawatan rumah sakit. Tujuan: Mengetahui pengaruh status kecemasan dan status gizi saat masuk terhadap lama rawat inap pada pasien jantung di RSUD Jenderal Ahmad Yani, Metro, Lampung.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional kuantitatif dengan rancangan cohort prospective. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2014. Subjek penelitian adalah 70 pasien jantung di RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro yang memenuhi kriteria inklusi, dengan kelompok terpapar adalah pasien jantung dengan kecemasan dan pasien jantung tanpa kecemasan sebagai kelompok tidak terpapar. Status kecemasan diukur dengan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), sedangkan status gizi diukur dengan lingkar lengan atas. Data dianalisis dengan uji chi-square dan uji regresi logistik.Hasil: Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status kecemasan dengan lama rawat inap (p<0,05). Subjek tanpa kecemasan cenderung memiliki lama rawat yang lebih pendek (RR=5,5). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan lama rawat inap (p<0,05). Subjekdengan status gizi baik cenderung memiliki lama rawat yang lebih pendek daripada subjek dengan status gizi kurang (RR=2,28). Hasil uji multivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status kecemasan dengan lama rawat inap (p<0,05) dengan nilai OR=11,22.Kesimpulan: Ada hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan lama rawat inap. Pasien tanpa kecemasan memiliki lama rawat yang lebih pendek dari pada pasien jantung dengan kecemasan. Ada hubungan bermakna antara status gizi dengan lama rawat inap. Pasien jantung berstatus gizi baik memiliki lama rawat yang lebih pendek daripada pasien jantung berstatus gizi kurang.KATA KUNCI: kecemasan, pasien jantung, lama rawat, status gizi
Persepsi petugas puskesmas, kader posyandu, serta akademisi di Kota Yogyakarta terhadap pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 Risma Saski Rahmita; Yayi Suryo Prabandari; Siti Helmyati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.048 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).112-122

Abstract

ABSTRACTBackground: Based on the Basic Health Research on 2013, Indonesia is currently experiencing the global burden diseases. The prevalence of nutritional problems is higher than the limit of nutritional problems in the community, e.g. stunting 37.2 %, underweight 19.6%, and overweight 11.9%. This situation is quite alarming for the quality of Indonesian human resources. Therefore, guidelines for balanced nutrition that consists of 10 nutrition messages become important to solve. To know the readability of the guidelines in community, the perception of health center officers, cadres of posyandu, and academics to guidelines are needed.Objectives: To explore the perception of health center officers, cadres of posyandu, and academics to guidelines for balanced nutrition 2014.Methods: This research was a qualitative-based research with focus group discussions (FGD) methods. There were three different groups conducted in this research, e.g. health center officers, cadres of posyandu, and academics.Results: There were some unclear messages to all groups, such as the words “many” and “enough” in the second message, “high protein” in the 3rd message, “safe” and “enough” in the 7th message, and “physical activity” in the 10th message. From the picture of nutrition guidelines (nutrition pyramid), there was incompatibility between the nutrition pyramid and the guidelines for balanced nutrition 2014, especially in portions and the size of picture.Conclusions: Guidelines for balanced nutrition 2014 had of been different percepted especially nutrition messages and the pyramid.KEYWORDS: perception, guidelines for balanced nutrition 2014, nutrition pyramidABSTRAKLatar belakang: Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, Indonesia saat ini mengalami beban ganda masalah gizi. Prevalensi masalah gizi yang ada masih melebihi batas masalah gizi masyarakat: gizi kurang dan pendek 37,2%, gizi kurang 19,6%, dan gizi lebih 11,9%. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki keadaan ini dengan wujud mengeluarkan pedoman gizi seimbang (PGS) yang terdiri dari 10 pesan gizi yang telah disesuaikan oleh perkembangan permasalahan gizi di masyarakat. Untuk melihat keterbacaan pedoman gizi seimbang ini di masyarakat, perlu dilihat persepsi petugas puskesmas, kader posyandu, serta akademisi terhadap PGS 2014.Tujuan: Mengeksplorasi persepsi petugas puskesmas, kader posyandu, serta akademisi terhadap PGS 2014.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap tiga kelompok berbeda, yaitu petugas puskesmas, kader posyandu, juga akademisi.Hasil: Secara keseluruhan ada beberapa poin pesan yang dirasa kurang jelas untuk semua kelompok, seperti kata-kata “banyak” dan “cukup” pada pesan 2, “protein tinggi” pada pesan 3, “aman” dan “cukup” pada pesan 7, dan “aktivitas fisik” pada pesan 10. Untuk gambar pada tumpeng gizi seimbang (TGS), adaketidaksesuaian antara tumpeng dengan PGS 2014, khususnya pada porsi dan ukuran gambarnya.Kesimpulan: Sejauh ini, PGS 2014 masih memunculkan beragam persepsi terkait poin-poin pesan dan juga gambarnya.KATA KUNCI: persepsi, pesan gizi seimbang (PGS) 2014, tumpeng gizi seimbang (TGS) 2014
Stunting was not associated with attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) in children 36-59 month in Sedayu Subdistrict Dwi Nur Rahmawati; Bunga Astria Paramashanti; Rosma Fyki Kamala
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 2, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.799 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).59-64

Abstract

Background: Results of Riskesdas in 2013 showed the prevalence of stunting by 37%. Stunting is a growth disorders such as chronic malnutrition will cause linear growth of troubled children. Stunting apart from the impact of the development of IQ, cognitive and motoric sector but also on emotional development. Hyperactivity disorder or ADHD (Attention  Deficit  Hyperactivity Disorder) is one of the emotional problems in children.Objective: The general objective of this study was to determine the relationship between stunting with attention deficit hyperactivity disorder in children aged 36-59 months in the Sedayu Subdistrict, Bantul District, Yogyakarta in 2017.Methods: This study used a cross-sectional approach. The samples studied amount 185 samples retrieval techniques probability proportional to size (PPS). Variable examined included stunting and hyperactivity disorder.\Results: The prevalence of stunting in this study was 34,2%, meanwhile the prevalence of hyperactivity was 28,8%. Chi-square analysis showed no significant association between stunting with attention deficit hyperactivity disorder (OR=0,98; 95%CI: 0,50-1,91).Conclusion: there was no association between stunting and hyperactivity in young children. KEYWORDS: stunting, hyperactivity, ADHD, children 
Status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi dan perkembangan anak 1–3 tahun di Kecamatan Kadia, Kendari Risma .; Adiyanti .; Siti Helmiyati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 1, JANUARI 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.212 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(1).44-50

Abstract

ABSTRACTBackground: The fi rst three years is a golden period or critical period for optimum growth and development process. Mothers at work will affect their role in taking care of their children resulting in limited time to feed the children.  In 2004 it was estimated that 23% of children had development disorder; abnormal growth of infants occured 80% in mothers at work. In 2007 in Indonesia the prevalence of malnourished underfi ves was 8.8% and malnourished was 19.2%. At the Province of Sulawesi Tenggara the prevalence of under nutrition is 2.7% and undernourishment is 13.6%. At Kendari Municipality the prevalence of malnutrition is 0.9% and undernourishment is 3.2%. Objective: To identify the association between occupational status of mothers and nutrition status and development of children of 1 – 3 years at Subdistrict of Kendari Municipality.Method: This observational research used a cross sectional design and was carried out at Subdistrict of Kendari Municipality. Population were all children of 1–3 years. Subjects consisted of 150 children taken with systematic random sampling technique. Research instruments were questionnaire, recall list, Denver II Scale and length measurement. Data analysis used chi square statistical test and logistic regression with confi dence interval (CI) 95%.Result: There were no signifi cant association between occupation of mothers (p=0.106; OR=1.84), education of mothers (p=0.518; OR=1.31), income percapita (p=0.934; OR=0.91) and nutritional status of children. There was signifi cant association between feeding pattern (p=0.008; OR=2.58), duration of rearing (p=0.024; OR=2.28) and nutritional status of children. There was no signifi cant association between occupation of mothers (p=0.275; OR=1.57), education of mothers (p=0.674; OR=1.23) income percapita (p=0.516; OR=0.74) and child development. There was signifi cant association between duration of rearing and child development (p=0.029; OR=2.30). There was signifi cant association between occupation of mothers and feeding pattern of children (p=0.32; OR=2.30). Factor of feeding pattern had the greatest contribution (3%) to undernourished nutrition status; and duration of rearing contributed as much as 3% to delayed child development. Conclusion: There was no association between occupational status of mothers and nutrition status and development of children of 1-3 years. There was association between occupational status of mothers and feeding pattern of children of 1 – 3 years. There was association between feeding pattern and nutrition status of children of 1- 3 years at Subdistrict of Kadia, Kendari Municipality.KEYWORDS: occupational status of mothers, nutritional status, child development ABSTRAKLatar belakang: Tiga tahun pertama merupakan periode keemasan (golden period)ataumasakritis (critical period) untuk optimalisasi proses tumbuh kembang. Ibu yang bekerja akan menghambat peran ibu dalam merawat dan mengasuh anak sehingga anak tidak mendapat waktu cukup untuk urusan makan. Pada tahun 2004 diperkirakan sekitar 23% anak mengalami gangguan perkembangan dan 80% perkembangan bayi tidak normal pada ibu yang bekerja. Pada tahun 2007, di Indonesia prevalensi balita gizi buruk 8,8% dan gizi kurang 19,2 %. Untuk daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, gizi buruk dan kurang  masing-masing sebesar 2,7% dan 13,6%, sedangkan di Kota Kendari 0,9%  dan 3,2%. Tujuan: Mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan status gizi dan perkembangan anak usia 1–3 tahun di Kecamatan Kadia, Kota Kendari.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Wilayah penelitian di Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Populasi adalah seluruh anak balita dengan usia 1–3 tahun di Kecamatan Kadia Kota Kendari. Sampel dalam penelitian sebanyak 156 subjek. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner, daftar recall, Denver II Dacin dan panjang badan. Analisis data dengan uji Chi-Square dan regresi logistik dengan confi dence interval (CI) 95%.Hasil: Tidak terdapat hubungan signifi kan antara pekerjaan ibu (p=0,106; OR=1,84), pendidikan ibu (p=0,518; OR=1,31), pendapatan per kapita (p=0,934; OR=0,91) dengan status gizi anak. Terdapat hubungan yang signifi kan antara pola asuh makan (p= 0,008; OR=2,58), waktu pengasuhan (p=0,024; OR=2,28) dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu (p=0,275; OR=1,57), pendidikan ibu (p=0,674; OR=1,23), pendapatan per kapita (p=0,516;OR=0,74) dengan perkembangan anak. Terdapat hubungan signifi kan antara waktu pengasuhan dengan perkembangan anak (p=0,029; OR=2,30). Terdapat hubungan signifi kan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh makan anak (p=0,030; OR=2,30). Faktor yang kontribusinya paling besar terhadap status gizi kurang adalah pola asuh makan yaitu sebesar 3%, sedangkan terhadap keterlambatan perkembangan anak adalah waktu pengasuhan yaitu sebesar 3%.Kesimpulan: Status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi dan perkembangan anak usia 1-3 tahun, Status pekerjaan ibu berhubungan dengan pola asuh makan anak usia 1-3 tahun, Pola asuh makan berhubungan dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Kecamatan Kadia, Kota Kendari.KATA KUNCI: pekerjaan ibu, perkembangan anak, status gizi anak
Studi kasus kualitas ahli gizi dengan standar pelayanan minimal gizi di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat La Supu; Yeni Prawiningdyah; Susetyowati Susetyowati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.357 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(1).32-40

Abstract

ABSTRACTBackground: The major challenge of a nation is developing the quality of human resources that are healthy, intelligent, and productive. The result of a research of National Health Service (NHS) showed that NHS staffs with more work experience could give more satisfying service and it also suggested that the quality of food was an important factor for patient satisfaction in hospital.Objectives: To identify accuracy in the provision of diet, distribution time and left over of patients inpatient room for the achievement of minimum standard of nutrition care at Fakfak District Hospital.Methods: The study used observational design with descriptive approach. Population of the study were all staff at nutrition installation and all adult patients that received diet and hospitalized for a minimum two days. Subject consisted of 97 patients. Research instruments of the study were questionnaire and in-depth interview. Data of diet accuracy were obtained through observation on type of diet given and data of leftover were obtained by using Comstock method assisted by 4 enumerators. Analysis was done by statistic descriptive and data processing with computer program.Results: The result of observation and direct assessment supported by questionnaire showed appropiate diet provision reached 93.5%, inapprorpiate distribution 88.6%.Conclusion: Accuracy in the provision of diet, food distribution to patients and leftover at inpatient room of Fakfak District Hospital did not achieve minimum standard of nutrition care based on the standard of the Ministry of Health.KEYWORDS: minimum standard of nutrition care, nutrition installation, leftover, food distribution, diet provisionABSTRAKLatar belakang: Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang sehat ,cerdas, dan produktif. Menurut penelitian National Health Service (NHS) mengemukakan bahwa staf NHS yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak dapat memberikan pelayanan yang lebih memuaskan, dan dapat dikatakan bahwa kualitas makanan menjadi faktor yang penting terhadap kepuasan pasien di rumah sakit.Tujuan: Mengetahui kualitas ahli gizi, ketepatan pemberian diet, jam distribusi dan sisa makanan pasien di ruangan rawat inap dalam pencapaian SPM gizi.Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian adalah seluruh petugas instalasi gizi dan seluruh pasien dewasa yang mendapat diet telah dirawat minimal 2 hari subjek penelitian berjumlah 97 pasien, instrumen menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara mendalam, kesesuaian diet peneliti melakukan observasi pada jenis diet yang diberikan dan sisa makanan menggunakan metode Comstock yang dibantu oleh enumerator berjumlah 4 orang, data dianalisis secara deskriptif pengolahan data menggunakan program komputer.Hasil: Hasil observasi dan pengamatan langsung dengan bantuan instrumen kuesioner oleh enumerator menunjukkan bahwa tidak tepat diet sebanyak 93,5%, tidak tepat distribusi sebanyak 88,6% dan sisa makanan 17,5%.Kesimpulan: Kualitas ahli gizi sudah baik, ketetepatan pemberian diet, ketepatan distribusi makanan pasien di ruangan rawat inap RSUD Fakfak belum memenuhi pencapaian SPM gizi rumah sakit berdasarkan standar Depkes RI dan sisa makanan pasien sudah baik khususnya pada makan sore.KATA KUNCI: standard pelayanan gizi minimal, SPM, instalasi gizi, sisa makanan, distribusi makanan, pemberian diet
Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan stunting pada anak usia 6-23 bulan Masrin Masrin; Yhona Paratmanitya; Veriani Aprilia
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.129 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).103-115

Abstract

ABSTRACTBackground: Food is one of human basic needs. If it is not fullfilled, both in their number and quality in the individual and household level will disturb the achievement of the life quality that are health, active, and sustainable and able to rise various health and nutrition problems. Stunting in children 6-23 monthswas one of chronical nutrition problems that was caused by access and afford to the food still low.Objectives: To analyze the correlation between food security of the household and stunting incidence in children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: This was an observational study with case-control design. The samples of the study were 126 children aged 6-23 months, each for case, and control group. The samples were chosen by total sampling method. Data were analyzed by using univariate, bivariate, and multivariate. Statistic test in bivariate analysis used chi-square test and in multivariate analysis used logistic regression test.Results: Bivariate analysis showed that food security of the household had correlation with stunting incidence in children aged 6-23 months (p=0.04, OR=2.70, 95% CI:0.94-8.77). The confounding variable which had significant correlation with stunting incidence in children aged 6-23 months were mother height (p=0.00, OR=2.03, 95% CI:1.14-3.65) and low birth weigth history (p=0.03, OR=3.02, 95% CI:0.98-11.04). Multivariate analysis by controlling mother height and low birth weigth history in children aged 6-23 months,showed that household food security had correlation with stunting incidence in children aged their 6-23 months (p=0.05, OR=2.62, 95% CI:0.97-7.12).Conclusions: There was significant correlation between household food security and stunting incidence in children aged at their 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.KEYWORDS: household food security, stunting, children aged in 6-23 monthsABSTRAKLatar belakang: Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, baik jumlah maupun mutunya pada tingkat individu dan rumah tangga akan mengganggu tercapainya kualitas hidup sehat, aktif, dan berkesinambungan serta dapat menimbulkan berbagai permasalahankesehatan dan gizi. Baduta stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang disebabkan oleh akses dan keterjangkauan terhadap pangan masih rendah.Tujuan: Menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case-control. Sampel penelitian adalah baduta usia 6-23 bulan yang berjumlah 126 untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol dengan rasio 1:1. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Analisis data secarabertahap, yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Uji statistik bivariat menggunakan chi-square dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan (p=0,04, OR=2,70, 95% CI:0,94-8,77). Variabel luar yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan yaitu tinggi badan ibu(p=0,00, OR=2,03, 95% CI:1,14-3,65) dan riwayat BBLR (p=0,03, OR=3,02, 95% CI:0,98-11,04). Hasil analisis multivariat dengan mengendalikan variabel tinggi badan ibu dan riwayat BBLR baduta menunjukkan ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan (p=0,05, OR=2,62, 95% CI:0,97-7,12).Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.KATA KUNCI: ketahanan pangan rumah tangga, stunting, baduta usia 6-23 bulan
Pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan stunting pada anak usia 6–23 bulan di Indonesia Bunga Astria Paramashanti; Hamam Hadi; I Made Alit Gunawan
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 3, SEPTEMBER 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.557 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(3).162-174

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting in children is one of public health problem in Indonesia. Stunting is a serious problem because it is linked with the quality of human capital in future. Objectives: To determine the association between exclusive breastfeeding practice and stunting in young children 6 – 23 months in Indonesia.Methods: This study used a cross-sectional design. Data was obtained from Basic Health Research (Riskesdas) 2013. Riskesdas 2013 used multistage cluster sampling. Subject in this study was 6.956 young children 6 – 23 months in Indonesia which was selected purposively. Data was analyzed by using descriptive analysis, chi-square, and multiple logistic regression by adjusting the sampling weight for survey analysis.Results: Exclusive breastfeeding was protective against stunting, but the result was not significant both for exclusive breastfeeding >6 months (OR=0,99, 95% CI: 0,63–1,59) and exclusive breastfeeding 4-<6 bulan (OR=0,93, 95% CI: 0,63–1,39). Young children with low birth weight history had higher risk to become stunting (OR=1,77, 95% CI: 1,33–2,37). Household economic status which were very poor (OR=1,96, CI: 1,53–2,52), poor (OR=1,62, 95% CI:1,30–2,03) and middle (OR=1,32, 95% CI: 1,06–1,64) were also associated with the risk of stunting.Conclusions: Exclusive breastfeeding is not the only factor contributing to stunting in children. Optimal complementary feeding practice should also be the focus of intervention. Improvement in nutritional status since the preconception and during the pregnancy, and household economy status may reduce stunting problem in children.KEYWORDS: stunting, exclusive breastfeeding, feeding practice, growth ABSTRAKLatar belakang: Stunting pada anak-anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Stunting menjadi masalah yang serius karena dikaitkan dengan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara praktik pemberian ASI eksklusif dan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia.Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Data didapatkan dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Teknik pengambilan sampel pada Riskesdas 2013 adalah multistage cluster sampling. Subjek pada penelitian ini berjumlah 6.956 anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia yang dipilih secara purposive. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, chi-square dan regresi logistik berganda dengan mempertimbangkan sampling weight untuk analisis survei.Hasil: ASI eksklusif bersifat protektif terhadap kejadian stunting pada anak, namun hasilnya tidak signifikan, baik untuk ASI eksklusif >6 bulan (OR=0,99, 95% CI 0,63–1,59) maupun ASI eksklusif 4-<6 bulan OR=0,93, 95% CI: 0,63–1,39). Anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi anak yang stunting (OR=1,77, 95% CI: 1,33–2,37). Status ekonomi rumah tangga sangat miskin (OR=1,96, 95% CI: 1,53–2,52), miskin (OR=1,62, 95% CI: 1,30–2,03) danmenengah (OR=1,32, 95% CI: 1,06–1,64) masing-masing berkontribusi terhadap peningkatan risiko stunting pada anak.Kesimpulan: ASI eksklusif bukanlah satu-satunya faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting pada anak. Pemberian MPASI yang optimal juga harus diperhatikan. Perbaikan status gizi sejak masa prekonsepsi dan selama kehamilan, serta status ekonomi rumah tangga diharapkan mampu menurunkan kejadian stunting pada anak.KATA KUNCI: stunting, ASI eksklusif, praktik makan, pertumbuhan
Jajanan tradisional jawa meningkatkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Febri Nirnawati; Esti Nurwanti; Isti Suryani
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.306 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).81-87

Abstract

ABSTRACTBackground: Yogyakarta is province in Indonesia with the highest prevalence of diabetes mellitus (DM) (2.6%). Blood sugar levels in diabetic patients tend to be high. One cause of the increase in blood sugar levels is the intake of traditional snacks. Energy intake and sucrose that consist of traditional snacks can increase blood sugar levels in diabetic patients.Objectives: To determine the relationship between the intake of traditional snacks with blood sugar levels among patients with type 2 DM in Panembahan Senopati Bantul Hospital.Methods: This was an observational study with cross sectional design. The study population was all patients with type 2 DM outpatient in Panembahan Senopati Bantul Hospitals. This included 89 samples who meet the inclusion and exclusion criteria. The sampling method was purposive sampling. The patient’s weight was measured by using a digital bathroom scales to the nearest 0.1 kg and height was measured using microtoice to the nearest 0.1 cm assisted by trained enumerators. Data of intake frequency, energy intake, and sucrose from traditional snacks were obtained by using a semi-quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data were analyzed using univariate analysis (descriptive) and bivariate (Fisher’s exact test).Results: The analysis Fisher’s exact test showed that there was significant relationship between sucrose intake (p=0.024), energi (p=0.021), and frequency (p=0.046) consumption of traditional snacks with blood sugar levels of patients with type 2 DM in Panembahan Senopati Bantul Hospital.Conclusions: Consumption of traditional snacks had a significant association with the rise in blood sugar levels in patients with type 2 DM.KEYWORDS: traditional snacks, blood sugar levels, diabetes mellitus (DM)ABSTRAKLatar belakang: Prevalensi diabetes mellitus (DM) tertinggi di Indonesia terdapat di DI Yogyakarta (2,6%). Kadar gula darah pada pasien DM cenderung tinggi. Salah satu penyebab kenaikan kadar gula darah yaitu asupan jajanan tradisional. Asupan energi dan sukrosa yang berlebih dari jajanan tradisional dapat meningkatkan kadar gula darah pada pasien DM.Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan jajanan tradisional dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sampel penelitian berjumlah 89 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampelyang digunakan yaitu purposive sampling. Berat badan pasien diukur dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm yang dibantu oleh enumerator terlatih. Data frekuensi asupan, asupan energi dan sukrosadari jajanan tradisional diperoleh menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data dianalisis menggunakan analisis univariat (deskriptif) dan bivariat (fisher’s exact test).Hasil: Hasil analisis Fisher’s exact test menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan sukrosa (p=0,024), energi (p=0,021), dan frekuensi (p=0,046) konsumsi jajanan tradisional dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul.Kesimpulan: Konsumsi jajanan tradisional memiliki hubungan yang signifikan dengan kenaikan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.KATA KUNCI : jajanan tradisional, kadar gula darah, diabetes mellitus (DM)
Penurunan total polifenol, etanol, asam laktat, asam asetat, dan asam amino selama fermentasi biji kakao asalan dengan penambahan inokulum Mulono Apriyanto; Rujiah Rujiah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, NOMOR 1, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.456 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(1).1-8

Abstract

ABSTRACTBackground: Farmers mostly produced dry beans without fermentation. Attempts to get dry cocoa beans that have a typical cocoa flavor precursors can be done if there is still a substrate which can be fermented by microbes involved in the fermentation of fresh cocoa beans with the appropriate process conditions.Objectives: To evaluate the effect of variety of techniques fermentation of cocoa beans randomly to quality parameters of fermented cocoa beans, and evaluate the precursors of flavor and volatile compounds produced after roasting.Methods: Stages of the research were as follows: fermentation technique was done 3 variations of fermentation technique that were the first, treatment without the addition of inoculum (control), second, treatment with inoculum of S. cerevisiae (FNCC 3056), L. lactis (FNC 0086) and A. aceti (FNCC 0016), about 108  cfu / g of microbes at the beginning of fermentation (IA). Third, yeast inoculum at the start of fermentation, lactic acid bacteria on the hour of 24 and acetic acid bacteria at 48 hours, with the same mount of microbial population with the second treatment (IB). Fermentation was conducted during 120 hours. Temperature was adjusted during fermentation, that were 35° C the first (24 hours), 45° C (the second 24 hours), 55° C (the third 24 hours) and 35° C (the fourth 24 hours). At the end of stage, fermented cocoa beans were roasted and analyzed for its volatile compound.Results: The results showed that total plyphenols decrease in all treatments during fermentation. It have been to produce hydrophobic amino acids, that were: alanine, tyrosine, valine, phenilalanin, isoleucine and methionin as precursors of flavor with a total of hydrophobic amino acids were owned all treatment.Conclusions: Parameter testing, like aroma precursors and volatile compounds in the treatment shown the highest increase gradually inoculum. KEYWORDS: cocoa beans, fermentation, inoculum, poliphenol, and amino acidABSTRAK Latar belakang: Biji kakao kering ditingkat petani sebagian besar dihasilkan tanpa fermentasi tidak menghasilkan prekursor flavour khas kakao. Upaya untuk mendapatkan biji kakao kering yang memiliki prekursor flavour khas kakao dapat dilakukan apabila terdapat subtrat yang dapat difermentasi oleh mikrobia yang terlibat dalam fermentasi biji kakao segar dengan kondisi proses yang sesuaiTujuan: Mengetahui pengaruh variasi teknik fermentasi biji kakao asalan terhadap parameter mutu biji kakao asalan hasil fermentasi, dan mengevaluasi prekursor flavour dan senyawa volatil yang dihasilkan biji kakao hasil fermentasi pasca sangrai.Metode: Tahapan penelitian yang dilakukan adalah 3 variasi teknik fermentasi yaitu pertama perlakuan tanpa penambahan inokulum (kontrol), kedua menggunakan inokulum S. cerevisiae (FNCC 3056), L. lactis (FNC 0086) dan A. aceti (FNCC 0016), masing-masing sekitar 108 cfu/g diberikan serentak di awal fermentasi (IA). Ketiga, pemberian inokulum secara bertahap yeast di awal fermentasi, bakteri asam laktat pada jam ke-24, dan bakteri asam asetat pada jam ke 48 dengan populasi mikrobia sama dengan perlakuan kedua (IB). Fermentasi dilaksanakan selama 120 jam. Suhu diatur selama fermentasi, berturut-turut 35oC (24 jam pertama), 45oC (24 jam kedua), 55oC (24 jam ketiga) dan 35oC  (48 jam terakhir), Tahap ketiga, biji kakao hasil fermentasi dari tiga perlakuan tersebut disangrai dan dianalisis senyawa volatilnya.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama fermentasi biji kakao asalan menunjukan total polifenol turun pada ketiga perlakuan. Biji kakao asalan pasca fermentasi menghasilkan asam amino hidrofobik yaitu alanin, tirosin, valin, phenilalanin, isoleusin dan methionin sebagai prekursor flavor dengan total asam amino hidrofobik dimiliki oleh perlakuan penambahan inokulum secara serentak.Kesimpulan: Rehidrasi pulp biji kakao asalan dapat memperbaiki komposisi pulp sebagai subtrat fermentasi. Parameter pengujian, prekursor aroma dan senyawa volatil tertinggi ditunjukkan pada perlakuan penambahan inokulum secara bertahap. KATA KUNCI: biji kakao asalan, fermentasi, inokulum, polifenol dan asam amino hidrofobik.

Page 3 of 28 | Total Record : 278