cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics)
ISSN : 23033045     EISSN : 2503183X     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) abbreviated IJND (p-ISSN 2303-3045 and e-ISSN 2503-183X) is a peer-reviewed scientific journal publishing updated research and non-research articles in the area of nutrition and dietetics. This journal is published three times annually (January, May, and September) by Alma Ata University Press in collaboration with Indonesian Nutrition Association (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 278 Documents
Faktor pada perilaku Ibu dalam pemberian MPASI anak 6–24 bulan di Puskesmas Perumnas, Kendari Rosnah .; Kristiani .; Endang Pamungkasiwi Pamungkasiwi
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 1, JANUARI 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.094 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(1).51-57

Abstract

ABSTRACTBackground: The problem of growth among underfi ves in Indonesia is related to the number of infants that are givencomplementary  feeding since the age of one month. It infl uenced the prevalence of undernourishment 3.25% andmalnutritionat District of Kadia become higher. Those nutrition problem can be affected by inability to provide foods asneeded by members of the family, knowledge and behavior of the family in food selection, cook and distribute the foodin the family. Another problem is lack of mothers' attention to monitor the child growth and developmentObjective: To study the factors associated with mothers' behavior in the supply of complementary breastfeeding toinfants of 6–24 months at Perumnas Health Center Subdistrict of Kadia Kendari Municipality.Method: This analytical study used a cross sectional design and quantitative and qualitative method. Subject were mothers'of underfi ves who fulfi lled inclusion criteria at the working area of Perumnas Health Center District of Kadia KendariMunicipality. Samples were taken using simple random sampling technique. Research instruments were questionnaireand indepth interview guide. Data analysis used chi square and double logistic regression test. Qualitative data wereanalyzed manually and presented in narration.Result: Predisposition factors signifi cantly associated with mothers' behavior in the supply of complementary breastfeedingwere mothers' education (p=0.025; OR=3.27), family income (p=0.007; OR=4.65), knowledge of mothers (p=0.05;OR=2.75), and mothers' attitude (p=0.027; OR=2.92). Another supporting factor, i.e. participation of mothers in theintegrated service post (posyandu) was signifi cantly associated with behavior in the supply of complementary breastfeeding(p=0.008; OR=3.65). Encouraging factors associated with the behavior of mother in the supply of complementarybreastfeeding were support of the health staff (p=0.005; OR=4.21) and the family (p=0.041; OR=4.22).Conclusion: The result of multivariate analysis showed that the factor most dominantly associated with the behavior inthe supply of complementary breastfeeding was education of mothers (p=0.012; OR=5,40).KEYWORDS: behavior, complementary breastfeeding, infants of 6 – 24 monthsABSTRAKLatar Belakang: Masalah gangguan pertumbuhan balita di Indonesia berkaitan dengan banyaknya bayi yang sudahdiberi makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia kurang dari atau 1 bulan. Hal ini mengakibatkan prevalensi gizikurang dan buruk di Kecamatan Kadia cukup tinggi. Masalah gizi ini dipengaruhi oleh tingkat kemampuan menyediakanpangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah,dan membagi makanan di tingkat rumah tangga. Permasalahan lain kurangnya perhatian ibu untuk memantau tumbuhkembang balitanya.Tujuan:  Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MPASI pada anak usia6-24 bulan di Puskesmas Perumnas Kecamatan Kadia, Kota Kendari.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional, menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Subjek adalah ibu balita yang memenuhi kriteria inklusi di wilayah kerja Puskesmas Perumnas KecamatanKadia, Kota Kendari. Jumlah sampel sebanyak 97 subjek. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Datadikumpulkan dengan panduan wawancara mendalam dan dianalisis dengan Chi-Square dan uji regresi logistik berganda.Data kualitatif dianalisis secara manual dan disajikan dalam bentuk narasi.Hasil: Dari faktor-faktor predisposisi, yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku ibu dalam pemberian MPASIadalah pendidikan ibu (p=0,025; RP = 3,27), pendapatan per kapita keluarga (p=0,007; RP = 4,65), pengetahuan ibu(p= 0,05; RP= 2,75), dan sikap ibu (p = 0,027; RP=2,92) dengan perilaku pemberian MPASI. Dari faktor pendukung,partisipasi ibu ke posyandu mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku pemberian MPASI (p=0,008; RP=3,65),sedangkan dari faktor pendorong yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MPASI adalah dukunganpetugas kesehatan (p=0,005; RP=4,21) dan dukungan keluarga (p=0,041; RP=4,22). Kesimpulan: Dari hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa faktor paling dominan yang berhubungan denganperilaku pemberian MPASI adalah pendidikan ibu (p=0,015; RP= 5,40).KATA KUNCI: perilaku, pemberian MPASI, anak usia 6-24 bulan.
Riwayat asupan energi dan protein yang kurang bukan faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan Rahmaniah Rahmaniah; Emy Huriyati; Winda Irwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.593 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).150-158

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting was a chronic nutrition problem that still be a concern in the developing nations include Indonesia. The direct cause of stunting was infectious disease and inadequate food intake such as energy and protein deficiency. In Indonesia in 2010, the prevalence of stunting was 35.7%, inYogyakarta as much as 22.5%, in Bantul District in 2012 was 18.08% and in Sedayu Subdistrict was 30.51%.Objectives: To know the history of energy and protein intake as the risk factors of stunting in children of 6-23 months.Methods: This was an observational study with case-control design. The population were children aged 6-23 months who lived in Sedayu Subdistrict, Bantul. The measurement energy and protein intake used a semi-quantitative food frequency questionnaire and determination of stunting used the WHO standard anthro 2005. Samples were selected by total sampling approachment. Data was analyzed by chi-square and logistic regression test.Results: The result of bivariate analysis showed that birth weight and maternal height had significant association with stunting (p<0.05). While energy and protein intake did not associated with stunting. However, there was a tendency that children with less energy and protein intake had higher risk of stunting. Multivariate analysis showed that maternal height was the dominant variable effect on the prevalence of stunting (OR=2.06).Conclusions: Low energy and protein intakes were not risk factors of stunting in children 6-23 months. Maternal height was dominant variable that influenced the stunting incidence.KEYWORDS: energy intake, protein intake, stunting, childABSTRAKLatar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab langsung stunting adalah penyakit infeksi dan asupan makanan yang tidak memadai seperti kurang energi dan protein. Di Indonesia pada tahun 2010 prevalensi stunting sebanyak 35,7%, di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 22,5%, di Kabupaten Bantul tahun 2012 sebesar 18,08% dan Kecamatan Sedayu 30,51%.Tujuan: Untuk mengetahui riwayat asupan energi dan protein sebagai faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan.Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan case-control. Populasinya seluruh anak usia 6-23 bulan yang ada di wilayah Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Pengukuran asupan energi dan protein dengan menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire dan penentuan stunting dengan menggunakan baku standar WHO anthro 2005. Cara pengambilan sampel adalah dengan total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil: Berat bayi lahir dan tinggi badan ibu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p<0,05), sedangkan riwayat asupan energi dan protein tidak berhubungan dengan stunting (p>0,05). Secara multivariat, tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap stunting(OR=2,06).Kesimpulan: Asupan energi dan protein yang kurang bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting.KATA KUNCI: asupan energi, asupan protein, stunting, anak
Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) anak umur 6-24 bulan di Dusun Pedes, Bantul, Yogyakarta Asriyanti Siolimbona; Edi Sampurno Ridwan; Febrina Suci Hati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 1, JANUARI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.705 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(1).57-62

Abstract

ABSTRACTBackground: Undernutrition problem could be happened in young children above 6 months old because only breastmilk intake is not suffi cient for the physiological need of baby, especially growth and developmental. Therefore, they must be given the complementary feeding that are produced according to the baby’s stomach ability to digest. Giving complementary feeding and breast milk to the baby until the age of 2 years old is very important.Objectives: To know the description of knowledge level of mothers about complementary feeding in young children 6-24 months old in Pedes, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Methods: This was quantitative descriptive research with cross sectional design. Samples were 39 mothers having young children 6-24 months old. Questionnaires were used to collect the data. Data were then analyzed in univariate.Results: Most of mothers had good category knowledge level about definition, function, role, the way and the risk of complementary feeding. The percentage of these knowledge levels were 92.3% (36 mothers), 87.1% (34 mothers), 61.5% (24 mothers), 74.3% (29 mothers), and 43.5% (17 mothers), respectively.Conclusions: Knowledge level of mothers about complementary feeding in young children 6-24 months old in Pedes, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta were categorized as good. KEYWORDS: knowledge level, complementary feeding, young children 6-24 months old, mother ABSTRAKLatar belakang: Masalah gizi kurang pada bayi dapat terjadi setelah bayi berumur di atas 6 bulan akibat air susu ibu (ASI) yang diberikan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Selain ASI, bayi pada umur 6 bulan juga perlu diberi makanan tambahan yang disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ASI hingga bayi berumur 2 tahun sangat penting bagi bayi.Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI anak umur 6-24 bulan di Dusun Pedes, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik total sampling yaitu seluruh ibu yang mempunyai anak umur 6-24 bulan yang berjumlah 39 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis data menggunakan univariat.Hasil: Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebagian besar baik yaitu 71,7% (28 orang). Secara parsial, tingkat pengetahuan ibu sebagian besar tentang pengertian, manfaat, peranan, cara pemberian, dan risiko pemberian MP-ASI tergolong baik berturut-turut dengan persentase 92,3% (36 orang), 87,1% (34 orang), 61,5% (24 orang), 74,3% (29 orang), dan 43,5% (17 orang). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI anak umur 6-24 bulan di Dusun Pedes, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta termasuk dalam kategori baik.KATA KUNCI: tingkat pengetahuan, makanan pendamping ASI, bayi usia 6-24 bulan, ibu
Berat badan lahir rendah berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan Yeyen Supriyanto; Bunga Astria Paramashanti; Dewi Astiti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, NOMOR 1, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (956.173 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(1).23-30

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting is a growth impairment resulting from chronic malnutrition condition or prolonged infectious diseases. It may cause growth retardation, low endurance, lack of intelligence and productivity. Stunting prevalence in Indonesia reached 37.2% where Special Region of Yogyakarta reached 27% and Bantul District was 18.08%. Low birth weight babies have a life chance, however, when they survive they are still vulnerable to diseases, growth retardation, and developmental disorders. Statistics showed that 90% low birth weight cases found in developing countries and the mortality rate was 35 times higher in infants with low birth weight compared to infants with normal birth weight. Objectives: To understand the relationship between weight low birth (BBLR) and stunting in children 6-23 month in Sedayu District Bantul Yogyakarta.Methods: This study used observational research with cross-sectional design. The population in this study were parents and children from 6-23 months which were 1217 subjects. The sample used in this study as many as 190 subjects were selected by using proportional probability to size techniques. Data were analyzed by using chi-square test. Results: Bivariate analysis showed that low birth weight infants was significantly related with stunting (OR= 6.16; 95% CI: 3.007-12.656). In other words, children born with low birth weight status had a chance 6.16 times greater to become stunting than the children who birth weight normal Conclusion: There was a relationship between low birth weight infants and stunting in children 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul District, Yogyakarta. KEYWORDS: low birth weight, stunting, children aged 6-23 months ABSTRAKLatar belakang: Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat kondisi kekurangan gizi kronis atau penyakit infeksi kronis. Dampak yang ditimbulkan antara lain lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, kurang kecerdasan dan produktivitas yang rendah. Prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37,2%, sementara di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 27%, di Kabupaten Bantul sebesar 18,08%. Bayi BBLR memiliki kesempatan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terkena penyakit, retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental. Statistik menunjukan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan bayi berat badan lahir lebih dari 2.500 gram. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak yang berumur 6-23 bulan yang berjumlah 1217 responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 190 yang diambil dengan teknik proporsional probability to size yaitu prosedur penarikan sampel dimana peluang terpilihnya suatu unit sampel sebanding dengan ukuran. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji statistik chi-square.Hasil: Berdasarkan analisis Chi-Square menunjukkan anak yang BBLR memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting (p value <0,000) dengan nilai OR 6,16 (95% Cl: 3,007-12,656), dengan kata lain anak yang lahir dengan berpeluang 6,16 kali lebih besar untuk mengalami stunting dari pada anak yang memiliki berat badan lahir normal. Kesimpulan: Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta. KATA KUNCI: stunting, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), anak usia 6-23 bulan 
Perebusan dan penumisan menurunkan kandungan beta karoten dalam wortel Rany Adelina; Noorhamdani Noorhamdani; Annasary Mustafa
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 3, SEPTEMBER 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.757 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(3).164-168

Abstract

ABSTRACTBackground: Carrot is included in high beta carotene vegetable. Therefore, there were limited studies about the effect of cooking on nutrient content. Beta carotene found in carrots are provitamin A carotenoids that have strong antioxidant activity.Objectives: To determine the amount of beta carotene in carrots treated with two different cooking methods, that were, boiling and sautéing.Methods: A posttest–only control group design was used for this study. Samples of this study were local carrots varieties, and were selected by quota sampling. The carrots were divided into three groups, with fresh carrots (n=6) as control groups, and boiled carrots (n=6) and sautéed carrots (n=6) as treatment groups. Beta carotenes were extracted using petroleum ether-acetone solvents. They were separated by using column chromatography and measured by spectrophotometer at wave length 450nm. Data collected were analyzed with one way anova followed by post hoc tests duncan, independent t-test, andpaired t-test.Results: The level of beta carotene between fresh carrots, boiled carrots, and sauteed carrots have significant difference with p=0.013 (anova, p<0.05), whereas the level of beta carotene in boiled carrots and sauteed carrots have no significantly difference with p=0.376 (independent t-test, p>0.05). However,there is a significant decrease in the level of beta carotene in beginning and end groups from the boiling method with p=0.027, and the level of beta carotene in beginning and end groups from the sauteing method have a signifi cant decrease with p=0.020 (paired t-test, p<0.05).Conclusions: Boiling and sauteing decreased beta carotene levels in carrots.KEYWORDS: beta carotene, boiling, carrot, sauteeingABSTRAKLatar belakang: Wortel termasuk dalam sayuran dengan kandungan beta karoten yang tinggi. Walaupun demikian, studi mengenai pengaruh pemasakan terhadap kandungan gizinya masih terbatas. Beta karoten merupakan salah satu jenis karotenoid provitamin A dan berperan sebagai antioksidan kuat yang sangat bermanfaat bagi proses metabolisme yang terjadi pada tubuh manusia.Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan kandungan beta karoten pada wortel yang diolah dengan perebusan dan penumisan.Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental rancangan acak lengkap. Desain penelitian ini adalah the posttest-only control group design. Populasi dan sampelnya adalah wortel varietas lokal. Sampel dipilih dengan cara kuota sampling untuk dibagi dalam tiga kelompok, yaitu wortel mentah (n=6) sebagai kelompok kontrol, sedangkan kelompok perlakuan adalah wortel yang direbus dengan air (n=6) dan wortel yang ditumis dengan minyak goreng (n=6). Variabel yang diukur adalah kandungan beta karoten pada masing-masing kelompok menggunakan kromatografi kolom dan spektrofotometri pada panjang gelombang 450 nm. Analisis data menggunakan oneway anova dilanjutkan dengan post hoc tests duncan, uji independent t-test, dan paired t-test.Hasil: Kandungan beta karoten antara wortel mentah, direbus, dan ditumis berbeda secara signifikan yaitu p=0,013 (anova, p<0,05). Kandungan beta karoten pada wortel direbus tidak berbeda secara signifikan dengan wortel ditumis yaitu p=0,376 (uji independent t-test, p> 0,05). Terbukti adanya perbedaan kandungan beta karoten pada kelompok awal dan akhir dari teknik pengolahan perebusan menurun secara signifikan yaitu p=0,027, sedangkan kandungan beta karoten awal dan akhir dari teknik pengolahan penumisan menurun secara signifikan yaitu p=0,020 (uji paired t-test, p<0,05).Kesimpulan: Perebusan dan penumisan berpengaruh terhadap penurunan kandungan beta karoten dalam wortel.KATA KUNCI: beta karoten, perebusan, penumisan, wortel
Riwayat gizi buruk masa lalu (stunted) tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur Tobianus Hasan; Mohammad Djuffrie; Indiria L. Gamayanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 2, MEI 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.019 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(2).93-102

Abstract

ABSTRACTBackground: The main nutritional problem existed in Sikka District was high prevalence of stunting in children (49.6%). Sikka District Health Office data at 2009 and 2010 confirmed that Mego Subdistrict was categorized as area in which the citizens (particularly infants) had high risk experiencing health and nutritionissues with percentage of 43.3 in 2009 and 42.3 in 2010. Elementary school student’s passing percentage at Mego Subdistrict in education year of 2009/2010 placed in rank of 15 of 21 subdistricts in Sikka District.Objectives: To determine the association between history of malnutrition (stunted) and academic achievement of elementary school students at Sikka District, NTT.Methods: This was an observational study with cross sectional study design. Sample of this research were 3rd grade elementary school students who met inclusive and exclusive criteria. Bivariate and multivariate analysis was used ini this research.Results: Research result showed that bivariatelly stunted condition affects study achievement (p=0.027). External factors affecting study achievement was mother’s education (p=0.001), father’s education (p=0.001) and child’s intelligence (p=0.027). Multivariatelly, most affective factor in student’s study achievement at Mego Subdistrict was parent’s education. The most dominant factor affecting elementary student’s study achievement was mother’s education (p=0.001).Conclusions: Most students suffering stunted had low study achievement (87.2%) and stunted had no significant relation to study achievement. Student’s study achievement was affected by parent’s education.KEYWORDS: stunted, study achievementABSTRAKLatar belakang: Masalah gizi utama yang ada di Kabupaten Sikka adalah tingginya balita dengan status pendek dan sangat pendek yang mencapai 49,6%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka tahun 2009 dan 2010 menyatakan bahwa Kecamatan Mego dikategorikan sebagai wilayah dengan masyarakat terutama balita berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan dan gizi dengan persentase 43,3 pada tahun 2009 dan 42,3 pada tahun 2010. Persentase kelulusan siswa SD di Kecamatan Mego pada tahun ajaran 2009/2010 menempati urutan ke-15 dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara status gizi masa lalu (stunted) dan prestasi belajar siswa SD Kecamatan Mego, di Kabupaten Sikka NTT.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross sectional study dengan sample penelitian meliputi anak sekolah dasar (SD) kelas III yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa secara bivariat kondisi stunted mempengaruhi prestasi belajar (p=0,027), selain stunted, faktor luar yang mempengaruhi prestasi belajar adalah pendidikan ibu (p=0,001), pendidikan ayah (p=0,001) dan intelegensi anak (p=0,027) Secara multivariat yang paling mempengaruhi prestasi belajar siswa SD di Kecamatan Mego adalah pendidikan ayah dan ibu. Tetapi faktor yang paling dominan mempengaruhi prestasi belajar siswa SD hanya pendidikan ibu (p=0,001).Kesimpulan: Sebagian besar siswa yang menderita stunted memiliki prestasi belajar yang rendah (87,2%) dan stunted tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh pendidikan orang tua.KATA KUNCI: stunted, prestasi belajar
Gambaran status gizi anak 12-24 bulan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2015: tinjauan riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi Nurlisa T. Hi. Abdullah; Yhona Paratmanitya; Febrina Suci Hati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 3, SEPTEMBER 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.309 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(3).149-154

Abstract

ABSTRACTBackground: Malnutrition and severe undernutrition is one of the main health problems faced in developing countries. In Indonesia, health problems and the child’s growth are influenced by two main issues , namely a state of good nutrition and the prevalence of infectious diseases . Worsening child malnutrition can occur because of ignorance of the mother about the manner of breastfeeding to their children. Yogyakarta city still has the highest prevalence of malnutrition (W/A) , as compared to four other districts in the amount of 1.04 % (exceeding the target of the action plan for food and nutrition is < 1%).Objectives: To know the nutritional status of children (12-24 months) in terms of the history of exclusive breastfeeding and the incidence of infectious diseases at the Mergangsan health center in Yogyakarta. Methods: This research used quantitative descriptive method with cross sectional approach. Subjects were children aged 12-24 who months were recorded in four villages Kaparakan Integrated Health Centre (RW III , VII , IX , and XII) in Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta. The sampling technique of this study used total sampling, the number of samples were 34 respondents. Data were collected by using a questionnaire.Results: Most children did not receive exclusive breastfeeding (55.9%). All of the children had infectious diseases (diarrhea, respiratory infection) in the last one month. Most of children had good nutrition (58.8%), and 86.7% children received exclusive breastfeeding. Meanwhile, 36.8% children did not. Most of children who had infectious diseases history were included in good nutritional status. Conclusion: Children who had a history of exclusive breastfeeding was 86.7%, while those who had not breastfeeding exclusively was 36.8%. Most of children with good nutritional status had experiences of infectious diseases (diarrhea, respiratory infection). KEYWORDS: exclusive breastfeeding, infectious disease, nutritional statusABSTRAKLatar belakang: Gizi kurang dan buruk merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh negara berkembang. Di Indonesia, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi. Memburuknya gizi anak dapat terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Kota Yogyakarta masih memiliki prevalensi gizi buruk tertinggi (BB/U) dibandingkan empat kabupaten lainnya, yaitu sebesar 1,04% (melebihi target rencana aksi daerah pangan dan gizi.Tujuan: Mengetahui gambaran status gizi anak (12-24 bulan) ditinjau dari riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah anak usia 12-24 bulan yang tercatat di 4 Posyandu Kelurahan Kaparakan (RW III, VII, IX, dan XII) di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan, Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel 34 responden. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil: Sebagian besar anak tidak mendapat ASI eksklusif (55,9%). Semua anak pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA) dalam 1 bulan terakhir. Mayoritas anak memiliki gizi baik (58,8%) dengan jumlah anak yang mendapat ASI eksklusif sebesar 86,7%, sedangkan yang tidak mendapat ASI ekslusif sebesar 36,8%. Mayoritas anak yang pernah mengalami penyakit infeksi berstatus gizi baik (58,8%).Kesimpulan: Sebagian besar anak memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif. Terdapat lebih dari sebagian anak dengan status gizi baik pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA). KATA KUNCI: ASI eksklusif, penyakit infeksi, status gizi
Asupan kalium-natrium dan status obesitas sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pasien rawat jalan di RS Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Effatul Afifah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 1, JANUARI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.213 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(1).41-48

Abstract

ABSTRACTBackground: Hypertension is one of the problems in the medical and public health area. Based on National Health Research Association in 2013, hypertension is the third leading cause of death of all ages patterns, after stroke and TB, with the proportion of deaths was 6.8%. The prevalence of hypertension in DIY was 25.7%. The risk factors of diet containing high fat, high sodium, and low potassium to elevate blood pressure.Objectives: To know the effect of the intake of sodium-potassium and the status of obesity as a risk factor for hypertension.Methods: This study used analytic observational study design with control-case design. Samples were 104 and divided into 52 cases and 52 controls. Data were collected using a questionnaire include: name, age, gender, address, education level, the type of work, and form of food frequency questionnaire (FFQ) to inquire patterns of food intake (intake of sodium-potassium) for 3 months with food models. Obesity status was measured using body mass index (BMI), and merqurial sphygmomanometer hypertension wasused to measure blood pressure. Analysis of data used statistical test independent t-test, chi-square.Results: No significant correlation between age and the incidence of hypertension (OR=2.448), neither did sodium intake with hypertension, potassium intake with hypertension, and nutritional status (obesity) associated with the incidence of hypertension.Conclusions: Age was the risk factor for hypertension, while the intake of sodium-potassium and status of obesity were not.KEYWORDS: hypertension, sodium intake, potassium intake, obesityABSTRAKLatar belakang: Hipertensi merupakan salah satu masalah dalam dunia medis dan kesehatan masyarakat. Dalam riset kesehatan dasar nasional tahun 2013, hipertensi merupakan penyebab kematian semua umur yang ketiga, setelah stroke dan tuberculosis (TB), dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Prevalensi hipertensi untuk wilayah DIY 25,7% termasuk angka yang tinggi. Faktor risiko pola makan yang mengandung tinggi lemak, tinggi natrium dan rendah kalium memiliki kontribusi terhadap peningkatantekanan darah.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh asupan natrium, kalium, dan status obesitas sebagai faktor risiko hipertensi.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah total sampel 104 yang terbagi dalam 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan dan formulir food frequency questionnaire (FFQ) untuk menanyakan pola asupan makanan (asupan natrium, kalium) selama 3 bulan menggunakan food model. Status obesitas diukur dengan menggunakan indek massa tubuh (IMT) dan hipertensi diukur menggunakan merqurial sphygmomanometer. Analisis data menggunakan uji statistik independent t-test, chi-square.Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian hipertensi (OR=2,448). Asupan natrium tidak berhubungan signifi kan dengan hipertensi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi dan status gizi (obesitas) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi.Kesimpulan: Usia merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, sedangkan asupan natrium, kalium, dan status obesitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi.KATA KUNCI: hipertensi, asupan natrium, asupan kalium, obesitas
Perilaku makan berlebih dan hubungannya dengan kegemukan pada anak prasekolah Herni Dwi Herawati; Indria Laksmi Gamayanti; A. Fahmy Arif Tsani; I Made Alit Gunawan
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.673 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(3).161-169

Abstract

Backgrounds: Obese children is a serious health problem. Obesity in childhood if it’s not handled properly will cause obesity up to adolescence and adulthood. Eating behavior in children plays an important role on the prevalence of obesity.Objectives: This study aims to determine the correlation of excessive eating behavior (overeating, enjoyment of food, desire to drink) with overweight in preschool children.Methods: The study used case control design adjusted for age and sex. The research subjects were taken randomly from 53 early childhood schools in the city of Yogyakarta. Subjects were mothers who has preschool children aged 3-5 years. The subjects were divided into 2 groups: cases who have Z score> 2 SD (n = 101) and control have Z score -2 up to 2 SD (n = 101) were adjusted for age and gender. Behaviors of food approach were assessed using CEBQ (Children Eating Behavior Questionnaire). The nutritional status of parents was determined by using BMI (Body Mass Index). Data of birth weight and socioeconomic was obtained by interviews directly to the mother. Data were Analyzed  by Mc Nemar and Conditional Logistic Regression.Results: There was correlation enjoyment of food with overweight (p < 0.05, OR 4.33, 95% CI: 1.74-12.87). There was no correlation overeating (emotional overeating / food responsiveness) with overweight (p > 0.05, OR 0, 95% CI : 0.02 to 0.00). There was no correlation desire to drink with overweight (p > 0.05, OR 1.5, 95% CI 0.47 to 5.12). Enjoyment of food behavior is accompanied by nutritional status of obese mothers had significant association with overweight (p < 0.05, OR:3.71, 95% CI: 1.12 to 4.05).Conclusions: Enjoyment of food behavior was risk factor of overweight in preschool children. Educator in early childhood schools hopefully can give information to parents about prevention and intervention of obesity in preschool children, which associated with food  approach and obesity. Future research needs longitudinal studies to better know the causal behavior of food approach to obesity in preschool children. KEYWORDS: excessive eating behavior, overweight, preschool children
Maternal level of education, maternal type of occupation, and the provision of complementary feeding Anafrin Yugistyowati; Maulia Marza
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 3, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.252 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).106-112

Abstract

ABSTRACTBackground: Complementary Feeding is an additional food or drink containing nutrients, given to infants or children aged 6-24 months to meet nutritional needs other than breast milk. Provision of Complementary Feeding was given from age 6 to 24 months as the age increase, and children then need more nutrients grow.Objectives: To know the relationship between education level and mother’s type of work with the practice of giving of baby milk at 6-24 months in Sedayu Bantul, Yogyakarta.Methods: This was an observational research using analytical survey method with cross-sectional approach. Research subjects were mothers who have babies aged 6-24 months. Sampling technique using stratified random sampling with a number of respondents 287 under 2 years children in Sedayu I and II Bantul Yogyakarta. Data collection was using questionnaires and checklist sheets.Results: The result of statistical test using Chi-Square showed that there was a correlation between maternal education level and the practice of giving was breast milk in Sedayu I and II Bantul Health Center, with result p = 0,000 <0,05. There was a relationship between the type of mother’s work with the practice of giving the Complementary Feeding at Sedayu I and II Bantul Health Center, with result p = 0,003 <0,05. The closeness of the relationship between the level of education and the type of work of the mother with the practice of giving the Complementary Feeding is categorized as low with the value of 0.282 and 0.199.Conclusions: There was a correlation between the level of education and the type of work of the mother with the practice of giving Complementary Feeding in Sedayu I and II Bantul Yogyakarta.KEYWORDS: education level, job type, practice of complementary feeding

Page 5 of 28 | Total Record : 278