cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics)
ISSN : 23033045     EISSN : 2503183X     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) abbreviated IJND (p-ISSN 2303-3045 and e-ISSN 2503-183X) is a peer-reviewed scientific journal publishing updated research and non-research articles in the area of nutrition and dietetics. This journal is published three times annually (January, May, and September) by Alma Ata University Press in collaboration with Indonesian Nutrition Association (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 278 Documents
Pengembangan sistem informasi berbasis komputer untuk efi siensi penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RS Militer Malang Hasan Aroni; Hari Kusnanto; Anis Fuad
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 1, JANUARI 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.254 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(1).22-30

Abstract

ABSTRACTBackground: The rapid development of science and technology in the globalization era, particularly information technology enables data or information to be processed quickly and accurately. Nutrition service in the form of food provision in hospitals requires precision and accuracy  as well as speed in its process. Therefore the utilization of science and technology especially computer-based information system will be of much help. Nutrition installation of Malang Military Hospital still uses manual method in calculating the need for food stock so that it needs more time and nutrition staff to do the work.    Method: The study was a quasi experimental study (before and after) without control group to fi nd out the difference in duration of food stock need calculation before and after the implementation of computer-based information system in the food provision at Nutrition Installation of Malang Military Hospital.Result: The implementation of computer-based information system at nutrition installation improved nutrition staff and time effi ciency in the calculation of food stock needs. Only one nutrition staff was needed to operate computer, whereas in the manual calculation method two nutrition staff were needed to do the work. The time needed to calculate food stock before the implementation of computer-based information system in average was 3.5 hours and after the implementation was 1.6 hours, based on statistical test at signifi cance level 95% p<α(0.05) whereby 0.003<0.05. This meant there was difference in duration of time needed before and after the implementation of computer-based information system in food provision at Nutrition Installation of Malang Military Hospital.Conclusion: The development of computer-based information system improved nutrition staff and time effi ciency in the calculation of food stock need in food provision at Nutrition Installation of Malang Military Hospital.KEYWORDS: information system, effi ciency, food stock calculation, nutrition installation, food provisionABSTRAKLatar Belakang: Perkembangan iptek pada era globalisasi yang begitu pesat, terutama teknologi informasi akan memungkinkan proses data atau informasi dengan cepat dan akurat. Pelayanan gizi, dalam hal penyelenggaraan makanan rumah sakit dalam prosesnya memerlukan ketelitian dan ketepatan serta kecepatan waktu yang digunakan. Untuk itu, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknolgi dalam hal ini sistem informasi berbasis komputer akan sangat membantu. Instalasi Gizi Rumah Sakit Militer Malang (RSMM), dalam kegiatan perhitungan kebutuhan bahan makanan masih menggunakan penghitungan secara manual sehingga memerlukan waktu dan tenaga kerja gizi yang lebih untuk menyelesaikannya.Tujuan: Mengembangkan sistem informasi berbasis komputer untuk meningkatkan efi siensi waktu dan tenaga kerja gizi dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan pada penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSMM.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental (before-after) tanpa kelompok kontrol untuk mengetahui perbedaan durasi waktu yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan sebelum dan sesudah menerapkan sistem informasi berbasis komputer pada penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSMM.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penerapan sistem informasi berbasis komputer pada instalasi gizi akan meningkatkan efi siensi tenaga kerja gizi dan waktu dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan. Satu tenaga kerja gizi cukup digunakan untuk operasional computer yangsebelumnya 2 tenaga kerja gizi untuk perhitungan secara manual. Waktu yang diperlukan untuk perhitungan bahan makanan sebelum dan sesudah menerapkan sistem informasi berbasis komputer berbeda nyata dengan rata-rata adalah 3,5 jam dan 1,6 jam(p<0,05).Kesimpulan: Pengembangan sistem informasi berbasis komputer akan meningkatkan efi siensi tenaga kerja gizi dan waktu dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan pada penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSMM.KATA KUNCI: sistem Informasi, komputer, efi siensi tenaga kerja gizi dan waktu, perhitungan kebutuhan bahan makanan
Pemberian paket gizi masyarakat proyek NICE berpengaruh terhadap kinerja posyandu, tetapi tidak meningkatkan status gizi balita di Provinsi NTB Solikin Solikin; Kristiani Kristiani; I Made Alit Gunawan
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.205 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(1).1-13

Abstract

ABSTRACTBackground: The province of NTB had the prevalence of underweight 30.5% in 2010 for children under five, this figure is above the national prevalence. A nutrition improvement through community empowerment (NICE) has been developed aimed to supporting community nutrition service to overcome nutrition and health problem independently. One of the programs is CNP (community nutrition package) which got the highest fund allocation compared to other NICE program.Objectives: To evaluate the effect of CNP supplementation in NTB Province to the increase of nutritional status of children under five through index of weight by age and performance of posyandu.Methods: The study was evaluative with quantitative and qualitative method and one group pre and post test design, from January to April 2012 at 4 districts/ municipalities area of NICE Project, comprising 72 villages/cities that received CNP in 533 posyandu with 7,975 of children under fives. Posyandu’s performance was measured by baseline data collection for NICE project questionairre, weight measured by scale, and indepth interview was made to individuals administering CNP before and after receiving the package. Samples were randomly selected. Data analysis used paired t-test.Results: There was significant difference in performance of posyandu (p< 0.001, 95% CI: 9.88-11.05) and nutritional status of children under five based on index of weight/age (p<0.001, 95% CI: -1.23 to -1.32) before and after CNP supplementation. CNP supplementation increased performance of posyandu, but did not increase the nutritional status of children under five (index of weight/age). There were supporting factors of community nutrition supplementation such as human resources, participation across sectors, villages and community/religious leaders and integration with other programs (PNPM-Mandiri, GSC, local budget).Conclusions: CNP supplementation affected performance of posyandu but did not increase nutritional status of children under five at Province of NTB in 2011.KEYWORDS: NICE project, nutritional status, performance of posyandu, children under fiveABSTRAKLatar belakang: Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki prevalensi balita underweight di atas prevalensi nasional, yaitu sebesar 30,5 persen tahun 2010. Proyek perbaikan gizi NICE (nutrition improvement through community empowerment) dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat untuk mendukung pelayanan gizi masyarakat. Salah satu programnya adalah paket gizi masyarakat (PGM) yang mendapat alokasi dana paling tinggi dibanding proyek NICE yang lain.Tujuan: Mengevaluasi pengaruh pemberian PGM di Provinsi NTB terhadap peningkatan status gizi balita indeks berat badan menurut umur dan kinerja posyandu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif pada bulan Januari sampai dengan April 2012. Penelitian menggunakan rancangan one group pre and post test design. Penelitian dilaksanakan di 4 kabupaten/kota wilayah NICE mencakup 72 desa/kota yang mendapat PGM dengan jumlah posyandu sebanyak 533 dan 7.975 balita. Pengukuran kinerja posyandu menggunakan kuesioner yang diadopsi dari baseline data collection for NICE project, pengukuran berat badan menggunakan dacin dan indepth interview dilakukan pada pengelola PGM sebelum dan sesudah PGM. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara simple random sampling. Analisis data menggunakan paired t-test.Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kinerja posyandu (nilai p<0,001, 95% CI: 9,885763-11,05232) dan status gizi balita menurut indeks BB/U (nilai p< 0,001, 95% CI: -1,233254-1,321063) antara sebelum dan sesudah pemberian PGM. Kinerja posyandu meningkat setelah pemberian PGM, namun belum mampu meningkatkan status gizi balita (indeks BB/U) di Provinsi NTB tahun 2011. Terdapat faktor pendukung pemberian PGM di antaranya kualitas sumber daya manusia (SDM) kelompok gizi masyarakat (KGM), keterlibatan lintas sektor, desa/ kelurahan, dan tokoh masyarakat/agama serta keterpaduan program lainnya (PNPM-Mandiri, GSC, dana daerah).Kesimpulan: Pemberian paket gizi masyarakat berpengaruh terhadap kinerja posyandu tetapi belum mampu meningkatkan status gizi balita di Provinsi NTB tahun 2011.KATA KUNCI: proyek NICE, status gizi, kinerja posyandu, balita
Tingkat sosial ekonomi tidak berhubungan dengan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil Indriany Indriany; Siti Helmyati; Bunga Astria Paramashanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.043 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).116-125

Abstract

ABSTRACTBackground: Chronic energy deficiency (CED) has been experienced in almost all countries, especially in developing countries such as Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, and Thailand. There are several cause factors of CED, one of them is socioeconomic level such as education, employment, knowledge, and family income.Objectives: To analyze the relationship between socioeconomic level and CED in Sedayu Subdistrict, Bantul,Yogyakarta.Methods: This was an observational study with cross sectional design. Population were all pregnant women in Sedayu Subdistrict. Samples were selected by using total sampling methods with total sample 201 pregnant women. Data were analyzed by using univariate analysis (descriptive), bivariat (chi-square), and multivariat (multiple logistic regression).Results: There were no significant relationship between maternal education (p=0.167, RP=1.55, 95% CI:0.84-2.87), maternal employment (p=0.360, RP=1.33, 95% CI:0.72-2.44), maternal knowledge (p=0.892, RP=0.96, 95% CI:0.49-1.85) and CED in pregnant women at Sedayu Subdistrict. However, there was significant relationship between family income with CED in pregnant woman (p=0.004, RP=2.73, 95% CI:1.31-5.68). Multivariat analysis showed that there was significant relationship between family income with CED in pregnant women (R2=0.08, OR=3.22, 95% CI:1.28-8.11). Low family income had a 3.22 times higher chance to incidence of CED in pregnant women.Conclusions: Sosioeconomic status such as education, employment, knowledge did not associate with CED in pregnant women. However, there was significant association in family income of pregnant women with CED and non CED.KEYWORDS: chronic energy deficiency, maternal education, employment, maternal knowledge, family income ABSTRAKLatar belakang: Kurang energi kronis (KEK) dialami oleh hampir semua negara khususnya di negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Sedayu. Pemilihan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 201 ibu hamil. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (chi-square), dan multivariat (regresi logistik).Hasil: Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (p=0,17, RP=1,55, 95% CI:0,84-2,87), pekerjaan ibu (p=0,36, RP=1,33, 95% CI:0,72-2,44), dan pengetahuan ibu (p=0,83, RP=0,96, 95% CI:0,49-1,85) dengan kejadian KEK pada Ibu hamil. Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan KEK ibu hamil (p=0,004, RP=2,73, 95% CI:1,31-5,68). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (R2=0,08, OR=3,22, 95% CI:1,28-8,11), pendapatan keluarga yang rendah memiliki peluang 3,22 kali untuk mengalami kejadian KEK pada ibu hamil.Kesimpulan: Tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan KEK pada ibu hamil, namun pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna secara signifikan antara ibu hamil KEK dan tidak KEK.KATA KUNCI: kurang energi kronis, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan keluarga
Studi ketidakaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan, Banjar, Kalimantan Selatan Muhammad Ali Akbar; BJ Istiti Kandarina; I Made Alit Gunawan
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.082 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(1).60-67

Abstract

ABSTRACTBackground: Integrated health post is a community empowered health service that also supported by health workers. Cadres are the drive motor of integrated health post. Inactivity of cadres influence the continuity of integrated health post and affect nutritional status early detection of infants and childrenunderfive. Paramasan Primary Health Care is a region in Banjar Regency that has the highest inactivity cadres level (54.5%).Objectives: To examine the knowledge of cadres, comprehensiveness of facilities and infrastructure at integrated health post, head of village and health workers support, incentives and awards, and community participation as the background of integrated health post cadres inactivity in Banjar Regency, SouthKalimantan.Methods: This was a descriptive research with qualitative methods using a case study design. The research was implemented in the Region of Paramasan Primary Health Cares at Banjar Regency, South Kalimantan in April until May 2014. Informants were selected by purposive sampling until get saturateddata. The data collection was done by using 3 methods: in-depth interview of 23 informants, focus group discussion (FGD) of 30 informants, and field observation. Data analysis used in this study was constant comparative method.Results: Cadres had very low knowledge never joined any training, and also illeterate. The facilities and infrastructure in integrated health post were very limited. Head of village support on cadres and integrated health post were also low. Unscheduled and unstable of incentive numbers and awards received bycadres was also a problem. The level of community participation was really depended on the activeness of cadres in reminding the schedule of integrated health post activities.Conclusions: The knowledge of cadres contibuted to the cadres inactivity, such as a poor participation and lack of confidence in attending the activities of the integrated health post.KEYWORDS: cadres, inactivity, integrated health postABSTRAKLatar belakang: Posyandu merupakan wadah pelayanan kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan dukungan petugas kesehatan. Kader merupakan motor penggerak posyandu. Tidak aktifnya kader menyebabkan ketidaklancaran pelaksanaan posyandu serta tidak terdeteksinya status gizi bayi dan balita sejak dini. Puskesmas Paramasan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Banjar dengan tingkat ketidakaktifan kader tertinggi yaitu sebesar 54,5%.Tujuan: Mengkaji secara mendalam pengetahuan kader, kelengkapan sarana dan prasarana posyandu, dukungan kepala desa dan petugas kesehatan, insentif dan penghargaan kader, serta partisipasi masyarakat ke posyandu sebagai latar belakang ketidakaktifan kader posyandu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif menggunakan rancangan studi kasus. Pelaksanaan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan April hingga Mei 2014. Informan dipilih secara purposive sampling, berlanjut hingga saturasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 23 orang informan, diskusi kelompok terfokus (DKT) terhadap 30 orang informan, dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan metode constant comparative method.Hasil: Kader memiliki pengetahuan kurang, tidak pernah mengikuti pelatihan, dan tidak bisa baca tulis. Sarana dan prasarana di posyandu sangat kurang, demikian pula dengan dukungan kepala desa terhadap kader, dan posyandu yang tergolong masih minim. Insentif dan penghargaan yang diterima kader dikategorikan tidak rutin dengan jumlah tidak tetap. Tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu masih tergantung pada keaktifan kader dalam mengingatkan tentang hari buka posyandu.Kesimpulan: Pengetahuan kader memberikan kontribusi terhadap ketidakaktifan kader yaitu kurangnya keaktifan dalam menghadiri kegiatan di posyandu.KATA KUNCI: kader, ketidakaktifan, posyandu
Children’s breakfast habit related to their perception towards parent’s breakfast habits (study in Sedayu District, Bantul Regency)* Winda Irwanti; Yhona Paratmanitya
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.647 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).63-70

Abstract

ABSTRACTBackground: Breakfast plays an important role in ensuring the good health and wellbeing of an individual, especially children. Evidence suggests that breakfast consumption may improve cognitive function related to memory, exam test score and the level of school attendance.Objectives: To determine the breakfast habits and its risk factors in elementary school children in Bantul.Methods: This cross-sectional study was conducted in four elementary schools in the District Sedayu, Bantul with 126 children as subjects. Breakfast habits investigated by interviews to the children.Results: This study showed that there were 33% of children had no breakfast daily, or had skipped breakfast at least once in a week. The major reasons of children skipping breakfast were not having enough time (38.1%), not hungry (30.9%) and no food available in the morning at home (16.7%). A total of 15.9% mothers and 23% fathers were not breakfast daily according to their children. Breakfast habits of children significantly associated with the children’s perception towards parent’s breakfast habits.Conclusions: Breakfast habits of children significantly associated with the children’s perception towards parent’s breakfast habits.KEYWORDS: breakfast habit, children perception, parent’s breakfast habitABSTRAKLatar belakang: Sarapan memiliki peran dalam menjaga kesehatan dan kebahagiaan seseorang, termasuk anak. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa sarapan mampu meningkatkan fungsi kognitif yang berhubungan dengan kemampuan mengingat, nilai ujian, dan tingkat kehadiran di sekolah.Tujuan: Untuk mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Metode: Studi cross-sectional ini dilaksanakan di 4 sekolah dasar di Wilayah Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, dengan jumlah subjek sebanyak 126 anak. Kebiasaan sarapan diketahui dari wawancara dengan anak.Hasil: Hasil menunjukkan bahwa sebesar 33% anak sarapan tidak setiap hari, atau dalam seminggu paling tidak 1x melewatkan sarapan. Alasan utama anak melewatkan sarapan adalah tidak punya cukup waktu (38,1%), tidak lapar (30,9%), dan tidak tersedianya sarapan di rumah pada pagi hari (16,7%). Sebanyak 15,9% ibu, dan 23% ayah juga sarapan tidak setiap hari menurut persepsi anak. Kebiasaan sarapan anak berhubungan secara signifikan dengan persepsi anak terhadap kebiasaan sarapan orang tuanya.Kesimpulan: Kebiasaan sarapan anak berhubungan secara signifikan dengan persepsi anak terhadap kebiasaan sarapan orang tuanya.KATA KUNCI: kebiasaan sarapan, persepsi anak, kebiasaan sarapan orang tua
Stunting was not associated with overweight among children aged 24-59 months Adityas Afifah Hidayati; I Made Alit Gunawan; Bunga Astria Paramashanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 3, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.562 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).113-118

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting was associated with cognitive development, morbidity and productivity in later life. Several studies and analysis also showed that stunting was related to overweight. In Indonesia, prevalence of stunted-overweight in children was 7.4% in 2007, then increased to 7.6% in 2010.Objective: To understand the relationship between stunting and overweight among children aged 24-59 months.Methods: Cross-sectional design was used in this study. Study location was Sedayu Subdistrict, Bantul District.   Participants were a total of 185 children selected by probability proportional to size (PPS) sampling technique. Main variables included nutritional status of stunting, overweight, and energy, protein and fat intakes. Analysis used was chi-square test with the level of significance 0.05.Results: The prevalence of stunting was 30.8%, whereas overweight prevalence was 10.3%. Bivariate analysis indicated that there was no significant relationship between stunting and overweight among children aged 24-59 months (OR= 1.3; 95%CI: 0.5-3.6). Energy, protein and fats intakes were not confounding variables, but effect modifier in the association between stunting and overweight.Conclusion: There was no relationship between stunting and overweight in children aged 24-59 months.KEYWORDS: stunting, overweight, children
Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah Basri Aramico; Toto Sudargo; Joko Susilo
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 3, SEPTEMBER 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.956 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(3).121-130

Abstract

ABSTRACTBackground: High prevalence of stunted children that indicates nutrition problem in Indonesia is a chronic problem associated with poverty, low education, and lack of service and environmental health. The low birth weight infant will have an impact on growth disorders in children.      Objectives: To identify association between social economic aspect of the family, rearing pattern, eating pattern and stunting in elementary school children in Lut Tawar Subditrict Central Aceh Regency.Methods: The study were analytic observational with cross sectional design and qualitative method. Data were obtained through observation and interview using questionnaire. Samples were 378 children from 11 elementary school in Lut Tawar Subdistrict Central Aceh Regency. Samples were selected by proportional random sampling. Analysis used chi-square at confi dence interval 95%. Number of samples were 378 children.Results: There were association between maternal education and nutritional status (p<0.001) OR=4.06; father education and nutritional status (p<0.001) OR=3.37; number of underfi ves with nutritional status (p=0.007) OR=2.71; income of parent and nutritional status (p<0.001) OR=7.8; rearing pattern and nutritional status (p<0.001)) OR=8.07; eating pattern and nutritional status (p<0.001) OR=6.01. There were dominant association between rearing pattern and nutritional status with OR 8, between eating patern,income of parent and nutritional status with OR of 6.01 There were no association between acces and utilization of health service and nutritional status (p=0,78) OR=0,93.Conclusions: There were signifi cant association between rearing pattern, eating pattern, and nutritional status.KEYWORDS: stunting, rearing pattern, eating patternABSTRAKLatar belakang: Tingginya prevalensi anak pendek yang menunjukkan masalah gizi di Indonesia merupakan masalah kronis yang berkaitan dengan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan kurang memadainya pelayanan dan kesehatan lingkungan.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aspek sosial ekonomi keluarga, pola asuh, pola makan, dan stunting pada anak sekolah dasar DI Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.Metode: Penelitian observasional analitik menggunakan rancangan cross sectional dan metode kuantitatif, jumlah sampel 378 anak, yaitu siswa sekolah dasar kelas I-III pada 11 sekolah dasar. Sampel diambil berdasarkan proportional random sampling, pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat.Hasil: Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (p=0,39) OR=1,22, tidak ada hubungan antara umur dengan status gizi (p=0,25) OR=0,73, tidak ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan status gizi (p=0,78) OR=0,93. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi (p<0,001) OR=4,06, ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi (p<0,001) OR=3,37, ada hubungan antara jumlah balita dalam keluatga dengan status gizi (p=0,007) OR=2,71. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dan status gizi (p<0,001) OR=7,8. Ada hubungan antara pola asuh dengan status gizi (p<0,001) ) OR=8,07, ada hubungan antara pola makan dengan status gizi (p<0,001) OR=6,01.Kesimpulan: Ada hubungan yang signifi kan antara pola asuh, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, dan pola makan dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, umur dan akses pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi.KATA KUNCI: stunting, pola asuh, pola makan
Pengetahuan tentang nutrisi berhubungan dengan status anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta tahun 2012 Ita Purwanti; Ircham Mahfoedz; Wahyuningsih Wahyuningsih
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 2, MEI 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.015 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(2).62-67

Abstract

ABSTRACTBackground: Anemia is still the main problems in pregnant women. Their anemia status and health condition may influence the growth and the health of fetus. Anemia of pregnant women can lead to some problems, like abortus, birth prematures, infection, antepartum hemorrhage, premature rapture ofmembrane. Anemia of pregnant women can be infl uenced by the knowledge level about nutrition and their behavior.Objectives: To know the relationship between the knowledge about nutrition with anemia status of pregnant women in Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta in 2012.Methods: This was descriptive analytical study with cross sectional design. Samples were 50 pregnant women following antenatal care program in Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta. Data were analyzed by chi-square.Results: Most of the knowledge level of pregnant women included in good categories, 22 women (44.0%). Most of pregnant women (33 people, 66.0%) were not categorized in anemia. Chi-square, p-value, and coefficient of contingency were 6.157, 0.038 (p<0.05), and 0.34, respectively. These proved that there was significant relationship between the level of knowledge about nutrition with anemia status of pregnant women.Conclusions: There was significant relationship between the level of knowledge about nutrition with anemia status of pregnant women.KEYWORDS: level of knowledge, anemia status, pregnant womenABSTRAKLatar belakang: Ibu hamil yang mengalami anemia tentunya menjadi permasalahan jika tidak ditangani dengan baik sebab kesehatan pada ibu hamil sangat penting. Kondisi kesehatan ibu yang terganggu dan mengalami anemia dapat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan janin. Dampak anemia padaibu hamil antara lain: abortus, partus premature, infeksi, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini. Kejadian anemia pada ibu hamil dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang nutrisi serta perilaku ibu hamil.Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi dengan status anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksa kehamilannya di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta sebanyak 50 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis Chi-square.Hasil: Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi sebagian besar termasuk kategori baik, sebanyak 22(44,0%). Status anemia ibu hamil sebagian besar tidak menderita anemia yaitu sebanyak 33(66,0%). Hasil analisis Chi-square diperoleh χ2 hitung sebesar 6,157 dengan nilai p-value sebesar 0,038 (p<0,05),dan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,340 yang membuktikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi dan status anemia ibu hamil di Puskesmas Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2012.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai nutrisi dengan status anemia ibu hamil dengan keeratan hubungan yang rendah di Puskesmas Sewon II Bantul, Yogyakarta tahun 2012.KATA KUNCI: tingkat pengetahuan, status anemia, dan ibu hamil
Konseling gizi mempengaruhi kualitas diet pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Stefania Widya S; Luthfan Budi P; Martalena Br Purba
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.499 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(1).31-40

Abstract

ABSTRACTBackground: One key factor in diabetes mellitus management is improvement of diet quality. Nutrition counseling is one of medical nutritional therapy that is given to improve dietary pattern and lifestyle in patients with diabetes mellitus.Objectives: To assess the effect of both individual and group counseling to improve diet quality in patient with diabetes mellitus.Methods: This research used quasi-experiment method with non-randomized control group pretest-posttest design. The diet qualities of 54 respondens with diabetes mellitus were explored using semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) before converted to diet quality score using healthy eating index (HEI) standard scores. Intervention group were given individual nutrition counseling, then they were formed into a group consists of 2-5 subjects per group to make focus group discussion. Intervention group were monitored via telephone or sms every week. In fourth week, the diet quality of both control and intervention group will be re-evaluated.Results: Proportion of subjects that have adequate diet quality improved in intervention group (p=0.0235) after receiving individual and group counseling. In the other hand, diet quality in control group tended to decrease (p=0.0339) in the end of the research. The effectiveness of nutrition counseling in improvingHEI scores was 73%.Conclusions: The combination of individual and group counseling could improve diet quality in patient with diabetes mellitus.KEYWORDS: diabetes mellitus, diet quality, nutrition counselingABSTRAKLatar belakang: Salah satu faktor kunci dalam penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus adalah perbaikan kualitas diet. Konseling gizi merupakan salah satu upaya terapi gizi medis yang diberikan untuk memperbaiki pola makan dan gaya hidup pasien diabetes mellitus.Tujuan: Menguji efek konseling gizi individu dan kelompok untuk memperbaiki kualitas diet pada pasien diabetes mellitus.Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan non-randomized control group pretest-posttest. Kualitas diet 54 responden yang mengalami diabetes mellitus akan digali menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) sebelum dikonversikan menjadi skor kualitas diet berdasarkan standar perhitungan skor healthy eating index (HEI). Kelompok perlakuan kemudian akan diberi konseling gizi secara individu. Kemudian pasien dibentuk menjadi kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 2 hingga 5 orang untuk melakukan diskusi kelompok terarah. Setiapminggu pasien akan diingatkan tentang dietnya melalui telepon atau pesan singkat. Pada minggu keempat, kualitas diet pasien kelompok kontrol dan kelompok perlakuan akan kembali dievaluasi. Hasil: Proporsi subjek yang memiliki kualitas diet baik meningkat pada kelompok perlakuan sesudah menerima intervensi berupa konseling gizi individu dan kelompok, sedangkan pada kelompok kontrol cenderung mengalami penurunan di akhir penelitian. Tingkat keberhasilan konseling gizi dalammeningkatkan skor HEI sebesar 73%.Kesimpulan: Gabungan konseling gizi secara individu dan kelompok dapat meningkatkan kualitas diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2.KATA KUNCI: diabetes mellitus, kualitas diet, konseling gizi
Asupan energi dan protein pasien tidak berbeda menurut tingkat kepercayaan diri dan kinerja ahli gizi dalam menerapkan proses asuhan gizi terstandar Merryna Nia Silvia; Martalena BR Purba; Endy Parjanto
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 1, JANUARI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.479 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(1).19-28

Abstract

ABSTRACTBackground: The incidence of hospital malnutrition is still high. Prevalence of malnutrition was 56.9% at three hospital in Indonesia, such as Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta, Jamil Hospital Padang, and Sanglah Hospital Bali. Diet therapy might improve nutritional intake. Standardized nutrition care process (SNCP) helps dietitian to make a decision with critical thinking to improve the quality of nutritional care, i.e. safe and effective. Dietitians need self-confi dence in applying their knowledge to accomplish their works. Several studies showed that higher self-confi dence correlated with higher performance. That would have positive impact on patients outcomes.Objectives: To fi nd out the differences in patient energy and protein intake based on dietitians selfconfidence in implementing SNCP.Methods: An observational study was used in this study with cross sectional design involving dietitians and hospitalized patients in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. Data were analyzed using independence t test, chi-square, and Anova.Results: There was no significant difference in percentage average of patients energy intake of high self confidence compared to low self confi dence (lower 6.3%, p=0.13), as well as in protein intake (higher 1.8%, p=0.73). The percentage average of energy in nutritional intake, which energy intake was 3.0% (p=0.49) lower in good performance and protein intake was 7.1% (p=0.20) higher in good performance, had no statistical difference with dietitians performance. There was also no statistical difference between dietitians performance and dietitians self-confi dence(p=0.23). Conclusions: There were no differences between average percentage of energy and protein intake with dietitians self-confidence and dietitians performance. There was also no difference between dietitians performance and their self-confidence.KEYWORDS: self-confidence, dietitians performance, energy and protein intake ABSTRAKLatar belakang: Kejadian hospital malnutrition masih tinggi. Prevalensi malnutrisi di tiga rumah sakit di Indonesia, yaitu RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Jamil Padang, dan RSUD Sanglah Bali sebesar 56,9%. Terapi diet dapat meningkatkan asupan gizi proses asuhan gizi terstandar (PAGT) membantu ahli gizi membuat keputusan dengan berpikir kritis dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan gizi yang aman dan efektif. Ahli gizi memerlukan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa penelitian medis menunjukkan bahwa kepercayaan diri yang tinggi berhubungan dengan kinerja yang lebih baik. Hal tersebut dapat berdampak positif terhadap outcome pasien. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan asupan energi dan protein pasien menurut tingkat kepercayaan diri dan kinerja ahli gizi dalam menerapkan PAGT.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah ahli gizi dan pasien rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan masing-masing berjumlah 12 subjek dan 90 subjek, menggunakan teknik convenience sampling dan quota sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Analisis data secara bivariat dilakukan dengan uji t, chi-square, dan anova. Hasil: Asupan energi pasien pada kepercayaan diri ahli gizi baik tidak berbeda dengan kepercayaan diri ahli gizi yang tidak baik (lebih rendah 6,3%, p=0,13), demikian juga dengan asupan protein (lebih tinggi 1,8%, p=0,73). Tidak ada perbedaan rerata persentase asupan energi, yaitu selisih 3,0% (p=0,49) lebih rendah pada kinerja baik dan protein 7,1% (p=0,20) lebih tinggi pada kinerja baik. Tidak ada perbedaan kinerja ahli gizi menurut tingkat kepercayaan dirinya (p=0,23). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan asupan energi dan protein menurut tingkat kepercayaan diri dan kinerja ahli gizi, serta kinerja menurut tingkat kepercayaan diri ahli gizi.KATA KUNCI: kepercayaan diri, kinerja ahli gizi, asupan energi dan protein

Page 7 of 28 | Total Record : 278