cover
Contact Name
adya arsita
Contact Email
adya0258@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
spectajournal@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
specta: Journal of Photography, Arts, and Media
ISSN : 26143477     EISSN : 26150433     DOI : -
Jurnal spect? merupakan sebuah jurnal untuk menampung hasil penelitian dan penciptaan seni para akademisi dan praktisi fotografi yang kian hari semakin bertambah banyak dan beragam. Seni dan teknik Fotografi yang semakin maju dan berkembang menimbulkan ide, gagasan, wacana, dan kritik yang bernuansa akademik dan harus mendapatkan wadah yang sesuai untuk memuat semua artikel ilmiah yang dihasilkan. Fotografi yang merupakan perluasan dan pengembangan teknologi lukis, erat hubungannya dengan dunia seni pada umumnya dan lekat juga dengan ranah media. Jurnal ini akan menjadi sarana tampung yang tepat, sesuai dalam kajian dan penciptaan seni fotografi, pembacaan kajian seni serta media. Jurnal spect? diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu Mei dan November, dan dikelola oleh Fakultas Seni Media Rekam, ISI Yogyakarta bekerja sama dengan Asosiasi Dosen Seni Media Rekam Indonesia (ADSMRI) dan Asosiasi Program Studi Fotografi Indonesia (SOFIA).
Arjuna Subject : -
Articles 107 Documents
MENGGALI KEDALAMAN MAKNA DALAM FOTO ESAI: MENAFSIRKAN TANDA, MENGHIDUPKAN CERITA VISUAL TANPA KATA Dwi Happy, Handry Rochmad; Saka Warsaa, Yogi Widya; Verdiana, Elfa Olivia
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15551

Abstract

Foto esai adalah media visual yang tidak hanya merekam momen, tetapi juga menyampaikan cerita yang dapat bertahan dalam ingatan penikmatnya. Seiring waktu, makna dari sebuah foto esai dapat berkembang melalui proses interpretasi yang dipengaruhi oleh latar budaya, konteks sosial, dan perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), meskipun konten visualnya tetap konsisten. Artikel ini mengkaji peran teori semiotika, literasi visual, dan transmisi budaya dalam membentuk makna dalam foto esai, serta bagaimana foto esai dapat menjadi medium komunikasi massa yang efektif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif, penelitian ini menganalisis beberapa karya foto esai dengan analisis semiotika dan studi kasus. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanda-tanda dalam foto dapat menghasilkan berbagai makna baru ketika diinterpretasikan oleh audiens dari latar belakang yang berbeda atau dalam konteks waktu yang berubah. Literasi visual sangat penting dalam proses ini karena kemampuan membaca dan memahami tanda visual menentukan seberapa dalam narasi foto esai dapat diapresiasi. Selain itu, artikel ini mengeksplorasi bagaimana foto esai mencerminkan budaya yang melahirkannya dan berperan dalam proses transmisi nilai nilai budaya kepada audiens yang lebih luas. Dengan kemajuan teknologi dan AI, cara merancang dan menginterpretasikan foto esai juga mengalami perubahan, yang semakin memperkaya dialog antara karya dan audiensnya. Foto esai tidak hanya menjadi arsip visual, tetapi juga medium aktif yang terus hidup dalam interaksi dinamis dengan teknologi dan perkembangan budaya. Pemahaman terhadap konteks budaya, literasi visual yang baik, dan kesadaran terhadap pengaruh teknologi modern diperlukan untuk mengapresiasi kedalaman cerita dalam foto esai. Foto esai dapat membangkitkan makna baru seiring waktu, menjadikannya media yang dinamis dan relevan dalam berbagai konteks.  Exploring the Depth of Meaning in Photo Essay: Interpreting Signs, Bringing Visual Story to Life without Words. Essay photos are a visual medium that not only records moments but also conveys stories that can survive in the connoisseur's memory. Over time, the meaning of an essay photo can evolve through an interpretive process influenced by cultural background, social context, and technological developments, including artificial intelligence (AI), although the visual content remains consistent. This article examines the role of semiotics theory, visual literacy, and cultural transmission in shaping meaning in essay photos, as well as how essay photos can be an effective medium of mass communication. Using a qualitative-descriptive approach, this study analyzes several essay photos with semiotic analysis and case studies.This research shows that signs in photos can yield a variety of new meanings when interpreted by audiences from different backgrounds or in changing time contexts. Visual literacy is essential in this process, as the ability to read and understand visual cues determines how deep an essay's photo narrative can be appreciated. Additionally, this article explores how essay photos reflect the culture that gave birth to them and play a role in the process of transmitting cultural values to a wider audience. With the advancement of technology and AI, the way we design and interpret essay photos is also changing, further enriching the dialogue between the work and its audience. Essay photos are not only a visual archive, but also an active medium that continues to live in dynamic interaction with technology and cultural developments. An understanding of the cultural context, good visual literacy, and awareness of the influence of modern technology are necessary to appreciate the depth of the story in the essay photo. Essay photos can evoke new meanings over time, making them a dynamic and relevant medium in a variety of contexts.
PERAN STREET PHOTOGRAPHY DALAM MENGUNGKAP DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL DI PERKOTAAN Susanti, Ida
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15545

Abstract

Streetphotography merupakan seni visual yang merekam realitas kehidupan dalam keseharian di ruang publik secara realistis dan spontan. Penelitian bertujuan untuk menampilkan peran streetphotography dalam mengungkap dinamika kehidupan sosial di perkotaan, terkait dengan keberagaman budaya, interaksi sosial, serta isu-isu sosial yang terjadi di ruang publik. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan cara melakukan analisis visual karya-karya streetphotography yang direkam di perkotaan yaitu dibeberapa wilayah di Jakarta Timur. Streetphotography berperan sebagai media dokumentasi yang efektif dalam merefleksikan realitas kehidupan di perkotaan. Fotografi jalanan mampu menyoroti berbagai isu sosial, seperti transformasi ruang publik, kesenjangan ekonomi, identitas budaya. Selain itu, streetphotography juga sebagai media komunikasi visual yang kuat dalam membangun empati dan kesadaran masyarakat terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Penelitian ini ingin menyampaikan bahwa streetphotography tidak hanya memiliki teknik, komposisi dan nilai estetika yang baik, tetapi juga sebagai media kritis dalam memahami dan menyampaikan kompleksitas kehidupan sosial di perkotaan. Dengan demikian, street photography dapat menjadi medium penting dalam kajian sosial dan budaya, serta berkontribusi pada pembangunan kesadaran kolektif masyarakat. Melalui pendekatan streetphotography, gambar ini menjadi lebih dari sekadar rekaman visual; ia memancing emosi dan interpretasi mendalam, membuka diskusi tentang realitas yang sering kali tersembunyi dalam dinamika kehidupan perkotaan.The Role of Street Photography in Revealing the Dynamics of Urban Social Life. Street photography is a visual art that records the reality of daily life in public spaces in a realistic and spontaneous manner. The research aims to present the role of street photography in revealing the dynamics of social life in urban areas, related to social interactions, as well as social issues that occur in public spaces. The research method used is descriptive qualitative by conducting a visual analysis of street photography works made by the author based on observations and observing life in urban areas with its dynamics, namely in several areas in East Jakarta which are areas that are heavily traveled by the public because of many offices. Street photography acts as an effective documentation medium in reflecting the reality of urban life. Street photography is able to highlight various social issues, such as the transformation of public space, economic inequality. In addition, street photography is also a strong visual communication medium in building empathy and awareness of the community towards the social conditions around them. This research wants to convey that street photography not only has good technique, composition and aesthetic value, but also as a critical medium in understanding and conveying the complexity of social life in urban areas, which tends to be individualistic which is formed in the social system of society so that there is a lack of interaction between people, they in urban areas focus on working hard. As such, street photography can be an important medium in social studies and contribute to the building of collective consciousness. Through the street photography approach, the image becomes more than just a visual record; it provokes deep emotions and interpretations, opening up discussions about the often hidden realities in the dynamics of urban life.
METODOLOGI PENELITIAN DALAM MELAKUKAN STUDI FOTOGRAFI TERAPEUTIK Muslim Tan, Dr, Ellyana Mohd; Andrea, Novan Jemmi; Ishak, Siti Norfatulhana
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15550

Abstract

Makalah ini secara umum menjelaskan proses mengidentifikasi metode alternatif dalam penelitian Fotografi Terapi. Pembahasannya mengikuti penjelasan singkat tentang dasar-dasar fotografi terapi, berbagai pendekatan metode, dan perbandingan singkat fotografi terapi dengan komunikasi visual.  
FOTOGRAFI DIAM DALAM FILM SKINAMARINK: ANALISIS VISUAL DALAM SINEMA EKSPERIMENTAL Heryanto, Naldo Yanuar; Ravelino, Parlindungan
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15549

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana film Skinamarink (2022), karya Kyle Edward Ball, membangun pengalaman horor eksistensial melalui penggunaan teknik visual fotografi diam (still photography), yaitu strategi pengambilan gambar yang menekankan pada ketenangan visual, absensi gerak, dan kekosongan ruang. Fokus utama penelitian adalah mengkaji fungsi fotografi diam bukan hanya sebagai elemen estetis, tetapi sebagai struktur naratif dan atmosferik yang menggeser pusat horor dari aksi ke ruang dan durasi. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif visual, dengan pendekatan interpretatif terhadap cuplikan adegan kunci yang menampilkan pencahayaan terisolasi, ketidakhadiran tokoh, dan keruangan ambigu. Teori-teori yang digunakan meliputi pemikiran Batchen (2002) tentang fotografi sebagai citra laten, Doane (2003) tentang ketegangan visual dalam waktu yang tertunda, Geller (2004) tentang sinema trauma, dan Mulvey (2006) tentang pandangan pasif dan subjektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Skinamarink menciptakan pengalaman sinematik menyerupai mimpi buruk atau ingatan traumatik masa kecil, di mana ketakutan dibangun bukan melalui kejadian, tetapi melalui kekosongan dan disorientasi spasial. Foto-foto diam dalam film ini berfungsi sebagai penanda waktu yang terbekukan sekaligus pemicu afek, membentuk ruang emosional yang intens dan reflektif. Penelitian ini menegaskan bahwa dalam konteks sinema eksperimental, fotografi diam dapat berperan sebagai bahasa utama narasi emosional dan eksistensial. Still Photography in Skinamarink: Visual Analysis in Experimental Cinema. This study aims to analyze how Skinamarink (2022), directed by Kyle Edward Ball, constructs an experience of existential horror through the visual strategy of still photography, a technique that emphasizes visual stillness, absence of motion, and spatial emptiness. The primary objective is to examine how still photography functions not merely as an aesthetic choice but as a narrative and atmospheric structure that shifts the locus of horror from action to space and duration. The study employs a qualitative visual analysis method, using an interpretive approach to key scenes that feature isolated lighting, absent characters, and ambiguous spatial composition. Theoretical frameworks include Batchen’s (2002) concept of latent imagery in photography, Doane’s (2003) ideas on visual tension in suspended time, Geller’s (2004) trauma cinema theory, and Mulvey’s (2006) notions of passive vision and subjectivity. Still images in the film function as frozen temporal markers and affective triggers, generating a highly emotional and reflective space. This research argues that, within the context of experimental cinema, still photography can operate as a primary language for emotional and existential storytelling, transcending its illustrative role into a profound psychological experience.
CITRA SUREALISME JALANAN: ANALISIS STREET PHOTOGRAPHY KARYA ROY RUBIANTO MELALUI KONSEP HASARD OBJECTIF DAN THE MARVELOUS Anom Purnomo, Aji Susanto
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15548

Abstract

This study analyzes Roy Rubianto’s street photography in the photo book “INTIP” through the lens of surrealism as conceptualized by Andre Breton in the “Manifesto of Surrealism.” Employing a qualitative descriptive approach, the researcher interprets four selected photographs using Roland Barthes’ “studium” and “punctum” to explore their composition, lighting, and imaginative juxtapositions. The analysis reveals that candid images, captured over 14 years in Jakarta, create new narratives challenging perceptions of reality, embodying Breton’s “hasard objectif” and “The Marvelous.” The study concludes that street photography can enrich artistic discourse by unveiling the surreal in everyday life, offering a unique human perspective in the age of advanced technology. It suggests further exploration of surrealistic imagination in photography to uncover hidden layers of reality.
METODOLOGI PENELITIAN DALAM MELAKUKAN STUDI FOTOGRAFI TERAPEUTIK Mohd Muslim Tan, Ts.Ellyana; Andrea, Novan Jemmi; Ishak, Siti Norfatulhana
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.16721

Abstract

Tujuan dari penelitian Fotografi Terapi adalah untuk menganalisis dan menjelaskan proses untuk menemukan metode alternatif.   Persuasif bukan hanya visual.   Dalam konteks nilai, konsep non-verbal memiliki relevansi dengan bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, gerakan, isyarat, atau keheningan.   Perbedaan antara komunikasi verbal dan non-verbal adalah bahwa tahap diskusi menuju komunikasi yang efektif terjadi ketika lapisan verbal dan non-verbal saling berhubungan. Komunikasi non-verbal mencakup elemen seperti gambar, teks, desain, dan rancangan visual, yang membantu menjelaskan pembuatan visual.   Ini akan menggabungkan makna dan hasil dalam bentuk komunikasi visual yang bermanfaat.Research Methodology in Conducting Therapeutic Photography Studies. The goal of the research on therapeutic photography is to examine and clarify the procedure in order to identify substitute techniques. Persuasive is more than just images. The term "non-verbal" refers to body language, including gestures, facial expressions, and silence, in relation to values. The distinction between verbal and nonverbal communication is that when the verbal and nonverbal layers are united, the discussion stage of effective communication takes place. Images, language, design, and visual design are examples of nonverbal communication components that aid in elucidating the process of visual production. This will provide a useful visual communication that combines meaning and outcomes. 
CITRA SUREALISME JALANAN: ANALISIS STREET PHOTOGRAPHY KARYA ROY RUBIANTO MELALUI KONSEP HASARD OBJECTIF DAN THE MARVELOUS Anom Purnomo, Aji Susanto
specta Vol 9, No 1 (2025): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v9i1.15033

Abstract

Kajian ini bertujuan menganalisis street photography karya Roy Rubianto dalam buku foto INTIP melalui dua konsep kunci dari aliran surealisme Andre Breton, yaitu hasard objectif dan the marvelous. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, peneliti menginterpretasikan empat foto terpilih menggunakan pendekatan fenomenologi “studium” dan “punctum” dari Roland Barthes untuk mendeskripsikan aspek yang ternampakkan dalam sebuah citra fotografis seperti komposisi, pencahayaan, dan penjajaran. Punctum digunakan untuk mendeskripsikan aspek yang tidak ternampakkan seperti pengalaman sensasi estetis yang dialami oleh pemandang. Hasil analisis menunjukkan bahwa karya Roy Rubianto yang diambil selama 14 tahun di Jakarta menciptakan narasi baru yang menantang persepsi realitas dalam genre fotografi dokumenter klasik. Roy Rubianto dengan menggunakan pendekatan street photography mampu mengintegrasikan konsep hasard objectif dan the marvelous dari Andre Breton. Kajian ini menyimpulkan bahwa street photography dapat memperkaya wacana dan praktik seni dengan mengungkap surealisme dalam banalitas kehidupan sehari-hari. Surealisme menawarkan sudut pandang manusia yang unik pada era teknologi maju. Kajian ini menyarankan penelitian lebih lanjut tentang imajinasi surealisme dalam fotografi untuk mengungkap dimensi tersembunyi dalam realitas kehidupan yang lain. The Aesthetic of Street Surrealism: An Analysis of Roy Rubianto’s Street Photography through the Concepts of Hasard Objectif and The Marvelous. This study aims to analyze Roy Rubianto’s street photography in the photo book INTIP through two key surrealist concepts by André Breton: hasard objectif and the marvelous. Using a descriptive qualitative approach, the researcher interprets four selected photos by applying Roland Barthes’ phenomenological concepts of “studium” and “punctum” to describe visible aspects in a photographic image, such as composition, lighting, and juxtaposition. Punctum is used to describe invisible aspects, such as the aesthetic sensory experience felt by the viewer. The analysis reveals that Roy Rubianto’s work, captured over 14 years in Jakarta, creates a new narrative that challenges perceptions of reality within the classic documentary photography genre. Through his street photography approach, Roy Rubianto successfully integrates André Breton’s concepts of hasard objectif and the marvelous. This study concludes that street photography can enrich artistic discourse and practice by uncovering surrealism within the banality of everyday life. Surrealism offers a unique human perspective in an era of advanced technology. The study suggests further research into surrealist imagination in photography to uncover hidden dimensions in other aspects of life.

Page 11 of 11 | Total Record : 107