cover
Contact Name
adya arsita
Contact Email
adya0258@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
spectajournal@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
specta: Journal of Photography, Arts, and Media
ISSN : 26143477     EISSN : 26150433     DOI : -
Jurnal spect? merupakan sebuah jurnal untuk menampung hasil penelitian dan penciptaan seni para akademisi dan praktisi fotografi yang kian hari semakin bertambah banyak dan beragam. Seni dan teknik Fotografi yang semakin maju dan berkembang menimbulkan ide, gagasan, wacana, dan kritik yang bernuansa akademik dan harus mendapatkan wadah yang sesuai untuk memuat semua artikel ilmiah yang dihasilkan. Fotografi yang merupakan perluasan dan pengembangan teknologi lukis, erat hubungannya dengan dunia seni pada umumnya dan lekat juga dengan ranah media. Jurnal ini akan menjadi sarana tampung yang tepat, sesuai dalam kajian dan penciptaan seni fotografi, pembacaan kajian seni serta media. Jurnal spect? diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu Mei dan November, dan dikelola oleh Fakultas Seni Media Rekam, ISI Yogyakarta bekerja sama dengan Asosiasi Dosen Seni Media Rekam Indonesia (ADSMRI) dan Asosiasi Program Studi Fotografi Indonesia (SOFIA).
Arjuna Subject : -
Articles 107 Documents
KREASI WARNA BATIK ENOM DALAM FASHION PHOTOGRAPHY Exelsius Adam Wasis Sri Pangestu; Muhammad Fajar Apriyanto; Zulisih Maryani
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.8269

Abstract

Batik memiliki beragam motif yang telah dikembangkan dengan menggabungkan unsur-unsur modernitas. Cukup banyak merek busana yang telah melakukan inovasi dalam batik, salah satunya adalah Batik Enom. Adanya inovasi memadukan motif batik tradisional dengan unsur modernitas memunculkan keinginan untuk menciptakan visual yang mendukung sebagai media promosi sebuah merek produk busana batik. Tujuan penciptaan karya fotografi fashion ini adalah untuk melakukan eskplorasi pada lighting yang dipasang color gel untuk memberikan penekanan dari segi warna, desain, dan detail pada produk busana Batik Enom. Eksplorasi, eksperimentasi, dan perwujudan akhir digunakan sebagai metode dalam penciptaan karya fotografi fashion guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Karya foto yang dihasilkan memadukan warna yang senada dengan busana Batik Enom pada background sehingga memberikan pembeda dengan foto produk busana batik di studio yang menggunakan background satu warna saja.Enom Batik Color Creations In Fashion Photography. Batik has a variety of motifs that have been developed by combining elements of modernity, quite a lot of fashion brands have made innovations in batik, one of them is Batik Enom. The existence of innovation about combining traditional batik motifs with elements of modernity raises the eagerness to create a visual that supports as a promotional for a brand of batik clothing products. The objective of this photo creation is fashion photography work seeks to explore lighting with color gel installed to emphasize color, design, and detail on Batik Enom's fashion products. Exploration, experimentation, and final embodiment are used as methods in creating fashion photography works in order to get the desired results. The resulting photo work combines colors that match Batik Enom's clothing on the background so as to make it different from other photos of batik clothing products in the studio that use only one color background.
SEMIOTIKA FOTOGRAFI PADA KARYA DALAM AKUN INSTAGRAM GURU ESDEH Riki Ramadhan; Maya Purnama Sari
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.7232

Abstract

Dalam berkomunikasi manusia menggunakan berbagai macam bentuk komunikasi yang ada, mulai dari gerakan, tulisan maupun perkataan. Untuk mempermudahkan manusia berkomunikasi maka terciptalah komunikasi dalam bentuk visual yang diproleh dengan fotografi dimana komunikasi ini dilakukan dengan melihat sebuah objek gambar atau foto dan yang melihat langsung bisa mendapatkan atau mengetahui makna yang ada pada objek tersebut. Dalam mencari sebuah makna atau pesan, pasti manusia akan mencari sebuah tanda yang sangat familiar dengan hidupnya agar dapat diketahui dengan mudah maksud dari objek tersebut. Teori semiotika Roland Barthnes adalah salah satu teori yang mempelajari tentang tanda, yang mana di dalam teori ini, kita jadi dapat lebih mengetahui mengenai makna dari sebuah gambar yang kita lihat. Pada sekarang ini media sosial bukan lagi menjadi hal yang asing bagi kehidupan kita, karena diantara kita pasti mempunyai salah satu dari media sosial tersebut. Instagram salah satu media sosial yang sangat digandrungi pada saat ini, karena dengan aplikasi instagram kita dapat membagikan dengan mudah foto ataupun video yang ingin kita sebarluaskan dengan maksud yang sadar. foto yang disebarkan ini tentunya memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada yang melihatnya.In communicating, humans use various forms of communication, ranging from movement, writing and speech. To make it easier for humans to communicate, communication is created in visual form which is obtained by photography where this communication is done by looking at an image or photo object and those who see directly can get or know the meaning that is in the object. In searching for a meaning or message, surely humans will look for a sign that is very familiar with their life so that they can easily know the meaning of the object. Roland Barthnes’ semiotic theory is one of the theories that studies signs, which in this theory, we can know more about the meaning of an image that we see. At this time social media is no longer a stranger to our lives, because some of us must have one of these social media. Instagram is one of the most loved social media at this time, because with the Instagram application we can easily share photos or videos that we want to share with a conscious intention. This photo that is distributed certainly has a message to be conveyed to the viewer.
POTRET MAESTRO SENI DI BALI PADA MEDIA DAUN Ida Bagus Candrayana; Ni Putu Tisna Andayani
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.8523

Abstract

Fotografi seni media daun yang menampilkan para maestro seni di Bali adalah sebuah proses karya cipta fotografi yang kental dengan seni budaya tradisi Bali yang mengabadikan sosok-sosok seniman dengan keahlian yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Karya foto seni cetak media daun ini menampilkan lima sosok maestro seni di Bali diantaranya bidang seni tari, seni lukis dan seni karawitan dan seni pedalangan di Bali. Karya foto ini merupakan ide pencipta yang ingin mengabadikan eksistensi ‘Sang Maestro' di usia senjanya sekaligus sebagai bentuk apresiasi pencipta terhadap gagasan/ide/karya para maestro yang tela berdedikasi di bidangnya. Metode penciptaan foto potret maestro pada media daun melalui lima tahapan yakni: (1)Observasi; (2)Perancangan; (3)Pemotretan; (4)Perwujudan; (5)Pengemasan. Setelah melalui kelima tahapan tersebut terciptalah sebuah karya foto potret maestro seni di Bali yang dicetak pada media daun dengan menggunakan teknik cetak klorofil (Chlorophyl print) dengan bantuan tenaga surya (matahari) tanpa bahan-bahan kimia dalam proses cetaknya. Harapan pencipta melalui karya ini adalah tetap berkarya menciptakan karya seni berupa foto tanpa merusak lingkungan alam akibat penggunaan bahan-bahan kimia, serta turut menjaga sustainability dan mendukung gerakan Go Green yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Indonesia.Portraits of Maestro in Bali on Leaf Print. Art photography using leaf as the medium to feature the art maestros in Bali is a photography creation which is rich in traditional Balinese culture, capturing the artists with their own expertise. Leaf print art photography presenting five figures of art maestros in Bali, they are I Nyoman Sumandi, I Komang Astita, Prof I Wayan Dibia, Prof I Made Bandem, and I Nyoman Erawan. This photo work was the idea of the photographer who wanted to perpetuate the existence of “The Maestro” in the old age as well as a form of appreciation for his idea or concept or the work of the maestro who have been very dedicated in their expertise. The medhod of leaf print photography went through five stages, namely: (1) Observation; (2) Design; (3) Photo shoots; (4) Embodiment; (5)Packaging. The portraits of the Balinese maestros were printed on leaves and processed using the chlorophyl print topped up with the sun rays, along with some chemical materials during the process itself. It is hoped that creating photography using such technique will help save the nature by using less chemical products, and hopefully it will maintain the sustainability and the Go Green campaign promoted by the Government of Indonesia.
PROPAGANDA ANTINAZI PADA FOTO MONTASE KARYA JOHN HEARTFIELD DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SEMIOTIKA Naufal Akbar; Edial Rusli; Irwandi Irwandi
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.7616

Abstract

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kesenian dengan konteks sosial, politik, dan budaya. Karya seni tersebut ialah foto montase. Visualisasi pada foto montase terkadang menggambarkan realitas sosial yang muncul dan berkembang pada era sebelum Perang Dunia II dimulai. Di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung yang merupakan majalah kelas pekerja pada masa Perang Dunia II terdapat salah satu seniman foto montase bernama John Heartfield yang menerbitkan foto-foto montasenya yang mengandung propaganda anti-Nazi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna foto montase John Heartfield sebanyak empat karya yang terdapat di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung. Metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi literature, dan arsip, serta metode analisis melalui tataran denotasi dan konotasi dengan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana John Heartfield mengomunikasikan propaganda melalui karya-karyanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa foto montase propaganda antiNazi karya John Heartfield secara denotasi mengandung makna kritik melalui visual penggabungan sosok Adolf Hitler, Swastika, dan Dewi Themis dengan simbol-simbol yang berlandaskan kebudayaan Bangsa Eropa Kuno. Secara konotasi makna kritik yang terkandung menunjukkan kritik atas kejahatan politik dan perang yang dilakukan Bangsa Jerman, mulai dari Kekaisaran Prussia hingga Partai Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. John Heartfield mengomunikasikan propagandanya dengan teknik name calling dan card stacking.Antinazi Propaganda on Photomontage By John Heartfield With a Semiotic Analysis Approach. This research focused on the relationship between art and social context, politic, and culture. The artwork is photomontages. Visualization on photomontage sometimes describe the social reality that emerged and developed at the era before World War II started. In Arbeiter Illustrierte Zeitung magazine which was a working class magazine during World War II there was one photomontage artist named John Heartfield who published his photomontages containing anti-Nazi propaganda. The purpose of this research was to determine the meaning of four photomontages by John Heartfield. The research method is carried out by observing and collecting data at the level of denotation and connotation with Roland Barthes' semiotic theory, as well as knowing how John Heartfield communicates propaganda through his works. The results of this research indicate that the photomontages of antiNazi propaganda by John Heartfield denotatively contains the meaning of criticism through visuals combining the figure of Adolf Hitler, Swastika, and goddess Themis with symbols based on ancient Europeans culture. In connotation, the meaning of criticism contained shows criticism of political and war crimes committed by the German people, from The Prussian Empire to The Nazi Party led by Adolf Hitler.
REPRESENTASI HARMONIS PADA STREET FOTOGRAFI KARYA PRAMUDYA KEVIN DI AKUN INSTAGRAM @pramudyakevin Sigit Surahman; Aldi Aulya Rachman
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9099

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna harmonis street photography di akun Instagram @pramudyakevin serta untuk mengetahui makna ikon, indeks, dan simbolnya. Makna yang dimaksud adalah makna berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teori semiotika menurut Pierce, yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu makna ikon, indeks, simbol. Makna ikon, indeks, dan simbol dimaknai sendiri oleh peneliti berdasarkan penglihatan, pengamatan, pengetahuan, dan lain-lain. Kebebasan untuk peneliti mengekspresikan dan memaknai makna dari sebuah foto merupakan ciri dan teori semiotika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode analisis semiotika menurut Peirce. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan representasi harmonis dan makna dari sikap peduli anggota keluarga yang ternyata berhubungan dengan keharmonisan anggota keluarga.Harmonic Representation of Pramudya Kevin's Street Photography on the Instagram Account of @pramudyakevin.  This study aims to find the harmonious meaning of street photography on the Instagram account belongs to @pramudyakevin and to know the meaning of icons, indexes, and symbols. According to Pierce, the meaning referred to in this study is based on the analysis results using semiotic theory, which is divided into three stages: the meaning of icons, indexes, and symbols. The researcher interprets the meaning of the icon, index, and symbol based on vision, observation, knowledge, and others. The freedom for researchers to express and interpret the meaning of a photo is the particular character from the theory of semiotics. This study used a descriptive qualitative research method, using the method of semiotic analysis referring to Peirce. Data collection techniques used in this research were observation, documentation, and interview techniques. The results of this study indicate a harmonious representation and meaning of the caring attitude of family members, which is related to harmony in a family member.
OJEK DIFA BIKE YOGYAKARTA DALAM FOTOGRAFI SERI Eva Anggar Sari; Pamungkas Wahyu Setiyanto; Pitri Ermawati
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9049

Abstract

Pelayanan publik di bidang transportasi bagi penyandang difabel masih kurang dapat diakses. Maka, diperlukan inovasi pelayanan publik bagi penyandang difabel berupa sarana transportasi roda tiga yang didesain khusus sesuai kebutuhan difabel dengan tingkat keramahan dan kenyamanan. Penciptaan karya seni fotografi ini terfokus pada ojek Difa Bike yang memberikan layanan mobilitas untuk para difabel dan memberikan informasi tentang ojek difabel yang mandiri sehingga menjadi solusi transportasi tidak hanya terbatas pada penyandang difabel. Penciptaan karya dibuat dalam bentuk fotografi seri untuk menarasikan ojek difabel Difa Bike. Foto seri yang dibuat ialah aktivitas berdasar teori kemandirian intelektual, sosial, emosi, dan ekonomi, dengan menerapkan panduan foto yang menghasilkan rangkaian foto berisi deskripsi berdasarkan tema atau topik tertentu yang sama, yaitu ojek difabel. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, eksplorasi, ekspermentasi, dan perwujudan. Tahap observasi dilakukan secara langsung untuk mengetahui kegiatan Difa Bike, sedangkan tahapan eksplorasi proses membangun hubungan sosial dilakukan kepada pemilik, para anggota, dan keluarga Difa Bike. Setelahnya, tahapan eksperimentasi dilakukan dengan perencanaan konsep yang terdiri dari ide dan teknik pemotretan serta alat dan bahan. Tahap perwujudan karya seni fotografi dilakukan dengan metode foto seri yang hasilnya berupa karya foto seri berupa karya foto yang memvisualkan aktivitas ojek Difa Bike yang mandiri.Difa Bike Yogyakarta Motorcycle-Taxi in Photo Series.  Public services in the field of transportation for persons with disabilities are still inaccessible. Thus, it is necessary to innovate a three-wheeled transportation facility mainly designed for people with disabilities with a sense of friendliness and comfort. The creation of this photographic artwork focuses on Difa Bike motorcycle taxis which provide mobility services for people with disabilities and provide information about independent disabled motorbike taxis so that this becomes a transportation solution that is not only limited to people with disabilities but can be accessed by ordinary people as well. The work was created as a photography series to narrate the Difa Bike motorcycle taxi. The photo series created was an activity based on the theory of intellectual, social, emotional, and economic independence by applying a photo guide that produces a series of photos containing descriptions based on the same theme or topic, namely motorcycle taxis with disabilities. The methods of observation, exploration, experimentation, and manifestations were applied. The observation stage was carried out directly to find out the activities of the Difa Bike. Exploration stages are carried out to build social relations with the owner and members, and families of Difa Bike. After that, the experimentation stage was carried out to concept planning consisting of shooting ideas and techniques as well as tools and materials. The embodiment stage of the photographic artwork carried out using the photo series method. The result of the creation is a series of photo works that visualise the activities of the independent Difa Bike motorcycle taxi.
EKSPLORASI PENATAAN MAKANAN GAYA RUSTIK ORIENTAL UNTUK PEMASARAN JAJANAN PANGSIT MELALUI FOTO INSTAGRAM Firoos Agung Winahyu Wibowo; Oscar Samaratungga; Syaifudin Syaifudin
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9207

Abstract

Perkembangan teknologi informasi membuat pengguna sosial media Instagram semakin pesat. Konten fotografi merupakan hal yang sangat penting dalam penyampaian informasi ataupun hiburan melalui sosial media Instagram. Konten fotografi juga sering digunakan sebagai media periklanan dalam membantu penjualan suatu produk melalui Instagram. Hal yang menjadi unsur penting dalam membuat visual yang menarik harus mengandung unsur artistik dan informatif. Foto produk yang informatif membutuhkan pemilihan, penataan, penyusunan makanan, properti, dan latar yang menarik. Karya foto yang diciptakan pada penelitian ini merupakan jenis karya fotografi makanan. La-Hap Dumpling adalah produk yang akan digunakan sebagai objek penciptaan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penciptaan karya ini melalui beberapa tahapan yaitu ide dan konsep perancangan, perencanaan, produksi/pemotretan, penyuntingan, dan penyajian. Melalui penerapan teknik-teknik fotografi makanan karya-karya penelitian ini dapat menghasilkan visual yang menarik dan informatif dengan konsep pengarahan gaya penggabungan antara rustik, oriental mandarin, dan modern.Exploration of Oriental Rustic Style Food Plating as a Marketing Strategy for Dumpling Snacks through Instagram Photos. The development of information technology has made Instagram social media users increasingly prolific. Photographic content is essential in delivering information or entertainment through Instagram and social media. Photo content is also often used as an advertising medium to help promote the sale of a product through Instagram, which is a crucial element in making attractive visuals that contain informative and artistic aspects. Informative product photos require selection, styling, food plating, interesting properties, and settings. The photo works created were food photography works. La-Hap Dumpling is the product to be used in this photography creation. The methods used were utilising the idea and concept of making the photographs and planning, getting into the production or photoshoot, editing, and displaying. Through usage of food photography techniques, this creation expected to produce attractive and informative visuals.
ELISITASI FOTO JURNALISTIK JENAZAH COVID-19 Renate Pinasthika Handono; Taufan Wijaya
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9062

Abstract

Selama pandemi Covid-19 media massa memiliki peran memberikan informasi terbaru kepada masyarakat, termasuk dalam bentuk foto. Dengan demikian, kehadiran foto jurnalistik penting bagi khalayak untuk memperoleh gambaran peristiwa pandemi global. Salah satu foto jurnalistik yang menampilkan jenazah pasien sempat menjadi kontroversial pada pertengahan Juli 2020. Berangkat dari foto tersebut, peneliti berusaha melihat bagaimana jurnalis foto memaknai etika foto jenazah Covid-19. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara elisitasi foto atau Photo Elicitation Interview (PEI). Teknik wawancara ini melibatkan foto yang dibawa dari peneliti kepada narasumber. Peneliti mewawancarai lima jurnalis foto di Indonesia yang aktif melakukan liputan pandemi. Temuan penelitian ini menunjukkan pandangan jurnalis foto terhadap foto jenazah Covid-19 yang ditayangkan dan dipilih oleh peneliti memenuhi kode etik jurnalistik, meskipun pada masa sebelum pandemi foto jenazah dianggap tabu untuk terbit di media.Elicitation of Photojournalism on the Body of a Suspected Covid-19. During the Covid-19 pandemic, the mass media had a role in providing the latest information to the public, including in the form of photography. Then photojournalism is essential for the audience to get an overview of the global pandemic events. One of the journalistic photos showing the patient's corpse became controversial in mid-July 2020. Starting from this photo, the researchers tried to see how photojournalists interpret the ethics of taking photos of Covid-19 corpses. This study uses a Photo Elicitation Interview (PEI) technique. This interview technique involves taking photos from the researcher to the resource person. Researchers interviewed five photojournalists in Indonesia who were actively covering the pandemic. The findings of this study show that photojournalists' views on photos of Covid-19 corpses that were broadcast and selected by researchers met the journalists’ code of ethics, even though in the pre-pandemic period, photos of corpses were considered taboo to be published in the media.
DISRUPSI MEDIA FOTOGRAFI SEBAGAI GAYA HIDUP Yulius Widi Nugroho
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.8290

Abstract

Media fotografi sudah mengalami disrupsi lebih dari sekali, dari perubahan teknologi perekam film ke media digital, hingga kamera berbadan besar bergeser ke kamera smartphone. Kemudahan teknologi fotografi ini terlihat melalui tren foto yang dihasilkan dapat disebarluaskan melalui smartphone. Pengguna smartphone yang terus meluas membuat produsen bersemangat mengembangkan fitur di dalamnya. Teknologi tersebut didukung pula dengan perkembangan media sosial yang semakin marak di kalangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut memicu disrupsi fungsi fotografi sebagai gaya hidup masyarakat, yang sebelumnya sebagai media seni dan media informasi menjadi media bersosialisasi. Disrupsi merupakan efek dari sebuah inovasi yang menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru. Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana disrupsi fotografi dapat memengaruhi gaya hidup masyarakat dalam hal menggunakan media fotografi. Fotografi kini telah menjadi media rekam utama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Metode yang digunakan untuk menangkap fenomena disrupsi adalah dari sisi sosiologi seni dengan metode historis dan komparatif. Perubahan kebutuhan masyarakat akan foto berubah seiring dengan waktu sehingga tidak bisa dihindari akan memengaruhi gaya hidup masyarakat. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa disrupsi fotografi tidak selalu memberikan dampak negatif, namun justru memberikan banyak perubahan positif terhadap gaya hidup dari masa ke masa. Masa depan yang spesifik dari fotografi susah diprediksi. Apa pun jenis kameranya sesungguhnya kehadirannya selalu menjadi gairah para pengguna kamera atau fotografer untuk menghasilkan karya foto yang semakin beragam.Disruption of Photography as a Lifestyle. The photographic medium has experienced disruption more than once, from changes in film recording technology to digital media, to shifting large-bodied cameras to smartphone cameras. The convenience of this photography technology can be seen through the trend that the resulting photos can be easily distributed via smartphones. Smartphone users who continue to expand make manufacturers eager to develop its features. This technology is also supported by the development of social media, which is increasingly prevalent in the community. These changes triggered the disruption of the function of photography as a lifestyle of society, which was previously an art medium and information medium, now becoming a social media. Disruption is the effect of an innovation that replaces the old system in new ways.  Thus, this research aims to find out how this disruption in photography may affect the way of life in using photography. Photography has been the primary recording medium in people's daily lives. The method used to discover the phenomenon of disruption was getting insights from the sociology of art using historical and comparative methods. Changes in people's need for photographs changes over time, so they will inevitably affect people's lifestyles. The research finding was that the disruption of photography only sometimes brings a negative impact, but it also has a positive impact towards the lifestyle from time to time. The specific future of photography is hard to predict. Despite the various types of cameras, its presence has always been the passion of camera users or photographers to produce more diverse photographs.
BERJUANG DALAM KETERBATASAN: FOTO ESAI ATLET DIFABEL NATIONAL PARALYMPIC COMMITEE INDONESIA Bonifacia Bulan Aruming Tyas; Steven Gunawan
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9309

Abstract

Atlet difabel Indonesia masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri karena kelompok difabel masih dianggap sebagai kelompok minoritas yang kurang mendapat perhatian di masyarakat, termasuk dalam bidang olahraga. Padahal, di sisi lain para atlet difabel yang tergabung dalam National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, dengan keterbatasannya tetap memilih untuk semangat, berjuang, dan tidak menjadikan keterbatasan itu sebagai alasan untuk menyerah, bahkan putus asa. Esai foto ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat Indonesia tentang kehidupan para atlet difabel NPC Indonesia. Dikemas dalam sebuah buku digital, esai foto menampilkan foto dari atlet difabel NPC Indonesia secara nyata dan apa adanya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus atlet difabel di bawah naungan NPC Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa foto esai dapat memberikan wawasan tentang semangat para atlet sehingga masyarakat dapat ikut mengenal para atlet difabel melalui buku digital tersebut.Fighting in Disability: Photo Essay of Disabled Athletes at National Paralympic Committee Indonesia. Indonesian disabled athletes are still not well recognisable by Indonesian society, where the disabled group is still considered a minority group that receives less attention in the community, including in sports. On the other hand, disabled athletes who are members of the National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, despite their limitations, choose to have spirit, fight, and not make their disabilities an excuse to give up or even despair. This photo essay aims to provide an overview of Indonesian society about the lives of NPC Indonesia's disabled athletes. Packaged in a digital book, it displays photos of NPC Indonesia's disabled athletes naturally and unfiltered. The research method used was qualitative, with a case study of disabled athletes under the auspices of NPC Indonesia. The results showed that the photo essay could provide insight into the spirit of the athletes so that the public can get to know the disabled athletes through the digital book.

Page 9 of 11 | Total Record : 107