cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpenataanruang@gmail.com
Editorial Address
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian (FTSPK),Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya 60111
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Penataan Ruang
ISSN : 19074972     EISSN : 2716179X     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penataan Ruang (JPR) merupakan jurnal yang dikelola oleh Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia. Tujuan dari Jurnal Penataan Ruang adalah sebagai wadah diseminasi hasil-hasil penelitian pengabdian masyarakat pada bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, baik di Indonesia maupun internasional.
Articles 208 Documents
IDENTIFIKASI POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN PESISIR MELALUI PENDEKATAN EKISTIC STUDI KASUS: WILAYAH PESISIR BRONDONG-PACIRAN LAMONGAN Dian Rahmawati; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Penataan Ruang Vol 9, No 1 (2014): Jurnal Penataan Ruang 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v9i1.2173

Abstract

Permukiman pesisir merupakan salah satu jenis kawasan unik yang membutuhkan pendekatan khusus dalam memahami karakteristiknya.Selama ini permukiman pesisir di Indonesia umumnya dikenal memiliki perkembangan yang sangat cepat dan dinamis dimana salah satu penyebabnya adalah tingginya tingkat migrasi pendatang, termasuk di wilayah studi kasus Brondong-Paciran, Kab.Lamongan.Konsep pengembangan permukiman seringkali tidak sukses dalam implementasinya karena kurangnya pemahaman mengenai karakteristik pola perkembangan permukiman sehingga diperlukan pendekatan khusus dalam studinya. Brondong-Paciran merupakan salah satu kawasan permukiman pesisir yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan di Jawa Timur dan seperti permukiman pesisir pada umumnya, wilayah ini memiliki peran vital dalam kegiatan ekonomi karena integrasi fungsi permukiman dan ekonomi merupakan budaya dan karakteristik eksisting. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola perkembangan permukiman pesisir di Brondong-Paciran, Kab.Lamongan sebagai bagian dari penelitian mengenai pengembangan konsep permukiman minapolis.Diskusi dititikberatkan pada pendekatan metode ekistic sebagai skema analisis dua arah yang khusus dikembangkan dalam bidang permukiman. Hasil dari diskusi dan identifikasi memperlihatkan bahwa tingkat lingkungan permukiman di Brrondong-Paciran termasuk kategori kampung kota pantai dengan tatanan permukiman ribbon settlements berkombinasi dengan pola cluster dan berkembang melalui empat tahapan utama yang kemudian divisualisasikan melalui peta ekistic grid.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN INFASTRUKTUR PERDESAAN - Suwarseno; Nadjadji Anwar; Theresia Sri Sidarti
Jurnal Penataan Ruang Vol 1, No 2 (2006): Jurnal Penataan Ruang 2006
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v1i2.2346

Abstract

Sumberdaya air mempunyai peranan yang besar dalam menunjang kegiatan di bidang pertanian, khususnya di bidang irigasi. Keberlanjutan pengelolaan irigasi peran serta masyarakat petani pemakai air secara aktif khususnya di bidang operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi baik ditingkat jaringan tersier maupun jaringan utama, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan lapangan. Analisa yang dipakai adalah Distribusi Frekuensi, Koefisien Korelasi Distribusi Bebas (Non Parametrik). Uji Chi-Kuadrat, sedangkan untuk mengetahui besarnya peran partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier digunakan Analisa Kebutuhan Nyata operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) sebagai pembanding Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap pengelolaan irigasi akan dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi serta kelestarian lingkungan demi keberlanjutan sistem irigasi pernyataan setuju, sangat tinggi yaitu 84,00%, adapun partisipasi petani pengelolaan jaringan tersier di daerah irigasi 65,60% cenderung sedang, sedangkan kemampuan Masyarakat petani untuk ikut serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier Daerah Irigasi tahun 2005 dibutuhkan dana sebesar Rp 792.430.940,00 perincian untuk biaya operasi sebesar Rp 112.862.919,97, biaya pemeliharaan rutin sebesar Rp. 107.058.368,30 dan biaya pemeliharaan berkala sebesar Rp. 572.509.651,80, peran serta petani membayar REPAIR untuk jaringan primer dan sekunder sebesar Rp. 341.038.800,00 Nilai lKH 43,04% Indek Kuatnya Hubungan Sedang, kemampuan petani membayar lPAIR untuk jaringan Tersier sebesar Rp. 171.531.840,00 Nilai lKH 21,65% dengan Indek Kuatnya Hubungan Rendah Kebutuhan dana Operasi dan Pemeliharaan jaringan Tersier sesuai dengan Analisa Kebutuhan Nyata untuk biaya operasi sebesar Rp. 11.579,25 ha/th, biaya pemeliharaan Rutin Rp. 10.983,73 /ha/th dan pemeliharaan Berkala Rp. 58.737,02 /ha/th, total Rp. 81.300,00 hal th kemampuan petani Rp. 17.598,42 /halth, dengan demikian kewenangan pendanaan di petani sebaiknya dikonsentrasikan pada tingkat tersier.
PENILAIAN FUNGSI TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI KOTA SURABAYA Saputri, Desy Dwi
Jurnal Penataan Ruang Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Penataan Ruang 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.983 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v13i2.6674

Abstract

Taman kota sebagai ruang terbuka publik seharusnya memiliki empat fungsi utama yaitu fungsi ekologi, fungsi sosial-budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Kualitas sebuah taman kota dapat diketahui melalui keberhasilan fungsi taman kota tersebut. Hingga saat ini belum terdapat penilaian terukur terhadap keberhasilan fungsi taman kota terutama taman kota di Kota Surabaya. Untuk  itu peneliti mengukur tingkat efektivitas fungsi taman kota sebagai ruang terbuka publik di Kota Surabaya.  Penelitian ini terbagi kedalam tiga tahapan yaitu (1)mengidentifikasi fungsi taman kota berdasarkan karakteristik taman kota di Kota Surabaya dengan menggunakan metode analisa deskriptif statistik, (2)merumuskan kriteria yang menentukan fungsi taman kota sebagai ruang terbuka publik di Kota Surabaya dengan metode analisa expert judgement, (3)menilai tingkat efektivitas fungsi taman kota sebagai ruang terbuka publik di Kota Surabaya dengan metode analisa skoring.  Hasil analisa menunjukkan bahwa (1)Taman Bungkul efektif untuk fungsi sosial-budaya dengan nilai efektivitas sebesar 2,5; (2)Taman Kebun Bibit Wonorejo cukup efektif untuk fungsi estetika dengan nilai efektivitas sebesar 2,4; (3)Taman Prestasi efektif untuk fungsi estetika dengan nilai efektivitas dengan nilai efektivitas sebesar 2,5; (4)Taman Flora efektif untuk fungsi estetika dengan nilai efektivitas sebesar 2,4 (5)Taman Mundu cukup efektif untuk fungsi ekonomi dengan nilai efektivitas sebesar 2,4. Semua kriteria penentuan fungsi taman kota tergolong efektif dan cukup efektif pada semua taman kota kecuali kriteria kegiatan mencari dan mengumpulkan hasil taman yang tidak efektif dengan nilai efektivitas sebesar 1,5 pada Taman Mundu.
STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS: PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN LAUT) Saut A H Sagala; Teti A Argo; - Asirin; Praditya Adhitama; - Dodon
Jurnal Penataan Ruang Vol 9, No 1 (2014): Jurnal Penataan Ruang 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v9i1.2245

Abstract

Tulisan ini mengkaji adapatasi yang dilakukan oleh nelayan berupa pemanfaatann teknologi untuk bertahan dan meningkatkan produksi ikan tangap dalam menghadapi tekanan dampak perubahan dan variabililtas iklim. Pendekatan kualitatif dipilih di dalam penelitian ini untuk menggali secara mendalam kepada pihak-pihak yang memahami permasalahan, diantaranya nelayan (pemilik kapal/juragan, anak buah kapal, nahkoda kapal, nelayan perahu kecil) yang memiliki 10 tahun pengalaman, manajer koperasi nelayan Misaya Mina, Serta Dinas Perikanan dan Kelautab Indramayu. Teknologi telah dimanfaatkan oleh nelayan perikanan tangkap (seperti kapal, alat tangkap, serta geoinformasi dan komunikasi) dalam beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Sejauh ini, terdapat beberapa tantangan berupa keterbatasan kepemilikan finansial dan lemahnya akses finansial untuk terus meningkatkan kapasitas adaptasi mengggunakan teknologi. Penelitian ini menemukan bahwa penyediaan modal saja tidak cukup untuk mendorong peningkatan pemanfaatan teknologi untuk beradaptasi,tetapi penting juga adanya upaya-upaya menguatkan kapasitas masyarakat dalam mengakses modal tersebut seperti pendampingan penguatan kolektifitas kelompok nelayan dan pendampingan teknis (technical assistance) dalam pembuatan proposal sampai pemanfaatan modal. 
Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor dalam Mengurangi Kerentanan Masyarakat di KSN Merapi Kabupaten Sleman Adjie Pamungkas; Novia Destriani
Jurnal Penataan Ruang Vol 11, No 2 (2016): Jurnal Penataan Ruang 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.279 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v11i2.5217

Abstract

Meningkatnya potensi bencana tanah longsor dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN) Gunung Merapi Kabupaten Sleman diakibatkan oleh hasil erupsi Gunung Merapi, curah hujan, dan erosi sungai. longsor ini menyebabkan kerugian material (angka??), korban jiwa (angka???), kerusakan infrastruktur (angka??), sektor sosial(angka??), ekonomi (angka??)dan mengakibatkan penurunan daya dukung lahan produktif termasuk beberapa kawasan permukiman, pariwisata, budidaya dan lindung yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional. Untuk meminimasi dampak longsor tersebut, stakeholders memiliki tindakan adaptasi berupa bla… bla… . Adaptasi saat ini dirasakan kurang efektif mengingat kejadian longsor dan dampaknya tetap terjadi. Oleh karenanya, penelitian ini berupaya merumuskan arahan adaptasi yang efektif dalam meminimasi dampak longsor di KSN Gunung Merapi Untuk merumuskan adaptasi yang efektif, penelitian ini memiliki 3 tahapan utama. Pertama, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan melalui analisa AHP (analytical hierarchical process ?). kedua, menentukan zona kerentanan melalui weighted overlay berdasarkan bobot faktor dari AHP. Ketiga, merumuskan pola adaptasi pada daerah yang memiliki kerentanan yang tinggi melalui analisa ……? Berdasarkan hasil analisa, Kecamatan Kalasan adalah kecamatan berzona kerentanan tertinggi. Faktor dominan kerentanan di kecamatan tersebut adalah supply kebutuhan air berdasarkan jarak potensi longsor yang dekat dengan sungai, tingkat kepadatan bangunan, persentase laju pertumbuhan penduduk, tingginya jumlah usia tua-balita, dan jenis tumbuhan yang menutupi lereng. Berdasarkan faktor dominan tersebut, rumusan adaptasi untuk Kecamatan Kalasan terbagi dalam 4 fase disaster risk management. Fase mitigasi dilakukan pembuatan saluran drainase pada tebing sungai yang rawan tanah longsor seperti Cangkringan dan Pakem yang melalui Kecamatan Kalasan. Fase kesiapsiagaan difokuskan dengan melakukan antisipasi kondisi cuaca diwilayah Kecamatan Kalasan dan sekitarnya pada akhir musim kemarau dan awal musim penghujan secara realtime berbasis seluler yang dipancarkan ke BMKG setempat. Fase respon difokuskan pada penyediaan peralatan medis dan bantuan relawan sebagai tanggap darurat pertama kepada masyarakat di sekitaran Kecamatan Kalasan dan wilayah lainnya. Dan, fase pemulihan dilakukan dengan mengembalikan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di Kecamatan Kalasan dan sekitarnya yang terkena tanah longsor.Kata Kunci: adaptasi, bencana longsor, kerentanan
Potensi dan Kelemahan Kawasan Cagar Budaya sebagai Destinasi Wisata Heritage di Kota Pontianak Putu Ayu Vindytha Amanda Putri; Eko Budi Santoso
Jurnal Penataan Ruang Vol 15, No 1 (2020): Jurnal Penataan Ruang 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.441 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v15i1.6794

Abstract

Kota Pontianak adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki kawasan cagar budaya yang terdiri dari Istana Kadriah, Masjid Jami, dan Kampung Beting. Sebagai kawasan cagar budaya, upaya konservasi harus dilakukan untuk mencegah kerusakan dan hilangnya nilai sejarahnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menjadikannya sebagai warisan destinasi wisata. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu ditemukan potensi dan kelemahan yang ada pada kawasan tersebut. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-positivis dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahapan pertama dengan menggunakan kuesioner dari teknik pengambilan sampel acak dan tahapan kedua dengan melakukan observasi langsung pada kawasan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan datang karena mereka tertarik pada kegiatan pariwisata dan ingin mengetahui sejarah kawasan cagar budaya. Pada observasi lapangan yang dilakukan ditemukan beberapa kondisi eksisting untuk disamakan dengan persepsi wisatawan. Bangunan cagar budaya merupakan potensi yang cukup menonjol tetapi lingkungan sekitarnya masih perlu dilakukan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut. Masalah dengan area ini adalah fasilitasnya masih belum lengkap dan terawatt sehingga menjadi kelemahan dari kawasan untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata heritage.
KINERJA PENGENDALIAN RUANG SEBAGAI REFLEKSI KEBERHASILAN PENATAAN RUANG DI KAWASAN PERBATASAN Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2231

Abstract

Tarik ulur kepentingan antar kabupaten kota sangat berdampak pada kawasan-kawasan perbatasannya yang memiliki terkaitan secara spasial yang erat. Hal ini dikarenakan pesatnya perkembangan yang terjadi di kawasan perbatasan yang mendorong peningkatan prasarana dan sarana serta berbagai permasalahan lingkungan dan sosial terkait dengan kepadatan yang tinggi. Selain itu, permasalahan soputar pengelolaan pada kewenangan wilayah administrasi yang berbeda juga menjadi poin penting dalam mengatasi permasalahan pemanfaatan dan pengendalian nuang di kawasan perbatasan. Sehingga pengelolaan dan pengendalian terhadap kawasan perbatasan sangat penting untuk diperhatikan secara spesifik. Dalam studi ini dilakukan proses evaluasi terhadap kinerja pemanfaatan dan pengendalian ruang perbatasan, Adapun aspek-aspek yang dievaluasi diantaranya adalah kelembagaan, model proses, kecukupan peraturan dan aspek keterlibatan stakeholder. Dari keempat aspek-aspek tersebut dilakukan penilaian pada tiap kabupaten/kota yang berbatasan di Jawa Timur dalam hal ini dilakukan terhadap 5 (umaj sampel kabupaten/kota yaitu Surabaya-Sidoarjo, Surabaya-Gresik, Sidoano Pasunuan, Kabupaten Malang Kota Batu dan Kabuapaton Malang Kota Malang. Proses penilaian dilakukan menggunakan analisis skoring pada kuesioner yang disebarkan pada tiap kabupaten/kota serta analisis AHP (analytical hierarchy process) yang dilakukan untuk membobotkan variabel variabel pada tiap aspek penilaian. Dan penilaian terhadap kelima sampel tersebut diketahui kawasan perbatasan yang memiliki kinerja yang variatif (baik, sedang dan buruk). Perbatasan Surabaya-Sidoarjo relatif memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perbatasan lainnya Sebaliknya, perbatasan di Sidoario-Pasuruan memiliki banyak vanabel kineria pengendalian ruang yang paling banyak. Beberapa variabel yang menjadi titik lemah dalam pengendalian di kawasan perbatasan adalah sinkronisasi peraturan, kelengkapan peraturan dan proporsionalitas antara kewenangan dengan TUPOKSI. Walaupun demikian, ada beberapa variabel yang menjadi titik kekuatan dalam pengendalian berupa: keberadaan instansi spesifik, transparansi, media pelibatan dan keterwakilan stakeholders.
PERMASALAHAN OPTIMALISASI SPASIAL PADA PELAYANAN FASILITAS PENDIIKAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA KABUPATEN MOJOKERTO Priadi Asmanto; Rimadewi Suprihardjo; Putu Rudy Satiawan
Jurnal Penataan Ruang Vol 4, No 1 (2009): Jurnal Penataan Ruang 2009
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v4i1.2362

Abstract

Permasalahan optimalisasi merupakan sebagian dari permasalahan pengadaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan public. Kajian ini ditujukan untuk menghasilkan model strategis peningkatan pelayanan fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di Kabupaten Mojokerto. Teknik analisa yang digunakan dalam kajian ini adalah indeks gini pendidikan dan capacited location allocation model. Hasil analisa menunjukan bahwa tingkat keseimbangan kebutuhan terhadap ketersediaan fasilitas dan pelayanan pendidikan cenderung mengalami ketimpangan berat. Hasil simulasi optimalisasi spasial menyimpulkan pangalokasian penduduk usia sekolah pada fasilitas pendidikan terdekat merupakan alternative efisiensi aksesiblitas dan optimalisasi spasial pada fasilitas pendidikan setingkat SLPTP. Pembentukan wilayah pelayanan sekolah merupakan alternative optimalisasi pelayanan fasilitas pendidikan.
FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PEGARAMAN (STUDI KASUS : KAWASAN PEGARAMAN KABUPATEN PAMEKASAN) Aulia, Belinda Ulfa; Jasilah, Nur
Jurnal Penataan Ruang Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Penataan Ruang 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.826 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v14i1.6597

Abstract

Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten penghasil garam terbesar di Jawa Timur. Pada tahun 2016 Kabupaten Pamekasan menjadi kabupaten terbesar kedua dalam menghasikan garam rakyat. Selain itu, tercatat Kabupaten Pamekasan menjadi penghasil garam terbesar ketiga di Jawa Timur namun demikian kawasan tersebut belum dikembangkan dengan baik. Dengan menggunakan metode content analysis input data yang digunakan berupa hasil wawancara indepth interview untuk mengidentifikasi faktor pengembangan kawasan pegaraman secara umum. Content analysis dibantu dengan menggunakan software Nvivo 12.0 yang memiliki fungsi mengidentifikasi faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan pegaraman sehingga didapat hasil faktor pengembangan kawasan pegaraman yang sering disebutkan dalam proses wawancara kepada 3 kelompok stakeholders, yaitu faktor jenis teknologi yang sering digunakan, peran pemerintah, unit pemasaran, saluran air laut, lembaga usaha, ketersediaan jaringan jalan, dan kadar garam dalam air laut.
REHABILITASI DAERAH KUMUH : UPAYA PENINGKATAN KEBERHASILAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH (RSDK) DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KEDUNGDORO KOTA SURABAYA Sudrajat, Agus; Santosa, Happy Ratna; Satiawan, Putu Rudy
Jurnal Penataan Ruang Vol 7, No 1 (2012): Jurnal Penataan Ruang 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v7i1.2262

Abstract

Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) di Kota Surabaya adalah program yang bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kepada warga miskin agar dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya secara mandiri. Salah satu kelurahan yang mendapat program RSDK adalah kelurahan Kedungdoro Kecamatan Tegalsari Kota Surabaya. Namun dalam tataran praktisnya ditemukan banyak kendala dalam pelakanaan program yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan program RSDK kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat dan bagaimana upaya peningkatan keberhasilan program RSDK kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat.Paper ini memaparkan hasil penelitian mengenai upaya peningkatan keberhasilan program RSDK di lokasi studi Kelurahan Kedungdoro. Tujuan penelitian ini adalah menyusun upaya peningkatan keberhasilan program RSDK dalam kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat dengan sasaran: 1) identifikasi faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan program RSDK di Kel. Kedungdoro, 2) merumuskan upaya peningkatan keberhasilan program RSDK dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat di Kel. Kedungdoro. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan alamiah dengan menggunakan metode kualitatif. Kajian ini dilakukan dengan cara studi lieratur, pengamatan lapangan, penyebaran kuesioner dan wawancara. Adapun teknik penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis teknik Delphi dan triangulasi.Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan program RSDK kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat di Kel. Kedungdoro Kota Surabaya adalah rendahnya tingkat pendidikan. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola keuangan keluarga, rendahnya kapasitas lembaga lokal pengelola program, persepsi mayarakat yang keliru terhadap program RSDK, rendahnya partisipasi masyarakat, pergeseran budaya, dan rendahnya keterlibatan pejabat pemerintah ditingkat kelurahan dan kecamatan.

Page 7 of 21 | Total Record : 208