cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 1 (2022): KANDAI" : 10 Documents clear
PEMERTAHANAN LINGKUNGAN DARI EKSPLOITASI KAPITALIS DI BUKIT BARISAN DALAM NOVEL SI ANAK PEMBERANI KARYA TERE LIYE (Environmental Protection from Capitalist Exploitation Along The Barisan Mountains in Tere Liye's Novel Si Anak Pemberani) Elen Inderasari
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.2560

Abstract

Literary works have a profound impact on environmental literacy. Through the story of a novel entitled Si Anak Pemberani by Tere Liye, this study aims to determine the environmental preservation of community in the Barisan Mountains found in the novel. This study used a descriptive qualitative method about literary criticism approach. The data employed are text (documents) in the form of quotes, snippets, sentences, dialogues, and others contained in the novel objectively. Data collection techniques are carried out by reading and analyzing the phenomena related to environmental exploitation. Furthermore, the data are analyzed utilizing eco-criticism by reviewing the themes and messages to preserve nature through criticism of environmental damage contained in the novel. As a result, this study shows efforts to protect the environment among four principles of compassion and concern for nature. The four principles are (a) the rights of living things to be protected, (b) the rights of living things to be cared for, (c) the rights of living things not to be hurt, and (d) the obligation to protect and care for all living things.Karya sastra memiliki andil kuat dalam literasi lingkungan. Melalui kisah dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye, penelitian ini bertujuan mengetahui pemertahanan lingkungan masyarakat di lembah Bukit Barisan dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kritik sastra. Data yang digunakan adalah teks (dokumen) berupa kutipan, cuplikan, kalimat, dialog, dan lainnya yang terdapat dalam novel secara objektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan menganalisis data fenomena di dalam cerita novel terkait eksploitasi lingkungan. Data kemudian dianalisis menggunakan ekokritik dengan tahapan mengkaji tema dan pesan upaya pemertahanan kelestarian alam melalui kritik terhadap kerusakan lingkungan yang terdapat dalam novel. Sebagai hasilnya, penelitian ini menunjukkan adanya upaya pemertahanan lingkungan dengan wujud empat prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Keempat prinsip tersebut, yaitu (a) hak makhluk hidup untuk dilindungi, (b) hak makhluk untuk dipelihara, (c) hak makhluk hidup untuk tidak disakiti, dan (d) kewajiban perlindungan dan pemeliharaan terhadap semua makhluk hidup. 
SISTEM FONOLOGI BAHASA TAE (The Phonology System of Tae Language) NFN Suparman; NFN Nurliana
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3450

Abstract

This study aims to identify and describe qualitatively the phonological system of Tae Rongkong dialect in North Luwu Regency, South Sulawesi. The analysis was carried out on 200 Swadesh vocabularies carried out in the field. The results of the study were analyzed in four categories. The categories in question are phoneme identification, phoneme distribution, phoneme clusters and tribal patterns in the Tae Rongkong dialect. In the phoneme identification carried out by researchers in the Tae dilaek Rongkong language, 5 vowel phonemes were found, including vowel phonemes [u], [a], [e], [O], and [o], and 9 consonant phonemes. which include consonant phonemes [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], [n] obtained. In the distribution of phonemes in Tae language dialect rongkong found 9 vowel phonemes which include vowel phonemes [a], [i], [u], [I], [e], [é], [o], [ U] and [O], each of which occupies the position of a vowel sound in the Tae Rongkong dialect. In the distribution of consonant phonemes found 15 consonant phonemes in the Tae Rongkong dialect found consonant phonemes consisting of consonant phonemes [b], [d], [g], [j], [k], [l], [ m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t], [v] and [?].; also found 5  vowel phoneme clusters /ai/, /ia/, /ua/, /ei/, and /oa/; and in the consonant phoneme group found 1 consonant phoneme /ŋk/; The tribal patterns found by researchers in the Tae Rongkong dialect consist of trisyllabic patterns with monosyllabic V, polysyllabic K.V, V.K, trisyllabic K.K.KV and four-syllabic KK.K.K.V.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara kualitatif sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Analisis dilakukan pada 200 kosakata Swadesh yang dilakukan di lapangan. Hasil penelitian dianalisis dalam empat kategori. Kategori yang dimaksud ialah identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem, dan pola persukuan dalam bahasa Tae dialek Rongkong. Pada identifikasi fonem yang dilakukan peneliti pada bahasa Tae dilaek Rongkong ditemukan 5 fonem vokal di antaranya fonem vokal [u], [a], [e], [O], dan [o] dan 9 fonem konsonan di antaranya fonem konsonan [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], dan [n]. Pada distribusi fonem yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong ditemukan 9 fonem vokal di antaranya fonem vokal [a], [i], [u], [I], [e], [é], [o], [U], dan [O] yang masing-masing menempati posisi keberadaan bunyi vokal pada bahasa Tae dialek Rongkong. Pada distribusi fonem konsonan ditemukan 15 fonem konsonan dalam bahasa Tae dialek Rongkong dan ditemukan lagi fonem konsonan yang terdiri atas fonem konsonan [b], [d], [g], [j], [k], [l], [m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t], [v], dan [?]; ditemukan pula 5 gugus fonem vokal /ai/, /ia/, /ua/, /ei/, dan /oa/; dan pada gugus fonem konsonan ditemukan 1 fonem konsonan /ŋk/; pola persukuan yang ditemukan peneliti dalam bahasa Tae dialek Rongkong terdiri atas pola persukuan bersuku satu V, bersuku dua K.V, V.K, bersuku tiga K.K.KV, dan bersuku empat KK.K.K.V.
MITOS ROKAT AENG MANES MASYARAKAT MARITIM SITUBONDO: ANALISIS SKEMA AKTANSIAL DAN STRUKTUR FUNGSIONAL (Myths of Rokat Aeng Manes Situbondo Maritime Community: Analysis of Actional Schemes and Functional Structures) NFN Siswanto; NFN Sukatman
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3040

Abstract

This research is focused on the folklore of the maritime community in Situbondo, especially the myth of the Rokat aeng manes in Agel Village. Agel's Aeng Manis skirt is an original Situbondo tradition which has its own peculiarities. This traditional ceremony has been going on for generations in the Agel community. The Aeng Manis Rokat Ceremony in Agel Village is a village clean-up ceremony carried out by the Agel community. This ceremony is held to celebrate the harvest and pray for it to be kept away from various logs, diseases, and disasters. This research discusses the myth of the Rokat Aeng Manis ritual in Agel Asembagus, Situbondo village from the perspective of oral tradition with the theory of the Greimas schema and functional structure and the analysis of interpretation in the context of oral history. The method used was ethnography, which emphasizes the active participation of researchers or is directly involved in the community being studied to obtain field notes that can answer research problems. The results describe the phenomenon of violence against women, namely Princess Mayangsari due to the attack of the King of Bali on the Madura Kingdom which is divided into three stages. This condition was resolved with the emergence of the White Tiger (Helper) who was motivated to restore the dignity and glory of the Madura Kingdom.Penelitian ini difokuskan pada folklor masyarakat maritim di Situbondo, khususnya mitos rokat aeng manes di Desa Agel. Rokat Aeng Manis Agel adalah tradisi asli Situbondo yang mempunyai kekhasan tersendiri. Upacara adat ini telah berlangsung turun temurun di masyarakat Agel. Upacara Rokat Aeng Manis di desa Agel merupakan sebuah upacara bersih desa yang dilaksanakan oleh masyarakat Agel. Upacara ini dilaksanakan untuk mensyukuri hasil  panen dan mendoakan agar dijauhkan dari berbagai bala, penyakit, dan bencana. Penelitian ini mendiskusikan mitos ritual Rokat Aeng Manis di Desa Agel Asembagus Situbondo dari perspektif tradisi lisan dengan teori skema aktan dan struktur fungsional Greimas dan analisis tafsir dalam konteks sejarah lisan. Metode yang digunakan adalah etnografi yang mengedepankan partisipasi aktif peneliti atau terlibat langsung ke masyarakat yang diteliti untuk mendapatkan catatan lapangan yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitian mendeskripsikan fenomena kekerasan terhadap perempuan yakni Putri Mayangsari akibat adanya penyerangan Raja Bali pada Kerajaan Madura yang terbagi menjadi tiga babak. Kondisi tersebut terselesaikan dengan munculnya Macan Putih (helper) yang termotivasi untuk mengembalikan martabat dan kejayaan Kerajaan Madura. 
BAHASA LORANG, BAHASA BARAKAI, DAN BAHASA DOBEL DI KEPULAUAN ARU DALAM KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK (Lorang Languages, Barakai Languages, and Dobel Languages in Aru Islands in Lexicostatistic Study) NFN Erni; Mujahid Taha; Fida Febriningsih; Dendi Wijaya; Jusmianti Garing
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3197

Abstract

This study aims to determine the kinship relationship between Lorang, Barakai, and Double languages in the Aru Islands Regency, Maluku Province through lexicostatistical studies. In addition to this language being in the same geographical area, it also has some of the same vocabularies so that it is very possible to have linguistic kinship both phonemically and lexically. To prove this assumption, linguistic research needs to be done by documenting the three languages. This study uses a quantitative approach with the method lexicostatistics. The purpose of this research is the kinship relationship between Lorang language, Barakai language, and Double language. Data collection was carried out using direct observation, listening, and recording methods. The results showed that the three languages are still related as language families. The percentage of kinship/kinship between Lorang language and Barakai language is 52%, Lorang language is Double language is 46%, and Barakai language is Double language is 68%. Meanwhile, the separation time between the Lorang language and the Barakai language was about six thousand years ago, between the Lorang language and the Double language about 18 thousand years ago, and between the Barakai language and the Double language it is estimated to have separated about two thousand years ago.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel yang ada di Kabupaten Kepualauan Aru, Provinsi Maluku melalui kajian leksikostatistik. Selain bahasa ini berada pada wilayah geografis yang sama juga memiliki beberapa kosakata yang sama sehingga sangat memungkinkan adanya kekerabatan bahasa, baik secara fonemis maupun leksikal, untuk membuktikan asumsi tersebut perlu dilakukan penelitian kebahasaan dengan cara mendokumentasikan ketiga bahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode leksikostatistik. Tujuan penelitian ini adalah hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi langsung, simak, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga bahasa tersebut masih berkerabat sebagai keluarga bahasa. Persentase kekognatan/kekerabatan antara bahasa Lorang dengan bahasa Barakai sebesar 52%, bahasa Lorang dengan bahasa Dobel sebesar 46%, dan bahasa Barakai dengan bahasa Dobel sebesar 68%. Sementara itu, waktu pisah antara bahasa Lorang dengan bahasa Barakai, yaitu sekitar 6 ribu tahun yang lalu, antara bahasa Lorang dan bahasa Dobel sekitar 18 ribu tahun yang lalu, dan antara bahasa Barakai dan bahasa Dobel diperkirakan berpisah sekitar dua ribu tahun yang lalu. 
CERITA RAKYAT PUTRI JAMBUL EMAS BAGI MASYARAKAT ACEH: ANALISIS STRUKTURAL LEVI-STRAUSS (Putri Jambul Emas Folklore for Aceh People: Levi-Strauss Structural Analysis) Inung Setyami
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.2901

Abstract

This study aims to describe the analysis of the Putri Jambul Emas with the Levi-Strauss structural theory. The data source of this research was Putri Jambul Emas, which was originally entitled Putroe Gumbak Meuh which was translated into Indonesian by Ramli Harun. The data collection technique was done by readingand taking notes, namely reading accompanied by careful and thorough recording of the whole story. This research is a qualitative descriptive study. This technique is carried out through 1) identification, 2) classification, 3) interpretation, and 4) inference. The results show that the structural analysis of the myth of Putroe Geumbak Meuh (Putri Jambul Emas) has provided a description of the reality of life of the Acehnese people and can even be linked to the values of local wisdom, history, regional resilience, children's devotion to their parents, choosing a life partner, the religiosity of the Acehnese people, and people's views on virginity.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis Putri Jambul Emas dengan teori Struktural Levi-Strauss. Sumber data penelitian ini Putri Jambul Emas yang semula berjudul Putroe Gumbak Meuh yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ramli Harun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan baca catat, yaitu pembacaan disertai dengan pencatatn dengan cermat dan teliti keseluruhan cerita. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik ini dilakukan melalui langkah-langkah, 1) identifikasi, 2) pengklasifikasian, 3) interpretasi, dan 4) inferensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis struktural terhadap mitos Putroe Geumbak Meuh (Putri Jambul Emas) ini telah memberikan deskripsi mengenai realitas kehidupan masyarakat Aceh bahkan bisa dikaitkan dengan nilai-nilai kearifan lokal, sejarah, ketahanan wilayah, rasa bakti anak terhadap orang tua, memilih pasangan hidup, religiusitas masyarakat Aceh, dan pandangan masyarakat terhadap virginitas. 
THE MEANING OF “COOKING VERBS” IN MUNA LANGUAGE: NATURAL SEMANTIC METALANGUAGE (Makna “Verba Memasak” dalam Bahasa Muna: Metabahasa Semantik Alami) Haerun Ana; La Yani Konisi
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3296

Abstract

Artikel ini membahas makna verba memasak bahasa Muna. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan mengggunakan teknik rekam dan catat. Data tersebut analisis secara kualitatif menggunakan metabahasa semantika lami, sebuah pendekatan untuk mengkaji berbagai bentuk, struktur, dan makna bahasa secara utuh dengan prinsip “satu bentuk untuk satu makna dan satu makna untuk satu bentuk”. Pendekatan ini menggunakan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan sesuatu tanpa berbelit-belit atau berputar-putar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna memasak dalam bahasa Muna dapat diekspresikan dengan berbagai leksikon dan masing-masing leksikon memiliki makna distintif, yakni verba makna memasak menggunakan air seperti pada verba ghaudan to:fi, makna memasak menggunakan minyak seperti pada verba hole: dan sanggarae, dan makna memasak tanpa menggunakan air dan minyak seperti pada verba tunu dan rawue. Sesuatu yang dimasak dan komponennya (air, api, asap, atau minyak) yang digunakan untuk memasak menentukan jenis verba yang akan digunakan. Verba-verba memasak tersebut dapat mengindikasikan atau menggambarkan obyek yang dimasak dan proses memasak. Walaupun demikian, agen atau pelaku sebagai subyek bersifat bebas dan tidak tergantung baik pada predikat maupun obyek, atau sebaliknya.This paper aims at investigating the meaning of cooking verbs in Muna language. The data were collected through interview with recording and noting techniques. It was analyzed qualitatively by using natural semantics metalanguage (NSM), an approach to investigate various forms, structure, and meaning in the whole with principle “one form for one meaning and one meaning for one form”. It uses appropriate words to explain something without using other lexicons or without obscurity. The result of this study shows that meaning of verbs cooking in Muna can be expressed by a number of lexicons and each form has distinctive meaning in expressing the meaning of cooking, namely to cook using water, such as ghau and to,fi: to cook using oil, such as hole and sanggarae, and to cook without using water and oil, such as tunu and rawue. Something that will be cooked and component used to cook determines the kinds of those verbs. Those verb of cooking in Muna language can indicate or describe the object which is cooked and process of cooking. However, actor or agent as subject is independent either predicate or object, and vice versa.
STRUKTUR DAN FUNGSI GUGUS LEKSIKAL DALAM TEKS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, SURAT RESMI, DAN SURAT BISNIS (Structure and Function of Lexical Bundles in Legal Texts, Formal Letters, and Business Letters) Meli Tri Diana Putri
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3322

Abstract

Lexical bundles are defined as a sequence of three or more words that indicate a statistical tendency to occur together in a register. This research focuses on identifying the frequency, structure, and function of lexical bundles in registers of regulations and letters. This is a corpus based research with inductive approach. The corpus of data in this research are 1,019,326 words that come from 5 different kinds of text, which are laws, presidential regulations, ministerial regulations, formal letters and business letters. The frequency limit used to identify lexical bundles in this study is 20 times in at least 5 different texts. The result shows that there are 345 lexical bundles with three to seven words sequences, such as sebagaimana dimaksud pada, oleh karena itu, and yang dimaksud dengan. From those five texts, laws has the most lexical bundles. Meanwhile, in the analysis of the structure of three words bundles from those five texts are dominated by the complete structural pattern (56.85%), such as verbal phrase (e.g. dilakukan dengan cara), whereas the incomplete structural pattern (43.15%) is dominated by verbal phrase + preposition with the word “yang” as its modifier (e.g. yang diatur dalam). Related to the function of lexical bundles, it was found that there were functions that were oriented to the regulatory and textual aspects, while there were no functions that were oriented towards the interaction between the writer and the reader.Gugus leksikal (lexical bundles) didefinisikan sebagai rangkaian tiga kata atau lebih yang menunjukkan kecenderungan secara statistik untuk terjadi secara bersama dalam sebuah register. Penelitian ini berfokus mengidentifikasi frekuensi, struktur, dan fungsi gugus leksikal dalam register peraturan perundang-undangan dan teks surat. Penelitian ini merupakan penelitian berbasis korpus dengan pendekatan induktif. Korpus data dalam penelitian ini berjumlah 1.019.326 kata yang bersumber dari 5 jenis teks, yaitu undang-undang, peraturan presiden, peraturan menteri, surat resmi, dan surat bisnis. Batasan frekuensi yang digunakan untuk mengidentifikasi gugus leksikal dalam penelitian ini adalah 20 kali dalam setidaknya 5 teks yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa ditemukan 345 gugus leksikal dengan panjang rangkaian tiga kata hingga tujuh kata, dengan didominasi rangkaian tiga kata, seperti sebagaimana dimaksud pada, oleh karena itu, dan yang dimaksud dengan. Dari kelima jenis teks tersebut, undang-undang memuat gugus leksikal dengan jumlah terbanyak. Sementara itu, dalam analisis struktur gugus leksikal tiga kata pada kelima jenis teks tersebut didominasi oleh pola struktur lengkap (56,85%), seperti frasa verba (mis., dilakukan dengan cara), sedangkan struktur tidak lengkap (43,15%) didominasi oleh frasa verba + preposisi dengan pewatas “yang” (mis., yang diatur dalam). Pada fungsi gugus leksikal ditemukan fungsi yang berorientasi pada aspek peraturan dan tekstual, sedangkan tidak ditemukan fungsi yang berorientasi pada hubungan interaksi antara penulis dan pembaca.  
UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT KERINCI SEBAGAI SUMBER NILAI MORAL UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER (The Traditional Expression of The Kerinci Community as A Source of Moral Values for Character Education) Sovia Wulandari; Mahdi Bahar
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.2885

Abstract

The Kerinci language is one of the regional languages in Indonesia that still lives and develops in the Kerinci community. The Kerinci community also uses language as a social control for their people, which is expressed in the form of expressions. The purpose of this study was to describe moral values in the traditional expressions of the Kerinci community as a source of moral values for character education. The method used was descriptive qualitative. Based on the research results, the moral values contained in the traditional expressions of the Kerinci community are individual, social, and religious moral values. Examples of individual moral values are honest, open, responsible, obedient, disciplined, diligent. Examples of social moral values are loyalty, helping others, keeping promises, friendly, polite, democratic, fair, considerate, compact. Examples of religious moral values are sincerity, gratitude, optimism, do not confuse the halal and the haram, the good and the bad. These moral values can be used as a source of moral values for character education in educating young people as the next generation of this nationBahasa Kerinci merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang masih hidup dan berkembang pada masyarakat Kerinci. Masyarakat Kerinci juga menggunakan bahasa sebagai kontrol sosial masyarakatnya yang tertuang dalam bentuk ungkapan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam ungkapan tradisonal masyarakat Kerinci sebagai sumber nilai moral untuk pendidikan karakter. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, nilai moral yang terdapat dalam ungkapan tradisional masyarakat Kerinci yaitu nilai moral individual, sosial, dan religi. Contoh nilai moral individual yaitu jujur, terbuka, bertanggung jawab, patuh, disiplin, tekun. Contoh nilai moral sosial yaitu setia, menolong orang lain, menepati janji, ramah, sopan, demokratis, adil, tenggang rasa, dan kompak. Contoh nilai moral religi yaitu ikhlas, bersyukur, optimis, jangan mencampuradukkan yang halal dan haram, yang baik dan yang buruk. Nilai-nilai moral tersebut dapat dijadikan sebagai sumber nilai moral untuk pendidikan karakter dalam mendidik anak muda sebagai generasi penerus bangsa ini.
REPRESENTASI KECINTAAN TERHADAP PRODUK LOKAL DALAM IKLAN TOP COFFEE (KAJIAN STILISTIKA) (The Representation of Love of Local Products in Top Coffee Advertisement: A Stylistic Study) Rudi Ekasiswanto
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.2927

Abstract

The purpose of this research is to identify the elements of language style found on Top Coffee product advertisements. This study also aims to describe the meaning and function of the language style used in the advertisement as a representation of love for local products. In addition to linguistic factors, this study also identifies the symbolic meanings contained in advertising posters. This research is descriptive qualitative. The data collection technique was carried out by observing and taking notes on Top Coffee's product advertisements in print and television media. The data obtained were then analyzed using a stylistic approach, to analyze linguistic factors, and semiotics to analyze the visual elements in advertising posters. The results of this study indicate that the three advertisements for Top Coffee products use a conversational style based on word choice; simple language style and noble and powerful language style based on tone; anticlimactic, parallelism, and climax based on sentence structure; synecdoche, metaphor, metonymy, and hyperbole based on whether or not the meaning is direct. Meanwhile, advertising visualization includes typography, advertisement stars, logos, product displays, colors and patterns, batik motif fibers that represent local products and their love for them. This advertisement uses the spirit of nationalism that is built from its consumers as a tool to promote its products through the style of language and symbols contained in the poster.Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi unsur gaya bahasa yang terdapat dalam iklan produk Top Coffee. Penelitian ini juga bertujuan mendeskripsikan makna dan fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam iklan tersebut sebagai representasi kecintaan terhadap produk lokal. Selain faktor kebahasaan, penelitian ini juga mengidentifikasi makna-makna simbolis yang terdapat pada poster iklan. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat terhadap iklan produk Top Coffee di media cetak dan televisi. Data-data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan pendekatan stilistika untuk mengetahui faktor kebahasaan dan teori semiotika untuk menganalisis unsur-unsur visual pada poster iklan. Dari hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa tiga iklan produk Top Coffee menggunakan gaya bahasa percakapan sebagai berikut: (1) berdasarkan pilihan kata: gaya bahasa sederhana, gaya bahasa mulia, dan gaya bahasa bertenaga; (2) berdasarkan nada: antiklimaks, paralelisme, dan klimaks; (3) berdasarkan struktur kalimat: sinekdoke, metafora, metonimia, dan hiperbola; dan (4) berdasarkan langsung tidaknya makna. Sementara itu, visualisasi iklan meliputi tipogafi, bintang iklan, logo, tampilan produk, warna dan corak, serta serat motif batik yang merepresentasikan produk lokal dan kecintaan terhadapnya. Iklan ini menggunakan semangat nasionalisme yang dibangun dari minat konsumen sebagai alat untuk mempromosikan produknya melalui gaya bahasa dan simbol-simbol yang terdapat pada posternya. 
ANALISIS KOHERENSI DALAM TOPIK FIKSI MINI (Coherence Analysis in The Topic of Mini-Fiction) Arini Vika Sari
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.3269

Abstract

Mini-fiction is a modern prose that is present on Twitter with its uniqueness on the topics that are thrown at the readers. In fact, not all readers who provide comments follow the systematic writing of mini-fiction, whereas in terms of discourse integration, omission or differences in the title and the topic can be a problem. This study aims to analyze the coherence of comments given by readers on the topic of mini-fiction. This study uses a qualitative descriptive study using a critical discourse paradigm. The data source used was the @fiksimini account on Twitter during March 2020. Data collection was carried out using reading techniques and note-taking techniques in data cards. The data collection instrument is the researcher himself (human instrument) using the coherence relation parameter. The data analysis technique in this study used semantic and pragmatic equivalents in analyzing reader comments based on their coherence relationships. The data analysis stage was carried out in three stages, namely (1) word reduction; (2) data presentation; and (3) drawing conclusions. The results showed that the coherence between the topic of and readers' comments was 65.6%. The coherence relation tools found in the  discourse are divided into (1) causation; (2) equations; (3) options; (4) conflict; (5) temporal; (6) objectives; (7) conditions; (8) comparison; (9) affirmation; (10) sequence; and (11) the situation Fiksi mini merupakan prosa modern yang hadir di Twitter dengan keunikan pada topik yang dilempar kepada pembaca. Faktanya, tidak semua pembaca yang memberikan komentar mengikuti sistematis penulisan fiksi mini padahal dalam keterpaduan wacana, penghilangan atau perbedaan judul dengan topik dapat menjadi sebuah masalah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis koherensi komentar yang diberikan pembaca terhadap topik fiksi mini. Penelitian ini menggunakan penelitian deskripsi kualitatif dengan menggunakan paradigma wacana kritis. Sumber data yang digunakan adalah akun @fiksimini di Twitter selama bulan Maret 2020. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik baca dan teknik catat dalam kartu data. Instrumen pengumpulan data adalah peneliti sendiri (human instrument) dengan menggunakan parameter relasi koherensi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan padan semantik dan pragmatik dalam menganalisis komentar pembaca berdasarkan relasi koherensinya. Tahap analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yakni (1) reduksi kata; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koherensi antara topik dengan komentar pembaca sebesar 65,6 %. Piranti relasi koherensi yang ditemukan dalam wacana  dibedakan atas (1) sebab-akibat; (2) persamaan; (3) pilihan; (4) pertentangan; (5) temporal; (6) tujuan; (7) syarat; (8) perbandingan; (9) penegas; (10) urutan; dan (11) situasi. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10