cover
Contact Name
Teguh Ariyanto
Contact Email
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Rekayasa Proses
ISSN : 1978287X     EISSN : 25491490     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Rekayasa Proses (J. Rek. Pros) is an open-access journal published by Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada as scientific journal to accommodate current topics related to chemical and biochemical process exploration and optimization which covers multi scale analysis from micro to macro and full plant size.
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
Analisis Eksperimental Fluks Kalor pada Celah Sempit Anulus Berdasarkan Variasi Suhu Air Pendingin Menggunakan Bagian Uji HeaTiNG-01 Bambang Riyono; Indarto; Sinta Tri Habsari; Mulya Juarsa; Kiswanta; Ainur R.; Edy S.; Joko P.W.; Ismu H.
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.1895

Abstract

Eksperimen untuk mempelajari mekanisme perpindahan panas pendidihan pada celah sempit berdasarkan skenario kecelakaan parah PLTN TMI-2 perlu dilakukan untuk pemahaman terkait manajemen kecelakaan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh nilai fluks kalor dan fluks kalor kritis (FKK) selama proses perpindahan panas pendidihan pada celah sempit anulus. Metode penelitian secara eksperimen menggunakan bagian uji HeaTiNG-01dengan fluida pendingin adalah air. Eksperimen dilakukan dengan memvariasikan suhu air pendingin pada suhu 75C, 85C dan 95C, dan memanaskan batang panas hingga mencapai suhu awal 650C. Kemudian proses pendidihan selama pendinginan direkam berdasarkan suhu transien pada batang panas. Data suhu digunakan untuk menghitung nilai fluks kalor dan wall superheat, hasilnya direpresentasikan melalui kurva didih. Hasil penelitian menunjukkan nilai FKK suhu pendingin 750C lebih rendah dibandingkan FKK suhu pendingin 85C dan 95C, dimana nilai FKK untuk suhu pendingin 85C dan 95C agak berdekatan. Nilai FKK maksimum untuk suhu 75C adalah 230 kW/m2, sedangkan untuk suhu 95C adalah 282 kW/m2. Meskipun demikian korelasi FKK terhadap posisi aksial batang panas pada berbagai variasi suhu mengikuti korelasi polynomial. Peristiwa pendidihan pada celah sempit tidak termasuk kategori didih kolam dengan membandingkan area didih film hasil eksperimen menggunakan korelasi Bromley. Kata kunci : kecelakaan parah, anulus, fluks kalor, FKK, celah sempit, didih kolam Experiment to investigate the mechanism of boiling heat transfer in a narrow gap on severe accident scenarios of TMI-2 nuclear power plant is necessary to develop the understanding of the related accident management.The present study aimed to obtain heat flux value and critical heat flux (CHF) during boiling heat transfer process in a narrow gap of annulus. The study was experimentally carried out using the HeaTiNG 01 test with water as cooling fluid which temperature was varied at 75C, 85C dan 95C. The rod was heated to 650C. The boiling process during cooling was investigated by recording the transient temperature of the heated rod. The data was used to calculate the heat flux and wall superheat which results were represented in a boiling curve. The experimental results showed that the CHF value of the cooling media at 75C was lower compared with that of at 85C and 95C. It was found that the values of CHF at 85C and 95C were close. The maximum CHF value at 75C was 230 kW/m2, while at 95C was 282 kW/m2. The CHF values at various position of heated rod was found to follow polynomial correlation. By comparing the boiling film areas from experimental results with that of Bromley correlation, it was concluded that boiling process in a narrow gap could not categorized as pool boiling process. Keywords: severe accident, annulus, heat flux, CHF, narrow gap, pool boiling
Suhu dan Rasio Kukus Optimum pada Proses Gasifikasi Kukus Berkatalis K2CO3 terhadap Arang Batu bara Lignit Hasil Pirolisis dengan Laju Pemanasan Terkontrol Dewi Tristantini; Ricky Kristanda Suwignjo
Jurnal Rekayasa Proses Vol 8, No 2 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.11372

Abstract

In order to fulfill the raw material needs of Fischer Tropsch process for producing synthethic fuel (synfuel), high yield of synthesis gas (syngas) with H2/CO ratio ≈ 2.0 should be obtained from lignite coal gasification. Steam gasification can enhance H2 composition in syngas. Lower activation energy of gasification reaction can be obtained using K2CO3 catalyst during the process. Pyrolysis step with controlled heating rate will affect pore surface area of char which will influence the composition and yield of syngas. In this study, lignite char from pyrolysis with controlled heating rate with 172.5 m2/g surface area and K2CO3 catalyst was fed in fixed bed steam gasification reactor. Steam to char mass ratio (2.0; 3.0; 4.0) and gasification temperature (675; 750; 825C) was varied. Optimum condition for syngas production obtained in this study was steam gasification at 675C with steam/char mass ratio 2.0. This condition will produce syngas with H2/CO ratio 2.07 and gas yield 1.128 mole/mole C (45% carbon conversion). Keywords: lignite, controlled pyrolysis, catalytic steam gasification, fixed bed reactor Untuk memenuhi persyaratan bahan baku pembuatan bahan bakar cair sintetis (synfuel) melalui proses Fischer Tropsch, diperlukan proses gasifikasi batu bara lignit yang menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO ≈ 2,0 dan yield gas yang tinggi. Metode gasifikasi kukus dapat meningkatkan komposisi H2 dalam gas sintesis. Energi aktivasi reaksi gasifikasi dapat diturunkan dengan menggunakan katalis K2CO3. Laju pemanasan terkontrol pada tahap pirolisis menentukan ukuran pori arang yang berpengaruh pada komposisi dan yield gas sintesis. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpankan arang batu bara lignit hasil pirolisis dengan laju pemanasan terkontrol yang memiliki luas permukaan pori 172,5 m2/g bersama dengan katalis K2CO3 ke dalam reaktor unggun tetap. Rasio massa kukus/arang yang ditambahkan bervariasi 2,0; 3,0; 4,0 dan suhu gasifikasi 675, 750, 825C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi reaksi gasifikasi yang sesuai untuk produksi gas sintesis bahan baku proses Fischer Tropsch adalah reaksi gasifikasi berkatalis K2CO3 pada suhu 675C dan rasio massa kukus/arang 2,0. Kondisi ini menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO 2,07 dengan yield gas 1,128 mol/mol C (45% konversi karbon). Kata kunci: lignit, pirolisis terkontrol, gasifikasi kukus berkatalis, reaktor unggun tetap
Adsorpsi Air dari Campuran Uap Etanol-Air dengan Zeolit Sintetis 4A dalam Packed Bed dalam Rangka Produksi Fuel Grade Ethanol Handrian Handrian; Wahyudi Budi Sediawan; Aswati Mindaryani
Jurnal Rekayasa Proses Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.30344

Abstract

Ethanol can be used as fuel if it has a purity of 99.5%, while ethanol distillation will stop at its azeotrop point, ie at 95.6%. Adsorption of molecular sieve is one of the methods to obtain ethanol with level above the azeotropic point. Adsorbent that serves as molecular sieve is synthetic zeolite 4A. The adsorbent has a pore diameter of 3.9 Ǻ, then water and ethanol each has a molecular diameter of 2.75 Ǻ and 4.4 Ǻ. Hence the adsorbent is selective against the ethanol-water mixture. The purpose of this research is to obtain ethanol above its azeotropic point and to study the relationship between the influence of flow rate (Vz) and temperature (T) to changes in the number of mass transfer coefficient (kc), radial diffusivity (Der) and henry constants (H') which can be used as parameters in the design of adsorption tools on a commercial scale.This experiment was conducting by weighing zeolite 4A as much as 100 grams, then compiled and measured the height on packed bed column adsorbent. The heating regulator is switched on and set to a constant temperature of 80, 85, 90, 95 and 100 0C. Ethanol 95.61% with 250 ml volume is put into three-neck flask, then heat to evaporate. Turn on the cooling back and adjust the amount of formed vapor rate by adjusting the faucet opening and the degree of voltage in the heating mantle. The magnitude of the vapor flow rate is set at 2, 4 and 6 liters / minute. The products is accomodated and samples were taken every minute to analyze the ethanol content.This adsorption process gives the highest yield of ethanol with 99.40% content. The steam flow rate of 2 lpm and the temperature of 800C is the optimum combination in this research because much of the water vapor adsorbed on the 4A zeolite grain is 7.93 grams. The numerical calculation provides the result that the value of Der in this experiment is 1.59.10-3 cm2 / men, and the relation of kc are the function of reynolds and H'  the function of temperature are as follows: kc = 7,95.10^-3.(Re)^0,1639 and H' = 4,47.10^-3.exp(2565,26/T) ABSTRAKEtanol dapat digunakan sebagai bahan bakar jika memiliki kemurnian 99,5%, sedangkan dislitasi etanol akan terhenti pada titik azeotropnya, yaitu pada 95,6%. Adsorpsi molecular sieve adalah salah satu metode untuk memperoleh etanol dengan kadar diatas titik azeotrop. Adsorbent yang berfungsi sebagai molecular sieve adalah zeolit sintetis 4A. Adsorbent ini memiliki diameter pori sebesar 3,9 Ǻ, lalu air dan etanol masing-masing memiliki diameter molekul 2,75 Ǻ dan 4,4 Ǻ. Maka dari itu adsorbent bersifat selektif terhadap campuran etanol-air. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh etanol diatas titik azeotropnya serta mempelajari hubungan pengaruh laju alir (vz) dan suhu (T) terhadap perubahan harga koefisien transfer massa (kc), difusivitas radial (Der) dan konstanta henry (H’) yang bisa digunakan sebagai parameter dalam perancangan alat adsorpsi pada skala komersial. Percobaan ini dilakukan dengan cara menimbang zeolit 4A sebanyak 100 gram, lalu disusun  dan diukur tingginya pada packed bed columnadsorbent. Regulator pemanas dinyalakan dan diatur suhunya sampai konstan pada 80, 85, 90, 95 dan 1000C. Etanol 95,61% dengan volum 250 ml dimasukkan ke labu leher tiga, lalu dipanaskan sampai menguap. Pendingin balik dinyalakan dan diatur besarnya laju uap yang terbentuk dengan mengatur bukaan kran dan derajat voltase pada heating mantle. Besarnya laju aliran uap diatur pada 2, 4 dan 6 liter/menit. Produk ditampung dan diambil tiap menit sebagai sampel untuk dianalisis kadar etanolnya. Proses adsorpsi ini memberikan hasil tertinggi berupa etanol dengan kadar 99,40%. Laju alir uap 2 lpm dan suhu 800C adalah kombinasi yang optimal dalam penelitian ini karena banyak uap air yang teradsorpsi pada butir zeolit 4A yaitu 7,93 gram. Perhitungan secara numeris memberikan hasil bahwa nilai Der pada percobaan ini adalah 1,59.10-3 cm2/men, serta hubungan kc fungsi reynolds dan H’ fungsi suhu berturut-turut adalah sebagai berikut:kc=7,95.10-3..vz.D0,1639dan H'=4,47.10-3.e2565,26T 
Biosorpsi Pb (II) Pada Jamur Trichoderma Asperrellum TNJ-63 Desi Heltina; Evelyn; Renny Indriani
Jurnal Rekayasa Proses Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.558

Abstract

Logam berat Pb2+ merupakan senyawa yang sangat beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Salah satu cara untuk menanggulanginya adalah dengan biosorpsi menggunakan jamur. Penelitian ini bertujuan menentukan kapasitas jerap maksimum dan model kesetimbangan biosorpsi Pb2+dengan menggunakan jamur Trichoderma asperellum TNJ-63. Sejumlah jamur Trichoderma asperellum TNJ-63 dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan Pb2+ 100 ppm pada suhu ruang dengan massa jamur yang divariasikan. Lama waktu tercapainya kesetimbangan dipelajari dengan memvariasi lama waktu penjerapan dan kecepatan pengadukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maksimum penjerapan Pb2+ pada jamur Trichoderma asperellum TNJ-63 adalah sebesar 98,24%. Mekanisme proses biosorpsi Pb2+ pada Trichoderma asperellum TNJ-63 mengikuti model isoterm Freundlich. Kata kunci: logam berat, biosorpsi, jamur Trichoderma asperellum, isoterm Freundlich Heavy metal Pb2+ is a highly toxic substance and is very dangerous for living creatures. Biosorption with fungi is one of the abatement methods to reduce the metal contaminant in environment. The present study aimed at determining the maximum biosorption capacity and the equilibrium model of Pb2+ biosorption by Trichoderma asperellum TNJ-63. Some Trichoderma asperellum TNJ-63 varied in amount were put into an erlenmeyer flask containing a solution of Pb2+ with an initial concentration of 100 ppm at room temperature. Variation of stirring speeds (80, 130 and 180 rpm) was also carried out to study its effect on the time required to reach equilibrium. The result showed that Pb2+ could be effectively adsorbed by Trichoderma asperellum TNJ-63 as the biosorbent and its biosorption could reach its maximum by as much as 98.24% (w/w). Calculation result showed that the mechanism of Pb2+ biosorption on Trichoderma asperellum TNJ-63 followed Freundlich isotherm model with an average error of 0.098%. Keywords: heavy metal, biosorption, Trichoderma asperellum, Freundlich isotherm
Kesetimbangan Natrium di Dalam Campuran Biodiesel Gliserol Supriyono; Kurnia Wijayanti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.547

Abstract

Transesterifikasi adalah salah satu cara yang ditempuh didalam pembuatan biodiesel. Proses ini menggunakan katalisator NaOH. Keberadaan ion Na+ didalam produk biodiesel dapat mengganggu kinerja mesin karena menimbulkan kerak yang menyumbat nozzle dari sistem pembakaran, dengan alasan ini kandungan maksimal Na+ oleh Uni Eropa dibatasi sejumlah 5 mg/kg biodiesel. Penggunaan NaOH sebagai katalisator transesterifikasi lebih banyak difokuskan pada tujuan pencapaian konversi reaksi tertinggi yang dapat dicapai, sedangkan Na+ yang terikut pada produk biodiesel belum mendapatkan perhatian yang cukup. Penelitian dilakukan dengan mereaksikan minyak jarak pagar dengan metanol sebanyak 3 kali kebutuhan stoikiometrisnya di dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan kondenser, sedangkan sebagai katalisator digunakan NaOH. Hasil reaksi akan membentuk dua fasa yaitu gliserol dan biodiesel. Selanjutnya kandungan Na+ pada tiap fasa dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan apabila ditinjau dari sisi thermodinamika dengan tinjauan melalui excess Gibbs free energy , maka konsentrasi maksimal NaOH yang boleh digunakan untuk transesterifikasi minyak biji jarak adalah sebesar 0,0015% berat minyak. Kata kunci: Transesterifikasi, kelarutan, NaOH, excess gibbs free energy Transesterification is one of the processes for producing biodiesel. The process involves the use of liquid catalyst such as NaOH. However, the presence of Na+ ions in biodiesel accelerates the scale formation and aggravates the combustion engine performance. Therefore, the maximum concentration of Na+ is about 5 mg / kg biodiesel to minimize the effect. Recently, the focus study of transesterification using NaOH as a catalyst is achieving higher conversion. Meanwhile, the reduction process of Na+ remaining in the biodiesel has not yet been studied. The experiments were carried out in a three-neck flask equipped with a reflux condenser where jatropha oil was reacted with methanol. The amount of methanol was 3 times of the stoichiometric molar ratio, while NaOH was used as catalyst. The concentration of Na+ both in the glycerol and biodiesel phases were analyzed. Based on the excess Gibbs free energy, the maximum concentration of NaOH for transesterification of Jatropha oil was 0.0015% weight. Key words: Transesterification, solubility, NaOH, excess Gibbs free energy
Pewarnaan Bahan Tekstil dengan Menggunakan Ekstrak Kayu Nangka dan Teknik Pewarnaannya untuk Mendapatkan Hasil yang Optimal Ainur Rosyida; Anik Zulfiya
Jurnal Rekayasa Proses Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4952

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis tumbuhan baru yang dapat digunakan sebagai zat pewarna tekstil beserta warna yang dihasilkan. Selain itu untuk mendapatkan teknik/cara pewarnaan bahan tekstil dari serat alam dengan zat pewarna dari ekstrak kayu nangka untuk mendapatkan hasil yang optimal. Larutan pewarna diperoleh dengan mengekstraksi kayu nangka. Sistim pewarnaan yang digunakan adalah secara perendaman, menggunakan mesin jigger, dengan tahapan proses sebagai berikut : Kain kapas (siap celup) direndam pada larutan ekstrak kayu nangka pada suhu kamar selama 30 menit, setelah itu dilakukan penambahan elektrolit dan pewarnaan diteruskan selama 45 menit. Berikutnya penambahan asam/basa diberikan untuk memperoleh pH yang sesuai dan pewarnaan dilanjutkan selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya kain diperas dan difiksasi selama 15 menit pada suhu kamar, setelah proses pewarnaan berakhir kain dilakukan pencucian. Dari hasil penelitian diketahui, ekstrak kayu nangka dapat digunakan untuk mewarnai bahan tekstil dari serat alam (kain kapas) dengan warna kuning dan coklat. Warna yang dihasilkan sangat tergantung dari jenis fiksator yang digunakan sedangkan ketuaan warna ditentukan oleh pH (suasana larutan) yang digunakan dalam pewarnaan. Cara/teknik pewarnaan yang digunakan terbukti memperoleh hasil yang optimal karena menghasilkan pewarnaan yang merata, permanen dengan warna tua. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan diperoleh nilai yang baik, yaitu antara 4-5. Ini menunjukkan larutan ekstrak nangka dapat digunakan sebagai zat warna pada bahan tekstil. Kata kunci: Ekstrak, kayu nangka, pewarnaan, serat kapas, zat warna alam This research aims to find a new plant that can be used as textile natural dye substance and the colour it produced. It also purposes to find coloration method of natural fabric by natural dye substance from jackfruit wood exstract to gain the optimum result. Dye solvent obtained by extracting jackfruit wood. Coloration system used exhaustion by jigger machine which included some steps namely : cotton fabric was impregnated into jackfruit wood extract in room temperature during 30 minutes, then electrolyte and coloration addition during 45 minutes. The next step was acid/base addition to get appropriate pH and coloration continued about 30 minutes in room temperature. Futhermore fabric was squeezed and fixated during 15 minutes in room temperature, the last step was fabric washing. Based on the research result, jackfruit wood extract can be used for coloring natural fibers (cotton fabric) of textile material into yellow and brown. Final result of coloring depends on fixator used but the color direction depends on pH used in coloration. The coloration method used shows that it gives optimum result because it produces smooth, permanent and dark colour as well. The result of faded tenacity caused by washing and incitement shows good value, it is 4-5. It proves that jackfruit wood extract can be used as fabric dye substance. Keywords: extraction, jackfruit wood, dyeing, cotton fiber, natural dye substances
Modifikasi Sodium Lignosulfonat Melalui Epoksidasi Minyak Biji Kapuk dan Penambahan Kosurfaktan Muhammad Khoirul Anam; Suryo Purwono; Supranto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.31032

Abstract

The objective of this research is to reduce the interfacial tension of sodium lignosulfonate (SLS). SLS formulation (1%) showed the interfacial tension of 2.34 mN/m. This value is still relatively large when compared to interfacial tention of required surfactant for enhanced oil recovery (EOR). The terms of surfactants that can be used in EOR must have ≤10-3 mN/m interfacial tension. The performance of SLS was expected to be improved by adding the epoxide compound and co-surfactants (1-octanol). Epoxide compound was made by reacting kapok oil with acetic acid and hydrogen peroxide with in-situ method. Temperature of epoxidation reaction was varied i.e. 60°C, 70°C and 80°C, while the time of reaction was varied from 15 to 90 minutes. The evaluation showed that equation of the reaction rate coefficient (k) for the epoxide was ????= 124,82 exp (−24,14/RT). The addition of the epoxide compound 0.5% w/w of the formulation SLS was able to reduce the interfacial tension value up to 9.95 x 10-2 mN/m. The addition of co-surfactant (1-oktanol) was varied between 0.1 and 0.4% of the total mass (SLS + epoxide + water formation). The lowest interfacial tension (2.43 x 10-3 mN/m) was obtained by co-surfactants addition of 0.2% w/w. Keywords: Sodium lignosulfonat, epoxidation kapok oil, co-surfactant, interfacial tension, enhanced oil recovery Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tegangan antarmuka dari sodium lignosulfonat (SLS). Pengukuran tegangan antarmuka yang telah dilakukaan pada formulasi sodium lignosulfonat atau SLS (1%) memiliki nilai tegangan antarmuka sebesar 2,34 mN/m. Nilai tegangan antarmuka dari SLS ini masih relatif besar jika dibandingkan dengan syarat surfaktan untuk perolehan kembali minyak bumi atau enhanced oil recovery (EOR). Syarat surfaktan sebagai agen EOR adalah memiliki nilai tegangan antarmuka sebesar ≤10-3 mN/m. Kekurangan dari SLS diharapkan dapat diperbaiki dengan penambahan senyawa epoksida dan kosurfaktan (1-oktanol). Senyawa epoksida dibuat dengan mereaksikan sabun minyak biji kapuk dengan asam asetat dan hidrogen peroksida secara insitu. Reaksi epoksidasi divariasikan pada suhu 60oC, 70oC, dan 80oC, sedangkan waktu reaksi divariasikan pada rentang 15 dan 90 menit. Persamaan konstanta laju reaksi untuk epoksidasi diperoleh sebesar ????= 124,82 exp (−24,14/RT). Penambahan senyawa epoksida 0,5% w/w pada formulasi SLS mampu menurunkan nilai Tegangan antarmuka hingga 9,95x10-2 mN/m. Penambahan kosurfaktan 1-oktanol divariasikan antara 0,1–0,4% dari massa total formulasi utama (SLS+Epoksida+Air Formasi). Nilai tegangan antarmuka terkecil diperoleh pada penambahan kosurfaktan sebanyak 0,2% w/w, yaitu sebesar 2,43x10-3 mN/m. Kata kunci: Sodium lignosulfonat, epoksidasi, minyak biji kapuk, kosurfaktan, tegangan antarmuka, enhanced oil recovery
Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan Untoro Budi Surono
Jurnal Rekayasa Proses Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.570

Abstract

Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang banyak dijumpai di Indonesia yang dapat diolah menjadi salah satu bahan bakar padat alternatif. Karbonisasi (pirolisis) yang diikuti dengan pembriketan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah biomasa menjadi bahan bakar padat. Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu selama proses karbonisasi dan tekanan pada saat pembriketan terhadap sifat pembakaran briket dari tongkol jagung. Pada penelitian ini, proses karbonisasi dilakukan pada suhu 220ºC, 300ºC dan 380ºC sementara proses pembriketan dilakukan pada tekanan 24,4 MPa, 48,8 MPa, 73,2 MPa, dan 97,6 MPa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses karbonisasi yang dilakukan dapat meningkatkan kandungan karbon dan nilai kalor briket dari tongkol jagung. Kondisi operasi karbonisasi terbaik diperoleh pada suhu 380°C, sementara untuk pembriketan dilakukan pada 97,6 MPa yang dapat menaikkan kadar karbon sampai 67% dan nilai kalor sampai 65%. Proses karbonisasi yang dilakukan dapat mengurangi emisi CO dan laju pembakaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penekanan yang tinggi selama pembriketan juga dapat mengurangi emisi CO dan laju pembakaran. Kata kunci: bahan bakar alternatif, biomasa, briket, karbonisasi, pembakaran, tongkol jagung Corn cob is one of potential agricultural wastes in Indonesia that can be processed into an alternative solid fuel. Carbonization (pyrolysis) followed by briquetting is one of the methods that can be applied to process biomass into solid fuels. This work investigated the influence of carbonization temperature and briquetting pressure on combustion characteristic of corn cobs biomass. In this work, carbonization was carried out at three different temperatures, i.e. 220ºC, 300ºC and 380ºC, while briquetting process was prepared using four pressure variations, i.e. 24.4 MPa, 48.8 MPa , 73.2 MPa and 97.6 MPa. The results showed that carbonization process of corn cobs increased the fixed carbon content and the heating value. The best operating condition for carbonization and briquetting process were obtained at temperature of 380ºC and pressure of 97.6 Mpa that could increase the fixed carbon content and the heating value up to 67% and 65% respectively. Carbonization process could reduce CO emission and combustion rate. It was found that a high briquetting pressure resulted in low combustion rate and CO emission. Keywords: alternative fuel, biomass, briquetting, carbonization, combustion, corn cobs
Studi Tekno-Ekonomi Pemurnian Biogas dari Limbah Domestik Akhwari Wahyu P; Moh Fahrurrozi; Muslikhin Hidayat
Jurnal Rekayasa Proses Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4695

Abstract

Pemurnian biogas untuk meningkatkan nilai kalor pembakaran dan mencegah korosi. Biogas yang berkomposisi 95% CH4 dapat dimanfaatkan sebagai pengganti gas alam kualitas pipeline. Penelitian ini bertujuan mempelajari kelayakan secara teknis dan ekonomi metode pemurnian biogas, nilai production cost, kapasitas scale-up. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari pilot plant Biogas Pasar Induk Buah dan Sayuran Gemah Ripah, Gamping, Sleman. Penelitian menghitung nilai production cost dan kapasitas scale-up untuk tiap metode pemurnian biogas. Sensitivity analysis yang dilakukan pada perubahan komposisi gas CH4 terhadap nilai perbandingan laju solven terhadap laju biogas pada menara absorber dan perubahan harga limbah serta perubahan finances. Secara ekonomi pemurnian biogas paling murah menggunakan water scrubber dengan kapasitas minimum 100 ton limbah domestik/hari. Nilai production cost yang lebih rendah dari harga gas alam kualitas pipeline berkisar antara 6-10 US$/MMBtu. Sensitivity analysis menghasilkan perubahan nilai L/G berkisar 0,005-0,025; variasi harga limbah dari penurunan sampai dengan kenaikan 100% dan perubahan finances 0-15 %, masing-masing memberikan perubahan production cost antara 3-8 US$/MMBtu dan 2-14 US$/MMBtu. Kata kunci : pemurnian biogas, limbah domestik, tekno-ekonomi, biometan Biogas purification can increase the caloric value of combustion and prevent corrosion. Biogas with 95% of methane is similar to pipeline quality natural gas. The objective of this research was to study technical and economical feasibility of biogas purification and also to estimate gas production cost and scale up capacities. This research used the secondary data from pilot plant of Biogas of Pasar Induk Buah dan Sayuran Gemah Ripah, Gamping, Sleman, Yogyakarta. This research was to obtain the production cost and scale up capacities for each biogas purification method. The sensitivity analysis was conducted to study the influence of gas composition ranged at 30-70% CH4 toward the flow of absorbent to gas ratio, the price of waste changed from decreasing 100% up to increasing 100% and the finance changed ranged at 0-15% to the change of production cost. The result showed that water scrubber was the cheapest method for scrubbing impurities. The production cost of scale up capacities compared to the price of pipeline quality natural gas which ranged at 6-10 US$/MMBtu. The minimum capacity of economical biogas purification methods was 100 tons waste/day. The influence of gas composition ranged at 30-70% of CH4 produced the L/G value change in the absorber column ranged at 0,005-0,025; the influence of waste price from decreasing and up to increasing 100% and finances from 0-15% produced the production cost change ranged at 3-8 US$/MMBtu and 2-14 US$/MMBtu respectively. Keywords: biogas purification, domestic waste, techno-economic, bio-methane.
Pengaruh Variasi Organic Loading Rate Sampah Buah Jeruk terhadap Produksi Biohidrogen pada Reaktor Kontinu Baruna Sakti Wicaksono Bonanza; Sarto Sarto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.33336

Abstract

Biohydrogen is a potential alternative energy generated through the process of dark fermentation of organic waste. This research aims to determine the effect of organic loading rate (OLR) variations of orange waste on biohydrogen production. This research dealt with the production of biohydrogen in the continuous system. The reactor was equipped with circulation and operated anaerobically. The inoculum was taken from the sludge of the biogas installation in Gemah Ripah Fruit Market. Orange waste was used in three variations of organic loading rate (OLR) at 2.2, 2.5, and 3.1 L/day. The results revealed that the daily productions of gas for those OLR are about 15, 35, and 26 L/day respectively. Futhermore, for OLR of 2.5 L/day the total solid decreased from about 8 to 5%. ABSTRAKBiohidrogen merupakan salah satu jenis energi alternatif yang dapat dihasilkan dari proses fermentasi gelap (dark fermentation) sampah organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi organic loading rate (OLR) sampah buah jeruk terhadap produksi biohidrogen. Pada penelitian ini produksi biohidrogen dilakukan menggunakan sistem kontinu. Reaktor yang digunakan dilengkapi dengan sirkulasi dan dijaga pada kondisi anaerob. Inokulum berasal dari sludge dari instalasi biogas Pasar Buah Gemah Ripah. Substrat yang digunakan adalah buah jeruk, sedangkan variabel yang dipelajari adalah OLR yang divariasikan sebesar 2,2; 2,5; dan 3,1 L/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi gas untuk OLR tersebut berturut-turut sekitar 15, 35, dan 26 L/hari. Pada OLR 2,5 L/hari, terjadi penurunan total solid dari sekitar 8% menjadi sekitar 5%.

Page 6 of 24 | Total Record : 234