cover
Contact Name
Iriyanto Widisuseno
Contact Email
humanika@undip.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
humanika@undip.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
HUMANIKA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14129418     EISSN : 25025783     DOI : -
Humanika ISSN 2502-5783 (online), ISSN 1412-9418 (print) is an open access and peer-reviewed journal published by Faculty of Humanities, Diponegoro University, Indonesia. This Journal published twice a year (January-June and July-December).The scope of journal is: Literature, Linguistics, History, Art, Religion, and Philosophy.
Arjuna Subject : -
Articles 249 Documents
Relevansi Filsafat Buddhisme terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia Lasiyo Lasiyo
HUMANIKA Vol 29, No 2 (2022): December
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v29i2.50021

Abstract

Dewasa ini perkembangan globalisasi telah mengubah tatanan perilaku manusia, sehingga tidak sedikit generasi penerus bangsa yang mengabaikan nilai moralitas kehidupan. Persoalan tersebut, apabila tidak teratasi akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks. Pentingnya penguatan karakter dapat menjadi tolak kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini ditujukan untuk (1) menjelaskan tentang filsafat buddhisme (2) menjelaskan relevansi filsafat buddhisme terhadap pembentukan karakter di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode sistematis reflektif. Langkah yang dilakukan yaitu inventarisasi, evaluasi kritis, dan sintesis dengan tujuan mengintegrasikan semua unsur sehingga ditemukan relevansi filsafat buddhisme terhadap penguatan pendidikan karakter di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat buddhisme memiliki relevansi terhadap upaya penguatan karakter di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung antara lain kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan dan pemikiran yang terbuka dapat menjadi landasan dalam bertindak. Filsafat buddhisme menunjukkan terkait dengan hidup yang damai dengan penguatan spiritualitas.
The Reality of The Father’s Archetype in Modern Indonesian Literature: Carl Jung’s Analytic Psychological Study Isnaini Yulianita Hafi; Syukrina Rahmawati
HUMANIKA Vol 29, No 2 (2022): December
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v29i2.50303

Abstract

The purpose of this study is to describe the correlation between the results of literary research about the archetype symbol of the father complex with Jung's analytic psychological theory. Known literary works are concrete evidence of the existence of someone who tries to show his presence in the midst of social life which is full of symbols and myths. Based on the concept of the father complex that appears because of the archetypal characters, it has been clearly seen from the ancestors' time that an unconscious activity forms an adaptive psyche working system before the birth of consciousness and hereditary. This study uses a Literary Psychology approach. The research method used is descriptive qualitative with Jung's analytical psychology theory in studying the novels Koplak by Oka Rusmini and Ayah by Andrea Hirata. The research results can be seen through the four aspects of archetypes according to Jung: a father and a leader who is full of responsibility, a father and a wise man, a romantic and assertive father, and a brave father who is willing to sacrifice for his children. The concept of the father complex in the character of the father in the novel Koplak and Ayah has a difference in psychological conditions and social realities that are raised through stories. The implications of this research can be realized by realizing the concept of the father archetype which shows the existence of a basic personality in society in general.
Formulasi Profil Karakter Lulusan Universitas Diponegoro di Era Revolusi Industri 4.0 Iriyanto Widisuseno
HUMANIKA Vol 29, No 2 (2022): December
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v29i2.50729

Abstract

Penelitian ini bertujuan memetakan profil karakter lulusan Universitas Diponegoro yang dibutuhkan di era industry 4.0. Data diperoleh melalui survei jajak pendapat mahasiswa tentang penilaian seberapa penting nilai-nilai karakter kejuangan Pangeran Diponegoro dan nilai-nilai kompetensi COMPLETE sebagai unsur nilai pembentuk karakter lulusan. dan apakah masih dibutuhkan nilai-nilai karakter baru selain kedua nilai karakter tersebut bagi lulusan Universitas Diponegoro di era tantangan revolusi industri 4.0 sekarang ini. Objek sasaran survei ini yaitu mahasiswa angkatan 2018, 2019, 2020, 2021. Hasil survei menunjukkan, mayoritas responden menilai semua nilai-nilai kejuangan Pangeran Diponegoro dan nilai-nilai kompetensi dalam jargon COMPLETE sangat penting bagi lulusan di era industry 4.0. Nilai karakter yang diunggulkan masing-masing peduli (80,6), dan professionalisme (81,2). Namun sebagian besar responden (89,8) berpendapat perlu tambahan nilai-nilai karakter baru lainnya, yaitu; beretika, cerdas, adaptif, kreatif, integritas, tangguh, inovatif, progresif dan kolaboratif. Nilai karakter yang diunggulkan yaitu beretika. Ditemukan fakta di tiap fakultas terdapat kecenderungan pilihan nilai karakter yang diunggulkan oleh masing-masing. Fakta tersebut menunjukan, dalam pembentukan karakter lulusan dilandasi nilai-nilai dasar yang bersifat konvensional universal, dan nilai-nilai praksis yang bersifat khusus berlaku dilingkunganya.  Tendensi penilaian pada tahun angkatan mahasiswa responden tidak ditemukan besaran distribusi persentase yang signifikan. Hasil survei tersebut mengarahkan pada kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa Undip menghendaki profil karakter lulusan Universitas Diponegoro yang diperlukan di era industri 4.0 yaitu memiliki nilai kejuangan: peduli, jujur, adil, berani, dan nilai kompentensi sebagai thinker, communicator, leader, educator, entrepreneur, serta beretika, cerdas, adaptif, kreatif, integritas, tangguh, inovatif, progresif, kolaboratif. Nilai karakter lulusan yang diunggulkan, peduli, professional dan beretika.
Representasi Ikigai pada Tokoh Sakura Yamauchi pada Anime Kimi no Suizou o Tabetai karya Yoru Sumino Stefany Josephine Margaret; Yusida Lusiana; Muammar Kadafi
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.52144

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan konsep ikigai yang direpresentasikan melalui tokoh utama Sakura melalui tanda ataupun simbol. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika John Fiske dengan teori code of television dengan tiga tahanan dalam menganalisis yaitu tahap level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil penelitian adalah adanya tanda-tanda Ikigai dalam anime Kimi No Suizou Wo Tabetai. Tanda-tanda tersebut direpresentasikan oleh tokoh utama melalui keempat elemen ikigai yaitu semangat hidup (jounetsu), tujuan hidup (shimei), profesi/pekerjaan (shokugyou), dan panggilan jiwa (tenshoku) dapat terlihat diri tokoh utama Sakura. Pada tataran realitas, konsep ikigai tokoh terlihat pada aspek penampilan, cara bicara, perilaku, gerak tubuh, ekspresi dan lingkungan. Pada level representasional, kode-kode teknis dan konvensional hadir dalam anime penggambaran konsep ikigai tercermin melalui aspek kamera, pencahayaan, musik dan suara. Tingkat ideologi yang dapat disimpulkan, penggambaran ikigai tokoh dalam perjuangan hidupnya melawan penyakit yang dideritanya adalah ideologi effortism/ganbarizumu. Setiap orang dengan situasi dan kondisi yang dimiliki dapat menjadi yang berkinerja terbaik dan memiliki hidup penuh makna dengan memiliki motivasi untuk hidup sehat. Selain itu dilandasi juga dengan konsep Ichi-go ichi-e yang memiliki arti pengalaman berharga di mana kita tidak akan pernah bisa mengulanginya lagi dengan cara yang sama.
Perilaku Distorsi Kognitif Tokoh “Boku” dalam Cerpen Shigatsu No Aru Hareta Asa Ni Hyaku Paasento Onna No Ko Ni Deau Koto Ni Tsuite Karya Murakami Haruki Zaki Ainul Fadli; Anggita Prameswari
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.49427

Abstract

Murakami Haruki adalah seorang sastrawan Jepang kontemporer yang dikenal karena karya-karyanya yang khas. Dalam cerpen “Shigatsu No Aru Hareta Asa Ni Hyaku Paasento Onna No Ko Ni Deau Koto Ni Tsuite”, salah satu keunikan yang menarik perhatian pembaca adalah kemampuannya mengolah cerita sederhana menjadi cerita yang menarik. Cerita cerpen ini berpusat pada pemikiran karakter boku di sekitar wanita ideal menurutnya yang disajikan dengan penyajian plot yang menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis karakter "Boku" dan mengungkap cara berpikir aneh yang menyebabkan konflik batin yang dialaminya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode studi pustaka sebagai metode pengumpulan data.Teori distorsi kognitif yang dikemukakan oleh David D. Burns digunakan untuk mengkategorikan tindakan tokoh Boku berdasarkan jenis distorsi kognitifnya. Hasil yang diperoleh adalah karakter "Boku" memiliki enam bentuk penyimpangan kognitif, yaitu: (1) Overgeneralization, (2) Jump to Conclusions, (3) Mind reading, (4) Dichotomous Thinking, (5) Emotional Reasoning, dan ( 6) The "Should" Statement.
Representasi Shokuiku dalam Novel Mdogiwa no totto-chan Karya Tetsuko Kuroyanagi Aisyah Kholilah Shofuro; Yusida - Lusiana; Diana Puspitasari
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.52475

Abstract

Penelitian ini membahas representasi pendidikan makan (shokuiku) dalam novel Madogiwa no Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi dengan tujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna shokuiku melalui penggunaan tanda semiotika ikon, indeks dan simbol. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode simak dan teknik catat untuk pengumpulan data. Analisis data menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce dan konsep shokuiku. Hasil penelitian ditemukan 5 data ikon, 5 data indeks, dan 6 data simbol. Keseluruhan data yang ditemukan mencerminkan tiga bentuk pendidikan makan yaitu pendidikan intelektual (chiiku) yang diwakili oleh 4 tanda yaitu guru pertanian, lagu makan, laut dan gunung, serta tungku memasak (hangousuisan); 6 data pendidikan jasmani (taiiku) yang digambarkan oleh objek mama, guru renang, dan istri kepala sekolah; dan 6 data pendidikan moral (tokuiku) yang digambarkan oleh tanda kepala sekolah, upacara minum teh (sawakai), ohanashi, itadakimasu, bekal makan siang (bentou), dan sake. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa representasi shokuiku lebih banyak terdapat pada kelompok pendidikan moral dan pendidikan Jasmani dimana pemilihan dan pemberian nutrisi seimbang, olahraga, serta pola pembiasaan budaya asli Jepang merupakan bagian paling penting shokuiku dalam novel Madogiwa no Totto-chan
Nilai Budaya Malu Masyarakat Jepang (Kajian Sosiologi Sastra pada Cerpen Yabu No Naka) Yuliani Rahmah; Muhammad Naufal Wibawanto
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.52163

Abstract

Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai budaya malu (Haji no Bunka)  dalam cerpen “Yabu no Naka” karya Akutagawa Ryunosuke. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang mana proses analisis dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya malu yang tergambar dalam cerita “Yabu no Naka”. Dengan kajian sosiologi sastra dan teori budaya Jepang, sebagai hasil kajian diketahui bahwa dalam cerpen “Yabu no Naka” terdapat  tiga nilai budaya malu yaitu nilai haji, gimu dan giri. Ketiga nilai budaya malu tersebut tergambar dari beberapa unsur intrinsiknya, antara lain tergambar dalam karakter tokoh-tokoh utamanya, tema dan amanat cerita. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa cerita yang berlatar masyarakat pada masa Heian tersebut selain memegang teguh nilai-nilai dalam Haji no Bunka, juga masih menjungjung tinggi nilai-nilai Bushido yang menjadi jalan hidup para samurai. Selain itu bila dilihat dari gambaran nilai budaya malu yang terdapat dalam rangkaian ceritanya, maka cerpen berjudul “Yabu no Naka” ini penulis maknai sebagai pesan pengarang yang terkait langsung dengan Haji no Bunka. Melalui judul tersebut tersirat pesan bahwa haji (aib) merupakan hal tersembunyi yang sewaktu-waktu dapat dengan mudahnya terbongkar, layaknya menutupi  sesuatu hanya dengan “yabu” (semak belukar).
Kesalahan Morfologi dalam Percakapan Bahasa Jepang Mahasiswa Pariwisata Politeknik Negeri Bali Harisal Harisal; Wahyuning Dyah; Kanah Kanah
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.53931

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk kesalahan morfologi yang terjadi dalam percakapan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Bali yang sedang mempelajari bahasaJepang Hotel. Hasil dari percakapan mahasiswa ditemukan adanya kesalahan morfologi sehingga menimbulkan kalimat yang tidak berterima. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif sampling, yaitu hasil interaksi dosen dan mahasiswa dalam kelas bahasa Jepang Hotel di jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Bali dan dianalisis secara deskriptif-kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan pada penelitian ini bukan berupa angka-angka, melainkan berasal dari persentasi, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini, yaitu ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kesalahan morfologi yang terjadi dalam percakapan mahasiswa jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Bali terdiri dari kesalahan perubahan waktu, kesalahan perubahan kata sifat, dan kesalahan penggunaan bentuk pasif.
Moderasi Beragama dalam Film “?” Karya Hanung Bramantyo: Kajian Sosiologi SastraA DALAM FILM “?” KARYA HModerasi Beragama dalam Film “?” Karya Hanung Bramantyo: Kajian Sosiologi SastraANUNG BRAMANTYO: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Nunung Kusumawati; Nurdien Kistanto; Muhammad Suryadi
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.50571

Abstract

Penelitian ini fokus menganalis tentang bagaimana pesan moderasi beragama yang diungkap dalam film “?” karya Hanung Bramantyo. Moderasi beragama adalah solusi alternatif yang sekarang ini digalakkan oleh pemerintah untuk menjawab beragam tantangan isu pluralisme beragama di Indonesia. Untuk itu penulis menggunakan tinjauan sosiologi sastra dalam menganalisis penelitian ini. Data dalam penelitian ini adalah film “?” karya Hanung Bramantyo yang berupa adegan, penggunaan bahasa, baik di dalam dialog antar tokoh maupun dalam teks-teks yang beredar di sepanjang film ini yang berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Kemudian data tersebut diolah dalam bentuk argumen teoretis untuk menganalisis bagaimana pesan moderasi beragama tersampaikan dalam film tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah   teknik dokumentasi, teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pesan-pesan moderasi beragama dalam film “?.” Pesan-pesan tersebut adalah a) toleransi, b) anti kekerasan, c) penerimaan terhadap tradisi, d) komitmen kebangsaan. Keempat hal tersebut adalah sikap moderasi beragama sebagai penawar isu gejolak pluralisme beragama di Indonesia. Selain itu film ini terbukti memiliki kemampuan futuristik yang tinggi, yaitu istilah moderasi beragama baru muncul dan didengungkan oleh pemerintah pada tahun 2019 sedangkan film ini dirilis pada tahun 2011. Hal ini semakin menguatkan bahwa bahwa karya sastra selalu relevan sepanjang zaman karena mampu memotret kondisi sosial masyarakat di masa yang akan datang. 
Diplomasi Budaya Melanesia Sebagai Strategi Pemanfaatan Kekuatan Laut Nasional dalam Menghadapi Pakta Pertahanan Australia, United Kingdom, dan United States (AUKUS) Amelia Fatimah; Rudy Sutanto; Agus Adrianto
HUMANIKA Vol 30, No 1 (2023): June
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v30i1.52078

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi alternatif untuk menghadapi AUKUS, yakni melalui diplomasi budaya Melanesia. Data penelitian diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur dan studi pustaka. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori sea power, diplomasi budaya, dan diplomasi angkatan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ikatan budaya dengan negara-negara di Pasifik Selatan melalui budaya Melanesia. Pemerintah dan masyarakat Indonesia telah melaksanakan berbagai bentuk diplomasi budaya namun belum spesifik menggunakan budaya Melanesia dan untuk menghadapi AUKUS. Diplomasi budaya dapat dilaksanakan baik secara bilateral maupun regional. TNI AL sebagai komponen utama kekuatan laut nasional dapat melaksanakan diplomasi budaya melalui diplomasi angkatan laut yang bersifat coalition building. Diplomasi budaya oleh TNI AL merupakan bentuk pemanfaatan kekuatan laut nasional. Sedangkan budaya dan masyarakat Melanesia merupakan elemen untuk mewujudkan kekuatan laut dari segi karakter dan jumlah penduduk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa diplomasi budaya Melanesia dapat menjadi alternatif strategi untuk menghadapi AUKUS.