cover
Contact Name
Elmansyah
Contact Email
ealharamain@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
ealharamain@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Al-Hikmah
ISSN : 19785011     EISSN : 25028375     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Al-Hikmah (ISSN: 1978-5011 dan E-ISSN: 2502-8375) merupakan Jurnal Nasional yang diterbitkan oleh Fakultas Usuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Jurnal ini khusus pada kajian Dakwah dalam studi tertentu dan komunikasi Islam pada umumnya, dan Al-hikmah akan mengkombinasikan antara hasil penelitian dengan artikel pada kajian-kajian terkini dari para kontributor yang ahli dibidangnya. Al-Hikmah, terbit perdana pada volume I edisi 1 pada bulan Juni 2007, Al-Hikmah telah terbit 16 kali (8 volume), dengan memulai mempublikasikan artikel tentang Dakwah dan Komunikasi, diprakarsai oleh Dr. Wajidi Sayadi yang merupakan doktor tafsir hadis. Al-Hikmah hadir karena tuntutan kebutuhan intelektual dalam merespon isu-isu actual terkait berbagai problematika Dakwah dalam konteks kekinian, tidak hanya dibatasi pada hasil karya penulis lokal tetapi juga mengakomodir karya penulis dalam skala nasional dan internasional. dengan kata lain jurnal Al-Hikmah membuka akses seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin berkiprah dan memberikan kontribusi ilmiah bagi pengayaan wacana pemahaman Dakwah dalam rangka menjawab tantangan intelektual yang kian hari semakin berkembang. Al-hikmah, menjadi media komunikasi ilmiah antarapeminat ilmu Dakwah yang terdiri dari dosen, pakar dan praktisi dakwah, mahasiswa dan lainya. disamping itu jurnal Al-Hikmah menyediakan tempat khusus berupa review terhadap masalah-masalah terkini yang berkenaan dengan dakwah dan komunikasi.
Arjuna Subject : -
Articles 220 Documents
PENDEKATAN KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN LEMBAGA DAKWAH: GAYA MANAJEMEN KONFLIK (INTEGRATING, OBLIGING, DOMINATING, AVOIDING, COMPROMISING) Fadilah, Nurul; Castrawijaya, Cecep
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v18i2.3537

Abstract

The purpose of this study is to contribute ideas and introduce a communication approach to the leadership of da'wah institutions. This study departs from the root of the problem or individual conflicts that often occur in a group, especially groups of da'wah institutions, and basically every group needs a figure who can lead massively so that cooperation between groups can run according to goals. Through the identification of phenomena and literature studies that might be considered as a way to solve or manage conflicts in organizational groups using the concept of conflict management styles according to Rahim (2001) integrating, obliging, dominating, avoiding, and compromising. The results of his research show that conflict management in the leadership of da'wah institutions involves choosing the right style, such as collaborative, yielding, dominating, avoiding, and compromising, according to the situation at hand. An effective leader must be able to choose the appropriate style to maintain harmony and achieve organizational goals, taking into account the advantages and disadvantages of each style. Wise selection of styles will help resolve conflicts efficiently and ensure smooth communication within the da'wah institution.[Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan sumbangsih ide dan memperkenalkannya sebuah pendekatan komunikasi kepemimpinan lembaga dakwah. Kajian ini berangkat dari akar problem atau konflik individu yang sering terjadi dalam suatu kelompok, khususnya kelompok lembaga dakwah, dan pada dasarnya setiap kelompok membutuhkan sosok yang dapat memimpin secara massive agar kerjasama antar kelompoknya dapat berjalan sesusai dengan tujuan. Melalui identifikasi fenomena dan studi literatur yang mungkin dapat dipertimbangkan sebagai suatu cara untuk memecahkan atau memanajemen konflik di dalam kelompok organisasi dengan menggunakan konsep gaya manajemen konflik menurut Rahim (2001) integrating, obliging, dominating, avoiding, and compromising. Hasil penelitiannya menunjukkan manajemen konflik dalam kepemimpinan lembaga dakwah melibatkan pemilihan gaya yang tepat, seperti kolaboratif, mengalah, mendominasi, menghindar, dan kompromi, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Pemimpin yang efektif harus mampu memilih gaya yang sesuai untuk menjaga keharmonisan dan mencapai tujuan organisasi, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan setiap gaya. Pemilihan gaya yang bijaksana akan membantu menyelesaikan konflik secara efisien dan memastikan kelancaran komunikasi dalam lembaga dakwah.]
Komunikasi Dakwah (Studi atas Stereotip dan Prasangka dalam Konflik Komunikasi Etnis Lembak dan Jawa di Desa Durian Mas Rejang Lebong) Adde, Exsan; Solihin, Muhammad
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v18i2.3378

Abstract

This study investigates stereotypes and prejudices that exist among the Lembak and Javanese communities in Durian Mas Village, Rejang Lebong, using a qualitative approach. This research focuses on a deep understanding of how the peoples of these two tribes describe and perceive each other. This research method involves in-depth interviews with members of the Lembak and Javanese communities, as well as participatory observations to understand the social and cultural context in Durian Mas Village. The results of the study revealed various stereotypes spread in society. Stereotypes held by the Lembak people towards the Javanese include their image as quiet, gullible, firm, not straightforward, gentle, cunning, calm, possessing tribalism, forgiving, harboring feelings, being laundering, and hesitant. Conversely, stereotypes shared by Javanese people towards the Lembak Tribe include their views as responsible, lazy, strong religious, unwilling to take risks, polite, sarcastic, friendly, talkative, confident, unwilling to compete, highly motivated, unwilling to do much, and often envious of successful people. [Penelitian ini menginvestigasi stereotip dan prasangka yang ada di antara masyarakat Suku Lembak dan Suku Jawa di Desa Durian Mas, Rejang Lebong, menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang bagaimana masyarakat kedua suku ini saling menggambarkan dan mempersepsikan satu sama lain. Metode penelitian ini melibatkan wawancara mendalam dengan anggota masyarakat Suku Lembak dan Suku Jawa, serta observasi partisipatif untuk memahami konteks sosial dan budaya di Desa Durian Mas. Hasil penelitian mengungkap berbagai stereotip yang tersebar di masyarakat. Stereotip yang dimiliki oleh masyarakat Suku Lembak terhadap Suku Jawa mencakup gambaran mereka sebagai pendiam, gampang ditipu, tegas, tidak terus terang, lembut, licik, tenang, memiliki sikap sukuisme, pemaaf, menyimpan perasaan, pengalah, dan sungkan. Sebaliknya, stereotip yang dimiliki oleh masyarakat Suku Jawa terhadap Suku Lembak mencakup pandangan mereka sebagai bertanggung jawab, pemalas, kuat beragama, tidak mau ambil risiko, santun, suka menyindir, ramah, banyak bicara, percaya diri, tidak mau bersaing, memiliki motivasi tinggi, tidak mau berbuat banyak, dan seringkali iri kepada orang yang sukses].
DAKWAH TIKTOK: EKSPLORASI PERUBAHAN SIKAP RELIGIUSITAS GEN Z MELALUI KONTEN HUSAIN BASYAIBAN Mildah, Mildah; Khairuddin, Khairuddin
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v18i2.3417

Abstract

Tiktok termasuk salah satu media yang digunakan untuk melakukan perubahan sikap spritualitas Gen Z yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh para da’i dan kreator-kreator lainnya untuk menyanpaikan     pesan-pesan dakwah. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan melalui pendekatan tahap wawancara, penyaluran kuisioner, serta pendalaman dengan berbagai literatur penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perubahan sikap regiliusitas Gen Z terkait konten dakwah Husain Bsayaiban di TikTok. Peneitian ini melibatkan 42 responden dari empat Universitas yang berbeda. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa pesan dakwah yang disampaikan oleh Husain Basyaiban di TikTok memberikan dampak perubahan positif terhadap sikap spiritual Gen Z. Salah satu alas an mendasari adalah bahwa konten-konten dakwah yang diunggah ke TikTok muda untuk dipahami. Sehingga mereka semakin semangat untuk lebih lanjut memperdalam pemahaman mereka hingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mereka semakin mendekatkan diri kepada Allah dan adanya perubahan moral dalam diri pribadi. Menindak lanjuti temuan pada penelitian ini, maka pemanfaaan media sosial terutam TikTok sebagai media dakwah harus dioptimalkan secara maksimal terutama bagi Gen yang juga harus ikut berperan memanfaatkan platform TikTok sebagai media dakwah yang mampu menjangkau khalyak diberbagai penjuru, sehingga mereka tidak hanya sekedar belajar dan memahami konten-konten dakwah tapi mereka juga mampu menjadi pendistribusi ajaran-ajaran islam.
The 3M Program (Mosque, Meal, and Gathering): An Innovative Approach by Al-Furqon Mosque Management to Enhance Mosque-based Da'wah Activities Noor, Fadzil Muhammad; Pratiwi, Clara Sinta
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3641

Abstract

This study explores how mosques can serve not only as places of worship but also as vibrant centers for social engagement, education, and community-based da'wah. Focusing on the Al-Furqon Mosque in Trenggalek, East Java, the research examines an innovative approach called the 3M Program (Masjid Makan-Makan or Mosque and Meals), which integrates shared meals into religious and community activities. Using a qualitative case study method, the study collects data through interviews, observation, and documentation. The analysis follows the steps of data reduction, presentation, and conclusion drawing. Findings reveal that the 3M Program successfully revitalizes mosque activities by fostering emotional connections between congregants and the mosque through cultural practices like communal eating. This approach aligns with the concept of “logistical da'wah,” which emphasizes addressing the real needs of the community—such as food—as an entry point for deeper spiritual engagement. Despite facing challenges in funding, volunteer consistency, and media management, the program proves effective in increasing participation and turning the mosque into a dynamic and inclusive space for all.Penelitian ini berangkat dari kesadaran bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga memiliki peranan penting sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan dakwah dalam kehidupan umat Islam. Latar belakang ini mendorong pertanyaan utama: Bagaimana strategi dakwah yang diterapkan oleh takmir Masjid Al-Furqon dalam menghidupkan kegiatan keagamaan melalui program 3M (Masjid Makan-Makan)? Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif yang fokus pada analisis strategi dakwah berbasis kebutuhan jamaah (dakwah logistik) di lingkungan masjid. dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara sistematis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggambarkan secara rinci pelaksanaan program 3M, strategi komunikasi dakwah yang digunakan, serta tantangan-tantangan yang dihadapi takmir dalam pelaksanaan program tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program 3M efektif dalam menarik minat masyarakat untuk datang ke masjid, mempererat hubungan antarjamaah, dan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas keagamaan yang lebih hidup. Strategi dakwah juga didukung oleh pemanfaatan media sosial dan partisipasi jamaah melalui infak. Meski menghadapi tantangan seperti ketidakstabilan dana, keterbatasan tim media dan relawan, serta fluktuasi semangat pengurus, program ini tetap memberikan dampak positif dan menjadi bentuk nyata dari dakwah logistik yang memperhatikan kebutuhan jamaah secara langsung.
DINAMIKA MAKNA HIJAB: Antara Kesalehan Personal dan Industri Fashion Global Alina, Aurellia Iva; Sa’adah, Nayla Mu’linatus; Niswah, Arina Zaenan; 'Ubudiyah, Farikhatul
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3757

Abstract

The use of hijab in the modern era has experienced a shift in meaning, from being a shar'i obligation to being part of a fashion trend and lifestyle expression. Social media and the fashion industry have made hijab a commodity that is influenced by aesthetics, social status, and popular culture, rather than solely by religious motivations. Many women wear hijab to look fashionable or because of environmental demands, rather than as a form of obedience to Allah. Therefore, the purpose of this research is to analyze the shifting meaning of hijab from a symbol of sharia observance to a commodity in the contemporary fashion industry, as well as the impact of social media in shaping the construction of the meaning of hijab for the Muslim generation. This research uses a qualitative library research method, with secondary data collected from various relevant literatures. These sources include scientific journals, academic books, and verses of the Qur'an. The results of the study can be seen that the use of hijab in the modern era has experienced a shift in meaning from syar'i obligations to fashion trends, so that it often loses its spiritual value and emphasizes aesthetic aspects and social status. Therefore, it is necessary to reorient the meaning of hijab based on tawhid so that its use becomes a form of servitude to Allah, not just an expression of external appearance.Penggunaan hijab di era modern telah mengalami pergeseran makna, dari yang awalnya merupakan kewajiban syar’i menjadi bagian dari tren fashion dan ekspresi gaya hidup. Media sosial dan industri fashion telah menjadikan hijab sebagai komoditas yang dipengaruhi oleh estetika, status sosial, dan budaya populer, bukan semata-mata karena motivasi religius. Banyak perempuan mengenakan hijab untuk tampil modis atau karena tuntutan lingkungan, selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pergeseran makna hijab dari simbol ketaatan syariat menjadi komoditas dalam industri fashion kontemporer, serta dampak media sosial dalam membentuk konstruksi makna hijab bagi generasi muslim. Penelitian ini menggunakan metode library research (studi pustaka) yang bersifat kualitatif, dengan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi jurnal ilmiah, buku-buku akademik, serta ayat-ayat Al-Qur’an. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan hijab di era modern telah mengalami pergeseran makna dari kewajiban syar’i menjadi tren busana, sehingga seringkali kehilangan nilai spiritualnya dan lebih menonjolkan aspek estetika serta status sosial. Oleh karena itu, perlu adanya reorientasi makna hijab berdasarkan tauhid agar penggunaannya kembali menjadi wujud penghambaan kepada Allah, bukan sekadar ekspresi penampilan luar.
Penguatan Dakwah Badan Wakaf Indonesia Melalui Pembinaan Nazhir Sabirin, Yoga Basyiril; Zen, Muhammad; Fatmawati, Fatmawati
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v18i2.3549

Abstract

Waqf plays an important role in empowering the ummah, whether economically, socially, or educationally. Effective waqf management depends on the quality of the nazir, who is responsible for waqf assets. The Indonesian Waqf Board (BWI) plays an important role in nazir coaching to ensure productive waqf management. This study aims to examine BWI's nazir coaching strategy and its impact on community empowerment. With a literature study-based qualitative approach, this research analyzes coaching programs such as administrative, managerial, and spiritual training. The results show that BWI's coaching has succeeded in improving the capacity of nazir in waqf management, especially in terms of managerial and leadership. However, challenges related to the diversity of nazir backgrounds and limited resources still exist. Although technical coaching is sufficient, social and spiritual aspects need to be improved. This study concludes that a more holistic and adaptive coaching strategy is needed to support sustainable waqf-based philanthropy.[Wakaf memiliki peran penting dalam pemberdayaan umat, baik secara ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Pengelolaan wakaf yang efektif bergantung pada kualitas nazhir, yang bertanggung jawab atas aset wakaf. Badan Wakaf Indonesia (BWI) memainkan peran penting dalam pembinaan nazhir untuk memastikan pengelolaan wakaf yang produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pembinaan nazhir oleh BWI dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka, penelitian ini menganalisis program pembinaan seperti pelatihan administratif, manajerial, dan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan BWI berhasil meningkatkan kapasitas nazhir dalam pengelolaan wakaf, terutama dalam hal manajerial dan kepemimpinan. Namun, tantangan terkait keberagaman latar belakang nazhir dan keterbatasan sumber daya masih ada. Meskipun pembinaan teknis sudah cukup, aspek sosial dan spiritual perlu ditingkatkan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi pembinaan yang lebih holistik dan adaptif diperlukan untuk mendukung filantropi berbasis wakaf yang berkelanjutan].
METODE DAKWAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK MAHASISWI DI ASRAMA PUTRI STIBA AR RAAYAH SUKABUMI JAWA BARAT Hidayat, Tatang; Amalia, Sinta; Istianah, Istianah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3495

Abstract

The phenomenon of moral decay of adolescents, both boys and girls, is very alarming today. This country could lose the successor of leadership and the first madrasa for the next generation in the future because of the moral decay that occurs. To improve the state of moral crisis, a good da'wah method is needed by a preacher or da'wah institution. This study aims to analyze the method of da'wah in fostering the morals of female students in the STIBA Ar Raayah Sukabumi women's dormitory. In the process of collecting data, the author uses observation techniques, interviews, and literature review studies. This research is descriptive qualitative field research. The result of this study is that the visible da'wah method used in the STIBA Ar-Raayah women's dormitory is the Al Mauizah Al Hasanah method or good advice and the Al Qudwah Al Hasanah method or exemplary. The da'wah method used has a good impact on the behavior and habits of female students.
DAKWAH PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT: STUDI PADA KELOMPOK TANI WANITA DALAM PENGELOLAAN BUDIDAYA KOPI DI DUSUN GOLAT, DESA HUTA TINGGI Syarah, Dewi Mai; Siagian, Taufik Saidi; Siregar, Windi Erika; Hasibuan, Khairul Anwar; Hasibuan, Siti Sahara; Imran, Ali Imran
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3875

Abstract

AbstractThis study explores the practice of da‘wah through economic empowerment among women farmers who manage coffee plantations in Dusun Golat, Huta Tinggi Village, Parmonangan District, North Tapanuli. The main question addressed in this research is how the involvement of women in coffee cultivation can serve as a form of da‘wah bil hal an act of preaching through real actions while simultaneously improving community welfare. Traditionally, women in the area have been confined to domestic roles, yet they now participate actively in farming, sharing responsibilities with their husbands and contributing significantly to household income. However, limited knowledge and time management challenges have led to low productivity and poor maintenance of coffee plants. This study positions itself within the framework of Islamic community empowerment, emphasizing the integration of religious values into sustainable economic practices. The research employs the Participatory Rural Appraisal (PAR) approach combined with Free Prior Informed Consent (FPIC), as well as the POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) model, complemented by continuous monitoring and evaluation. The activities were carried out collaboratively with Green Justice Indonesia as a facilitating institution. The findings reveal that the implementation of structured coffee cultivation training and collective work ethics not only improved the quality and productivity of coffee but also strengthened the women’s sense of responsibility, cooperation, and spiritual awareness. Thus, this empowerment process reflects an effective model of da‘wah that integrates economic, social, and religious dimensions within a rural Muslim community.Keywords: women farmer groups, coffee cultivation, economic empowerment, da‘wah bil hal, rural development AbstrakPenelitian ini mengkaji praktik dakwah melalui pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan oleh kelompok tani wanita pengelola kebun kopi di Dusun Golat, Desa Huta Tinggi, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Pertanyaan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlibatan perempuan dalam pengelolaan budidaya kopi dapat menjadi bentuk dakwah bil hal yakni penyampaian ajaran Islam melalui tindakan nyata sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara tradisional, perempuan di wilayah ini berperan sebagai ibu rumah tangga, namun kini mereka turut aktif mengelola kebun kopi bersama suami dan berkontribusi terhadap ekonomi keluarga. Keterbatasan pengetahuan dan waktu dalam perawatan kebun menyebabkan hasil panen yang kurang optimal. Penelitian ini memposisikan diri dalam kerangka pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai Islam dengan menekankan integrasi antara aspek religius dan ekonomi. Metode yang digunakan meliputi Participatory Rural Appraisal (PAR) dan Free Prior Informed Consent (FPIC) atau persetujuan berdasarkan informasi di awal tanpa paksaan, serta pendekatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling), disertai kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan. Kegiatan pendampingan dilaksanakan bersama lembaga Green Justice Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan perawatan dan budidaya kopi secara terstruktur serta penerapan etos kerja kolektif mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, serta kesadaran spiritual anggota kelompok tani wanita. Dengan demikian, proses pemberdayaan ini mencerminkan model dakwah yang efektif karena mengintegrasikan dimensi ekonomi, sosial, dan keagamaan dalam konteks masyarakat pedesaan Muslim.Kata Kunci: kelompok tani wanita, budidaya kopi, pemberdayaan ekonomi, dakwah bil hal, pembangunan pedesaan 
DAKWAH ISLAM DAN DINAMIKA IDENTITAS SOSIAL MASYARAKAT PESISIR SUMATERA UTARA Harahap, Nurhanipah; Harahap, Nurhasanah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3883

Abstract

This article examines the historical process of the spread of Islam and the dynamics of the formation of social identity in the coastal areas of North Sumatra, with a focus on how Islamic preaching, cultural acculturation, and social interactions shaped the region's distinctive religious and social character. The coastal areas of North Sumatra, including areas such as Barus, Sibolga, and Tapanuli, have held a strategic position as international trade hubs from the 7th century until the colonial period. It was through this trade route that Islam was first introduced by Arab, Persian, and Gujarati traders, which were then disseminated further by Islamic scholars and local figures through a cultural and social preaching approach. This study uses a social and cultural history approach with a descriptive qualitative method, combining literature studies, colonial records, local manuscripts, and interviews with community leaders in the coastal areas. The results show that Islamic preaching in this region did not take place in a confrontational manner, but rather with an accommodative approach that emphasized the integration of Islamic values into the local cultural order. This process resulted in acculturation that is evident in social traditions such as traditional ceremonies, arts, religious language, and the community's moral value system. In this context, Islam serves as a multi-layered source of social identity formation: as a religious, cultural, and social identity closely intertwined with local traditions. During the colonial period, the dynamics of social identity underwent significant shifts with the introduction of Western education systems, colonial bureaucracy, and the flow of modernization. Theoretically, this article asserts that the process of Islamization in coastal North Sumatra cannot be understood simply as the spread of religion, but as a socio-historical process that shapes the construction of collective identity.Keywords: Spread of Islam, Social Identity, Islamization of Coastal North Sumatra[Artikel ini mengkaji proses sejarah penyebaran Islam dan dinamika pembentukan identitas sosial masyarakat di wilayah pesisir Sumatera Utara, dengan fokus pada bagaimana dakwah Islam, akulturasi budaya, dan interaksi sosial membentuk karakter keagamaan an sosial yang khas di kawasan tersebut. Wilayah pesisir Sumatera Utara meliputi daerah seperti Barus, Sibolga, dan Tapanuli memiliki posisi strategis sebagai simpul perdagangan internasional sejak abad ke-7 hingga masa kolonial. Melalui jalur perdagangan inilah Islam pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat, yang kemudian disebarluaskan lebih jauh oleh ulama dan tokoh lokal melalui pendekatan dakwah kultural dan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial dan kultural dengan metode kualitatif deskriptif, menggabungkan studi literatur, catatan kolonial, naskah lokal, dan wawancara dengan tokoh masyarakat di wilayah pesisir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah Islam di wilayah ini tidak disebarkan secara konfrontatif, melainkan dengan pendekatan akomodatif yang menekankan integrasi nilai-nilai Islam ke dalam tatanan budaya lokal. Proses ini menghasilkan akulturasi yang tampak dalam tradisi sosial seperti upacara adat, kesenian, bahasa keagamaan, dan sistem nilai moral masyarakat. Dalam konteks ini, Islam menjadi sumber pembentukan identitas sosial yang berlapis: sebagai identitas religius, budaya, dan sosial yang terjalin erat dengan tradisi lokal. Pada masa kolonial, dinamika identitas sosial mengalami pergeseran signifikan seiring masuknya sistem pendidikan Barat, birokrasi kolonial, dan arus modernisasi. Secara teoritis, artikel ini menegaskan bahwa proses Islamisasi di pesisir Sumatera Utara tidak dapat dipahami hanya sebagai penyebaran agama, tetapi sebagai proses sosial-historis yang membentuk konstruksi identitas kolektif.]Kata Kunci: Penyebaran Islam, Identitas Sosial, Islamisasi Pesisir Sumatera Utara. 
STRATEGI LEMBAGA DAKWAH DALAM INOVASI KEWIRAUSAHAAN DI ERA DISRUPTIF Syahrizal, Syahrizal; Sastrawijaya, Cecep
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3876

Abstract

The disruptive era will add to increasingly open global competition, many challenges faced by today's society. Each country must compete by highlighting the superiority of its respective resources, which is called entrepreneurship. Considering the importance of entrepreneurship, an entrepreneurial spirit needs to be instilled as early as possible. At the same time, in entrepreneurial outcomes, something called innovation is needed which has an important role in developing a number of new ideas, before being transformed into a product, the previous innovation must be evaluated to study whether the product will be successful on the market. Therefore, an institution needs to have the right strategy in marketing. Likewise with missionary institutions, in order to encourage goodness and prevent evil, there needs to be a strategy for innovation in the field of entrepreneurship. When an institution only focuses on traditional methods and does not look at modern things, the da'wah institution will position itself as an institution that only includes a vision and mission without any changes. Especially in this disruptive era, da'wah institutions are required to be part of immediately adapting to various advances in technology and knowledge. The research results show that da'wah institutions must have an innovation strategy in preaching, namely developing entrepreneurship programs, technological innovation in preaching, where da'wah institutions are not blind to the existence of technology that offers efficiency in the entrepreneurial development process in a disruptive era, collaboration that creates cooperation with various parties who have the same ideology and vision, and creates new business models.Keywords: Da'wah Institutions, Entrepreneurship, Innovation, Disruptive Era[Era disruptif akan menambah persaingan global yang semakin terbuka, banyak tantangan yang dihadapi oleh Masyarakat sekarang ini. Setiap negara yang harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumberdaya masing-masing yang disebut dengan wirausaha. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamkan sedini mungkin. Tatkala dengan itu, dalam hasul wirausaha maka diperlukan yang Namanya inovasi yang memiliki peran penting dalam mengembangkan sejumlah ide-ide baru, sebelum ditransformasikan menjadi produk, inovasi sebelumnya harus dievaluasi untuk dikaji apakah produk tersebut akan berhasil dipasarkan. Maka dari itu sebuah lembaga perlu mempunyai strategi yang tepat dalam pemasaran. Begitu pula dengan lembaga dakwah, dalam mengajak kebaikan danm mencegah kemungkaran perlu adanya strategi dalam melakukan inovasi dalam bidang wirausaha. Tatkala lembaga hanya berfokus pada cara tradisional dan tidak melirik pada hal modern, maka lembaga dakwah tersebut akan meletakkan posisinya sebagai lembaga yang hanya mencantumkan visi misi tanpa adanya perubahan. Terutama pada era disruptif, lembaga dakwah dituntut untuk menjadi bagian yang segera beradaptasi dengan berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga dakwah harus memiliki strategi inovasi dalam berdakwah yaitu pengembangan program kewirausahaan, inovasi teknologi dalam dakwah, Dimana lembaga dakwah tidak buta terhadap adanya teknologi yang memberikan tawaran efisiensi dalam proses perkembangan kewirausahaan di era disruptif, kolaborasi yang menciptakan Kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai ideologi dan visi yang sama, dan menciptakan model bisnis baru]. Kata Kunci: Lembaga Dakwah, Kewirausahaan, Inovasi, Era Disruptif