cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
JPSCR : Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research
ISSN : -     EISSN : 2503331x     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Pharmaceutical Science And Clinical Research (e-ISSN 2503-331x) offers a forum for publishing the original research articles, review articles from contributors, and the novel technology news related to pharmaceutical science and clinical research. Scientific articles dealing with natural products, pharmaceutical science-industry and clinical research, etc. are particularly welcome. The journal encompasses research articles, original research report, reviews, short communications and scientific commentaries pharmaceutical science and clinical research including: bioactive products, chemotaxonomy, chemistry, ecological biochemistry, metabolism, pharmacy management, pharmacoeconomics, pharmacoepidemiology, clinical pharmacy, community pharmacy, pharmaceutical social and pharmaceutical industry.
Arjuna Subject : -
Articles 184 Documents
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Karika (Vasconcellea pubescens A.DC.) Terhadap Nilai SGPT dan SGOT pada Tikus Jantan yang Diinduksi Paracetamol Heru Sasongko; Sugiyarto Sugiyarto
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.961 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v3i2.21796

Abstract

Parasetamol merupakan salah satu antipiretik yang sudah terbukti bisa menyebabkan kerusakan hati pada penggunaan dosis toksik. Kenaikan nilai SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) dan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase) merupakan salah satu parameter adanya gangguan fungsi hati. Pemberian suatu antioksidan dilaporkan berpengaruh terhadap proteksi kerusakan fungsi hati.  Daun karika (Vasconcellea pubescens A.DC.) pada penelitian sebelumnya telah diketahui dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun karika terhadap nilai SGPT dan SGOT pada model tikus yang diinduksi parasetamol. Pengujian dilakukan selama 9 hari terhadap 30 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley (150-200 g, 2-3 bulan)  yang diacak menjadi 6 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, kelompok II diberi CMC Na 0,5% (p.o) sebagai kontrol negatif, kelompok III diberi silimarin dosis 100 mg/kgBB (p.o) sebagai kontrol positif, dan kelompok IV-VI diberi ekstrak etanol daun karika dengan dosis 60, 120, dan 240 mg/kgBB (p.o). Induksi parasetamol dosis 2 g/kg BB dilakukan pada hari ke-7. Serum darah diambil pada hari ke-9 untuk diukur kadar SGPT dan SGOT. Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun karika mulai dosis 60 mg/kgBB dapat menurunkan kadar SGPT dengan kadar 240,846 ± 11,15 U/I (p<0,05) dan SGOT dengan kadar 742,632 ± 68,81 U/I (p<0,05). Semua dosis ekstrak mampu menurunkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian ekstrak etanol daun karika berpengaruh pada penurunan kadar SGPT dan SGOT pada tikus jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi parasetamol.
Uji Daya Hambat Berbagai Merek Hand Sanitizer Gel Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Eka Puspita Rini; Estu Retnaningtyas Nugraheni
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.007 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v3i1.15380

Abstract

Hand sanitizer merupakan zat antiseptik dengan kandungan zat aktif berupa alkohol dan bahan antimikroba lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif pada tangan. Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif sedangkan Staphylococcus aureus merupakan baktei Gram positif  dan keduanya secara alami tumbuh pada tubuh dan kulit manusia. Jumlah konsumen hand sanitizer meningkat karena cara pemakaian yang praktis tanpa memerlukan adanya sumber air.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat 5 merek hand sanitizer gel terhadap E. coli dan S. aureus serta menganalisis faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli hand sanitizer dengan merek tertentu. Penelitian dengan 2 metode yaitu uji aktivitas antimikroba melalui terbentuknya zona hambat  hand sanitizer terhadap mikroba uji  dan analisis waktu penghambatan optimum terhadap pertumbuhan mikroba di telapak tangan. Penentuan sampel dilakukan dengan penyebaran  kuisionair dengan teknik accidental sampling.            Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 merek yang mampu menghambat pertumbuhan E.coli dengan aktivitas sedang hingga kuat, dan semua merek hand sanitizer mampu menghambat pertumbuhan S.aureus dengan aktivitas kuat hingga sangat kuat. Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan  memenuhi syarat untuk melakukan uji parametrik One Way Annova. Hasil akhir menunjukkan nilai sig p < 0,005 terhadap penghambatan S. aureus dan E. Coli, sehingga terdapat perbedaan bermakna antara sampel hand sanitizer terhadap daya hambat pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Hasil pengujian waktu penghambatan optimum terhadap mikroba di telapak tangan menunjukkan penurusan jumlah koloni bakteri pada rentang waktu 0 hingga 12 menit. Dari hasil pengecatan gram diperoleh hasil bahwa mikroba pada telapak tangan tersebut bersifat gram positif, bentuk kokus, susunan menggerombol dan diperkirakan adalah S.aureus
Analisis Kandungan Timbal dalam Beberapa Sediaan Kosmetik yang Beredar di Kota Surakarta Adi Yugatama; Adiba K Mawarni; Hana Fadillah; Siti N Zulaikha
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.394 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v4i1.28948

Abstract

Penggunaan sediaan kosmetik di Indonesia semakin meningkat. Beberapa sediaan kosmetika yang sering digunakan oleh masyarakat adalah eye-liner pencil, bedak, dan lipstik. Sediaan kosmetik dapat dikatakan aman apabila memenuhi jumlah maksimum kadar timbal yang sesuai dengan persyaratan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam timbal dalam sediaan kosmestik eye-liner pencil, bedak, dan lipstik yang beredar di Kota Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan di berbagai tempat di kota Surakarta dengan metode purposive sampling. Preparasi sampel dilakukan dengan metode destruksi basah dengan campuran larutan asam HNO3 dan HCl (1:3). Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) dan diperoleh nilai absorbansinya dan dimasukkan ke dalam kurva kalibrasi sehingga dapat dihitung kadar timbal dalam sampel. Hasil analisis diperoleh bahwa kadar timbal terbesar terdapat pada sediaan lipstik yaitu sebesar 23,1683 ± 0,1225 mg/kg dan kadar timbal terendah terdapat pada sediaan bedak yaitu sebesar 0,6001 ± 0,0092 mg/kg. Semua sediaan eye-liner pencil, bedak, dan lipstik yang beredar di Kota Surakarta telah memenuhi persyaratan batas maksimum kandungan timbal yang dipersyaratkan oleh BPOM, kecuali dua sampel lipstik yang tidak teregistrasi BPOM.
Determination Sun Protecting Factor (SPF) Of Krokot Herbs Extract (Portulacaoleracea L.) Widya Astuty Lolo; Sri Sudewi; Hosea Jaya Edy
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.995 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v2i1.5230

Abstract

Purslane is a plant that thrives in open areas and has a fairly high water content. Hereditary purslane plant has been used for skin protection from the sun. The aim of this study is to determine the value of Sun Protecting Factor (SPF) of ethanol extracts, soluble and insoluble fractions of ethyl acetate from purslane herb.Extraction using maceration method by ethanol 90%. Fractionation process is the partition obtained soluble and insoluble fractions of ethyl acetate. Absorbance values read using UV-VIS spectrophotometry at a wavelength of 290-320 nm. SPF value is obtained for the ethanol extract 19.495, 20.829 for the soluble fraction of ethyl acetate and 30.055 for an insoluble fraction of ethyl acetate.
Uji Sifat Fisik, Sun Protecting Factor, dan In Vivo ZnO Terdispersi dalam Sediaan Nanoemulgel Dian Eka Ermawati; Adi Yugatama; Wening Wulandari
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.939 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v5i1.31660

Abstract

Sediaan topikal yang memiliki kemampuan tabir surya semakin meningkat permintaannya seiring dengan kenaikan angka kejadian kanker kulit. Sunblock direkomendasikan pada rentang nilai sun protecting factor (SPF) 15-30. Seng oksida (ZnO) memiliki kemampuan untuk menghalau sinar ultraviolet (UV) dan mampu memberikan nilai SPF yang tinggi. Konsentrasi maksimum ZnO pada produk kosmetik sangat terbatas dan memiliki efek iritasi kulit apabila terlalu sering digunakan, sehingga perlu adanya inovasi teknologi formulasi untuk mengoptimalkan efek sunblock dari ZnO. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ZnO yang didispersikan ke dalam sediaan nano emulgel berbasis Carbopol. Serbuk ZnO akan didispersikan dalam formula self-nanoemulsifying drug delivery system yang terdiri dari minyak zaitun:Tween 80:propilen glikol yang selanjutnya didispersikan dalam polimer hidrogel Carbopol. Formula nanoemulgel dilakukan uji sifat fisik selama 42 hari meliputi: organoleptik, viskositas, daya sebar dan daya lekat; kemampuan SPF; serta uji kemampuan melindungi dari sinar UV B yang dilakukan pada kulit tikus wistar menggunakan skor eritema. Analisa statistik uji sifat fisik menggunakan taraf kepercayaan 95% (p=0,05). Hasil uji sifat fisik sediaan ZnO terdispersi dalam emulgel stabil selama penyimpanan suhu kamar dengan konsistensi semi padat, dan berwarna putih transparan. Karakteristik fisik meliputi daya sebar, daya lekat, dan viskositas memiliki perbedaan yang bermakna selama proses penyimpanan (p<0,05). Hasil uji SPF menunjukkan bahwa sediaan ZnO terdispersi dalam nanoemulgel memiliki nilai SPF 25 (proteksi UV sedang) dan uji in vivo menunjukkan eritema sangat sedikit dengan skor 1.
Ethanol Extract, Ethyl Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, and n-Heksan Fraction Mangosteen Peels (Garcinia mangostana L.) As Source of Bioactive Substance Free-Radical Scavengers Liza Pratiwi; Achmad Fudholi; Ronny Martien; Suwidjiyo Pramono
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.449 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v1i2.1936

Abstract

Mangosteen peels (Garcinia mangostana L.) is well known as an excellent source of antioxidative compounds. The name of mangosteen is xanthone. Antioxidant of mangosteen  peels can be extracted by ethanol, etyl acetate and can be fractinated by etyl acetate and n-hexane. The aim of this research was to compare the antioxidant activity of the peel extract by ethanol and etyl acetate and fractinated by etyl acetate and n-hexane. Extract and fraction exhibited higher scavenging activity of DPPH. The purpose of this study was to compare antioxidant activity of ethanol extract, ethyl acetate extract, fraction of ethyl acetate and n-hexane fraction. The antioxidant activity test using DPPH method with UV-Vis spectrophotometer. Ethanol extract shown IC50 value 5,03 µg/mL, ethyl acetate extract shown IC50 value 41,56 µg/mL. Ethyl acetate fraction shown IC50 value 2,78 µg/mL, and n-hexane fraction with IC50 22,33 µg/mL. It means peel extract and fraction by mangosteen peels has very strong antioxidant activity and ethyl acetate fraction that its antioxidant activity higher that the other solvent.
Utilization Of Nano Ethanolic Extract Combination Chamber Bitter (Phyllanthus Niruri L.) And Garlic (Allium Sativum L.) As A Natural Immunomodulator In Nanoherbal Development, In Silico And In Vitro Study Kadek Hendra Darmawan
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.691 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v2i2.14394

Abstract

The Filantin compounds in chamber bitter (Phyllanthus niruri L.) and lectin in garlic (Allium sativum L.) was proven as immunomudulatory agents through interaction with Toll-Like Reseptors (TLR) which have role in innate immune responds. Immunomodulators drug available on the market still have many shortcomings such as the low potential. Drug developing by nanotechnology is the right solution to increase the potential of the drug by increasing the absorption and minimize the dose. This research aimed to know the interaction of filantin and lectin with TLR2-TLR1 receptors through molecular docking and produce the nanoemulsion combination of chamber bitter and garlic ethanolic extracts that have phagocytosis activity. In silico assay through molecular docking showed that filantin has affinity for binding to TLR2-TLR1, docking score of lectin (-33,5389) was lower than the filantin (-31.5112). That means lectin has higher affinity for binding to TLR2-TLR1. Nanoemulsion was formulated by SNEDDS methods with composition of co-surfactant: surfactant: oil is 1: 5,25: 1. The nanoemulsion stable at 0,414% (w/v). In vitro assay of phagocytic index (5,03) and ratio (95%) showed that the formulation with nanoemulsion of the combination has higher phagocyte index and ratio than the formulation without nanoemulsion or even the positive controls.
Kajian Potensi Inkompatibilitas dan Instabilitas: Studi Kasus Sediaan Racikan Mengandung Amitriptilin, Trifluoperazine Dihidroklorida dan Alprazolam Desi Amroni Kasanah; Dina Christin Ayuning Putri; Sri Hartati Yuliani; Rini Dwiastuti
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.554 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v4i2.34187

Abstract

Meracik obat merupakan salah satu tugas tenaga kefarmasian. Peracikan obat merupakan salah satu risiko penyebab medication error. Resep racikan yang mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam adalah jenis peresepan dengan tingkat risiko tinggi, sedangkan informasi tentang sediaan racikan kombinasi obat tersebut masih sangat terbatas. Studi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai risiko peracikan, potensi instabilitas, dan potensi inkompatibilitas pada resep racikan sediaan kapsul yang mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam di sebuah rumah sakit di Semarang. Analisis risiko resep dilakukan dengan memperhatikan aspek risiko teknis dan risiko klinis, sedangkan pengkajian terhadap potensi instabilitas dan inkompatibilitas dilakukan secara sistematis menggunakan beberapa literatur sengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa resep racikan mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam memiliki risiko peracikan yang sangat tinggi. Berdasarkan penelusuran literatur sistematis, ditemukan adanya potensi ketidakstabilan dan inkompatibilitas yang mungkin terjadi yaitu penarikan lembab dan reaksi hidrolisis. Berbagai upaya teknis dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk meningkatkan kualitas obat dan menjamin keamanannya yaitu menggunakan cangkang kapsul HPMC, menyimpan sediaan dalam wadah tertutup kedap, terhindar dari cahaya langsung pada suhu ruang dan menambahkan silika gel. Meskipun demikian, potensi instabilitas dan inkompatibilitas yang ditemukan dalam studi ini masih berdasar pada kajian pustaka, sehingga perlu dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui profil stabilitas dan kompatibilitas sediaan racikan tersebut.
PERBEDAAN KADAR KAFEIN DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) BERDASARKAN STATUS KETINGGIAN TEMPAT TANAM DENGAN METODE HPLC Anif Nur Artanti; Wahyu Rohmatin Nikmah; Discus Hendra Setiawan; Fea Prihapsara
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.731 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v1i1.690

Abstract

Tea is the most widely consumed beverage in the world next to water. Tea leaves contain caffeine compound that has many advantages for health. Generally tea garden is in hill, especially in the mountain area which has difference high place that can influence the secondary metabolic compound in plant. So, it needs to observe about the effect of difference height planting place to tea leaf caffeine contain. This research was experimental research that taken samples from tea leaf TRI 2024 variety from 3 height variations, is 800 m; 1000 m; and 1200 m above sea level. The analytical method used in this research is high performance liquid chromatography (HPLC). The HPLC instrument is Lab Alliance brand, LC-10AT VP pump, coulomb ACE 5 C18 and UV-Vis detector at 275 nm length.  The difference of caffeine content was analyzed using ANOVA.The result showed that any influence between height planting and caffeine content. Caffeine content in height 800 m above sea level is 562,20782 mg/gram sample, in height 1000 m above sea level is 239,80893 mg/gram sample and caffeine content in 1200 m above sea level is 185,93200 mg/gram. The highest caffeine contain is in height 800 m above sea level is 562,20782 mg/gram sample.
Optimization Formula of Turmeric (Curcuma longa L.) Extract Chewable with Combination of Mannitol-Lactose as Filler Based on Simplex Lattice Design Dian Eka Ermawati; Saifullah Sulaiman; Indah Purwantini
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.362 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v2i1.5284

Abstract

Hydroalcoholic extract of turmeric (Curcuma longa L.) doses of 1.66 mg/kg containing 10% of curcuminoid was recommended as a supplement for prevention of atherosclerosis. This study aimed to formulate hydroalcoholic extract of turmeric into chewable which are more acceptable and practical. Mannitol-Lactose selected as a filler to make the chewable in this study. Optimum composition of filler of the mixture obtained by the Simplex Lattice Design method.Identification of turmeric rhizome has been done at Departemen of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. The rhizome extraction carried out as re to research carried out by Quiles. The mixture between curcuminoid, ethanol and water extract made up to 25% level of curcuminoid level. Then, Extract was granulated with combination of filler mannitol-lactose to be five formulas, there are: FI (mannitol 100%), FII (mannitol-lactose 75%:25%), FIII (mannitol-lactose 50%:50%), FIV (mannitol-lactose 25%:75%), FV (lactose 100%). The granules then tested their physical properties such as flowability, compactibility, and water content. Furthermore, the granules tableted and physical tested including : weight uniformity, hardness, friability, absorption, flavor acceptance and soluble time. Determining the optimum formulation obtained from the physical properties of the granules and chewable physical properties based on SLD methods. Optimum formula of chewable then tested with kurkuminoid levels. The physical properties data of granules and chewable were analyzed statistically using student’s t-test.The result of this study was the optimum formula obtained from the mixture of mannitol-lactose fillers with a ratio of 90% mannitol: 10% lactose. The optimum formula of turmeric extract chewable produced meets the physical properties of the granules and chewable. Acceptance of flavor chewable optimum formula appreciation in the range of sweet and sour taste to sour. Percentage kurkuminoid levels in chewable after manufacture process was 76.42%.

Page 2 of 19 | Total Record : 184