cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Agrikultura
ISSN : 08532885     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Agrikultura terbit tiga kali setahun (April, Agustus dan Desember), memuat artikel hasil penelitian dan kupasan (review) orisinal hasil dari penelitian yang sebagian telah dilakukan penulis, dan komunikasi singkat.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024" : 16 Documents clear
Model Perencanaan Kebijakan dalam Peningkatan Produktivitas Tembakau Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember (Mactor Analysis) Yunitasari, Duwi; Adirosa, Clarissa Esline; Istiyani, Nanik; P, Teguh Hadi
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.55695

Abstract

Tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Jember dimana 90% produksinya dikirim untuk ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi peningkatan produktivitas tembakau Besuki Na-Oogst dengan melihat peran aktor dan hubungan antar aktor terhadap pengembangan tembakau Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur sebagai produsen tembakau nomor satu di Jawa Timur. Penelitan ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, sementara itu metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Mactor (Matrix of Alliances and Conflicts: Tactics, Objectives and Recommendations). Data penelitian merupakan data primer yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada 25 orang sebagai responden meliputi petani tembakau, bea cukai, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, perusahaan tembakau, perokok aktif dan pasif, perguruan tinggi, dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) yang diambil acak dikarenakan sudah dapat mewakili seluruh populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bea Cukai memiliki peranan tinggi dengan ketergantungan yang tinggi yang berarti aktor Bea Cukai merupakan aktor utama yang sangat memengaruhi pengembangan produktivitas perkebunan tembakau namun tidak memiliki akses secara langsung untuk mengembangkan perkebunan tembakau. Aktor petani tembakau dan APTI memiliki peranan tinggi dengan ketergantungan rendah yang artinya aktor ini bisa memengaruhi pengembangan produktivitas perkebunan tembakau dan memiliki akses secara langsung untuk mengembangkan perkebunan tembakau. Oleh karena itu, diperoleh strategi termasuk peningkatan produktivitas tembakau, peningkatkan permintaan tembakau, melakukan peningkatan infrastruktur, melakukan pengembangan dalam penerapan teknologi, peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan persediaan pupuk subsidi; dan pengembangan pasar yang lebih luas atau peluang ekspor.
Inovasi Teknologi Pengendalian Rayap Tanah Perkebunan Kelapa Sawit: Kajian Pemanfaatan Nematoda Patogen Serangga di Kalimantan Barat Hamdani, Hamdani; Ayen, Rosalina Yuliana
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.59007

Abstract

Kalimantan Barat memiliki potensi besar dalam budidaya kelapa sawit, namun petani sering menghadapi tantangan akibat serangan hama, terutama rayap. Kondisi lahan gambut dan iklim setempat memengaruhi biota lokal. Penggunaan nematoda patogen serangga (NPS) sebagai agens pengendalian hayati muncul sebagai solusi inovatif untuk mengatasi infestasi rayap dan meningkatkan produksi secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengisolasi, dan menguji patogenisitas NPS indigenous dari perkebunan kelapa sawit terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus). Nematoda patogen serangga dikoleksi dari rhizosfer tanaman kelapa sawit di Kalimantan Barat. Isolasi, identifikasi dan uji patogenesitas NPS terhadap hama rayap tanah dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi Universitas Panca Bhakti Pontianak, sedangkan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga Oktober 2024. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah menggunakan teknik stratified sampling dan isolasi NPS dari tanah rhizosfer kelapa sawit menggunakan metode baiting menggunakan larva Tenebrio molitor. Uji patogenesitas NPS terhadap hama rayap tanah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil eksplorasi menemukan NPS dengan kepadatan populasi bervariasi. Tingkat mortalitas  larva T. molitor tertinggi ditemukan di tanah gambut Kabupaten Kubu Raya. Nematoda yang diidentifikasi adalah Steinernema sp., dengan bakteri simbion Xenorabdhus sp. Uji patogenisitas menunjukkan nematoda Steinernema sp. dari Kubu Raya efektif melawan rayap, dengan mortalitas 97,5% pada dosis 400 JI-3/ml. Hasil tersebut hampir setara dengan insektisida fipronil konsentrasi 2 ml/l yang mencapai 100% mortalitas dalam waktu kurang dari 12 jam setelah aplikasi. Gejala infeksi pada rayap ditandai dengan perubahan warna tubuh, pembengkakan abdomen, dan hancurnya tubuh.
Analisis Daya Saing Usahatani Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl.) di Provinsi Lampung Davina, Diva Fitria; Abidin, Zainal; Kasymir, Eka
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.57112

Abstract

Cabai jawa (Piper retrofractum) merupakan tanaman asli Indonesia yang sering disebut juga cabai jamu, memiliki peran penting dalam sektor pertanian dan industri herbal. Tanaman ini terkenal karena buahnya yang memiliki rasa pedas dan khasiat kesehatan, serta digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan produk farmasi. Mengingat potensi ekonomi dan kesehatannya, penting untuk menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usahatani cabai jawa di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output usahatani cabai jawa di Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan ialah survei yang dilakukan di tiga desa berbeda yaitu Desa Sukoharjo III Barat, Kabupaten Pringsewu, Desa Bandar Rejo, Kabupaten Lampung Selatan, dan Desa Bandar Jaya Barat, Kabupaten Lampung Tengah. Responden ditetapkan menggunakan metode purposive sampling dengan total 18 petani cabai Jawa. Data penelitian diperoleh dari bulan September hingga November 2023. Metode analisis yang digunakan ialah metode Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani cabai jawa di Provinsi Lampung sudah berdaya saing karena memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dengan nilai Private Cost Ratio sebesar 0,41 dan nilai Domestic Resources Cost Ratio sebesar 0,23. Kebijakan pemerintah yang ada berdampak negatif terhadap usahatani cabai jawa di Provinsi Lampung karena menyebabkan petani membayar biaya input tradable lebih mahal dengan keuntungan yang diterima masih jauh lebih rendah daripada yang seharusnya.
Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Produktivitas Pangan di Indonesia Pratistya, Sayu Desty; Suharno, Suharno; Buono, Agus
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.58339

Abstract

Permintaan pangan dunia diperkirakan meningkat sebesar 35% - 56% antara tahun 2010-2050, peningkatan permintaan ini terkait dengan adanya perkiraan populasi dunia yang meningkat sebesar 9,8 miliar orang pada tahun 2050. Hal ini menyebabkan perlunya tindakan untuk meningkatkan produksi pangan dunia. Saat ini, inovasi teknologi yang relatif baru adalah teknologi pertanian presisi. Pertanian perisisi bertujuan untuk mengadopsi layanan atau perangkat teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengumpulkan dan memproses informasi. Pemanfaatan dan penerapan TIK pada bidang pertanian sudah banyak dilakukan oleh berbagai negara seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Afrika. Penerapan teknologi informasi di negara-negara tersebut memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas hasil pertanian yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Di Indonesia, ketahanan pangan selalu menjadi prioritas nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya yang terus bertambah, yang saat ini berjumlah 278 juta orang dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,07%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teknologi informasi dan komunikasi terhadap produktivitas pangan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data skunder dengan memilih satu provinsi di Indonesia yaitu Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara multistage sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan model Propensity Score Matching (PSM) menunjukan penggunaan internet oleh 65,13% atau 86.751 dari 133.187 rumah tangga petani berpengaruh positif terhadap produktivitas pangan yang dilihat dari sisi produktivitas lahan sebesar 1,34 persen, akan tetapi tidak signifikan secara statistik. Namun, hal tersebut tetap menunjukkan adanya potensi positif yang dapat diperoleh. Kemungkinan, pengaruh penggunaan internet terhadap produktivitas lebih kompleks dan membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kualitas internet, karakteristik sosial ekonomi petani, dan aksesibilitas infrastruktur.
Perubahan Iklim Mikro dan Produksi Kopi Arabika (Coffea arabica L.) pada Daerah Aktivitas Geothermal PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung Oktaviani, Nurrani; Suriadikusumah, Abraham; Arifin, Mahfud
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.50877

Abstract

Kopi Arabika adalah komoditas ekspor perkebunan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Namun, produksi kopi arabika ini masih tergolong rendah yaitu 800 kg/ha. Salah satu sentra kopi Arabika di Jawa Barat berada pada daerah aktivitas geothermal Pembangit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak uap dari aktivitas geothermal terhadap iklim mikro dan produksi kopi Arabika. Penelitian dilakukan dengan pengamatan parameter iklim yaitu suhu udara, kelembapan udara, dan intensitas cahaya matahari pada lima lokasi berdasarkan jarak berbeda dari pusat geothermal PLTP Kamojang yaitu Lokasi 1 (0-250 m), Lokasi 2 (250-500 m), Lokasi 3 (500-750 m), Lokasi 4 (750-1.000 m) dan Lokasi 5 sebagai lokasi kontrol (kira-kira berjarak 3 km) yang memiliki karakteristik lahan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uap panas bumi berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro yaitu menurunkan suhu udara sebesar 8,8, 8,3, 6,9 dan 1,8% dibandingkan kontrol, menurunkan intensitas cahaya matahari sebesar 62, 50, 36 dan 19% dibandingkan kontrol serta menaikkan kelembapan udara sebesar 11, 5, 4 dan 1% dibandingkan kontrol untuk masing-masing Lokasi 1-4. Kondisi iklim mikro tersebut berpengaruh terhadap penurunan produksi kopi Arabika (kg/ha) pada Lokasi 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 33, 19 dan 13% dengan radius kurang dari 750 m dari pusat geothermal PLTP Kamojang. Berkurangnya intensitas matahari berdampak pada penurunan suhu udara, dan pada gilirannya kelembaban relatif meningkat. Suhu yang lebih rendah dapat memperlambat pertumbuhan tanaman kopi. Kelembaban yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit pada tanaman kopi.
Identifikasi Molekuler Isolat Bakteri Entomopatogen, Uji Keamanan Hayati serta Potensinya untuk Pengendalian Serangga Hama Susanti, Rista; Widiantini, Fitri; Dono, Danar
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.58413

Abstract

Bakteri entomopatogen merupakan mikroorganisme dengan potensi besar sebagai sumber toksin dan metabolit yang dapat digunakan dalam program pengendalian serangga hama, salah satunya adalah bakteri Serratia marcescens. Toksin dan enzim degradatif ekstraseluler seperti protease dan kitinase yang disekresi oleh S. marcescens merupakan faktor virulensi, sehingga membuat bakteri ini sangat mematikan bagi serangga. Bakteri entomopatogen sebagai agen pengendali hama harus ramah lingkungan dan tidak berbahaya baik bagi manusia maupun spesies non-target. Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri entomopatogen secara molekuler dengan target S. marcescens dari berbagai sumber serangga terinfeksi, kemudian dilakukan pengujian terkait potensinya dalam mengendalikan serangga hama dan uji keamanan hayati meliputi uji aktivitas kitinase dan uji aktivitas protease, uji hemolisis darah, uji hipersensitivitas, serta uji resistensi antibiotik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agens Hayati dan Laboratorium Molekuler Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari Karawang pada bulan Oktober 2023-Februari 2024. Hasil identifikasi secara molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) menunjukkan bahwa dari 12 isolat bakteri kode Sm01-Sm12, 11 isolat teridentifikasi sebagai Serratia marcescens sedangkan isolat Sm03 teridentifikasi sebagai Serratia nematodiphila. Isolat Sm02, Sm07 dan Sm11 memiliki aktivitas kitinolitik dan proteolitik serta tidak menunjukkan reaksi hemolisis darah dan hipersensitif tanaman tembakau. Isolat Sm02 dan Sm07 sensitif terhadap 8 jenis antibiotik yang diujikan, yaitu Chloramphenicol 30 µg, Doxycycline 30 µg, Cefotaxime 30 µg, Sulphamethoxazole 25 µg, Ciprofloxacin 5 µg, Gentamicin 10 µg, Amikacin 30 µg, dan Tetracycline 30 µg, sedangkan Sm11 sensitif terhadap 6 jenis antibiotik yang diujikan selain Doxycycline dan Tetracycline. Dengan demikian, bakteri entomopatogen Serratia marcescens isolat Sm02, Sm07 dan Sm11 merupakan isolat yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pengendalian serangga hama, serta layak untuk pengujian-pengujian tahap selanjutnya.
Keanekaragaman Serangga dan Fungsinya pada Tiga Tipe Perkebunan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Utari, Astarina; Maharani, Yani; Sudarjat, Sudarjat
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.58144

Abstract

Keberadaan serangga dalam suatu ekosistem seringkali dianggap sebagai hama, meskipun demikian serangga memiliki fungsi ekologis yang bermanfaat sebagai penyerbuk, pengurai, musuh alami, dan sebagai bioindikator lingkungan. Perbedaan jenis penggunaan lahan pada perkebunan kopi dapat mengakibatkan perbedaan pada struktur komunitas dan fungsi ekologis serangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman serangga dan fungsinya pada perkebunan kopi Arabika pemukiman, tumpangsari, dan agroforestri di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sampel diambil dari tiga perkebunan kopi Arabika di Desa Pulosari dan Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan menetapkan lima titik sampling berukuran 100 m2 dengan jarak antar titik sampling berkisar 10–50 m. Sampel serangga ditangkap menggunakan perangkap ayun, perangkap kuning, dan perangkap Brocap. Sampel yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi hingga tingkat morfospesies. Serangga yang berhasil dikumpulkan dari perkebunan kopi Arabika berjumlah 607 individu yang memiliki peran fungsional sebagai musuh alami, 47 individu sebagai polinator, 629 individu sebagai dekomposer, dan serangga yang merupakan herbivor berjumlah 2.821 individu. Indeks keanekaragaman serangga pada perkebunan kopi Arabika pemukiman (H’= 2,43) dan tumpangsari (H’= 2,79) memiliki kriteria sedang, sedangkan pada perkebunan kopi Arabika agroforestri (H’= 3,88) memiliki kriteria tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkebunan kopi berpotensi sebagai habitat yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serangga. Meskipun dominasi herbivor ditemukan di ketiga tipe perkebunan kopi, namun keberadaan serangga musuh alami, polinator, dan dekomposer membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung produktivitas pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan habitat yang tepat dalam praktik budidaya kopi sangat diperlukan untuk mengelola fungsi ekologi yang seimbang.
Evaluasi Kualitas Buah, Komponen Hasil dan Hasil Enam Varietas Tomat Calon Tetua Persilangan Damayanti, Farida; Astri, Ayu; Anas, Anas; Sari, Santika; Bakti, Citra
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.49852

Abstract

Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting karena pemanfaatannya yang beragam dan merupakan sumber antioksidan, vitamin A, dan C yang tinggi. Upaya perakitan tomat yang memiliki kualitas buah baik, hasil tinggi dan toleran cekaman suhu tinggi dapat dilakukan melalui pembentukan populasi Near Isogenic Lines (NILs). Seleksi tetua recurrent menjadi salah satu tahapan penting dalam pembentukan populasi NILs. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi dan seleksi berdasarkan karakter kualitas buah, komponen hasil dan hasil pada enam varietas tomat Indonesia. Percobaan dilakukan di greenhouse Bale Tatanen Padjadjaran menggunakan sistem budidaya hidroponik, pada bulan Juni sampai Desember 2022. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak empat kali. Perlakuan yang diuji adalah enam varietas tomat yaitu Intan, Opal, Mirah, Berlian, Mutiara, dan Ratna. Karakterisasi kualitas buah dilakukan dengan menggunakan metode destruksi dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Spektrofotometer Uv-Vis dan Texture Analyzer. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf nyata 5%. Seleksi calon tetua recurrent dilakukan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kualitas buah pada karakter kualitas buah, komponen hasil dan hasil pada keenam varietas tomat Indonesia yang diuji. Varietas Mirah dan Intan terseleksi berdasarkan karakter kualitas buah, komponen hasil dan hasil yang tinggi dengan nilai pembobotan sebesar 0,886 dan 0,871. Kedua varietas berpotensi digunakan sebagai tetua recurrent pada pembentukan populasi NILs tomat toleran cekaman suhu tinggi.
Deteksi dan Identifikasi Jamur Stemphylium vesicarium pada Tanaman Bawang Putih di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat Afrilia, Hilda Ayu; Hersanti, Hersanti; Yulia, Endah
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.59460

Abstract

Stemphylium vesicarium merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) A2 di Indonesia dan dilaporkan dapat menginfeksi spesies Allium, cabai, asparagus, dan pir di beberapa negara. Gejala hawar daun menyerupai infeksi S. vesicarium pada bawang putih ditemukan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung namun belum dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi S. vesicarium sebagai patogen penyebab penyakit hawar daun pada bawang putih menggunakan pendekatan morfologi dan molekuler. Identifikasi morfologi dilakukan berdasarkan pengamatan karakteristik makroskopis dan mikroskopis, sedangkan identifikasi molekuler dilakukan melalui amplifikasi DNA menggunakan primer ITS (Internal Transcribed Spacer) dengan primer forward ITS1 dan reverse ITS4 serta sekuensing genetik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga September 2024. Pengambilan sampel daun yang terinfeksi S. vesicarium dilakukan di tiga lokasi pertanaman di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Isolasi patogen dan identifikasi morfologi dilakukan di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Uji patogenesitas pada tanaman bawang putih dilakukan di lahan percobaan di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase kejadian penyakit hawar daun di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung adalah sebesar 33,78%, sementara rata-rata persentase keparahan penyakitnya mencapai 10,67%. Isolat yang diperoleh memiliki ciri morfologi khas S. vesicarium, seperti bentuk konidia lonjong dengan sekat transversal dan sekat longitudinal dan tidak terbentuk dalam rantai. Analisis molekuler mengonfirmasi kesesuaian hasil identifikasi dengan urutan gen ITS S. vesicarium yang dilaporkan di basis data genetik. Studi ini berhasil mengidentifikasi S. vesicarium sebagai patogen utama penyebab hawar daun pada tanaman bawang putih.
Identifikasi Perubahan Suhu dan Curah Hujan serta Korelasinya dengan Produksi Padi di Kabupaten Garut Jawa Barat Ruminta, Ruminta; Wicaksono, Fiky Yulianto; Narmadhia, Salsabila
Agrikultura Vol 35, No 3 (2024): Desember, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i3.59136

Abstract

Perubahan iklim merupakan ancaman bagi kegiatan budidaya pertanian termasuk budidaya tanaman padi Indonesia. Padi merupakan tanaman serelia yang sangat peka terhadap indikator perubahan iklim sehingga dapat menyebabkan perubahan hasil. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan curah hujan dan suhu serta korelasinya dengan produktivitas dan produksi padi di Kabupaten Garut. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan analisis regresi, korelasi, dan klimogram yang masing-masing untuk mengetahui pola trend dari perubahan curah hujan dan suhu udara, pengaruh peruhaban curah hujan dan suhu udara terhadap produksi dan produkstivitas tanaman padi, serta kombinasi perubahan curah hujan terhadap suhu udara. Analisis korelasi dilakukan secara temporal selama periode 1982 hingga 2018 dan secara spasial untuk 42 kecamatan di kabupaten Garut. Data yang digunakan meliputi data iklim dan data budidaya tanaman padi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, LAPAN, BPS, dan BMKG Kabupaten Garut pada tahun 1982 hingga 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Garut terjadi trend peningkatan curah hujan sebesar 485 mm dan peningkatan suhu udara sebesar 0,2 oC serta pergeseran klimogram dari kiri ke arah kanan yang mengindikasikan perubahan curah hujan yang lebih besar dan perubahan suhu yang relatif kecil. Korelasi secara temporal antara curah hujan dengan luas panen dan produksi padi adalah signifikan dengan koefisien korelasi masing-masing sebesar 0,470 dan 0,385. Korelasi temporal antara suhu udara dengan luas panen, produktivitas, dan produksi padi adalah sigfinikan dengan koefisien korelasi masing-masing sebesar 0,424, 0,420 dan 0,423. Koefisien korelasi secara spasial antara curah hujan dengan produktivitas dan produksi padi di 42 Kecamatan Kabupaten Garut masing-masing berkisar antara 0,350–0,590 dan 0,390–0,794. Koefisien korelasi secara spasial antara suhu udara dengan produktivitas dan produksi padi masing-masing berkisar antara 0,572–0,648 dan antara 0,400–0,790. Fakta ini menunjukkan bahwa perubahan curah hujan dan suhu udara berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan produksi padi di Kabupaten Garut.

Page 1 of 2 | Total Record : 16