Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Kompatibilitas Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Trichoderma harzianum untuk Mengendalikan Ralstonia solanacearum pada Tanaman Kentang Marwoto, Budi; -, Hanudin; -, Hersanti; Muharam, Agus
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Dalam usaha budidaya kentang dijumpai berbagai kendala yang menekan produktivitas tanaman.  Salah satu kendala yang paling penting yaitu patogen tular-tanah yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum E. F. Smith. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa patogen ini dapat menimbulkan kehilangan hasil tanaman kentang  40–100%. Salah satu alternatif yang paling prospektif dalam mengendalikan R. solanacearum ialah dengan mengaplikasikan mikrob antagonis yang diisolasi dari alam. Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Trichoderma harzianum merupakan mikrob antagonis yang mampu mengendalikan patogen yang terbawa tanah sampai 70% dan mampu meningkatkan produksi tanaman sampai 40%. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi kompatibilitas mikrob antagonis dan dapat mengendalikan R. solanacearum pada tanaman kentang.  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, dan Laboratorium Bakteriologi Balai Penelitian Tanaman Hias,  pada bulan Maret sampai dengan Desember  2009. Dari hasil penelitian ini diperoleh dua nomor isolat bakteri yaitu P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer krisan, Segunung (Pf2), B. subtilis berasal dari IPB (Bs 12), dan satu isolat T. harzianum berasal dari Universitas Gadjah Mada (Th 1) kompatibel pada media yang banyak mengandung protein (King’s B), tetapi tidak kompatibel pada media yang banyak mengandung karbohidrat (potato dextrose agar). Indikatornya ialah indeks kompatibilitas ≤1. Aplikasi B. subtilis secara tunggal merupakan perlakuan yang paling efektif mengendalikan R. solanacearum pada kentang. Hal tersebut ditunjukkan oleh persentase penekanan perlakuan tersebut paling besar (35,27%) bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, kecuali perlakuan gabungan antara Bs 12, Pf 2, dan Th 1 yang sama-sama menunjukkan persentase penekanan sebesar 35,27%.ABSTRACT. Hanudin, Marwoto, B, Hersanti, and Muharam, A 2012. Compatibilities of Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, and Trichoderma harzianum to Control Ralstonia solanacearum on Potato.   Among the vegetable crops cultivated by farmers, potato is the most important one.  In cultivating the crop, farmers has faced many problems, the most important one is wilt disease caused by Ralstonia solanacearum E. F. Smith.   Based on the available data known that the disease reduces 40–100% of the total production.  One of the alternative methods control which was more environmentally friendly applied by the use of antagonistic microbes isolated from the soil.  Bacillus subtilis, P. fluorescens, and T. harzianum were abundance in the soil and easily be isolated from rhizosfer.  The bacteria are reported to be effective to control soilborn pathogens in the field.  Based on the preliminary research proven that the bacteria could reduce 70% of the total soilborn pathogens in the soil and increase crop production up to 40%.  The objective of  this study was to determine information of compatibilities between antagonistic microbe and bacterial wilt which had control on potato. The research  were conducted in Laboratory and  Greenhouse of the Padjadjaran University, Indonesian Vegetable Research Institute, and Indonesian Ornamental Crops Research Institute, on March to December 2009. The results showed that  isolates of P. fluorescens (Pf2), B. subtilis (Bs12),  and T. harzianum (Th1) were compatible on medium which containing protein (King’s B), but were not copmatible on medium containing carbohydrate (PDA). The indicator is compatibility index ≤1. Single application of B. subtilis  was  effective to  control  R. solanacearum on potato, suppression wilt biggest (35,27%), if compared with other treatments except combination between Bs 12, Pf 2, and Th 1 treatments was 35,27 % too. 
PELATIHAN PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI DESA TENJOLAYA DAN DESA SUKAMELANG, KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG -, Hersanti; -, Santosa, E.; -, Dono, D.
Dharmakarya Vol 2, No 2 (2013): Dharmakarya
Publisher : DRPM Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.12 KB)

Abstract

Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia dan banyak diusahakan oleh petani. Padaumumnya penduduk di Desa Tenjolaya dan Desa Sukamelang Kecamatan Kasomalang, KabupatenSubang bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu faktor penghambat dalam budi daya tanaman padiadalah serangan hama dan patogen. Pengendalian hama dan patogen yang biasa digunakan oleh petanidi kedua desa tersebut dengan menggunakan pestisida sintetik. Dampak negatif penggunaan fungisidasintentik memacu para petani untuk menggunakan jenis pestisida yang alami yaitu dengan memanfaatkantanaman dan mikroba. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petanidi Desa Tenjolaya dan Desa Sukamelang , Kecamatan Kaomalang, Kabupaten Subang dalam membuatdan mengaplikasikan pestisida alami (pestisida nabati, mikroba, dan mikroorganisme lokal) untukmengendalikan hama dan patogen pada tanaman padi. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari denganacara pemaparan jenis-jenis pestisida alami di balai Desa Tenjolaya dan pengaplikasian pestisidaalami di lahan sawah milik petani. Pelatihan diikuti 45 orang petani, Kepala Desa Tenjolaya, penyuluhpertanian, dan Perwakilan Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten Subang. Hasil pelatihan ini adalahbahwa petani yang mengikuti pelatihan tertarik dan mampu dalam membuat dan mengaplikasikanpestisida alami untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padi.Kata kunci : pestisida alami, hama, penyakit, tanaman padi, Desa Tenjolaya, Desa Sukamelang
Application of Bioameliorant and Biofertilizers to Increase the Soil Health and Rice Productivity Tualar Simarmata; . Hersanti; Tien Turmuktini; Betty N. Fitriatin; Mieke R. Setiawati; . Purwanto
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 23 No. 4 (2016): October 2016
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.97 KB) | DOI: 10.4308/hjb.23.4.181

Abstract

The major rice intensity of diseases in Indonesia was increased significantly and has caused a yield loss of up to 20–30%. The experiments had been conducted to investigate the effect of bioameliorant or composted straw (CS) combined with consortia of biofertilizers (CB) and biocontrol agent to restore the soil health and promote the induced systemic resistance (ISR) for increasing the rice productivity. The experiment arranged as randomized block design consisted of 12 treatments (0, 2.5, 5.0 and 7.5 ton of CS per ha combined with 400 g of CB and 200 g inoculant of CB + 200 g inoculant of Trichoderma sp and was provided with three replications. The experimental results revealed that application of 2.5–7.5 ton per ha of bioameliorant combined with 400 g per ha of CB and 400 g Trichoderma sp has increased the ISR and enhanced the rice productivity significantly. The brown spot, sheath rice blightand bacterial leaf blight diseases were reduced from 16.7% to 3.3–8.0%, 20% to 4–10%, 24% to 2.7–4.7% and 20.7% to 8–14.0%, respectively at 7 weeks after transplanting. In addition, the rice grain yield was increased from about 7.1 ton ha−1 to 7.9–10.1 ton per ha.
Potency of Bacillus subtilis and Lysinibacillus Mixed With Silica Nano Particles and Carbon Fiber in Controlling Potato Leaf Blight Disease [Phytophthora infestans (Mont.) de Bary] Hersanti Wartono; Fitri Widiantini; Kirana Sonya Harviana
CROPSAVER Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.821 KB) | DOI: 10.24198/cropsaver.v2i2.22473

Abstract

Leaf blight disease caused by Phytohthora infestans is one of the major diseases on potato plant. To control the disease farmers usually use synthetic fungicides. However, the excessive use of synthetic fungicides may cause negative impacts on the environment. One of the alternative control methods which is more environtmentally friendly is the use of antagonistic microbes. In this experiment, Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. were formulated with carbon fiber as a carrier and enriched with nano silica as a micro nutrient, to find out the ability of the bacteria in suppressing leaf blight disease on potato plant. The experiment was carried out in the experimental field in Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat. The experiment was arranged in the randomized block design consisted of nine treatments and four replications. Density of B.subtilis and Lysinibacillus sp. were 1011 cfu/ml. The formulation was applied 3 times, on planting, 2 weeks and 4 weeks after planting. The results showed that the application of B. subtillis and Lysinibacillus sp. were able to suppress leaf blight disease, with the disease inhibition 36,6% and 32,7% respectively. The combination treatment of B. subtilis in silica nano and carbon fiber was able to suppress leaf blight disease on potato plant higher compared to the application of bacteria without nano silica and carbon fiber, with the disease inhibition up to 51,2%.
Kompatibilitas Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Trichoderma harzianum untuk Mengendalikan Ralstonia solanacearum pada Tanaman Kentang Budi Marwoto; Hanudin -; Hersanti -; Agus Muharam
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p173-180

Abstract

ABSTRAK. Dalam usaha budidaya kentang dijumpai berbagai kendala yang menekan produktivitas tanaman.  Salah satu kendala yang paling penting yaitu patogen tular-tanah yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum E. F. Smith. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa patogen ini dapat menimbulkan kehilangan hasil tanaman kentang  40–100%. Salah satu alternatif yang paling prospektif dalam mengendalikan R. solanacearum ialah dengan mengaplikasikan mikrob antagonis yang diisolasi dari alam. Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Trichoderma harzianum merupakan mikrob antagonis yang mampu mengendalikan patogen yang terbawa tanah sampai 70% dan mampu meningkatkan produksi tanaman sampai 40%. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi kompatibilitas mikrob antagonis dan dapat mengendalikan R. solanacearum pada tanaman kentang.  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, dan Laboratorium Bakteriologi Balai Penelitian Tanaman Hias,  pada bulan Maret sampai dengan Desember  2009. Dari hasil penelitian ini diperoleh dua nomor isolat bakteri yaitu P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer krisan, Segunung (Pf2), B. subtilis berasal dari IPB (Bs 12), dan satu isolat T. harzianum berasal dari Universitas Gadjah Mada (Th 1) kompatibel pada media yang banyak mengandung protein (King’s B), tetapi tidak kompatibel pada media yang banyak mengandung karbohidrat (potato dextrose agar). Indikatornya ialah indeks kompatibilitas ≤1. Aplikasi B. subtilis secara tunggal merupakan perlakuan yang paling efektif mengendalikan R. solanacearum pada kentang. Hal tersebut ditunjukkan oleh persentase penekanan perlakuan tersebut paling besar (35,27%) bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, kecuali perlakuan gabungan antara Bs 12, Pf 2, dan Th 1 yang sama-sama menunjukkan persentase penekanan sebesar 35,27%.ABSTRACT. Hanudin, Marwoto, B, Hersanti, and Muharam, A 2012. Compatibilities of Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, and Trichoderma harzianum to Control Ralstonia solanacearum on Potato.   Among the vegetable crops cultivated by farmers, potato is the most important one.  In cultivating the crop, farmers has faced many problems, the most important one is wilt disease caused by Ralstonia solanacearum E. F. Smith.   Based on the available data known that the disease reduces 40–100% of the total production.  One of the alternative methods control which was more environmentally friendly applied by the use of antagonistic microbes isolated from the soil.  Bacillus subtilis, P. fluorescens, and T. harzianum were abundance in the soil and easily be isolated from rhizosfer.  The bacteria are reported to be effective to control soilborn pathogens in the field.  Based on the preliminary research proven that the bacteria could reduce 70% of the total soilborn pathogens in the soil and increase crop production up to 40%.  The objective of  this study was to determine information of compatibilities between antagonistic microbe and bacterial wilt which had control on potato. The research  were conducted in Laboratory and  Greenhouse of the Padjadjaran University, Indonesian Vegetable Research Institute, and Indonesian Ornamental Crops Research Institute, on March to December 2009. The results showed that  isolates of P. fluorescens (Pf2), B. subtilis (Bs12),  and T. harzianum (Th1) were compatible on medium which containing protein (King’s B), but were not copmatible on medium containing carbohydrate (PDA). The indicator is compatibility index ≤1. Single application of B. subtilis  was  effective to  control  R. solanacearum on potato, suppression wilt biggest (35,27%), if compared with other treatments except combination between Bs 12, Pf 2, and Th 1 treatments was 35,27 % too. 
Pengaruh Ekstrak Kasar Umbi Udara Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Penghambatan Koloni dan Kejadian Penyakit Akibat Alternaria solani pada Bibit Tomat Endah Yulia; Rumenda Tamariska Bangun; Tohidin Tohidin; Hersanti Hersanti
Agrikultura Vol 32, No 3 (2021): Desember, 2021
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v32i3.34683

Abstract

Alternaria solani merupakan patogen penyebab penyakit bercak cokelat pada tanaman tomat. A. solani mampu menyerang hampir seluruh bagian tanaman yaitu tangkai, batang, daun, ranting maupun buah tomat. Serangan pada benih dapat menyebabkan benih rebah, bercak atau benih menjadi busuk. Penggunaan pestisida nabati atau ekstrak tanaman untuk mengendalikan penyakit pada beberapa jenis tanaman telah banyak digunakan. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati ialah tanaman binahong (Anredera cordifolia) yang merupakan tanaman yang populer digunakan sebagai obat tradisional untuk kesehatan maupun sebagai bahan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan ekstrak kasar umbi udara binahong dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur A. solani serta menekan kejadian penyakit pada bibit tomat.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas  tujuh perlakuan (konsentrasi ekstrak 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4%; kontrol tanpa ekstrak; dan fungisida propineb 0,3%) yang diulang sebanyak empat kali. Pengujian penghambatan pertumbuhan koloni jamur A. solani dilakukan dengan teknik makanan beracun. Pengujian pada benih dilakukan dengan empat perlakuan dan lima ulangan yang masing-masing terdiri atas 25 benih tomat  dengan menggunakan teknik perendaman. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak kasar umbi udara binahong 2% mampu menghambat pertumbuhan koloni A. solani sebesar 37,22% dan menekan kejadian penyakit pada bibit tomat dengan penekanan mencapai 83,33%.
Pengaruh Kitosan Nano terhadap Penyakit Bercak Coklat (Alternaria solani Sor.) pada Tanaman Tomat Sukmono Suwignyo; Hersanti Hersanti; Fitri Widiantini
Agrikultura Vol 32, No 3 (2021): Desember, 2021
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v32i3.34954

Abstract

Penyakit bercak coklat (A. solani) dapat menyebabkan kehilangan hasil panen tomat sampai dengan 78%. Penggunaan fungisida kimia yang dilakukan oleh petani secara terus menerus dilaporkan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa penelitian melaporkan bahwa penggunaan kitosan nano dapat menghambat pertumbuhan berbagai jamur tanaman baik secara in-vitro maupun in-vivo. Selain sebagai antijamur, kitosan nano juga dapat berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kitosan nano sebagai pemacu pertumbuhan dan sebagai antijamur terhadap A. solani, penyebab penyakit bercak coklat, baik secara in vitro maupun in vivo. Percobaan yang dilakukan meliputi pengujian pengaruh kitosan nano dalam perkecambahan benih tomat dan penghambatan pertumbuhan koloni jamur A. solani secara in vitro, sedangkan secara in vivo yaitu aplikasi kitosan nano pada tanaman tomat dalam skala polibag. Rancangan acak lengkap digunakan dalam percobaan ini dengan konsentrasi dan cara aplikasi kitosan nano sebagai perlakuan. Konsentrasi yang digunakan yaitu 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm, sedangkan cara aplikasi yang digunakan yaitu perendaman benih dan penyiraman di daerah perakaran. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kitosan nano dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm mempunyai efek pemacu pertumbuhan dengan parameter persentase daya kecambah dan berat basah kecambah. Konsentrasi kitosan nano 75 ppm memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan koloni jamur A. solani tertinggi sebesar 72,7%. Pada pengujian skala polibag, konsentrasi perlakuan 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm mempunyai nilai penekanan terhadap penyakit tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Secara umum bahwa kitosan nano dengan konsentrasi yang rendah berpotensi untuk digunakan sebagai pemacu pertumbuhan benih dan antijamur terhadap A. solani, penyebab penyakit bercak coklat pada tanaman tomat.
Ketahanan Padi Transgenik DB1 terhadap Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) Nono Carsono; Irma Mangatur; Fitri Utami Hasan; Santika Sari; Nenet Susniahti; Hersanti Hersanti; Baehaki S.E. Baehaki S.E.
Agrikultura Vol 28, No 2 (2017): Agustus, 2017
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.053 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v28i2.14954

Abstract

ABSTRACTResistance of DB1 transgenic rice to the yellow rice stem borer (Scirpophaga incertulas Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)Decrease in rice production in Indonesia can be fulfilled by improving quality and quantity of rice. Rice stem borer (Scirpophaga incertulas) is an important pest that considered being detrimental to rice. The aim of this study was to determine resistance level of DB1 transgenic rice which compared to cv. Taichung-65 (wild-type), Ciherang and IR64 to the pest. Experiments were arranged in Completely Randomized Design and Randomized Block Design. The result showed that DB1 transgenic rice, Taichung-65, IR64 and Ciherang were susceptible with scale 9. The mortality of DB1 transgenic rice was not significantly different with Taichung-65, IR64 and Ciherang. The low levels of resistance in DB1 transgenic rice, Taichung-65, IR64 and Ciherang were also seen in development and growth time of S. incertulas. There was no disruption on development and growth of S. incertulas. DB1 genes were still not enough to provide maximum resistance to S. incertulas and still need to discover information of other genes that can be inserted and increase the resistance of rice to S. incertulas.Keywords: Transgenic rice, DB1 transgene, Yellow rice stem borerABSTRAKSerangan hama telah menurunkan produksi beras, salah satu hama utama di Indonesia adalah penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan padi transgenik DB1 dibanding dengan padi Taichung-65 (padi originnya), Ciherang dan IR64 terhadap penggerek ini. Pada penelitian ini dilakukan pengujian tingkat ketahanan terhadap S. incertulas pada padi yang diuji. Percobaan ditata dengan Rancangan Acak Lengkap dan Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padi transgenik DB1, Taichung-65, IR64 dan Ciherang tergolong padi berketahanan rentan dengan skala 9. Mortalitas padi transgenik DB1 tidak berbeda nyata dengan padi Taichung-65, IR64 dan Ciherang. Rendahnya tingkat ketahanan pada padi transgenik DB1, Taichung-65, IR64 dan Ciherang juga terlihat pada lama perkembangan dan pertumbuhan S. incertulas yang relatif sama, tidak tampak gangguan perkembangan dan pertumbuhan S. incertulas. Gen DB1 masih belum cukup untuk memberikan ketahanan maksimal terhadap S. incertulas. Perlu dicari sumber gen lain guna meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap S. incertulas.Kata Kunci: Padi transgenik, Gen DB1, Penggerek batang padi kuning
Pengaruh Beberapa Sistem Teknologi Pengendalian Terpadu terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Cabai Merah Cb-1 Unpad di Musim Kemarau 2015 Hersanti Hersanti; Eti Heni Krestini; Siti Afiqah Fathin
Agrikultura Vol 27, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.369 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v27i2.9987

Abstract

ABSTRAKCabai merah merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pada saat ini, Laboratorium Pemuliaan, Fakultas Pertanian, Unversitas Padjadjaran menghasilkan galur cabai merah CB-1 Unpad yang mempunyai hasil yang tinggi. Salah satu kendala budidaya tanaman cabai merah adalah adanya penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan mengkombinasikan cara-cara pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh paket teknologi pengendalian terpadu (TPT) yang tepat untuk menekan penyakit antraknosa (C. capsici) pada tanaman cabai merah. Penelitian dilaksanakan pada musim kemarau bulan Maret sampai Agustus 2015 di lahan milik petani, Dusun Cibogo, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode experimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas lima perlakuan yaitu TPT-1, TPT-2, TPT-3, TPT-4 dan sistem konvensional. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Hasil penelitian memperoleh satu paket TPT yang menunjukkan persentase kejadian penyakit antraknosa pada buah cabai yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan TPT lainnya dan sistem konvensional. Paket TPT tersebut adalah menggabungkan komponen penggunaan mulsa jerami, tumpang sari dengan bawang daun, penggunaan pupuk hayati Trichoderma spp., penggunaan pupuk NPK sebesar 40% dan penerapan manajemen pengendalian berdasarkan ambang kendali.Kata Kunci: Teknologi Pengendalian Terpadu, Antraknosa, Cabai Merah CB-1 Unpad
Kemampuan Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. dalam Silika Nano dan Serat Karbon untuk Menginduksi Ketahanan Bawang Merah terhadap Penyakit Bercak Ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif) Hersanti Hersanti; Sudarjat Sudarjat; Andina Damayanti
Agrikultura Vol 30, No 1 (2019): April, 2019
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.905 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v30i1.22698

Abstract

ABSTRACTThe ability of Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. singly or mixed, with carbon fiber and nano silica to induce resistance of shallot to purple blotchPurple blotch disease caused by Alternaria porri is one of the major disease on shallot. One of the methods that can be applied to control the disease is the use of antagonistic bacteria. Antagonistic bacteria can be used as a resistance inducer to suppress pathogen development. In this study, Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. were formulated in carbon fiber as a carrier and nano silica 3% as a complementary. This study was conducted to determine the ability of Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. singly or mixed, with carbon fiber and nano silica to induce resistance of shallot to purple blotch. The experiment was conducted at the Laboratory of Phytopathology, Departement of Plant Pest and Diseases and Ciparanje Green House, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran from December 2017 until July 2018. Suspension of Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. singly or mixed were formulated in carbon fiber 80 Mesh and 3% nano silica. The experiment used Randomized Block Design consisted of 8 treatments with 3 replications. Each replication consisted of 5 plants. The results showed that the mixture of Bacillus subtilis and Lysinibacillus sp. in 3% silica nano and carbon fiber was the ablest treatment to increase the resistance of shallot to purple blotch by 71,2%.Keywords: Antagonistic bacteria, BiocontrolABSTRAKPenyakit bercak ungu yang disebabkan oleh Alternaria porri merupakan salah satu penyakit utama pada bawang merah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengendalian yaitu menggunakan bakteri antagonis. Bakteri antagonis dapat digunakan sebagai penginduksi ketahanantanaman untuk menekan perkembangan penyakit. Pada penelitian ini, Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. diformulasikan dalam serat karbon sebagai bahan pembawa dan silika nano 3% sebagai bahan pelengkap. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. secara tunggal maupun campuran dalam serat karbon dan silika nano3% untuk menginduksi ketahanan bawang merah terhadap penyakit bercak ungu. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kaca, Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran mulai dari bulan Desember 2017 hingga Juli 2018. Suspensi Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. secara tunggal maupun campuran diformulasikan pada serat karbon dan silika nano 3%. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman. Dari hasil percobaan diketahui bahwa campuran B. subtilis dan Lysinibacillus sp. dalam silika nano 3% serta serat karbon mampu meningkatkan ketahanan bawang merah terhadap penyakit bercak ungu dengan persentase hambatan sebesar 71,2%.Kata Kunci: Bakteri antagonis, Biokontrol