cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Zuriat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 1 (2012)" : 10 Documents clear
Stabilitas Produksi Sepuluh Genotip Padi Sawah di Lahan Salin , Intan; Agus Riyanto; Noor Farid; , Suprayogi; Totok Agung D. H.
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6863

Abstract

Diversity of the physical environment which is followed by the diversity of genetic resources in agriculture in Indonesia is very wide. The potential of specific environments can be used by breeders in determining the applicability distribution of a superior new cultivars, such as releasing the rice cultivars tolerant salinity with high yield potential for a wide range of spatial and specific. We growed 10 genotypes of rice and Siak Raya as check in three locations with low to moderate levels of salinity, Kebumen (140 µc/cm-350 µc/cm), Batang (861 µc/cm-5783 µc/cm), dan Pekalongan (670 µc/cm-1416 µc/cm). Genotypes showed difference performance, which indicated diversity of agronomic characters at three location. Genotypes stability were tested refer to Eberhart and Russell (1963), UNSOED 8 is a stable genotype with higher gran yield than the total average of genotypes.
SELEKSI IN VITRO UNTUK MENDAPATKAN TUNAS PISANG AMPYANG HASIL IRADIASI GAMMA INSENSITIF FILTRAT KULTUR F. oxysporum f.sp cubense Reni Indrayanti; Nurhajati A. Mattjik; Asep Setiawan; , Sudarsono
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6868

Abstract

Pisang cv. Ampyang (Musa acuminata, AAA, subgroup non-Cavendish) merupakan jenis pisang meja, dan keberadaannya ini sudah sulit dijumpai karena diduga rentan terhadap penyakit layu Fusarium. Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan varian plantlet pisang cv. Ampyang insensitif filtrat kultur (FK) Foc melalui seleksi in vitro secara bertingkat. Pendekatan percobaan dilakukan dengan menyeleksi plantlet varian pisang hasil mutasi induksi dengan iradiasi gamma (20, 25, 30, 40, 45 dan 50 Gy) dalam media selektif mengandung FK Foc secara bertingkat (30%, 40%, 50% dan 60%). Kultur filtrat yang berasal dari cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) isolat Banyuwangi digunakan sebagai agen penyeleksi Tunas pisang in vitro yang mampu bertahan hidup dalam medium selektif diidentifikasikan sebagai tunas yang insensitif terhadap filtrat kultur Foc. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seleksi in vitro pada media selektif mengandung filtratekultur Foc 30%, belum mampu menghambat pertumbuhan tunas varian yang diseleksi. Peningkatan konsentrasi filtrat kultur Foc sampai 50% hanya mampu menghambat beberapa perlakuan plantlet varian hasil iradiasi. Penghambatan pertumbuhan tunas secara signifikan terlihat pada media selektif mengandung filtrat kultur Foc 60%, dan hasil percobaan ini diperoleh 1695 plantlet (57.7%) teridentifikasi insensitif terhadap FK Foc. Plantlet-plantlet tersebut akan digunakan sebagai plasma nutfah untuk mendapatkan klon-klon tanaman pisang cv. Ampyang resisten layu Fusarium.
PENGGUNAAN KURVA CT BIPLOT UNTUK ANALISIS DIALEL SIFAT BERGANDA PADA KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) Edizon Jambormias; Johan Marthin Tutupary; Jacob Richard Patty
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6859

Abstract

Diallel analysis of multiple traits is a comprehensive approach to evaluate general combining ability (gca), specific combining ability (sca) and reciprocal effects of parents and it crosses by involving many traits simul­taneously. Describing of cross-by-traits biplot (CT Biplot) can be used to describe the multiple traits diallel analysis. In order to improve the yield potential, four parents of the local varieties and two parents of the high yielding varieties of mungbean were evaluated their multiple traits combining ability by using Griffing Methods I. Results of the research show, there are 3 meaning sectors (MS) and 2 non-meaning sectors (NMS) of crosses and multiple traits. The parents Lasafu Lere Butsiw (LLBs) and Gelatik contained high gca in one MS which associated with traits of the grain weight, number of seeds per pod, number of seeds, number of filled seeds, number of pods, and number of filled pods (MS-1). The parents Lasafu Lere Butsiw fer Namamas (LLBfN), Lasafu Lere Butnem (LLBn), and variety No. 129 in the next MS (MS-3) related to the 100 seed weight trait, meanwhile the parent Mamasa Lere Butnem (MLB) located in another NMS, contained high gca for an ideal type of short plant. Crosses combination of Gelatik × LLBs, Gelatik × LLBfN, and MLB  × LLBn were vertex crosses on MS-1 and therefore, having high sca for the traits that mutually-correlated in the sector. In the other two MS sectors, the parents LLBn and LLBs were vertex genotype, so that crosses that have best sca were not found. Reciprocal effects can be viewed in some crosses, which LLBs × Gelatik was the cross combination with the highest reciprocal effects.
Keragaman Genetik Tiga Varietas Kelapa Genjah Kopyor asal Pati Jawa Tengah Ismail Maskromo; Hengky Novarianto; , Sudarsono
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6864

Abstract

Kelapa Genjah Kopyor asal Pati merupakan salah satu potensi kekayaaan hayati asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun demikian, informasi keragaman genetiknya masih sangat terbatas. Data keragaman genetik diperlukan untuk program perakitan kelapa kopyor unggul. Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaman tiga varietas kelapa Genjah Kopyor asal Pati, Jawa Tengah berdasarkan karakter morfologi, kualitas endosperm dan marker SSR. Penelitian lapang dilakukan di Pati sedangkan penelitian laboratorium dilakukan  di Lab. PMB-IPB, Bogor. Populasi kelapa Kopyor (Genjah Hijau, Coklat dan Kuning Kopyor) yang ada di Kecamatan Tayu, Margoyoso dan Dukuh Seti dievaluasi dalam penelitian. Untuk setiap varietas, pengamatan morfologis dilakukan terhadap 30 pohon contoh. Data morfologi didapat dihitung nilai tengah dan digunakan untuk menyusun dendogram keragaman fenotipik. Pengamatan kualitas endosperm dilakukan pada satu contoh buah kopyor per pohon contoh. Karakteristik endosperm diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk setiap varietas, analisis marker SSR dilakukan pada 10 pohon contoh dengan menggunakan lima pasang primer SSR kelapa. Data yang didapat digunakan untuk menentukan keragaman genetik populasi. Hasil pengamatan diperoleh bahwa keragaman antar tanaman dalam varietas (intra- variety) Genjah Kopyor Pati secara morfologis rendah (< 20 %). Keragaman antar varietas (inter-variety) Genjah Kopyor Pati secara morfologis tinggi (mencapai     95 %). Kulitas endosperm buah kopyor kelapa Genjah Kopyor Pati bervariasi (skor 1 – 6). Kemiripan genetik intra-variety berdasarkan marker SSR 78–100% dan inter-variety sebesar 68%.
Penampilan Hasil dan Karakter Agronomis Varietas Lokal Ubijalar Dataran Rendah Papua M. Jusuf; K. Noerwijati; J. Restuono; Abner Basna
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6860

Abstract

Ubijalar merupakan pangan pokok utama bagi suku-suku yang hidup di wilayah yang sumber pangan alternatifnya sangat sedikit seperti suku Dani di kawasan Lembah Baliem yang hampir tidak memiliki tanaman tradisional lain seperti sagu. Ubijalar tidak hanya di budidayakan di dataran tinggi (daerah pegunungan), akan tetapi juga di dataran rendah yang umumnya ditanam oleh masyarakat asli kabupaten Jayawijaya yang menetap di dataran rendah seperti di Kabupaten dan Kota Jayapura. Eksplorasi plasma nutfah ubijalar di dataran rendah Papua dilaksanakan tahun 2008 bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Papua. Dari eksplorasi tersebut telah dikumpulkan sebanyak 40 aksesi ubijalar yang berasal dari beberapa lokasi dataran rendah di kabupaten dan kota Jayapura pada ketinggian 300-500 meter diatas permukaan laut. Evaluasi potensi hasil dan karakter agronomis dari varietas lokal yang di koleksi ini dilaksanakan di tiga lokasi dataran rendah di Tumpang, kabupaten Malang, Jawa Timur pada tahun 2009, Kecamatan Waibu, Kabupaten Jayapura propinsi Papua tahun 2010 dan Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tahun 2011. Penelitian disusun menurut rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan 40 perlakuan (varietas lokal) dan ukuran petak 2m x 5m. Panjang gulud 5 meter dengan jarak tanam antar gulud 100 cm dan dalam gulud 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan lokasi berpengaruh nyata terhadap hasil dan komponen hasil. Hasil umbi tertinggi diperoleh di daerah Tumpang, kabupaten Malang, Jawa Timur, diikuti oleh lokasi Wajak, kabupaten Malang Jawa Timur dan Waibu, kabupaten Jayapura, Papua dengan rataan hasil masing-masingnya 27,6 ; 25,7 dan 22,6 t/ha. Sedangkan klon yang memberikan rataan hasil yang tinggi dan konsisten di 3 lokasi adalah Ornanining Kakurap 1, Batatas 2 dan Yoka 5 yang memberikan hasil masing-masingnya 34,1; 31,8 dan 29,9 t/ha. Kultivar lokal Sota 2 memiliki bentuk umbi yang bagus serta bentuk dan ukuran umbi yang seragam dengan rata-rata hasil 25,3 t/ha dan bahan kering umbi 32%. Varietas lokal yang memberikan hasil yang tinggi dan kualitas umbi yang baik dignakan untuk tetua persilangan untuk memperbaiki potensi hasil di dataran rendah.
KERAGAMAN GENETIK 16 PLASMA NUTFAH KENTANG HITAM (Solenostemon rotundifolius (Poir.) J. K. Morton) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI DI JATINANGOR Leni Nuraeni; Citra Bakti; Yudithia Maxiselly; Agung Karuniawan
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6865

Abstract

Kegiatan pemuliaan tanaman terhadap plasma nutfah kentang hitam di Indonesia belum berkembang Pemuliaan kentang hitam baru hanya sebatas perbanyakan dalam kultur jaringan, sedangkan untuk analisis keragaman genetik kentang hitam di Indonesia berdasarkan karakter morfologi dan karakter hasil belum pernah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang keragaman genetik pada 16 aksesi kentang hitam asal Indonesia berdasarkan karakter morfologi dan agronominya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dari bulan Oktober 2010 – Juli 2011 Materi genetik yang digunakan berupa stek dari 16 aksesi kentang hitam. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak dua kali. Keragaman yang diperoleh dari dendogram menunjukan jarak euclidian  0,71 – 3,39. Dari analisi PCA yang didapatkan bahwa terdapat 20 karakter yang mempengaruhi variasi pada populasi kentang hitam. Sedangkan pada grafik biplot  terdapat satu kelompok aksesi yang memiliki kemiripan yang jauh dari kelompok aksesi yang lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa keragaman genetik dari 16 aksesi kentang hitam luas dengan 20 karakter yang mempengaruhi variasi pada populasi kentang hitam.
Studi komparasi hasil persilangan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibesarkan di tambak payau Priadi Setyawan; Adam Robisalmi; Sri Pudji S. D.
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6861

Abstract

Potensi budidaya ikan di lahan pesisir di Indonesia sangat besar. Diperlukan ikan yang dapat tumbuh dengan baik di perairan payau. Ikan nila Nirwana (Nw) mempunyai pertumbuhan yang baik di air tawar, sedangkan ikan Mujair (Mj) dapat dibudidayakan di perairan payau. Persilangan diantara keduanya diharapkan dapat menghasilkan ikan dengan laju pertumbuhan yang baik di perairan payau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa hasil persilangan ikan Nirwana dan Mujair di tambak bersalinitas sedang 10-20 ppt. Penelitian dilaksanakan di Congot, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus-Desember 2010. Ikan yang diuji adalah hasil persilangan NwxNw, MjxNw dan NwxMj. Benih hasil pemijahan alami di air tawar diaklimatisasi 5 ppt per hari hingga 20 ppt. Pembesaran dilakukan dalam waring 5x5 m2 dengan kepadatan 10 ekor/meter. Masing-masing populasi diulang 3 kali dan dipelihara selama 5 bulan. Hasil pengujian menunjukkan rerata bobot tertinggi pada populasi NwxNw (193,62+22,53 gr) diikuti NwxMj (136,92+19,76 gr) dan MjxNw (121,23+17,92 gr). Sedangkan nilai sintasan (SR) tertinggi terdapat pada populasi MjxNw (78%) diikuti NwxMj (74%) dan NwxNw (66%). Pada akhir pemeliharaan persilangan NwxNw mempunyai rerata biomassa tertinggi (31.947 gr), diikuti NwxMj (25.467 gr) dan MjxNw (23.640 gr). Hal ini mengindikasikan ikan nila Nirwana dapat dibudidayakan pada perairan bersalinitas sedang dengan keragaan pertumbuhan terbaik diantara populasi uji lainnya.
Pemanfaatan marka gen OsIRT1 untuk seleksi galur populasi silang ganda turunan padi lokal Markuti toleran cekaman keracunan Fe Marjam Toding; Dwinita W. Utami
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6866

Abstract

Keracunan Fe adalah salah satu cekaman abiotik yang dapat secara nyata mempengaruhi produksi padi, terutama pada lahan basah marginal. Keracunan Fe dapat menurunkan produksi padi 60% hingga 90% pada daerah podzolik merah kuning. Mekanisme toleransi keracunan Fe pada tanaman padi salah satunya diperankan gen OsIRT1 (O. sativa Regulated Transporter). Peta genetik dari gen ini terdapat pada kromosom 7, pada posisi 47,787-52,212 Mb, yaitu memanjang pada contig AP004297 dan lokus MSU Osa1 :  LOC_Os07g01090. Salah satu aksesi plasma nutfah padi lokal tepilih berdasarkan hasil penelitian dengan pendekatan allele mining adalah Markuti(Indica, IRN:) yang diketahui memiliki alel gen OsIRT. Plasma nutfah tersebut telah digunakan sebagai material genetik persilangan ganda dengan varietas terseleksi Bio110 (IR54/Parekaligolara//Bio110/Markuti), dalam program pembentukan galur-galur harapan padi baru toleran cekaman biotik (tahan penyakit BLB dan Blas) dan abiotik (toleran keracunan Fe dan kahat P). Tujuan dari penelitian ini adalah: menguji keragaan sifat ketahanan galur-galur populasi F2 hasil silang ganda (IR54/Parekaligolara//Bio110/Markuti) terhadap cekaman keracunan Fe, berdasarkan pengujian phenotyping di rumah kaca dan genotyping menggunakan marka molekular spesifik penanda gen OsIRT1. Uji keragaan fenotipe dilakukan dengan menguji respon 88 total tanaman F2 yang ditanam dengan kondisi Fe tinggi (tanah masam-tergenang). Sedangkan keragaan genotipe dilakukan dengan menganalisis PCR populasi di atas menggunakan marka spesifik penanda  gen OsIRT1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keragaan galur-galur F2 hasil silang ganda (IR54/Parekaligolara//Bio110/Markuti) terdapat 68 tanaman bersifat toleran (skor 2-3), 11 tanaman bersifat sedang (skor 5) dan 9 tanaman bersifat rentan (skor 7). Sedangkan keragaan genotipe berdasarkan analisis PCR menggunakan marka OsIRT1 menunjukkan segregasi dengan tipe: 0,1 dan 2 yang berturut-turut co-segregasi dengan sifat : peka, sedang dan toleran.   
Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa Cabai Lokal dan Introduksi dan Keragaan Daya Hasilnya Abdul Hakim; Muhamad Syukur; , Widodo
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6862

Abstract

Penyakit yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai di Indonesia adalah antraknosa. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotipe tanaman cabai yang tahan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dan memiliki daya hasil tinggi. Penelitian ini dilakukan di lapangan dan laboratorium, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu faktor dan dua ulangan. Isolat Colletotrichum acutatum yang digunakan adalah BGR 027, PYK 04 dan BKT 05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe IPB C15 memiliki ketahanan paling baik terhadap tiga isolat Colletotrichum acutatum. Genotipe ini merupakan salah satu sumber untuk sifat ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa dan berpotensi untuk dijadikan tetua donor untuk sifat tersebut. Genotipe IPB C14, IPB C15, IPB C128, IPB C129, dan IPB C131 merupakan genotipe yang memiliki bobot buah per tanaman yang tinggi. Genotipe introduksi lebih mendominasi untuk sifat ketahanan dan keragaan daya hasil daripada genotipe lokal. Dengan demikian perlu dilakukan eksplorasi untuk mendapatkan genotipe lokal yang tahan antraknosa dan berdaya hasil tinggi
KERAGAAN BEBERAPA AKSESI TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annus L.) PADA CEKAMAN KEKERINGAN Noer Rahmi Ardiarini; Mochammad Roviq; Aniek Herwati
Zuriat Vol 23, No 1 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i1.6867

Abstract

Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) adalah tanaman yang mempunyai potensi besar dikembangkan di Indonesia khususnya di lahan kering. Lahan kering mempunyai faktor pembatas berupa kurangnya air pada wilayah tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan informasi tentang tanaman bunga matahari yang toleran terhadap kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sifat-sifat anatomi, morfologi, dan agronomi 10 aksesi bunga matahari untuk digunakan sebagai penanda toleransi pada cekaman kekeringan. Aksesi bunga matahari yang digunakan adalah koleksi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) yang terdiri dari aksesi HA01, HA12, HA21, HA22, HA25, HA26, HA28, HA44, HA45 dan HA50. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Jatikerto Universitas Brawijaya Malang. Kebun ini berada pada ketinggian sekitar 300 m dari permukaan laut. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama: 100% Kapasitas Lapang (KL) dan Faktor kedua 40% Kapasitas Lapang (KL). Hasil penelitian menunjukkan  bahwa kondisi cekaman kekeringan mengakibatkan peningkatan kerapatan bulu daun, kerapatan stomata daun. Penurunan terjadi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun dan produksi biji. Aksesi yang memiliki tingkat toleransi tertinggi yaitu aksesi HA45. Aksesi ini ialah aksesi yang toleran terhadap cekaman kekeringan karena didukung oleh karakter penciri hasil yang toleran yaitu kerapatan bulu yang tinggi , diameter batang yang besar dan luas daun yang sempit serta mempunyai hasil biji bernas yang lebih tinggi dibandingkan aksesi yang lainnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 10