cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Geologi Kelautan: Media Hasil Penelitian Geologi Kelautan
ISSN : 16934415     EISSN : 25278851     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geologi Kelautan (JGK), merupakan jurnal ilmiah di bidang Ilmu Kebumian yang berkaitan dengan geologi kelautan yang diterbitkan secara elektronik (e-ISSN: 2527-8851) dan cetak (ISSN: 1693-4415) serta berkala sebanyak 2 kali dalam setahun (Juni dan Nopember) oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 284 Documents
KECEPATAN PENGANGKATAN PULAU BUTON DAN JEJAK PERUBAHANMUKA AIR LAUT DI ZAMAN KUARTER Prijantono Astjario; D.A. Siregar
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 1, No 2 (2003)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.502 KB) | DOI: 10.32693/jgk.1.2.2003.96

Abstract

Beberapa indikasi menunjukan adanya jejak muka laut cukup tinggi di zaman Kuarter, ketinggiannya mencapai ±250 meter diatas muka laut masa kini, ditemukan pada kawasan pantai Tira hingga Tanjung Labokeh, Buton bagian selatan. Jejak tersebut terrekam pada permukaan terumbu karang yang membentuk undak laut di kawasan pantai Buton Selatan. Tujuh buah hasil pentarikhkan Radiokarbon memberikan tiga contoh berumur 1500 hingga 3000 tahun dan contoh terumbu karang lainnya berumur lebih tua dari 40.000 tahun sebelum saat ini. Runtunan data Radiokarbon secara garis besar menunjukan kesesuaian dengan perubahan muka laut pada zaman Kuarter yang telah di prakirakan oleh teori astronomi perubahan cuaca masa lalu. Jika dibandingkan data Radiokarvbon dengan data urutan undak laut menunjukan bahwa rata-rata aktivitas tektonik pengangkatan dikawasan pantai Tira hingga Tanjung Labokeh adalah 0,7 = 0,8 mm/tahun. Pengangkatan rata-rata Pulau Buton tampak lebih cepat dari Pulau Muna akibat adanya sesar aktiv diantara kedua pulau tersebut. Several indicators of a slightly higher Quaternary sea-level, reaching about ± 250 meters above the present situation have been found along the coastas of Tira to Cape Labokeh. South Buton. They are corrals in growth position on the surface of reef platform of South Buton. Seven Radiocarbbon datings have provided ages of three samplewsa are 1500 to 3000 and the other four samples are more older than 40.000 years BP. The Radiochronological data are thus broadly consistent with the timing of sea-level fluctuations predicted by the astronomical theory of paleoclimates. Comparision with the data from terraces sequences and from Radiocarbon dating records indicates that the average tectonic uplift rate at Tira and Cape Labokeh, South Buton is on the order of 0,7 – 0.8 mm / years. The uplift rate of Buton is more faster than Muna because of the active fault in between.
PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN Sahudin Sahudin; Subarsyah Subarsyah
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.97 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.3.2012.224

Abstract

Metode Tie-line levelling adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menghilangkan perbedaan data karena pengaruh perbedaan waktu pengukuran sehingga lintasan-lintasan survey dengan lintasan-lintasan pengikat (Tie lines) dititik yang sama akan memiliki nilai yang sama ketika berpotongan. Persyaratan utama metode ini yaitu keterdapatan data yang berpotongan yang berfungsi sebagai titik ikat, sehingga dalam setiap survey disarankan selalu melakukan pengambilan data dengan lintasan yang memotong lintasan-lintasan utama. Metode Tie-line leveling cukup efektif diterapkan sebagai alternatif pengganti koreksi variasi harian dalam pengolahan data magnit apabila pengukuran variasi harian tidak dapat dilakukan karena area survey yang terlalu jauh dari lokasi base station. Kata kunci : Anomali magnet total, metode tie-line leveling, koreksi. Tie-line leveling method is a technique used to adjust the data along each survey line so that survey lines and tie lines will have the same values where they intersect. The main method is that have intersection data that used as tie line, so that in each survey data suggested always have taking crossline that cuts survey lines. Tie-line leveling method is effective applied as the alternatif for substitute correction of daily variations in magnetic processing data when daily variation measurements cannot be done because survey area is too large from the base station. Keywords : Total field anomaly, tie-line leveling, correction
GUNUNGAPI DAN KEGIATAN HIDROTERMAL BAWAHLAUT DI PERAIRAN SULAWESI UTARA: MINERALISASI DAN IMPLIKASI TEKTONIK Haryadi Permana; Pirlo M.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1670.708 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.2.2008.151

Abstract

Ekspedisi kelautan IASSHA (Indonesia Australia Survey for Submarine Hydrothermal Activity) 2003 di kawasan perairan kepulauan Sangihe, Sulawesi utara telah mengidentifikasi Kawio Barat sebagai gunungapi bawahlaut dan indikasi kegiatan hidrotermal bawahlaut antara lain di Roa, Naung dan Banua Wuhu. Kegiatan gunungapi Kawio Barat dicirikan oleh anomali transmisi cahaya akibat adanya influk fluida (plume) pada airlaut dan tingginya kandungan gas metan dalam airlaut yang berhubungan dengan tingginya kandungan mangan. Kamera bawahlaut merekam koloni dari polychaete (“tube worms”) yang tumbuh pada batuan dimana gas metan muncul. Gejala mineralisasi pada batuan dicirikan adanya diseminasi pirit dan markasit pada batuan. Indikasi hidrotermal gunung Roa dicirikan adanya tingginya kandungan gas metan dalam airlaut sekitar puncak bukit sedangkan gejala aktivitas hidrotermal gunungapi Naung teridentifikasi berdasarkan tingginya kandungan gas metan dalam airlaut. Batuan penutup perbukitan Naung berupa andesit, batuapung dan breksi andesit. Perbukitan bawahlaut Banua Wuhu kemungkinan sebagai kawah parasit bawahlaut, terletak dilereng barat pulau gunung tidak aktif Mahengetang. Aktivitasnya ditunjukan oleh anomali lemah kekeruhan airlaut. Mineral ubahan berupa lempung, karbonat, klorit dan opak. Batuan terubah mengandung mineral halus pirit dan noda-noda kalkopirit. Kata Kunci: Gunungapi bawahlaut; hidrotermal, transmisi cahaya, influk fluida, gas metan, mangan, koloni dari polychaete, diseminasi pirit dan markasit, kawah parasit. The 2003 IASSHA (Indonesia Australia Survey for Submarine Hydrothermal Activity) expedition at Sangihe islands waters, North Sulawesi has identified the submarine volcano of Kawio Barat and also observed hydrothermal activities at Roa, Naung and Banua Wuhu. The activity of Kawio Barat volcano is characterized by light transmission anomaly with correlated to fluids influx (plume) and higher methane gas in sea waters correlates to higher manganese content. A submarine camera grab recorded a polychaete (“tube worms”) colony that growth on the rock where a methane gas seep. The pyrite disemination and marcasite indicates rocks mineralization. The Roa and Naung hydrothermal activities indicated by higher content of methane gas in sea water. The Naung volcano is covered by andesite, pumice and andesite breccia. The Banua Wuhu hill is possibly as a parasitic cone of active Mahengetang volcano. The weak anomaly transmissometer of sea water indicates a hydrothermal activity. The alteration mineral are clay, carbonate, chlorite and opaq mineral with fine mineral of pyrite and chalcopyrite. Keywords: Submarine volcano, hydrothermal, light transmission, fluids influx, methane gas, manganese, polychaete colony, pyrite dissemination and marcasite, parasitic cone.
PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU PUTRI – KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT TAHUN 2000 – 2016 Nineu Yayu Geurhaneu; Trimuji Susantoro
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1931.682 KB) | DOI: 10.32693/jgk.14.2.2016.276

Abstract

Penelitian perubahan garis pantai pulau Putri, Kota Batam dilakukan dengan menganalisis data citra satelit tahun 2000-2016. Garis pantai Pulau Putri merupakan lokasi penting dan titik pangkal untuk pengukuran wilayah perairan territorial Indonesia. Upaya penanaman bakau di sekeliling pulau Putri  telah dilakukan namun belum berhasil dengan baik karena adanya limbah minyak dan kondisi karangnya pun telah rusak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi hilangnya Pulau Putri berdasarkan perubahan garis pantai dan luasannya. Metode survei lapangan dilakukan secara sampel tetap, analisis pengolahan data penginderaan jauh menggunakan teknik komposit warna RGB dan Fusi dengan metode transformasi Brovey. Sedangkan interpretasi garis pantai dilakukan secara visual melalui digitasi pada layar. Pada kegiatan lapangan dilakukan pengukuran pasang surut dan arus laut untuk mendukung analisis perubahan garis pantai Pulau Putri. Kondisi perairan sekitar Pulau Putri memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda dengan kecepatan arus 1,2 - 0,765 m/dtk. Kecepatan arus tersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, pada saat menjelang surut kecepatan arus menjadi cukup tinggi dan cenderung tenang pada saat air kondisi surut minimum menuju pasang dan saat surut. Perubahan garis pantai dan luas wilayah di Pulau Putri mulai signifikan dari tahun 2013-2016. Pada tahun 2000 luas Pulau Putri sekitar 131.374 m2 kemudian luas tersebut terus berkurang, dan pada tahun 2016 luasnya hanya sekitar 24.266m2 yang disebabkan adanya abrasi. Abrasi terjadi hampir di sekeliling pulau namun yang paling terkena abrasi terutama di sebelah utara.Kata kunci: citra satelit, garis pantai, abrasi, Pulau Putri.Coastline changes of Putri island  is located in Batam city performed in this study by analyzing satellite image data in 2000-2016. The coastline on the Putri Island is an important location and the starting point for measuring the territorial waters of Indonesia. Mangrove planting efforts around the Island Princess has been done but has not worked well for their waste oil and condition of reefs had been damaged. The purpose of this study to identify the potential of loss Putri Island by coastline and area changes. Field survey method is based on purposive sampling, the analysis of remote sensing data processing using RGB color composite techniques and fusion with Brovey transformation method. While the interpretation of the coastline done visually through digitization on a screen. The fieldwork was conducted measurements of tidal and ocean currents to support the analysis of changes in the coastline of the Putri Island. Condition in the Putri island waters area has a mixed tide prevailing semidiurnal tidal type and current speed between 1.2 - 0.765 m/s. The current speed tends to be influenced by tidal conditions, at the time before the tidal ebb current speed and tends to be quite at the time the water receded minimum conditions to the tide and at low tide. Coastline changes and area on the Island Princess significant begin of the year 2013- 2016. In 2000 Putri island area of about 131 374 m2 and then such broad steadily decreasing, and in 2016 an area of only about 24.266 m2 caused the abrasion. Abrasion occurs almost around the island but the most exposed to abrasion, especially in the northern.Keywords : satellite image, coastline, abrasion, Putri island
KARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR Hananto Kurnio; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 1 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.926 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.1.2005.119

Abstract

Fenomena menarik sedimen permukaan sungai dan laut dalam kajian alur transportasi batubara di daerah Teluk Adang Kabupaten Kuaro Kalimantan Timur menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan tekstur, sebaran dan komposisi fraksi. Perbedaan-perbedaan tersebut dicoba diidentifikasi melalui tampilan-tampilan diagram histogram; posisi geografis dari contoh-contoh juga dapat membantu identifikasi perbedaan-perbedaan tersebut. Dari tampilan histogram tampak bahwa fraksi lanau dominan tersebar ke arah lepas pantai sedangkan fraksi pasir cenderung dominan ke arah sungai. Contoh sedimen dari tengah sungai cenderung berpola unimodal sedangkan sedimen tepi sungai lebih berpola bimodal dan polimodal. Kandungan material organik yang terlalu tinggi merupakan kendala untuk identifikasi rejim pengendapan karena pola histogramnya tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan sedimen hasil perangkap sedimen menunjukkan sistem pengendapan suspensi dari dominannya fraksi halus lanau. An interesting phenomenon of river and marine surficial sedimens in coal transportation channel studies in the area of Adang Bay, Kuaro Regency showed differences of texture, distribution and fraction compositions. The differences were tried to be identified through features of histogram diagrams; while geographical positions can also assist in identification of the differences. From histogram features revealed that silt fraction dominant to offshore while sand fraction distribute more to the direction of the river. Middle river samples tend to unimodal pattern compared to the riverside which show bimodal and polymodal. The very high contents of organic material is a constraint for identification of sedimenation regime due to improper histogram patterns. On the other hand, sedimen trap sedimens demonstrate suspension depositional system through recognition of silt dominances.
POLA ANOMALI GAYABERAT DAERAH TALIABU-MANGOLE DAN LAUT SEKITARNYA TERKAIT DENGAN PROSPEK MINYAK BUMI DAN GAS Saultan Panjaitan; Subagio Subagio
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1509.373 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.2.2014.247

Abstract

Anomali gayaberat di daerah penelitian merupakan anomali tertinggi di Indonesia, secara umum dikelompokkan ke dalam 2 (dua) satuan, yaitu: kelompok anomali gayaberat 160 mGal hingga 260 mGal membentuk pola rendahan/cekungan anomali, dan kelompok anomali gayaberat 260 mGal hingga 620 mGal membentuk pola tinggian anomali. Anomali sisa 0 mGal hingga 5 mGal membentuk tinggian anomali, diduga merupakan gambaran antiklin dengan diameter 10 – 15 kilometer. Perangkap struktur migas di daerah Minaluli, Madafuhi dan Lekosula Pulau Mangole berdekatan dengan lokasi rembesan migas, sehingga diusulkan untuk dilakukan pemboran eksplorasi. Sedangkan di Pulau Taliabu, Tolong, Pena, Samuya dan Teluk Jiko masih perlu dilakukan penambahan data. Batuan reservoir terdiri dari batupasir dan batugamping Formasi Tanamu berumur Kapur Akhir, menempati daerah beranomali sisa 0 mGal hingga 5 mGal, dengan rapat massa batuan sekitar 2.65 gr/cm³. Batuan induk adalah Formasi Buya umur Jura Tengah - Jura Akhir dari serpih hitam dengan rapat massa 2.71 gr/cm³, dan dapur migas terbentuk di sekitar daerah beranomali sisa -4 mGal hingga -28 mGal yang membentuk sub-cekungan di utara lepas pantai Pulau Mangole. Kata kunci: gayaberat, dapur minyak, cekungan, migas, serpih hitam, anomali sisa, rapat massa, antiklin, batuan induk. The gravity anomaly of research area is the highest anomaly in Indonesia, generally it can be grouped into 2 (two) units, that are 160 mGal up to 260 mGal anomaly groups formed low anomaly pattern, and 260 mGal up to 620 mGal anomaly groups formed high anomaly pattern. 0 mGal to 5 mGal residual anomaly formed high anomaly pattern, it is interpreted as anticline with diameter are 10-15 kilometers. The trap oil and gas structures of this area at Minaluli, Madafuhi, and Lekosula are near the location of oil and gas seepage, that is propose to explore and drill in that area. Whereas in Taliabu Island, Tolong, Pena, Samuya, and Jiko Gulf still need increasing datas. Reservoir rocks consist of sandstones and limestones of Tanamu Formations were Late Cretaceous age, that occupied the location of 0 mGal to 5 mGal residual anomaly with density 2.65 g/cm ³. Hostrock are Buya Formation are Middle Jurassic - Late Jurassic from black shales with density 2.71 g/cm³, and kitchen oil were formed in the area - 4 mGal to -28 mGal residual anomaly that formed low anomaly in the northern offshore of Mangole Island. Keyword: gravity, oil kitchen, basin, oil and gas, black shales, recidual anomaly, density, anticline, hostrocks.
APLIKASI METODE SWEETNESS DAN SPECTRAL DECOMPOSITION UNTUK IDENTIFIKASI AWAL POTENSI HIDROKARBON DI PERAIRAN UTARA BALI Shaska Ramadhan Zulivandama; G.M. Hermansyah; Egie Wijaksono
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1941.051 KB) | DOI: 10.32693/jgk.16.1.2018.401

Abstract

Semakin menipisnya cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia mendorong kita untuk terus melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi hidrokarbon di Perairan Utara Bali sehingga bisa menambah data sumberdaya minyak dan gas bumi yang dimiliki Indonesia. Hubungan antara frekuensi dengan batuan yang tersaturasi fluida dapat mengindikasikan keberadaan hidrokarbon. Metode sweetness dan spectral decomposition merupakan metode yang memanfaatkan analisis pada domain frekuensi dan tidak bergantung kepada panjang offset lintasan sesimik yang merupakan permasalahan utama saat melakukan akuisisi data seismik di laut. Hasil penelitian ini menunjukkan metode atribut sweetness dapat mengidentifikasi keberadaan hidrokarbon memiliki nilai sebesar 1600 – 2200 dimana nilai ini sangat bergantung dengan nilai amplitudo dan frekuensi pada daerah penelitian. Sementara itu keberadaan potensi hidrokarbon pada metode spectral decomposition ditunjukkan oleh nilai frekuensi 30 Hz. Baik metode atribut sweetness ataupun spectral decomposition dapat mengidentifikasi keberadaan hidrokarbon di Perairan Utara Bali.Kata kunci: Seismik, Sweetness, Spectral Decomposition, Hidrokarbon The decreasing of oil and gas reserves in Indonesia impelling us to expand our oil and gas exploration activities. This study was conducted to identify hydrocarbon in the North Waters of Bali so Indonesian oil and gas resources will be augmented. The relationship between frequency and fluid saturated rocks can indicate the presence of hydrocarbon . Sweetness and spectral decomposition is a frequency domain based method and does not depend on the length of offset of the seismic trajectory which is a major problem when acquiring seismic data at sea. The results of this study show that the attribute method of sweetness can identify the presence of hydrocarbons at ranged values between 1600 – 2200, these values depend on the value of amplitude and frequency of the research area. On the other hand, potential of the presence of hydrocarbon identified by the spectral decomposition method is indicated by certain frequency (30 Hz). So from our results both attribute, sweetness and spectral decomposition can identify the presence of hydrocarbons in the North Bali’s Sea.Keywords: Seismic, Sweetness, Spectral Decomposition, Hydrocarbon
SEDIMEN SEBAGAI ARSIP PERUBAHAN LINGKUNGAN Praptisih Praptisih; Yudawati Cahyarini
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.011 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.1.2012.215

Abstract

Perubahan lingkungan di wilayah pesisir teluk Jakarta akan berpengaruh pada kualitas lingkungan perairan di Teluk Jakarta. Hal tersebut akan terekam oleh inti bor sediment yang terdapat di Teluk Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk meneliti perubahan pola sedimentologi dari conto inti bor sedimen dari teluk Jakarta. Dalam studi pendahuluan ini dilakukan analisis LOI untuk mengetahui kadar material organik dan juga analisis mikropaleontologi Hasil analisis pada Bor GC 21 menunjukkan adanya korelasi yang baik antara peningkatan kadar material organic dan penurunan kadar karbonat dengan perubahan kandungan fosil. Meningkatnya kandungan foraminifera plankton pada kedalaman 13-14 cm diikuti menghilangnya ostracoda pada kedalaman 12-13 cm kemungkinan berkaitan dengan letusan Krakatau 1883. Kata Kunci : sedimen, inti bor, lingkungan, Teluk Jakarta. The environtmental changes around Jakarta coastal area will influence the environmental quality of Jakarta bay waters. Marine sediment core in the Jakarta bay will records these changes. This preliminary research will study the sedimentology pattern of marine sediment located at Jakarta bay. In this study LOI sediment core will be analysed for LOI and micropaleontology. The result from core GC 21 shows that increasing material organic content coincide with decreasing the content of carbonate and microfossil. Increasing foraminifera plankton at 13-14 cm depth coincide with disappearance of ostracode at 12-13 depth, this suppose that related to the Krakatau eruption on 1883. However the further research is still required to convince the result. Keywords : sediment, core bor, environment, Jakarta Bay
STUDI POTENSI MIGAS DENGAN METODE GAYABERAT DI LEPAS PANTAI UTARA JAKARTA Saultan Panjaitan; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 8, No 1 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1362.637 KB) | DOI: 10.32693/jgk.8.1.2010.183

Abstract

Anomali Bouguer dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu: Anomali gayaberat rendah terbentuk pada kisaran nilai 15 mGal hingga -40 mGal sebagai rendahan sinklin. Anomali gayaberat tinggi terbentuk pada kisaran nilai 40 mGal hingga 60 mGal sebagai tinggian antiklin. Formasi batuan dari atas hingga bawah sebagai berikut: Formasi Cisubuh rapat massa batuan 2.5 gr/cm³ ketebalan pada penampang ±1400 meter. Formasi Parigi rapat massa batuan 2.7 gr/cm³ ketebalan ± 400 meter. Formasi Cibulakan rapat massa batuan 2.6 gr/cm³ ketebalan ± 1600 meter. Formasi Jatibarang rapat massa 2.8 gr/cm³ ketebalan ± 1000 meter. Batuan reservoir didominasi lensa-lensa batupasir Formasi Cibulakan Atas, Cibulakan Bawah serta batugamping Formasi Parigi dan batupasir Formasi Talangakar. Batuan induk migas adalah serpih lakustrin halus Anggota Cibulakan Bawah (Formasi Talang Akar). Tinggian batuan reservoir pada anomali sisa antara 0 mGal hingga 16 mGal dan kedalaman pada penampang ± 1500 meter dengan rapat massa batuan 2.7 gr/cm³ Sesar normal terbentuk arah Utara-Selatan dan sesar naik arah Timur-Barat dikontrol oleh pematahan bongkah pada batuan alas metamorf dengan rapat massa 3.0 gr/cm³. Kata kunci: gayaberat, antiklin, anomali sisa, lepas pantai. Bouguer anomaly can be grouped into two parts: Low Gravity anomaly formed at 15 mGal to 40 mGal as syncline lower. High gravity anomaly formed at 40 mGal to 60 mGal as anticline high. Rock formation from the top to the bottom as follows: Cisubuh Formation rock of density with 2.5 gr / cm³ thickness at section of ± 1400 metre. Parigi Formation rock density of 2.7 gr / cm³ thicknees ± 400 metre. Cibulakan Formation density with 2.6 gr / cm³ thickness ± 1600 metre. Jatibarang Formation with density 2.8 gr / cm³ of thickness ± 1000 metre. Reservoir rock is dominated by lens of sandstone upper Cibulakan Formation, Lower Cibulakan and also Parigi Formation limestone and Talangakar Formation sandstone. Sourced rock of oil and gas from shales lacustrine of Cibulakan Lower or Talang Akar Formation. High Rocks reservoir at recidual anomaly range from 0 mGal to 16 mGal at section deepness ± 1500 metre with density of 2.7 gr / cm³, formed by normal fault of Northern-Southern direction and reverse fault Eastern-Western direction controlled by block faulting metamorphics bedrock with density of 3.0 gr / cm³. Keywords: gravity, anticline, recidual anomaly, offshore.
JENIS DAN SEBARAN SEDIMEN DI PERAIRAN PAPELA DAN SEKITARNYA, ROTE-NDAO, NUSA TENGGARA TIMUR Deny Setiady; Udaya Kamiludin; Nienu Yayu Gerhaneu
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 3 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2043.916 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.3.2015.270

Abstract

Daerah Penelitian terletak di perairan Papela dan sekitarnya yang merupakan bagian dari Selat Rote yang secara administratif merupakan wilayah dari Kabupaten Rote-Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di daerah penelitian pada 40 lokasi telah dilakukan pengambilan sedimen dasar laut dengan pemercontoh comot, deskripsi megaskopis dan analisis besar butir. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis sedimen, sebaran sedimen dan lingkungan pengendapannya. Berdasarkan hasil analisis besar butir nomenklatur sedimen di daerah penelitian dijumpai 4 jenis sedimen yaitu: kerikil, pasir, pasir lanauan, lanau pasiran dan lanau. Sebaran kerikil terdapat di dua tempat, yaitu di utara dan selatan tepian daerah penelitian.Sebaran pasir mencapai kurang lebih 30 % dari luas perairan penelitian, pasir lanauan menutupi kurang 5 % dari luas perairan penelitian, lanau pasiran mempunyai sebaran kurang lebih 30 % dari luas perairan daerah penelitian dan sebaran lanau terdapat di muka muara sungai bagian dalam Teluk Papela dengan tutupan kurang lebih 5 % dari luas perairan penelitian.Kata kunci Sedimen permukaan dasar laut, analisis besar butir, sebaran sedimen, perairan Papela The study area is located in Papela waters area and that is part of the Rote Strait, administratively is a region of Rote-Ndao regency, East Nusa Tenggara Province. The method of research conducted is sampling seafloor sediments, megaskopis description and analysis of the grain size. The study area is located in Papela waters area and that is part of the Rote Strait, administratively is a region of Rote-Ndao regency, East Nusa Tenggara Province. The method of research conducted is sampling seafloor sediments, megaskopis description and analysis of the grain size. The purpose of research is the grain size analysis of seabed surface sediment to determine the type of sediment, sediment distribution and depositional environment. Based on nomenklature sediment grain size analysis result in the study area was found four types of sediments , there are: gravelly, sand, silty sand, sandy silt and silt Distribution of gravel found in two places, namely on the north and south banks of the study area. Distribution of sand reaches approximately 30% of the water area of research, silty sand covering approximately 5% of the water area of research, sandy silt has spread approximately 30% of the total water area of research and distribution of silt contained in the inner face of the Gulf estuaries Papela with cover approximately 5% of the water area of research. Keywords: Surficial sediment, grain size analysis, sediment distribution, Papela Waters

Page 2 of 29 | Total Record : 284