cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sukma: Jurnal Pendidikan
Published by Yayasan Sukma
ISSN : 25485105     EISSN : 25979590     DOI : -
Core Subject : Education,
SUKMA: Jurnal Pendidikan is an academic journal bi-annually published in Indonesia. It covers issues related to education in general: teacher, student, school management, curricula, teaching methods, teaching evaluations, education best practices, learning materials, et cetera.
Arjuna Subject : -
Articles 94 Documents
ADOPTION OF INTERNATIONAL EDUCATION POLICY IN INDONESIA: Impact to Teacher Education and Professional Development Zen, Satia Prihatni
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02202.2018

Abstract

The paper discussed the implication of adopting international education policy in Indonesia through international development aid and funding. Specific implications to teacher education and teacher professional development was discussed by analyzing two education reforms enacted in 1980 to 1990’s. The paper describes implementation processes and challenges faced by the programs from local dynamics especially on how social, political and historical influence teacher identity as well as teaching culture. The implications to school, district as well as national policy was discussed in light of uniformity of educational system by dissemination of best practices and model of education through aid and other cooperative projects. Local responses to international education policy is increasingly relevant to ensure education reform will respond local needs and sensitive to local context.Artikel ini mendiskusikan implikasi dari mengadopsi kebijakan international di Indonesia melalui dana dan bantuan international. Khususnya, dampak pada pendidikan guru dan perkembangan professional guru dikaji melalui dua program pendidikan yang diterapkan pada tahun 1980-an hingga 1990-an. Deskripsi dari pelaksanaan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi program tersebut dilihat dari konteks local dimana pengaruh social, politik dan sejarah mewarnai konsepsi identitas guru serta budaya pengajaran di sekolah. Implikasi pada kebijakan sekolah, pemerintah local dan nasional dimana kecenderungan akan penyeragaman system pendidikan terjadi melalui kerjasama dan bantuan juga dijabarkan. Artikel ini menekankan pentingnya respon local yang relevan terhadap penerapan kebijakan pendidikan internasional agar sensitive terhadap kebutuhan dan konteks local itu sendiri.
Adolescents’ Identity Formation as Learners in Sukma Bangsa School Pidie, Aceh, Indonesia Nurhayati, Nurhayati; Dewi, Ratna Sari; Ropo, Eero; Räihä, Pekka
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01202.2017

Abstract

This study aimed to explore how adolescents performed towards their identity as learners in Sukma Bangsa School Pidie (SBP) through a phenomenographic approach. More specifically, the research had purpose to understand the way adolescents construct their learning identity in a school environment. The findings suggested that there were variations in the way adolescents experienced their learning identity that might encourage them to achieve different degrees of motivation, self-perceptions (self-efficacy, self-concept, and self-esteem), autonomy, and self-development towards their identity as learners. In this study, students exhibited a high level of self-efficacy and self-development, an average level of self-esteem and autonomy, and close to an average level of self-concept and motivation in constructing their identity as learners. The students also revealed that the highest accomplishment of their experiences was in showing their confidence towards learning attitude, whereas the lowest one was in adult attachment. Adult attachment therefore is pivotal to moderate students who have either low willingness to study or low self-conception.[Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pembentukan identitas remaja sebagai peserta didik di Sekolah Sukma Bangsa Pidie (SBP) melalui pendekatan fenomenografi. Lebih khusus lagi, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana remaja membangun identitas pembelajaran mereka di lingkungan sekolah. Temuan menunjukkan adanya variasi cara remaja membentuk identitas mereka, yang mendorong mereka mencapai tingkat motivasi, persepsi diri (self-efficacy, self-concept, dan self esteem), otonomi, dan pengembangan diri yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa menunjukkan tingkat self-efficacy dan self-development yang tinggi, tingkat self-esteem dan otonomi yang rata-rata serta konsep diri dan motivasi mendekati tingkat rata-rata. Pengalaman siswa yang paling tinggi menunjukkan kepercayaan diri terhadap sikap belajar, sedangkan yang terendah menunjukkan keterikatan pada orang dewasa. Oleh karena itu, keterikatan pada orang dewasa sangat penting bagi siswa yang memiliki kesediaan untuk belajar atau konsepsi diri rendah.]
Tendensi Kesalahan Sintaksis Bahasa Tulis Pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Yahya, Mokh.; Andayani, Andayani; Saddhono, Kundharu
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02106.2018

Abstract

Bahasa Indonesia is one of many languages arround the world that is in favor of foreigners (WNA). For them, bahasa Indonesia is learned for the certain goals. They are to academic purposes, profesion, and communication in daily life. For academic purposes, seeing that many foreign students learn bahasa Indonesia directly in Indonesia. One of the places is UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. The research is to present syntax error forms and their tendency error of written language on TISOL students in academic level. The research is conducted in UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. It’s subject is TISOL students whom study in Universitas Sebelas Maret Surakarta. This study is qualitative research in the form of case study. Researcher focuses on syntax level. It based on the interview toward the teacher. Many TISOL students did the syntax error on their written language. [Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa di dunia yang tengah digemari oleh Warga Negara Asing (WNA). Bagi WNA, bahasa Indonesia dipelajari untuk tujuan tertentu. Di antaranya untuk keperluan akademik, profesi, dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk keperluan akademik, dapat dilihat dari maraknya mahasiswa asing yang belajar bahasa Indonesia secara langsung di Indonesia. Salah satunya di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk-bentuk kesalahan sintaksis beserta tendensi kesalahannya pada bahasa tulis pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat akademik. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. Subjek penelitian dalam penelitian ini  adalah pembelajar BIPA yang menempuh studi di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berupa studi kasus. Dalam penelitian ini peneliti menekankan kajian pada tingkat sintaksis. Hal itu didasarkan pada wawancara terhadap pengajarnya. Menurutnya, banyak pembelajar BIPA yang melakukan kesalahan dalam bidang sintaksis pada bahasa tulisnya.]
Book Review: Kekerasan Simbolik di Sekolah Fachruddin, Fuad
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02208.2018

Abstract

Title: Kekerasan Simbolik di Sekolah: Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre BourieuAuthor: Nanang MartonoPublication: RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012Pages: xxviii, 240 halaman
Menyemai Perilaku Prososial di Sekolah Bashori, Khoiruddin
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01103.2017

Abstract

Perilaku prososial adalah perilaku memberikan manfaat kepada orang lain dengan membantu meringankan beban fisik atau psikologinya, yang dilakukan secara sukarela. Bentuknya dapat beraneka ragam. Perkembangan perilaku prososial berkaitan dengan penalaran moral siswa. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral adalah internalisasi, yaitu perubahan perkembangan perilaku yang pada mulanya dikendalikan secara eksternal menuju perilaku yang dikendalikan secara internal. Sejak dirni siswa perlu dibiasakan dengan nilai-nilai prososial. Dengan kuatnya nilai-nilai internal anak yang dibawa siswa dari sekolah diharapkan anak tidak terlalu tergantung pada situasi-situasi eksternal, dan lebih yakin dengan standar-standar internal perilakunya sendiri. Di sekolah perlu dikurangi ambiguitas lingkungan dan diajarkan perilaku bertanggung jawab. Siswa perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk berinteraksi secara positif. Hubungan sebaya yang positif memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan berlatih keterampilan prososial. Interaksi kolaboratif dengan teman sebaya juga diyakini dapat memotivasi pengembangan keterampilan kognitif yang mendukung terbentuknya perilaku prososial. Di samping itu, kedekatan hubungan guru dengan siswa juga memiliki peran penting dalam internalisasi nilai-nilai prososial. Dalam konteks pembelajaran, model instruksional kooperatif dan kolaboratif terbukti lebih dapat menumbuhkan perilaku menolong.
Agama dalam Boneka: Globalisasi dan Wajah Baru Orang Tua dalam Pendidikan Islam Amalia, Milda
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02203.2018

Abstract

Globalisasi telah mengubah cara pandang orang dalam menghadapi berbagai hal, termasuk dalam hal pendidikan Islam. Perubahan itu dialami oleh para orang tua yang memiliki anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Hadirnya boneka islami -studi kasus boneka Hafiz- di Indonesia ternyata mempengaruhi pemaknaan tersebut. Boneka islami yang bisa disebut sebagai virtual religion mampu memprivatisasi pendidikan agama Islam pada anak-anak mereka. Tulisan ini ingin mencoba menemukan bagaimana pemaknaan pendidikan Islam bagi orang tua yang telah mengonsumsi boneka islami tersebut dan atau bahkan hingga terjadi suatu komodifikasi pendidikan agama Islam. Globalisasi telah melintasi batas pasar dengan bukti hadirnya boneka tersebut sebagai peluang komoditi agama. Hal ini disebabkan harga boneka yang tidak murah, dan market mereka bisa dikatakan melebihi target. Di mana boneka yang dilihat dari segi harga dan kualitas diperuntukkan bagi kalangan kelas atas, namun peminat lebih banyak terletak pada orang tua kelas menengah.
Relationship Between Teacher Professional Competences and Teacher Work-Autonomy Fachrurrazi, Fachrurrazi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01203.2017

Abstract

The article discusses the relationship between teacher professional competences and teacher work-autonomy at Sukma Bangsa Schools in Aceh, Indonesia. The study investigated differences in teacher professional competences and teacher work-autonomy in terms of gender, school location, classroom teacher/subject teacher, grade level and teaching experiences. The study indicated that most teachers of Sekolah Sukma Bangsa in Aceh were at moderate degree of teacher professional competences and most of the teachers attained a moderate degree of work-autonomy. The study showed that when the level of teacher work-autonomy increased, the level of teacher professional competences escalated; while lower level of teacher autonomy was associated with lower level of teacher professional competences. Furthermore, the study revealed that a degree to which teachers perceived work-autonomy and a degree to which teachers perceived professional competences were diverse based on gender, classroom/subject teacher, experience, level of school and location of school, even though the differences were not statistically significant. [Artikel ini mendiskusikan hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru. Tujuan dari riset ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru, serta perbedaan kompetensi professional guru dan perbedaan otonomi kerja guru berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas atau pengalaman mengajar. Hasil riset juga mengindikasi bahwa ada korelasi yang positif dan moderat antara otonomi-kerja guru dan kompetensi profesional guru. Hasil riset mengindikasi bahwa ketika level otonomi-kerja guru meningkat, level kompetensi profesional guru juga naik, dan rendahnya tingkatan otonomi-kerja guru dihubungkan dengan rendahnya kompetensi professional guru. Hasil riset juga mengindikasikan level otonomi-kerja dan level kompetensi professional guru bervariasi berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas dan pengalaman mengajar, walaupun perbedaannya tidak signifikan secara statistik.]
Demotivating Factors of Indonesian College Students to Learn English as A Foreign Language Adara, Reza Anggriyashati
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02101.2018

Abstract

Investigating demotivating factors can help teachers to avoid them and provide more insights on sustaining learners’ interest in FL learning. The present study aimed to analyse demotivating factors in FL learning. To obtain the findings, the present study applied a mixed method approach. A set of questionnaires adapted from Sakai and Kikuchi’s (2009) questionnaires were distributed to thirty eight university students whereas interviews were conducted to three of them. The findings indicated teacher’s competence and lack of intrinsic motivation as the most salient factors that caused demotivation among the participants. In this consideration, teachers were perceived as incompetent by the participants when teachers have poor English pronunciation and do not provide communicative classrooms. On the other hand, lack of intrinsic motivation was indicated by the loss of students’ interest in learning and their goal to be an English speaker. Providing a communicative classroom with a fluent teacher as well as promoting students’ interest in English language and culture seem to be the solutions to reduce students’ demotivation. [Penelitian tentang faktor-faktor yang menurunkan motifasi (demotivation) dapat membantu para guru untuk menghindari factor-faktor tersebut dan memberikan wawasan untuk mempertahankan minat peserta didik dalam pembelajaran bahasa asing. Penelitian ini menganalisis faktor demotivasi dalam pembelajaran Bahasa asing. Untuk memperoleh jawaban dari beberapa pertanyaan, penelitian ini menerapkan pendekatan metode campuran. Seperangkat kuesioner yang diadaptasi dari model Sakai dan Kikuchi (2009) didistribusikan kepada tiga puluh delapan mahasiswa sedangkan wawancara dilakukan terhadap tiga dari mahasiswa tersebut. Temuan menunjukkan bahwa kompetensi guru dan kurangnya motivasi intrinsik merupakan faktor yang paling menonjol yang menyebabkan demotivasi di antara para peserta. Dalam hal ini, guru dianggap tidak kompeten oleh para peserta ketika guru memiliki pelafalan bahasa Inggris yang buruk dan tidak menyediakan ruang kelas yang komunikatif. Di sisi lain, kurangnya motivasi intrinsik ditunjukkan oleh hilangnya minat siswa dalam belajar dan tujuan mereka untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Menyediakan ruang kelas yang komunikatif dengan guru yang fasih serta mempromosikan minat siswa dalam bahasa dan budaya Inggris tampaknya menjadi solusi untuk mengurangi demotivasi siswa]
Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels Azhar, Khairil
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01104.2017

Abstract

Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.
Kaum Muda, Pendidikan Agama dan Globalisasi: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang Inklusif dan Toleran Pranoto, Stepanus Sigit
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2018)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/02204.2018

Abstract

Dealing with radical understandings in religion, religious education in schools is an alternative to counteracting it. Lack of true religious knowledge, lack of social awareness and low levels of parental supervision and mentoring are thought to be a factor in increasing radical understanding, especially among young people. Therefore religious education in schools needs to be directed to take part in overcoming it by providing inclusive and tolerant material for students. This research aims to see how the government strives for an inclusive and tolerant model of religious education. By reading and analyzing the material in the book Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti for elementary and secondary schools, this study shows that the government has attempted to provide inclusive and tolerant religious education.

Page 2 of 10 | Total Record : 94