cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 216 Documents
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI MULTIKULTURALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH INDOENSIA Syarif Hidayat
Jurnal Artefak Vol 6, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (967.623 KB) | DOI: 10.25157/ja.v6i2.2582

Abstract

Pembelajaran sejarah Indonesia di kelas multikultural, siswa, guru praktek langsung menanamkan nilai pendidikan multikulturalisme dan terciptanya budaya belajar multikultural mampu menghasilkan motivasi siswa tentang Bhineka Tunggal Ika. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Etnografi dengan pertanyaan masalah, implementasi pendidikan nilai multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah Indonesia. Implementasi dari nilai multikulturalisme pada pembelajaran sejarah, siswa membuat konten video vlog dengan materi sejarah Indonesia seperti toleransi, menjaga keberagaman, plurarisme serta multikultural. Konten ini merupakan salah satu bagian dari pengembangan digitalisasi literasi sebagai alat untuk menangkal perang Cyber yang dikhawatirkan akan memecah belah bangsa dampak hoax.Learning the history of Indonesia in multicultural classes, students, practical teachers instill the value of multicultural education and the creation of a multicultural learning culture capable of producing student motivation about Unity in Diversity. This research uses the Classroom Ethnography method with problem questions, the implementation of multiculturalism value education in learning Indonesian history. Implementation of the value of multiculturalism in history learning, students create video vlog content with Indonesian historical material such as tolerance, maintaining diversity, pluralism and multiculturalism. This content is one part of the development of digitization as a tool to ward off the Cyberwarar which is feared to divide the nation's impact of hoaxes.
TRADISI UPACARA PERKAWINAN ADAT SUNDA (Tinjauan Sejarah dan Budaya di Kabupaten Kuningan) Agus Gunawan
Jurnal Artefak Vol 6, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1312.603 KB) | DOI: 10.25157/ja.v6i2.2610

Abstract

Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting, karena menyangkut tata nilai kehidupan manusia. Oleh sebab itu perkawinan merupakan tugas suci (sakral) bagi manusia untuk mengembangkan keturunan yang baik dan berguna bagi masyarakat luas. Hal ini tersirat dalam tata cara upacara perkawinan. Semua kegiatan, termasuk segala perlengkapan upacara adat merupakan simbol yang mempunyai makna bagi pelaku upacara. Di samping itu pelaku memohon kepada Tuhan agar semua permohonan dapat dikabulkan. Problem penelitian disini adalah mengapa masyarakat di Kabupaten Kuningan mayoritas beragama Islam, tetapi dalam setiap upacaranya masih ada yang menggunakan berbagai bentuk sesaji. Secara normatif, Islam mengajarkan bahwa hanya kepada Tuhanlah orang menyandarkan kebutuhannya, tidak melalui sesaji. Manusia bisa mengajukan permohonan secara langsung kepada Tuhan. Upacara perkawinan masyarakat di Kabupaten Kuningan diselenggarakan dengan cara sederhana. Upacara perkawinan ini ada beberapa tahapan, yaitu, pra perkawinan, perkawinan dan sesudah perkawinan. Pra perkawinan, dilakukan sebelum aqad nikah, seperti melamar, seserahan, dan ngeuyeuk seureh. Pelaksanaan perkawinan, seperti aqad nikah dan sungkem. Sesudah perkawinan, dilakukan setelah aqad nikah, seperti upacara sawer, nincak endog (telur), buka pintu, dan munjungan.Marriage is a very important event, because it involves the values of human life. Therefore marriage is a sacred duty (sacred) for humans to develop offspring that are good and useful for the wider community. This is implied in the marriage ceremony procedures. All activities, including all ceremonial equipment are symbols that have meaning for the performers of the ceremony. In addition, the offender pleads to God so that all requests can be granted. The research problem here is why the majority of people in Kuningan Regency are Muslim, but in each ceremony there are still those who use various forms of offerings. Normatively, Islam teaches that it is only to God that people rely on their needs, not through offerings. Humans can submit requests directly to God. The community wedding ceremony in Kuningan District was held in a simple way. This marriage ceremony has several stages, namely, pre-marriage, marriage and after marriage. Pre-marriage, carried out before aqad nikah, such as applying for marriage and making love. The implementation of marriage, such as marriage aqad and sungkem. After marriage, it is done after aqad marriage, such as sawer ceremony, nincak endog (egg), open the door, and munjungan.
TRADISI DAMA NYILI-NYILI DALAM MASYARAKAT TIDORE KEPULAUAN Farida Yusuf; Sidik Dero Siokona; Jamin Safi
Jurnal Artefak Vol 6, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.609 KB) | DOI: 10.25157/ja.v6i2.2441

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masayarakat Tidore Kepulauan, proses serta nilai-nilai dalam tradisi Dama Nyili-nyili pada masyarakat Tidore Kepulaun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penilitian menunjukan bahwa masyarakat Tidore Kepulauan masih berpegang teguh pada adat dan tradisi leluhurnya karena memiliki makna dalam tata kehidupan masyarakat seperti tradisi dama nyili-nyili. Tradisi dama nyili-nyili adalah tradisi berkeliling masyarakat Tidore dengan membawa dama (obor) dan paji (bendera) dengan mengunjungi wilayah-wilayah atau daerah-daerah kesultanan Tidore. Proses ritual dama nyili-nyili diawali dengan sogoroho gunyihi (membersihkan tempat) yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya ritual, kemudian dilanjutkan dengan ratib taji besi (dabus). Ratib taji besi merupakan bagian dari dzikrullah atau mendoakan keselamatan dan kesejahteraan sultan, boki, (permaisuri), bobato, dan rakyat di Kesultanan Tidore. Setelah prosesi tersebut dilanjutkan dengan upacara kota paji (pelepasan bendera) dan dama. Upacara pelepasan dama dan paji diarak secara bergantian dari soa ke soa menuju kadato kie atau keraton kesultanan Tidore yang berkedudukan di Soasio. Nilai-nilai dalam tradisi dama nyili antara lain nilai-nilai religius dan persatuan. Nilai religius bermakna bahwa selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kepada-NYA agar dijauhkan dari musibah. Sedangkan Nilai Persatuan bermakna bahwa keberagaman merupakan kodrat yang patut disyukuri. Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan baik itu suku, agama, ras atau golongan menjadi kekuatan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.This study aims to determine the perceptions of the Tidore Islands community, the processes and values in the Dama Nyili-Nyili tradition in the Tidore Kepulaun community. The method used is a qualitative method. The results of the study indicate that the Tidore Islands community still adheres to the customs and traditions of their ancestors because they have meaning in the life order of the community such as the dama nyili-nyili tradition. The Dama Nyili-Nyili tradition is a tradition of traveling around the Tidore community by bringing dama (torches) and paji (flags) by visiting the regions or areas of the Sultanate of Tidore. The dama nyili-nyili ritual process begins with sogoroho gunyihi (cleaning the place) which is used as a place for the ritual, then followed by an iron spur ratib (dabus). Iron spurs Ratib is part of the Dhikrullah or pray for the safety and welfare of the sultan, boki, (empress), bobato, and the people in the Sultanate of Tidore. After the procession continued with the city ceremonies of paji (release of the flag) and dama. The release ceremony of dama and paji was paraded alternately from soa to soa to Kadato Kie or the Sultanate of Tidore sultanate based in Soasio. Values in the Dama Nyili tradition include religious values and unity. Religious value means that always draw closer to Allah and ask Him to be kept away from disaster. While the Value of Unity means that diversity is a nature that is thankful for. In social life, differences in terms of ethnicity, religion, race or class become a force in maintaining the unity and integrity of the nation.
PERAN KELUARGA DALAM SOSIALISASI ADAT ISTIADAT KOMUNITAS DUSUN KUTA Uung Runalan Soedarmo; Aan Suryana
Jurnal Artefak Vol 6, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.852 KB) | DOI: 10.25157/ja.v6i2.2660

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang adat istiadat yang ada pada masyarakat Dusun Kuta, dan bagaimana peran keluarga dalam mensosialisasikan kepada anggota keluarganya. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif serta penemuan kuantitatif yang mendukung. Selanjutnya data diinterpretasi, sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan dalam proses sosialisasi adat istiadat, keluarga memegang peranan yang amat penting, karena melalaui keluarga inilah anak-anak mengalami proses sosialisasi yang pertama dan mendasari semua proses sosialisasi lebih lanjut. Ibu, bapak mengajari anak-anaknya tentang sikap dan perilaku yang baik menurut adat dan harus dilakukan serta sikap dan perilaku yang tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan adat. Adat istiadat Dusun Kuta yang disosialisasikan itu, antara lain: perilaku dalam hidupan sehari-hari, pekerjaan dalam mencari/mendapatkan nafkah, bentuk dan bahan yang digunakan dalam pembuatan rumah, syarat dan tatacara penentuan kuncen, larangan-larangan dan keharusan-keharusan yang berkaitan dengan keberadaan tempat-tempat yang dianggap keramat.This study aims to obtain the custom feature existing in the Kuta community, and how the role of the family in socializing to family members. This research method is a qualitative method and supporting quantitative findings. Furthermore, the data is interpreted, so that it produces descriptive data in the form of written words from people and observable behavior. While data collection techniques use observation and interviews. The results show that in the process of socializing customs, the family plays a very important role because through this family children experience the first socialization process and underlie all further socialization processes. Mother and father teach their children about good attitudes and behavior according to custom and it must be done as well as attitudes and behavior must not be done because it is against the tradition. The socialized customs of Kuta include, among others: behavior in daily life, work in looking for / earning a living, forms and materials used in the making of a house, terms and procedures for determining kuncen, prohibitions and necessities related to the existence of places considered sacred.
SEJARAH DAN PEMBANGUNAN BANGSA A Sobana Hardjasaputra
Jurnal Artefak Vol 3, No 1 (2015): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.311 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i1.1104

Abstract

Sejarah sebagai ilmu termaskuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu hunaniora. Ilmu Sejarah merupakan ilmu empiris (empiria = pengalaman), karena sejarah syarat dengan pengalaman-pengalaman penting manusia di masa lampau. Oleh karena itu, sejarah dapat berfungsi sebagai media pembangunan bangsa. Sesuai dengan substansi masalah yang dibicarakan dalam tulisan ini, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode sejarah ditunjang oelh metode kualitatif. Hasil penelitian sampai pada simpulan, bahwa sejarah, terutama sejarah dalam pengertian sejarah sebagai kisah, dapat berfungsi sebagai sarana pembelajaran bagi pembangunan bangsa.Kata Kunci: Sejarah, Pembangunan Bangsa
TRADISI SAWAKA DI DESA ANDAPRAJA KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS Agus Budiman; Ade Restu Sri Rahayu
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.442 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1065

Abstract

Hasil penelitian ini secara garis besar menggambarkan tentang pelaksanaan tradisi yang merupakan warisan budaya dan masih diakui keberadaannya, karena dianggap penting dalam perjalanan hidup setiap orang yaitu Tradisi Sawaka. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ajaran dan pepatah leluhur masih dihormati dan dijunjung tinggi sampai generasi sekarang,seperti pantangan-pantangan yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Terlepas dari itu ada sebagian orang yang menganggap bahwa hal itu takhayul, akan tetapi dapat diambil hikmah dari setiap pantangan itu, karena masing-masing pantangan mengandung pepatah dan pesan yang tujuannya baik. Jadi, kita ambil sisi positifnya saja dan menjadikan semua itu sebagai kekayaan ragam budaya nusantara. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan agar generasi penerus dapat memelihara dan melestarikan tradisi tersebut, dan hendaknya dapat mengerti betul makna dan arti dari tradisi itu sendiri.Kata Kunci: Tradisi Sawaka dan PelestarianABSTRACTIn general, the result of this research describes about the realization of the tradition which is the cultural legacy and still avowed its existence, because Sawaka Tradition has the important reputation in everyone’s life. In this research, it is described that the doctrine and Ancestors aphorism still respected and revered until nowadays generation, such as something taboo that still happened until now. Beside that, there are some people who think that it is superstition, but they can take the wisdom from it. Because each prohibition contains of aphorism and messages which have a good purpose. So, we have to take the positive thing and make all of that tradition as our various culture. The advantages from this research result is we hope our next generation can keep and continue that tradition. They also should understand the meaning from that tradition.Keywords: Tradition Sawaka and Preservation
MOTIF RAGAM HIAS DAN NILAI-NILAI FILOSOFIS BATIK CIAMIS Herdiana Herdiana; Uung Runalan Soedarmo; Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.088 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3366

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif ragam hias batik Ciamis dan Nilai filosofis batik Ciamisan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang terdiri dari empat tahapan yaitu, heuristik (pengumpulan sumber), kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini secara garis besar menunjukan bahwa motif ragam hias pada batik Ciamis mempunyai banyak yang merupakan hasil perpaduan serta pengaruh dari kebudayaan lain. Warna batik Ciamisan semula memiliki dua jenis warna yaitu, coklat soga dan hitam dengan dasarnya putih. Namun seiring perkembangannya batik Ciamis tampil dengan beragam warna. Dari segi coraknya batik Ciamisan dipengaruhi dari lingkungan alam sekitar Ciamis. Sementara nilai filosofis pada batiknya tampil dengan jiwa masyarakat Ciamis yang tenang, ramah dan tidak bergejolak. Sedangkan dari segi nilai filosofis serta corak dan motifnya terinspirasi dari tumbuhan, hewan-hewan yang berada disekitar Ciamis, kebudayaan serta yang berkaitan dengan sejarah Ciamis atau sejarah Galuh seperti Motif Ciungwanara, Motif Onom, Motif Lepan Kukupu, dan Motif Rereng Taleus.
PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAH KOLONIAL DI HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1930 Alifia Nurhusna Afandi; Aprilia Iva Swastika; Ervin Yunus Evendi
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.803 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3038

Abstract

Pada artikel ini membahas tentang pendidikan yang dilaksanakan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda selama tahun 1900-1930 dimana diawali karena kritik dari berbagai pihak yang kemudian memunculkan politik etis kebijakannya antara lain emigrasi, edukasi, dan irigasi kebijakan politik etis seharusnya mampu memberikan kesempatan rakyat untuk menjadi lebih sejahtera karena salah satu kebijakannya adalah edukasi dengan adanya pendidikan merupakan awal untuk perubahan dan perkembangan dalam segala aspek. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 serta pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 Selain itu bertujuan untuk mengetahui perbedaan ataupun persamaan model pendidikan masa pemerintahan kolonial dengan sekarang, dan untuk membuka wawasan penulis serta pembaca tentang proses munculnya sistem pendidikan formal bagi masyarakat pribumi pada masa pemerintahan kolonial serta bagaimana pelaksanaanya. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi dan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang diterapkan pemerintahan kolonial Belanda maka dalam artikel ini menggunakan metode studi pustaka dengan menelaah atau mengeksplorasi beberapa buku, jurnal, maupun dokumen baik cetak maupun elektronik yang dianggap revelan dengan kajian yang dilakukan. Hasilnya pada periode 1900 hingga 1930 pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan dimana pendidikan yang pada awalnya dibatasi dengan kekuasaan pada waktu itu mulai melebur penduduk pribumi memiliki kesempatan untuk bisa melanjutkan ke sekolah lanjutan bahkan hingga sekolah tinggi walaupun masih terdapat pendiskriminasian selain itu juga muncul beberapa sekolah dasar berbahasa belanda bagi pribumi 1900-an anak rakyat biasa mulai dikenalkan dengan bahasa belanda di beberapa sekolah namun tetap dengan catatan setiap jenjangnya selalu ada perbedaan.This article talking about education carried out by Dutch Government in Dutch East Indies during 1900-1930 caused by criticisms from various parties that bring out ethical politic. Its policies are emigration, education, and immigration. Ethical Politic's policies should be able to give people opportunity become more prosperous, because one of the policies is education. Education is a beginning for change and development in all aspects. The purposes of this article are to find out the educational background in the 1900-1930 colonial government and the educational implementation in the 1900-1930 colonial government. Furthermore, the other purposes to find out the differences and the equations of education between during the Dutch Colonial and nowadays, and to open the readers and writer's insights about the process of the formal education system for natives during colonial and how to do it. According to those purposes, in this article the writer use literature review method by studying or exploring several books, journals, or documents wether it's printed or electronic that relevant to the study conducted. The results are, in the period 1900 until 1930 education in Indonesia progressed. Education that was intially restricted by power at that time start to dissolved. Natives had opportunity to continued to the secondary school even to the college in spite of the discrimination. Moreover, there were some elementary schools in Dutch for 1900s natives. Commoners' children began to be introduced to the Dutch language in several schools but still, in each level there were always differences.
AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) BERBASIS EDMODO DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Iyus Jayusman; Oka Agus Kurniawan Shavab
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.392 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3180

Abstract

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi pada mata kuliah Sejarah Islam di Indonesia di semester genap tahun ajaran 2018/2019 bahwa aktivitas belajar mahasiswa masih terlihat rendah yang ditunjukan oleh mahasiswa pendidikan sejarah sebagian besar kurang memperhatikan jalannya kegiatan pembelajaran dan mengacuhkannya, seperti mengobrol, main handphone, dan lain-lain. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Aktivitas belajar siswa yang muncdxsilkan dari lembar observasi siswa yang meliputi beberapa indikator yang telah mampu mencapai indikator-indikator aktivitas belajar tersebut yang menghasilkan 1) Indikator  Visual dengan hasil presentase sebesar 85,3%, 2) Indikator Listening  dengan hasil presentase sebesar 82,4%, 3) Indikator Oral dengan hasil presentase sebesar 77,5% 4) Indikator Writing dengan presentase sebesar 88,2 %, 5) Indikator Mental dengan hasil presentase sebesar 80,9 &%., dan 6) Indikator Emosional dengan hasil presentase sebesar 76,5 %. Jumlah ke enam indikator tersebut dapat diakumulasikan dengan hasil presentase sebesar 81,8 % termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.
CHRISTIAAN SNOUCK HURGRONJE DALAM DINAMIKA ISLAM DI ACEH PADA MASA KOLONIAL BELANDA Humar Sidik
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.988 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3282

Abstract

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengkaji lebih dalam mengapa dipilihnya Christiaan Snouck Hurgronje dalam meneliti dan memberikan nasihat kepada pemerintah Kolonial Belanda serta bagaimana peran Snouck Hurgronje dalam perkembangan dinamika Islam di Nusantara khususnya Aceh, dengan semua nasihat-nasihat yang telah diberikannya, apakah memiliki pengaruh besar pada keberhasilan pemerintah Kolonial Belanda dalam menduduki dan menguasai Aceh yang dianggap sebagai simbol perlawanan keagamaan terlama dan paling berbahaya di wilayah Nusantara, sehingga memberikan dampak yang besar pada keuangan dan administrasi pihak Kolonial karena terus menggelontorkan dana lebih demi memasok persenjataan perang. Penelitian ini juga turut menelusuri apakah perlawanan rakyat Aceh berhenti dengan berhasil di takhlukannya Aceh oleh pihak Kolonial Belanda. Untuk menggambarkan peristiwa tersebut secara valid dan kredibel, maka peneliti menerapkan metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis dengan instrumen utama berupa studi literatur. Metode ini terdiri dari empat tahap yaitu: pengumpulan sumber (heuristik), kritik (verifikasi), interpretasi dan penulisan (historiografi). Dari hasil penelitan tersebut ditemukan bahwa nasihat-nasihat yang diberikan oleh Snouck Hurgronje sangat berpengaruh dalam menaklukan Aceh, karena latar belakang yang ia miliki. Selain itu sebelumnya Snouck juga telah melakukan penelitian terhadap umat muslim baik di Aceh, Nusantara maupun Timur Tengah sehingga nasihat yang ia berikan tepat dan mampu membuat Aceh menjadi terpecah belah dari dalam dengan memanfaatkan para Uleebalang yang takut kehilangan jabatan dan kedudukan ditengah masyarakat Aceh. Hasilnya hal tersebut berdampak kepada takhluknya Aceh di Tangan Pemerintah Kolonial Belanda. Kemudian nasihat yang diberikan oleh Snouck Hurgronje mulai berganti menjadi lebih lembut dan manusiawi dengan tujuan merebut hati dan simpati rakyat Aceh. Walaupun begitu dinamika Islam di Aceh dengan semangat jihad dan perlawanan terhadap bangsa kafir Belanda terus dilakukan dibeberapa tempat. The purpose of writing this article is to examine more deeply why the choice of Christiaan Snouck Hurgronje in researching and giving advice to the Dutch colonial government and how Snouck Hurgronje's role was in the development of Islamic dynamics in the archipelago, especially in Aceh, with all the advice he had given, did it have a large influence on the success of the Dutch Colonial government in occupying and controlling Aceh which was considered as the longest and most dangerous symbol of religious resistance in the archipelago, thus giving a large impact on the financial and administrative side of the Colonial side as it continued to pour more funds in order to supply war weapons. This research also explores whether the resistance of the people of Aceh stopped successfully in the conquest of Aceh by the Dutch Colonial side. To describe these events in a valid and credible manner, the researchers applied a descriptive historical research method of analysis with the main instrument in the form of a literature study. This method consists of four stages: collecting sources (heuristics), criticism (verification), interpretation and writing (historiography). From the results of the research it was found that the advice given by Snouck Hurgronje was very influential in conquering Aceh, because of his background. In addition, Snouck had previously conducted research on Muslims both in Aceh, the Archipelago and the Middle East so that the advice he gave was appropriate and able to make Aceh divided from within by utilizing the Uleebalang who were afraid of losing positions and positions among the people of Aceh. The result was an impact on the emergence of Aceh in the hands of the Dutch Colonial Government. Then the advice given by Snouck Hurgronje began to change to become more gentle and humane with the aim of winning the hearts and sympathies of the people of Aceh. Even so the dynamics of Islam in Aceh with the spirit of jihad and resistance to the Gentile nation continued in several places.

Page 9 of 22 | Total Record : 216