cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 216 Documents
TRADISI OROM SASADU DALAM SUKU SAHU TALAI DI WORAT-WORAT Gomer Rionaldo Sipondak; Jamin Safi; Suharlin Ode Bau
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.873 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3337

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang tradisi orom sasadu di Desa Worat-Worat, prosesi tradisi orom sasadu suku Sahu Talai di Desa Worat-worat, serta makna dan nilai tradisi orom sasadu dalam suku Sahu di Desa Worat-Worat. Metode yang duganakan adalah metode kualitatif tipe fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan bahwaprosesi upacara adat yang dilaksanakn pada masa ini juga memberi kesan kepada masyrakat Worat-Worat untuk selalu bersyukur atas hasil alam tersebut dalam prosesi upacara adat sehingga prosesi ritual adat orom sasadu patut dilestarikan. Prosesi ritual adat orom sasadu meliputi masa persiapan, yaitu dilaksanakan pertemuan-pertemuan adat antara masyarakat, kepala desa serta perangkat adat untuk membahas waktu pelaksanaan tradisi ritual adat orom sasadu. Pembukaan yakni menggantungkan kain putih berbentuk segi tiga mengelilingi sasadu dan pengibaran bendera induk. Pelaksanaan, yaitu makan secara bersama-sama sebagai wujud ucupan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang ada. Serta penutupan, yakni penurunan bendera induk (paji) di bumbungan rumah adat dan melepaskan kain putih yang berbentuk segi tiga dengan dilepaskannya kain putih berbentuk segi tiga yang digantung mengililingi sasadu, maka acara makan bersama di rumah adat atau orom sasadu dinyatakan berakhir dan masyarakat suku Sahu kembali ke kegiatan rutin keseharian mereka. Melalui orom sasadu, masyarakat Worat-worat juga diajarkan untuk memaknai hubungannya dengan lingkungan alam sekitar, hubungan sesama manusia, dan relasi deng yang Maha Kuasa. Nilai yang terkandung dalam tradisi orom sasadu yakni nilai sosial, nilai moral, nilai kebersamaan atau gotong royong, dan nilai religius. Tradisi orom sasadu perlu dilestarikan karena dibalik prosesi upacara adat tersebut tersimpan makna dan nilai yang baik.
DINAMIKA BUDAYA DAN SOSIAL DALAM PERADABAN MASYARAKAT SUNDA DILIHAT DARI PERSPEKTIF SEJARAH Yat Rospia Brata; Yeni Wijayanti
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.366 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3380

Abstract

The present study aims to uncover the historical development of Sundanese people’s local entities of cultural and social dynamics from the old and recent frame and its relationship with current trends of “life” digitalization. Local wisdom growing in Sundanese social structure reflects its cultural and social identities of people as each time period indicates. Culturally, life constructs of Sundanese people refers to the Kagaluhan values that promote high civilization as reflected from arts, musical, and local traditional performances such as dances and puppets, which suggest uniquely genuine local identities. Socially, the Sundanese’s people ways of Socializing process proved egalite. The study include steps of data collection through analyzing historical sites, artefacts, and documents, and interpreting them with reference to the civilization process of each time. Moreover, the analysis of both dynamics is also encountered by the reality of current trend of disruption of digital era. The study shows that Sundanese people’cultural and social constructs represent high quality of meaningful life.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perkembangan  sejarah budaya dari entitas lokal masyarakat Sunda dan dinamika sosial budaya dari sudut pandang masa lampau dan masa kini serta hubungannya dengan tren saat ini yaitu digitalisasi "kehidupan". Kearifan lokal yang berkembang dalam struktur sosial masyarakat Sunda mencerminkan identitas budaya dan sosial masyarakatnya seiring berjalannya waktu. Dari sudut pandang budaya, tatanan kehidupan masyarakat Sunda  mengacu pada nilai Kagaluhan yang mempromosikan peradaban tinggi yang tercermin dari seni, musik, dan pertunjukkan tradisi lokal seperti tarian dan wayang, yang menunjukkan identitas lokal asli dan unik. Dari sudut pandang sosial, cara masyarakat Sunda dalam proses sosialisasi membuktikan bahwa mereka adalah kaum egaliter. Kajian ini mencakup beberapa langkah pengumpulan data seperti menganalisis situs sejarah, artefak, dan dokumen, dan serta menafsirkannya dengan mengacu pada proses peradaban tiap-tiap jaman. Selain itu, analisis masing-masing dinamika juga dihadapkan pada realitas adanya tren masa kini berupa “gangguan” di era digital ini. Kajian ini menunjukkan bahwa budaya dan tatanan masyarakat Sunda merepresentasikan tingginya kualitas kehidupan yang bermakna.
TRADISI RUWATAN LAUT DESA TELUK LABUAN TAHUN 1992-2010 Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Dede Nasrudin
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.671 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3634

Abstract

Tujuan dari pembahasan penelitian ini agar mengenai pelaksanaan tradisi ruwatan laut yang mengundang pro dan kontra karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sehingga perlu adanya akulturasi agar tradisi tersebut bisa tetap dilestarikan dengan pengemasan yang berbeda. Manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengangkat tradisi ruwatan laut yang yang secara pelaksanaannya berbeda dengan daerah lain sebagai tradisi lokal khas daerah pesisir desa Teluk yang kurang dikenal agar menjadi tradisi yang dikenal secara luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang tahapannya yang terdiri dari Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Tradisi ruwatan laut yang berasal dari desa Teluk ini merupakan tradisi dengan nilai budaya lokal yang diwariskan turun-temurun. Tradisi ruwatan laut dalam perkembangannya mengalami akulturasi atau percampuran kebudayaan Hindu-Jawa dengan kebudayaan Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awal kemunculannya, tradisi ruwatan laut berfungsi sebagai pemenuhan janji/nadzar. Setelah terjadi akulturasi kebudayaan dengan agama Islam, terjadi perubahan dalam pelaksanaannya yaitu pada pelaksanaan pelarungan kepala kerbau. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, saat ini tradisi ruwatan laut kemudian berkembang menjadi salah satu kegiatan bersedekah sekaligus hiburan bagi masyarakat desa Teluk.The purpose of this research discussion is that the implementation of the marine ruwatan tradition invites pros and cons because it is not in accordance with Islamic teachings so that acculturation is needed so that the tradition can be preserved with different packaging. The benefit referred to in this research is to raise the tradition of marine ruwatan which is different from other areas as a local tradition typical of the lesser known coastal areas of Teluk Village to become a widely known tradition. The method used in this research is the historical method, the stages of which consist of Heuristics or source collection, Criticism, Interpretation, and Historiography. The tradition of marine ruwatan originating from the village of Teluk is a tradition with local cultural values passed down from generation to generation. in its development, it experiences acculturation or a mixture of Hindu-Javanese culture with Islamic culture in accordance with the times. At the beginning of its appearance, the ruwatan laut tradition functioned as fulfillment of promises / nadzar. After the acculturation of culture with Islam, there was a change in its implementation, namely the implementation of the buffalo head pelarungan. Over time, with changes that occur in society, now the ruwatan tradition The sea then developed into a charity activity as well as entertainment for the people of Teluk Village.
PERAN PENDIDIKAN DI MASA KEPENDUDUKAN JEPANG (1942-1945) TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA DI JAWA BARAT Sigit Sudibyo
Jurnal Artefak Vol 7, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.301 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i2.3269

Abstract

Penelitian ini yang berjudul “Peran Pendidikan Di Masa Kependudukan Jepang (1942-1945) Terhadap Perubahan Budaya Di Jawa Barat”. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran pendidikan di masa kependudukan Jepang terhadap perubahan budaya di Jawa Barat, Sesuai dengan masalah tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jelas peran pendidikan pada masa pendudukan Jepang terhadap perubahan budaya. Dalam penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian Historis dengan teknik kepustakaan dan dokumen pengumpulan data dilakukan di perpustakaan, serta sumber-sumber Jurnal yang terpecaya yang diambil dari internet. Hasil penelitian ini didapat sesuai dengan 7 unsur budaya yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu, sistem religi, sistem organisasi, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, dan kesenian. Masa pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan masa yang menentukan salah satu periode yang sangat menentukan bagi bangsa Indonesia. Kebijakan yang paling mempengaruhi budaya yang pemerintah jepang keluarkan dan pendidikan sangat berperan dalam pelaksanaanya khususnya diwilayah Jawa Barat, yang pertama kebijakan Language Planning, bangsa Indonesia diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Bangsa Indonesia dilatih dan didik untuk memegang jabatan dan mengatur organisasi pemerintahan, yang akhirnya merubah bahasa nasional yang sebelumnya menggunakan bahasa Belanda. Kebijakan selanjutnya adalah dihapuskannya sistem stratifikasi sosial yang ada didalam masyarakat Indonesia, baik golongan antar golongan maupun status sosial, kebijakan tersebut juga mempengaruhi budaya bangsa Indonesia, yang sudah ada sejak masa Hindu-Budha.
UPAYA PBB DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK IRAK DAN KUWAIT PADA PERANG TELUK 1990-1991 Tri Rahayu Nugraheni
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.75 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.4669

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk membahas mengenai konflik Irak dan Kuwait dalam Perang Teluk 1990-1991 dengan menjelaskan bagaimana konflik Irak dan Kuwait dalam Perang Teluk 1990-1991 bisa terjadi serta menjelaskan bagaimana upaya PBB dalam menyelesikan invasi Irak terhadap Kuwait. Metode yang digunakan adalah metode kajian pustaka menggunakan sumber referensi dari buku dan jurnal terkait konfik Irak dan Kuwait dalam Perang Teluk 1990-1991. Hasil kajian menunjukkan bahwa ada beberapa sebab yang melatarbelakangi invasi Irak terhadap Kuwait diantaranya faktor sejarah, faktor ekonomi, ambisi Saddam Hussein, serta adanya keinginan Irak untuk memperbaiki kondisi perekonomian di negaranya. Selain itu PBB sebagai penjaga keamanan dan perdamaian dunia juga turut berperan penting dalam penyelesaian konflik Irak dan Kuwait.This study aims to discuss the Iraq and Kuwait conflicts in the 1990-1991 Gulf War by explaining how the Iraq and Kuwait conflicts in the 1990-1991 Gulf War occurred and explaining how the United Nations efforts to resolve the Iraqi invasion of Kuwait. The method used is the literature review method using reference sources from books and journals related to the Iraq and Kuwait conflicts in the 1990-1991 Gulf War. The results of the study show that there are several reasons behind the Iraqi invasion of Kuwait including historical factors, economic factors, Saddam Hussein's ambition, and Iraq's desire to improve economic conditions in his country. In addition, the UN as the guardian of world security and peace also plays an important role in resolving the Iraq and Kuwait conflicts.
POLITIK BERAS DAN GERAKAN SOSIAL: RESISTENSI PETANI UNRA SULAWESI SELATAN MASA KEPENDUDUKAN JEPANG 1943 Moch Dimas Galuh Mahardika; Fahmi Nur Ramadhan
Jurnal Artefak Vol 7, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.189 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i2.3724

Abstract

Dalam rangka mendukung upaya Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya, Jepang menerapkan kebijakan mobilisasi massa dan sistem “politik beras” atau wajib serah padi secara paksa terhadap petani di Indonesia. Implikasi politis dari kebijakan ini adalah terjadinya perubahan sosial pada masyarakat pedesaan seperti perubahan struktur otoritas tradisional di Sulawesi Utara. Penerapan sistem politik beras ini juga membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Ada dua faktor utama penyebab terjadinya pemberontakan, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Perlakuan kasar penagih setoran kepada warga desa dan perilaku kekerasan aparat polisi ketika melakukan inspeksi ke desa Unra dalam rangka melakukan penagihan kewajiban setoran beras kepada warga. Selain itu, penyebab tidak langsung ialah adanya penetapan kewajiban setor beras dari pemerintah pendudukan Jepang kepada petani, yang kuotanya 500 liter per kepala rumah tangga. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya perlawanan rakyat di pedesaan, terutama di daerah-daerah lumbung beras seperti yang terjadi di desa UNRA pada tahun 1943. Gerakan pemberontakan petani UNRA ini dipimpin seorang tokoh agama bernama Guru Mante. 
PEMANFAATAN MUSEUM REMPAH SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH Jamin Safi; Suharlin Ode Bau
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.845 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.5087

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan museum rempah sebagai sumber pembelajaran, dampak perubahan, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemanfaata museum rempah dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian ialah peserta didik dan guru sejarah di SMA Negeri 1 Ternate. Jenis sumber data meliputi guru sejarah dan peserta didik; tempat dan peristiwa; serta arsip dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Pengujian keabsahan data penelitian dilakukan dengan cara triangulasi. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian menggunakan model interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penerikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan museum rempah sebagai sumber pembelajaran sejarah dilakukan sekali waktu saja dan disesuiakan dengan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaanya mengikuti tahapan-tahapan, yaitu: menentukan tujuan, menyusun rencana, membagi kelompok, penentuan judul, pelaksanaan, menyusun laporan, dan presentasi. Peserta didik mendapat informasi awal dari guru sebelum mengunjungi museum rempah. Dampak perubahan yang diperoleh adalah peserta didik menjadi aktif, berpikir kronologis, serta berpikir kesejarahan. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran di museum rempah adalah faktor waktu dan transportasi. Uapaya pemecahannya adalah dilakukan hanya dalam sekali waktu disesuaikan dengan kondisi pembelajaran disekolah.
BELAJAR SEJARAH DI MUSEUM: OPTIMALISASI LAYANAN EDUKASI BERBASIS PENDEKATAN PARTISIPATORI Laely Armiyati; Dede Wahyu Firdaus
Jurnal Artefak Vol 7, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.14 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i2.3472

Abstract

Museum berperan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, peningkatan layanan museum sebagai tempat edukasi harus terus dilakukan salah satunya dengan mengimplementasikan pendekatan partisipatori. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana implementasi layanan edukasi di museum dengan pendekatan partisipatori. Penelitian menggunakan metode studi kasus pada museum di bawah otoritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan museum di bawah otoritas Pemerintah Daerah di wilayah DKI Jakarta. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Wawancara dilakukan pada pengelola museum dan pengunjung, observasi dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung, dan terakhir melalui analisis dokumen berupa arsip data pengunjung. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua museum telah melakukan layanan edukasi dengan memberikan pelabelan pada koleksi, memberikan layanan kepemanduan, membuat situs daring berisi informasi koleksi tentang museum, mengadakan pameran dan festival. Implementasi layanan edukasi berbasis pendekatan partisipatori di museum dilakukan dengan dua cara yaitu mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peran aktif pengunjung dan berkolaborasi dengan komunitas masyarakat untuk mengadakan kegiatan di museum.Museums play an important role in improving the quality of learning history. Therefore, improving museum services as a place of education must be done, one of which is by implementing a participatory approach. This study examines how the implementation of educational services in museums with a participatory approach. The research uses the case study method in the museum under the authority of the Ministry of Education and museum under the authority of the Regional Government in the DKI Jakarta area. Data were collected by interview, observation, and document analysis techniques. Interviews were conducted at museum managers and visitors, observations were carried out by direct visits, and document analysis was carried out at visitor data archives. This research shows that both museums have provided educational services by labeling collections, providing guiding services, creating online sites containing collection information about museums, holding exhibitions and festivals. The implementation of educational services based on participatory approaches in museums is done in two ways, namely holding activities that lead to the active role of visitors and collaborating with the community to hold activities in the museum.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI YUNANI DARI ABAD KE-5 SM SAMPAI ABAD KE-3 SM Wulan Sondarika
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.512 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.5170

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui awal perkembangan ilmu pengetahuan di Yunani dari abad ke-5 SM sampai abad ke-2 SM. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara pencarian sumber buku, jurnal dan hasil penelitian lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di Yunani Abad ke-5 SM adanya sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai akidah. Kemudian keadaan geografis negara tersebut yang mengarah pada perdagangan dan perauntauan sehingga bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar fikiran dengan bangsa-bangsa lain. Dan bentuk negaranya yaitu Republik-Demokrasi sehingga rakyat memerintah dengan tanggung jawabnya sendiri. Selain itu juga terdaat tokoh-tokoh filsuf yang memegang peranan besar atas berkembangnya ilmu pengetahuan di Yunani diantaranya; Thales, Anaximander, Anaximenes, Heraklitus, Parmanides, Pytagoras, Hippocrates, Socrates, Plato, Aristoteles, EmpledoklesThe purpose of this study was to determine the early development of science in Greece from the 5th century BC to the 2nd century BC. This research was conducted using literature research methods. Data collection was carried out by searching for sources of books, journals and other research results. The results showed that the development of science in Greece in the 5th century BC had the nature of religion that did not recognize the teachings of God which was established as a creed. Then the geographical condition of the country led to trade and control so that the Greeks had time to meet and exchange ideas with other nations. And the form of the state is the Republic-Democracy so that the people rule with their own responsibility. In addition, there were philosophers who played a large role in the development of science in Greece, including; Thales, Anaximander, Anaximenes, Heraclitus, Parmanides, Pytagoras, Hippocrates, Socrates, Plato, Aristotle, Empledocles.
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL LEUWEUNG GEDE KAMPUNG KUTA CIAMIS DALAM MENGEMBANGKAN GREEN BIHAVIOR UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA Dewi Ratih; Aan Suryana
Jurnal Artefak Vol 7, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.461 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i2.4199

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan karakter siwa dengan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal Leuweung Gede Kampung Kuta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Reseach). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, pemberian tes (pre dan post test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal Hutan Leuweung Gede  mampu meningkatkan karakter siswa, yang dibuktikan dengan hasil angket yang meningkat dari setiap siklus, yaitu dari 50% menjadi 80%. Diantara nilai-nilai kearifan lokal Hutan Leuweung Gede Kampung Kuta adalah nilai keagamaan, bahasa, etika, menjaga lingkungan, sistem teknologi dan lainnya.The purpose of this study was to determine the improvement of the character of the shiva by using the local wisdom values of Leuweung Gede Kampung Kuta. This research was conducted using the Classroom Research method (Classroom Research). Data collection was carried out through observation, interviews, giving tests (pre and post test). The results showed that the values of local wisdom in the Leuweung Gede Forest were able to improve the character of students, as evidenced by the increasing results of the questionnaires from each cycle, from 50% to 80%. Among the local wisdom values of the Leuweung Gede Forest in Kampung Kuta are religious values, language, ethics, protecting the environment, technology systems and others.

Page 10 of 22 | Total Record : 216