cover
Contact Name
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
Contact Email
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
ISSN : 26569868     EISSN : 2656985X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah open access journal berbahasa Indonesia, yang menerbitkan artikel penelitian dari para peneliti pemula dan mahasiswa di semua bidang ilmu dan pengembangan dasar kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan interdisipliner dan multidisiplin. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Oktober. Bidang cakupan Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah semua bidang ilmu kedokteran gigi, yaitu biologi oral; ilmu dan teknologi material gigi; bedah mulut dan maksilofasial; ilmu kedokteran gigi anak; ilmu kesehatan gigi masyarakat, epidemiologi, dan ilmu kedokteran gigi pencegahan; konservasi gigi, endodontik, dan kedokteran gigi operatif; periodonsia; prostodonsia; ortodonsia; ilmu penyakit mulut; radiologi kedokteran gigi dan maksilofasial; serta perkembangan dan ilmu kedokteran gigi dari pendekatan ilmu lainnya. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students mengakomodasi seluruh karya peneliti pemula dan mahasiswa kedokteran gigi untuk menjadi acuan pembelajaran penulisan ilmiah akademisi kedokteran gigi.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023" : 15 Documents clear
Perbedaan stabilitas dimensi cetakan alginat yang disemprot dan direndam dengan natrium hipoklorit dan ekstrak buah mengkudu: studi eksperimental Sumantri, Dedi; Waldiatma, Prima Suci
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.49983

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Alginat merupakan bahan cetak yang paling umum digunakan pada kedokteran gigi, namun cetakan alginat dapat menjadi media penularan infeksi silang, oleh karena itu perlu didesinfeksi terlebih dahulu. Natrium hipoklorit dan ekstrak buah mengkudu merupakan desinfektan untuk alginat.  Alginat mempunyai sifat imbibisi yang mempengaruhi stabilitas dimensi cetakan alginat, sehingga akurasi dan stabilitas dimensi cetakan alginat tetap perlu dipertahankan setelah proses desinfeksi.  Tujuan penelitian menganalisis perbandingan stabilitas dimensi cetakan alginat yang direndam dan disemprot dengan natrium hipoklorit 0,5%, ekstrak buah mengkudu 12%, dan ekstrak buah mengkudu 16%. Metode: Penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only group design dengan 12 kelompok uji dan total jumlah sampel 60. Cetakan alginat yang direndam dan disemprot dengan natrium hipoklorit 0,5%, ekstrak buah mengkudu 12%, dan ekstrak buah mengkudu 16% diisi gips, dengan masing-masing diuji pada perbedaan waktu 5 menit dan 10 menit kemudian diukur stabilitas dimensinya menggunakan jangka sorong digital. Data dianalisis dengan Two Way Anova, kemudian uji Post hoc Bonferroni. Hasil: Cetakan alginat yang direndam dengan sodium hipoklorit 0,5%, ekstrak buah mengkudu 12%, dan 16% mengalami perubahan dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan yang disemprot dengan menggunakan sodium hipoklorit 0,5%, ekstrak buah mengkudu 12%, dan 16%. Uji Two Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara cetakan alginat yang direndam dan disemprot. Simpulan: Terdapat perbedaan stabilitas dimensi antara cetakan alginat yang direndam dan disemprot dengan natrium hipoklorit 0,5%, ekstrak buah mengkudu 12%, dan ekstrak buah mengkudu 16%, selama 5 dan 10 menit.KATA KUNCI: cetakan alginat, desinfeksi, ekstrak buah mengkudu, natrium hipoklorit, stabilitas dimensi.Comparison of dimensional stability between sprayed and immersed alginate impression with sodium hypochlorite and an extract of Morinda citrifolia: an experimental study ABSTRACTIntroduction: Alginate is the most common impression material used in dentistry; however, alginate impression results can  be media transmission for cross infection, therefore it is important for disinfection. Sodium hypochlorite and the extract of morinda citrifolia are disinfectants for alginate. Alginate has some characteristics, such as imbibition, that can influence the dimensional stability and accuracy of the alginate impression. The purpose of this study was to determine the difference between the dimensional stability of immersed and sprayed alginate impressions with 0,5% sodium hypochlorite, 12%, and 16% Morinda citrifolia extract, with each tested at a time difference of 5 minutes and 10 minutes. Methods: Laboratory experiment with a posttest-only group design with a total of 60 samples in 12 groups. The alginate impression was immersed and sprayed with 0,5% sodium hypochlorite, 12% extract of Morinda citrifolia, and 16% extract of Morinda citrifolia, filled with gypsum, then measured for the dimensional stability using a digital caliper. Data were analyzed with Two Way Anova test and Post hoc Bonferroni test. Results: The dimension stability of an immersed alginate impression with 0.5% sodium hypochlorite, 12% extract of Morinda citrifolia, and 16% extract of Morinda citrifolia was greater than that of a sprayed alginate impression with 0.5% sodium hypochlorite, 12% extract of Morinda citrifolia, and 16% extract of morinda citrifolia. The Two Way Anova test showed significant difference (p<0,05) between the immersed and sprayed alginate impression. Conclusion: There are differences in the dimensional stability of alginate impression that was immersed and sprayed with 0.5% sodium hypochlorite, 12% extract of Morinda citrifolia, and 16% extract of Morinda citrifolia for 5 and 10 minutes.KEY WORDS: impression alginate, desinfection, extract of morinda citrifolia, sodium hypochlorite, dimensional stability.
Possible bruksisme dan probable bruksisme pada penyandang sindrom down di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS): studi cross-sectional Lathifah, Nabila Dara; Soewondo,, Willyanti; Yohana, Winny
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48089

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Sindrom Down (DS) merupakan suatu kelainan kongenital kromosom. Penyandang DS memiliki berbagai jenis kebiasaan buruk oral, salah satunya adalah bruksisme. Pendekatan non-instrumental untuk menilai bruksisme termasuk laporan diri dan pemeriksaan klinis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi possible bruksisme dan probable bruksisme pada penyandang DS di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome (POTADS). Metode: Jenis penelitian dengan desain survei cross sectional. Subjek diperoleh dengan metode purposive sampling menghasilkan sebanyak 41 orang dari POTADS, terdiri dari 22 laki-laki dan 19 perempuan yang berhasil diuji. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk menilai possible bruksisme dan pemeriksaan klinis pada rongga mulut berupa kondisi gigi atrisi untuk menilai probable bruksisme. Hasil: Frekuensi possible bruksisme sebesar 68,30%; terdiri dari 14,64% sleep bruksisme (SB), 21,96% awake bruksisme (AB), dan 31,70% kombinasi. Frekuensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 57,14% laki-laki dan 42,85% perempuan, sedangkan berdasarkan kelompok usia sebesar 64,28% pada anak-anak, 25% pada remaja, dan 10,71% pada dewasa. Frekuensi probable bruksisme adalah sebesar 31,70%. Simpulan: Possible bruksisme pada penyandang DS di Yayasan POTADS adalah 68,70%, dimana lebih tinggi dibandingkan frekuensi probable bruksisme yaitu 31,70%. Laki-laki dan usia anak-anak merupakan kelompok terbanyak yang mengalami bruksisme.KATA KUNCI: Sindrom down, kebiasaan buruk oral, bruksisme.Possible bruxism and probable bruxism in people with down syndrome at the Persatuan Orang Tua  Dengan Down Syndrome (POTADS) Foundation: cross-sectional studyABSTRACT Introduction: Down syndrome (DS) is a chromosomal congenital disorder. People with DS have various types of oral bad habits, one of which is bruxism. Non-instrumental approaches to assessing bruxism include self-report and clinical examination. The purpose of this study was to identify bruxism among individuals  with DS at the Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) Foundation. Methods: The type  of research was a cross-sectional survey design. Subjects were obtained using the purposive sampling method, resulting in 41 people from POTADS, consisting of 22 men and 19 women, who were successfully tested. Data collection was carried out using a questionnaire to assess possible bruxism, as well as  a clinical examination of the oral cavity to determine potential occurrence of bruxism by the observation of dental attrition conditions. Results: The frequency of possible bruxism was 68.30%, consisting of 14.64% sleep bruxism (SB), 21.96% awake bruxism (AB), and 31.70% combination bruxism. The frequency based on gender showed 57.14% male and 42.85% female, while based on age group, it was 64.28% in children, 25% in adolescents, and 10.71% in adults. The frequency of probable bruxism was 31.70%. Conclusions: Possible bruxism among individuals with DS at the POTADS Foundation is 68.70%, indicating a higher incidence compared to the frequency of probable bruxism, which is 31.70%. Males and children are the largest group who experience bruxismKEY WORDS: down syndrome, bad oral habit, bruxism.
Kemampuan antibakteri ekstrak kulit buah kopi robusta dan arabika terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus: studi eksperimental Ishimora, Marina Erlysa; Prasetya, Rendra Chriestedy; Susilawati, I Dewa Ayu
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48658

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kulit buah kopi, baik robusta maupun arabika, merupakan hasil sampingan proses pengolahan kopi metode kering yang dianggap sebagai limbah. Limbah tersebut mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, senyawa fenol, saponin, dan terpenoid yang berpotensi sebagai agen antibakteri terapi penyakit di rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan antibakteri ekstrak kulit buah kopi (EKBK) robusta (R) dan arabika (A) terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus (L. acidophilus) . Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris in vitro dengan rancangan the posttest only control group design. Kulit buah hasil pengolahan cara kering di ekstraksi dan maserasi dengan etanol 96% (1:5) selama 3 hari. Uji antibakteri menggunakan metode agar-well diffusion dengan inokulasi pour plate method pada dua kelompok penelitian, yaitu EKBKR dan EKBKA dengan enam sub kelompok masing-masing konsentrasi ekstrak 250, 500, 750, dan 1000 mg/ml, akuades steril (kontrol negatif), dan chlorhexidine glucontae 0,1% (kontrol positif). Parameter penelitian berupa diameter zona hambat (bakterisidal dan bakteriostatik) (mm) yang dihitung dengan jangka sorong digital. Data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk, Levene-Test, Kruskal-Wallis diikuti Mann-Whitney menggunakan SPSS 26.0. Hasil: EKBKR memiliki kemampuan bakterisidal dan bakteriostatik terhadap L. acidophilus pada [250 mg/ml], [500 mg/ml], [750 mg/ml], dan [1000 mg/ml]. EKBKA memiliki kemampuan antibakteri yang secara signifikan lebih lemah (p<0,05) daripada EKBR. EKBKA hanya memiliki aktivitas bakterisidal pada [1000 mg/ml] dan bakteriostatik pada [750 mg/ml]. Simpulan: EKBKR dan EKBKA memiliki kemampuan antibakteri terhadap pertumbuhan L. acidophilus dengan daya hambat EKBKR lebih kuat dibandingkan EKBKA.KATA KUNCI: Agar-well diffusion, chlorhexidine gluconate, ekstrak etanol 96%, pour-plate inoculation.Antibacterial activity of robusta and arabica coffee husks extracts against Lactobacillus acidophilus: Experimental studyABSTRACTIntroduction: Coffee husks (CHs), both Robusta and Arabica, are major dry coffee processing by-products and were considered waste. This waste contains secondary metabolites, such as alkaloids, phenolic compounds, saponins, and terpenoids, and hence has potential as an antibacterial agent for treating oral disease. This research aims to analyze the antibacterial activity of robusta and arabica coffee husk extracts (CHE) against Lactobacillus acidophilus. Methods: This research used in-vitro laboratory experimental research with a post-test only control group design. CHs were extracted using a maceration process with 95% ethanol (1:5) for three days. The antibacterial test was conducted using agar-well diffusion thorugh a pour plate inoculation method in two groups of the research: RCHE and ACHE, with six sub-groupgroup of each extract concentration of 250, 500, 750, 1000 mg/ml, negative control (sterile distilled water), and positive control (chlorhexidine gluconate 0,1%). The diameter of the inhibition zone (bactericidal and bacteriostatic zone) (mm) was the parameter of the antibacterial test, which was calculated with a digital caliper. Data were analyzed by the Saphiro-Wilk, Levene-Test, Kruskal-Wallis, and followed by Mann-Whitney using SPSS 26.0. Results: RCHE had bactericidal and bacteriostatic activity on L. acidophilus at [250 mg/ml], [500 mg/ml], [750 mg/ml], and [1000 mg/ml] doses. Conversely, ACHE had significantly weaker antibacterial activity (p<0.05) in comparison with RCHE. ACHE only showed bactericidal activity at the [1000 mg/ml] dose and bacteriostatic activity at the [750 mg/ml] dose. Conclusions: RCHE and ACHE have antibacterial activity against L. acidophilus; additionally, RCHE has a more potent inhibition capacity than ACHE.KEY WORDS: Agar-well diffusion, chlorhexidine gluconate, ethanol extracts, pour-plate inoculation.
Perbandingan self assessment kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil di daerah rural dan urban: studi cross sectional Nugraha, Rega Mahesa; Suwargiani, Anne Agustina; Aripin, Dudi
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.50224

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Ibu hamil merupakan satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut, dikarenakan adanya perubahan fisik, biologis, dan hormon. Letak geografis dan administratif juga memengaruhi kesehatan gigi dan mulut berdasarkan kemudahan akan akses pelayanan kesehatan yang terbagi menjadi wilayah rural dan urban. Penelitian ini bertujuan menganalisis self assessment kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil di daerah rural dan urban. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu analitik komparatif, dengan desain pengumpulan data cross sectional, dilakukan pada ibu hamil di daerah rural dan urban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan self assessment yaitu “Oral Health Questionnaire for Adults” dari WHO yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Analisis data penelitian menggunakan uji chi-square. Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 159 ibu hamil yang berasal dari daerah rural dan urban dengan usia rata-rata ibu hamil adalah 27.19 tahun. Hasil self assessment memperlihatkan perbedaan pendidikan ibu hamil di daerah urban lebih tinggi dari daerah rural. Mayoritas ibu hamil menilai bahwa kondisi gigi dan gusinya dalam kriteria sedang; self assessment membersihkan rongga mulut dan mengunjungi dokter gigi ibu hamil di daerah urban lebih baik daripada ibu hamil di daerah rural; tetapi ibu hamil di daerah urban lebih cenderung mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Hasil uji statistik yang menunjukkan perbandingan memiliki nilai signifikan dengan nilai p<0.05. Simpulan: Terdapat perbedaan nilai self assessment praktik kebersihan gigi, frekuensi kunjungan ke dokter gigi, dan tingkat pendidikan di antara ibu hamil di daerah rural dan urban dan tidak ada perbedaan nilai self assessment kondisi gigi dan gusi, penggunaan gigi tiruan, dan pengalaman masalah gigi dan gusi diantara ibu hamil.KATA KUNCI: ibu hamil, kesehatan gigi dan mulut, rural-urban, Self assessmentComparison of oral health self-assessment results in pregnant women in rural and urban areas: quantitative studyABSTRACTIntroduction: Pregnant women are a group of people who are vulnerable to oral health problems due to physical, biological, and hormonal changes. Geographical and administrative location also affects oral health based on the ease of access to health services, which are divided into rural and urban areas. This study aims to analyze the oral health self-assessment of pregnant women in rural and urban areas. Methods: This study employed a quantitative comparative analytical approach with a cross-sectional data collection design, focusing on pregnant women residing in both rural and urban areas. A self-assessment tool, namely the "oral health questionnaire for adults"  developed by WHO, was used and already translated into Indonesian. The data were analyzed using the chi-square test. Results: This study included 159 pregnant women from both rural and urban areas, with an average age of 27.19 years.  The results of the self-assessment showed a difference in the educational background of pregnant women in urban areas, which is higher compared to those  in rural areas. The majority of pregnant women assessed that the condition of their teeth and gums was in moderate criteria; the self-assessment of cleaning the oral cavity and visiting the dentist of pregnant women in urban areas was better than that of pregnant women in rural areas; but pregnant women in urban areas were more likely to consume sweet foods and drinks. statistical tests indicate that the comparison has a significant value with a value of p<0.05. Conclusions: There were differences in dental hygiene practices, dentist visit frequency, and educational attainment among urban and rural pregnant women. There was no significant difference in assessing the condition of teeth and gums, using dentures, or experiencing dental and gum issues among pregnant women.KEY WORDS: pregnant women, oral health, rural-urban, self assessment
Tingkat pengetahuan orang tua terhadap terapi myofungsional pada Down syndrome: studi cross-sectional Bachtiar, Rindu Wulandari; Soewondo, Willyanti; Primarti, Risti Saptarini
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48109

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Down syndrome merupakan kelainan genetik yang berhubungan dengan penambahan kromosom 21 dan masih menjadi salah satu kelainan cacat lahir yang paling sering terjadi. Salah satu karakteristik fisik yang khas dan sering dijumpai adalah hipotonia otot termasuk otot orofasial dan otot lidah. Penanganan hipotonia otot harus diatasi dengan terapi myofungsional yang dilakukan secara rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan orang tua terhadap terapi myofungsional pada Down syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS). Metode: Jenis penelitian ini adalah dengan desain survei cross sectional.  Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling menghasilkan 96 sampel penelitian dari POTADS. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui perangkat google form. Data yang didapatkan dinilai dan persentase nilai pengetahuan orang tua akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan orang tua terhadap terapi myofungsional pada Down syndrome akan dikelompokkan menjadi dua yaitu orang tua yang pernah mendapat informasi dan belum pernah mendapat informasi. Hasil: Hasil analisis data dari 96 responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang pernah mendapat informasi dengan hasil tingkat pengetahuan termasuk pada kategori baik (70,27%) dan yang belum pernah mendapat informasi dengan hasil tingkat pengetahuan termasuk pada kategori kurang (45,77%). Simpulan: Tingkat pengetahuan orang tua terhadap terapi myofungsional pada anak Down syndrome di Yayasan POTADS, berada pada kategori baik bagi kelompok yang pernah mendapatkan informasi dan kategori kurang bagi kelompok yang belum pernah mendapatkan informasi mengenai terapi myofungsional. KATA KUNCI: Sindrom Down, Pengetahuan, Terapi MyofungsionalThe level of parental knowledge regarding myofunctional therapy in Down's syndrome: cross-sectional studyABSTRACT Introduction: Down syndrome is a genetic disorder associated with the addition of chromosome 21 and is still one of the most common birth defects. One of the distinctive physical characteristics  found is muscle hypotonia, including the orofacial muscles and tongue muscles. Management of muscle hypotonia must be treated with myofunctional therapy, which is carried out routinely. The purpose of this study is to obtain data on the level of parents’ knowledge regarding myofunctional therapy for Down syndrome at the Association of Parents of Children with Down Syndrome (POTADS). Methods: The type of research is a cross-sectional survey design.  The purposive sampling method was used to collect samples,resulting in 96 research samples from POTADS. Data collection was carried out using a questionnaire via the Google Form tool. The data obtained was assessed, and the percentage level of parental knowledge was categorized into three categories: good, sufficient, and poor. The level of parental knowledge regarding myofunctional therapy in Down syndrome was divided into two groups: those who had received information and those who had not. Results: The results of data analysis from 96 respondents were divided into two groups, namely the group that had received information with the results of the level of knowledge included in the good category (70.27%) and those who had never received information with the results of the level of knowledge included in the poor category (45.77%). Conclusion: The level of parental knowledge regarding myofunctional therapy in Down’s syndrome at the POTADS Foundation is in the good category for the group who received information and the poor category for the group who  never received information about myofunctional therapyKEY WORDS: Down Syndrome, Knowledge, Myofunctional Therapy
Pengaruh posisi e-glass fiber non dental terhadap kekerasan glass fiber reinforced composite pada gigi tiruan cekat: studi eksperimental Al Isra, Muhammad Firman; Sari, Widya Puspita; Darmawangsa, Darmawangsa
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.49730

Abstract

ABSTRAKPendahuluan Gigi tiruan menjadi solusi yang tepat untuk menggantikan gigi alami yang hilang. Gigi tiruan jembatan dengan bahan porcelain fused to metal paling sering digunakan dalam praktik klinis, namun memiliki kekurangan seperti rentan pecah, memerlukan beberapa kali kunjungan, dan membutuhkan preparasi gigi penyangga yang cukup luas. Alternatif bahan yang dapat digunakan untuk gigi tiruan cekat adalah Fiber reinforced composite dengan E-glass fiber dental yang memiliki kelebihan seperti biokompatibilitas baik, memiliki kekuatan kompresi, dan estetika yang baik. Ketersediaan E-glass fiber dental di Indonesia masih terbatas dengan harga yang cukup mahal. E-glass fiber non dental secara umum biasanya digunakan di bidang teknik, sedangkan E-glass fiber dental biasanya digunakan di bidang kedokteran gigi, namun keduanya memiliki komposisi yang hampir sama. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh posisi E-glass fiber non dental terhadap kekerasan Fiber reinforced composite. Metode: Penelitian berjenis eksperimental dengan perbedaan posisi E-glass fiber non dental yang digunakan dalam Fiber reinforced composite. Pengujian dilakukan pada 3 kelompok sampel yang terdiri dari kelompok posisi tension side, kelompok compression side, dan kelompok neutral axis, yang masing - masing terdiri dari 6 kali pengulangan, kemudian diuji dengan menggunakan alat uji kekerasan vickers hardness tester.  Hasil: Hasil pengujian pada Fiber reinforced composite dengan posisi E-glass fiber pada tension side menunjukkan kekerasan tertinggi dengan nilai = 45,77 VHN, sedangkan pada posisi neutral axis nilai kekerasan = 43,35 VHN, dan pada posisi compression side memiliki nilai terendah = 39,60 VHN. Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh posisi E-Glass fiber non dental terhadap kekerasan Fiber reinforced composite.KATA KUNCI: E-glass fiber, Fiber reinforced composite, posisi fiber, kekerasanThe effect of non-dental e-glass fiber position on the hardness of glass fiber reinforced composite in fixed dentures: experimental studyABSTRACT Introduction:Dentures are the right solution to replace missing teeth. Denture bridges made from porcelain fused to metal are most often used in clinical practice, but have disadvantages such as being prone to breaking, requiring several visits, and requiring extensive preparation of the abutment teeth. Alternative materials that can be used for fixed dentures are fiber-reinforced composites with E-glass dental fiber, which have advantages such as good biocompatibility, compression strength, and aesthetics. The availability of E-glass fiber dental in Indonesia is still limited, and the prices are quite expensive. Non-dental E-glass fiber is generally used in engineering, while dental E-glass fiber is usually used in dentistry; however their composition is very similar.The aim of this research is to determine the effect of the position of non-dental E-glass fiber on the hardness of fiber reinforced composite. Methods: Experimental research with fiber-reinforced composites using non-dental E-glass fiber in three different positions include the tension side position group, the compression side group, and the neutral axis group. Each group consisted of six samples and was tested using a Vickers hardness tester. Results: The test results on fiber-reinforced composite hardness showed the tension side position of the E-glass fiber had the highest hardness with a value of 45.77 VHN, the fiber on the neutral axis position had a value of 43.35 VHN, and the compression side had the lowest value of 39.60 VHN. Conclusions: The conclusion from this research is that the position of non-dental E-Glass fiber influences the hardness of fiber-reinforced composites.KEY WORDS: E-glass fiber, Fiber reinforced composite, fiber position, hardness 
Pola sidik bibir suku Batak Mandailing dan Sunda di Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi: studi cross-sectional Amalia, Afifah Fitri; Nismal, Harfindo; Sari, Desy Purnama
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.50334

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Masyarakat pendatang Sumatera Barat berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, diantaranya Batak Mandailing (proto-melayu) dan Sunda (deutro-melayu). Sumatera Barat dikenal sebagai daerah “Supermarket Bencana” sehingga data antemortem menjadi hal penting bagi individu dalam menentukan identitas, salah satunya dengan sidik bibir. Keunggulan iidentifikasi dengan sidik bibir diantaranya yaitu bersifat permanen sebab tidak berubah sejak usia 6 minggu intrauterine hingga meninggal dunia, bersifat khas, unik dan personal serta mudah dan murah untuk diaplikasika.  Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sidik bibir dominan pada Suku Batak Mandailing dan Sunda di Sumatera Barat berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi. Metode: Jenis penelitian ini merupakan deskriptif observasional menggunakan pendekatan cross sectional dengan metode survei. Sampel berjumlah 28 responden Suku Batak Mandailing dan 28 Suku Sunda. Penentuan etnis responden ditetapkan dari dua generasi sebelumnya, berusia 17-40 tahun, dengan kondisi bibir tidak mengalami inflamasi, kelainan dan tidak pernah dilakukan operasi. Pengambilan sidik bibir menggunakan lipstik, kemudian dicetak dengan selofan dan dianalisis menggunakan sistem komputerisasi. Selanjutnya tipe sidik bibir diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi. Hasil: Pola sidik bibir yang ditemukan pada Suku Batak Mandailing adalah tipe I (60,7%) dan tipe III (28,6%), Sunda tipe I (82,1%). Simpulan: Pola sidik bibir berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi, paling banyak dijumpai pada Suku Batak Mandailing dan Suku Sunda di Kota Padang, Sumatera Barat adalah tipe I (vertikal lengkap).KATA KUNCI: pola, sidik bibir, suku, klasifikasi, suzuki dan tsuchihashiLip Pattern Types among Mandailing Bataknese and Sundanese in Padang City, Sumatera Barat Province, Indonesia: cross-sectional study ABSTRACT Introduction: The immigrant community from West Sumatra comes from various ethnic groups in Indonesia, including Batak Mandailing (proto-Malay) and Sundanese (deutro-Malay). West Sumatra is known as a "Disaster Supermarket" region, so antemortem data is important for individuals in determining identity, one of which is lip prints. The advantages of lip patterns include being permanent because it does not change from the age of six weeks intraurine until death,  being specific, unique and individual, and being simple and cheap to apply. This study aims to determine the dominant lip print pattern of the Mandailing and Sundanese Batak Tribes in West Sumatra based on the Suzuki and Tsuchihashi classifications. Methods: The type of research is descriptive observational study using a cross-sectional approach with survey methods. The sample consisted of 28 respondents from the Mandailing Batak tribe and 28 respondents from the Sundanese tribe. The ethnicity of the respondents was determined by the previous two descendants, aged 17–40 years, with lips that had no inflammation or abnormalities and had never had surgery. Lip prints are taken using lipstick, then printed with cellophane and analyzed using a computerized system. Next, the types of lip prints are classified based on the Suzuki and Tsuchihashi classifications. Results: The dominant lip print patterns of the Mandailing Batak tribe are type I (60,7%) and type III (28,6%); while Sundanese lip print pattern is type I (82.1%). Conclusion: The dominant lip print patterns of the Mandailing Batak and Sundanese tribe are types I (complete vertical).KEY WORDS:  pattern, lip prints, ethnicity, suzuki, and tsuchihashi, classification
Ketinggian kondilus, kebiasaan mengunyah dan gejala temporomandibular disorder pada pasien bergigi lengkap pada berbagai kelompok usia: studi observasional Putri, Sekar Kinanti Dania; Sam, Belly; Damayanti, Merry Annisa
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48115

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Kondilus mandibula merupakan salah satu bagian dari sistem stomatognatik yang morfologinya dapat berubah akibat adaptasi dari daya fungsional. Dalam kondisi tertentu, kondilus dapat memiliki perbedaan di tiap sisinya, seperti pada pasien tidak bergigi maupun bergigi sebagian.  Beberapa faktor seperti bruxism, menopang dagu, tidur satu sisi dan mengunyah satu sisi pada pasien bergigi lengkap, menimbulkan hiperaktivitas otot pengunyahan sehingga dapat menyebabkan nyeri di sekitar temporomandibular joint (TMJ). Hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya perbedaan morfologi antara kedua sisi kondilus, salah satunya adalah ketinggian. Tujuan penelitian adalah mengetahui ketinggian kondilus pada pasien bergigi lengkap dengan menggunakan kuesioner mengenai kebiasaan mengunyah dan gejala temporomandibular disorder. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan studi cross-sectional, mengambil sampel dari data radiograf panoramik pasien bergigi lengkap yang datang ke Instalasi Radiologi RSGM Unpad pada periode bulan Maret-Mei 2023. Ketinggian kondilus pada hasil foto radiograf panoramik diukur menggunakan fitur measure pada software ImageJ, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus indeks asimetri Habets. Pasien yang datang diberikan kuesioner mengenai kebiasaan mengunyah dan gejala TMD dengan TMD-DI. Hasil pengukuran dan kuesioner digunakan untuk pengelompokan sampel. Hasil: Didapatkan sebanyak 46 sampel bergigi lengkap. Hasil perhitungan data penelitian menunjukkan sampel dengan perbedaan ketinggian kondilus lebih banyak ditemukan pada pasien laki-laki dan pada kelompok usia 19-29 tahun. Perbedaan kondilus juga lebih banyak ditemukan pada sampel yang mengunyah menggunakan 1 sisi dan sampel dengan hasil TMD-DI negatif. Simpulan:  Terdapat banyak pasien bergigi lengkap yang memiliki kebiasaan mengunyah 1 sisi dan perbedaan gambaran ketinggian kondilus.KATA KUNCI: Ketinggian kondilus, TMJ, TMD, radiograf panoramik, indeks asimetri habetsCondylar height in complete dentition patient seen through panoramic radiograph: observational study ABSTRACT Introduction: The mandibular condyle is one part of the stomatognathic system whose morphology can change due to the adaptation of functional forces. Under certain conditions, the condyles can have differences on each side, such as in toothless and partially toothless patients.  Some factors, such as bruxism, chin support, one-sided sleeping, and one-sided chewing in full-toothed patients, lead to masticatory muscle hyperactivity that can cause pain around the temporomandibular joint (TMJ). This can be the cause of morphological differences between the two sides of the condyle, one of which is height. The aim of the study was to determine the height of the condyles in complete dentition patients using a questionnaire regarding chewing habits and symptoms of temporomandibular disorder. Methods: This type of research uses a cross-sectional study, taking samples from panoramic radiograph data of complete dentition patients who come to the Radiology Installation of RSGM Unpad in the period March-May 2023. The height of the condyles on the panoramic radiographs was measured using the measure feature in ImageJ software, then calculated using the Habets asymmetry index formula. Patients were given a questionnaire regarding chewing habits and TMD symptoms with TMD-DI. The measurement and questionnaire results were used for sample grouping. Results: A total of 46 complete tooth samples were obtained. The results of the calculation of research data showed that samples with differences in condyle height were found more in male patients and in the age group of 19-29 years. Condyle differences were also found more in samples who chewed using one side and in samples with negative TMD-DI results. Conclusion: There are many complete dentition patients who have one-sided chewing habits and differences in condyle height images.KEY WORDS: condylar height; TMJ; TMD; panoramic radiograph; habets asymmetry index
Hubungan antara kualitas pelayanan radiografi panoramik dengan tingkat kepuasan pasien: studi cross-sectional Darmawan, Adam Eka; Widyaningrum, Rini; Priyono, Bambang; Hanindriyo, Lisdrianto
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.49745

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kualitas pelayanan kesehatan berupa pelayanan medis atau non medis memiliki pengaruh besar terhadap tingkat kepuasan pasien. Tingkat kepuasan pasien juga dipengaruhi oleh harapan pasien terhadap suatu pelayanan serta perilaku petugas. Radiografi panoramik merupakan salah satu pemeriksaan penunjang diagnosis yang utama serta pelayanan radiografi dengan jumlah pasien terbanyak di instalasi radiologi, sehingga penelitian mengenai kualitas pelayanan dan hubungannya terhadap tingkat kepuasan pasien perlu dilakukan untuk mewujudkan pelayanan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas pelayanan radiografi panoramik dengan tingkat kepuasan pasien. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian 60 pasien yang melakukan pemeriksaan radiografi panoramik. Pengambilan data kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan dilakukan pada waktu yang sama secara langsung dengan menggunakan kuesioner tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian. Dari hasil uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner didapatkan 32 item pernyataan untuk mengukur kualitas pelayanan yang terbagi dalam lima aspek yaitu keandalan, jaminan, empati, daya tanggap, dan tampilan fisik serta 29 item pernyataan untuk mengukur tingkat kepuasan yang terbagi dalam enam aspek yaitu aksesibilitas, kesopanan, pelayanan, komunikasi, lingkungan fisik, dan teknik privasi. Kedua variabel penelitian tersebut diukur dengan skala likert dan kategori penilaian ditetapkan berdasarkan penilaian acuan patokan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menguji hipotesis adanya hubungan antara kualitas pelayanan radiografi panoramik dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil: Hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan nilai koefisien korelasi 0,597 antara kualitas pelayanan radiografi panoramik dengan tingkat kepuasan pasien. Simpulan: Semakin tinggi kualitas pelayanan radiografi panoramik maka semakin tinggi tingkat kepuasan pasien.KATA KUNCI: kualitas pelayanan, kepuasan pasien, radiografi, panoramik.Correlation between quality of service and patient satisfaction in panoramic radiography: observational study ABSTRACTIntroduction: The level of patient satisfaction is substantially influenced by the quality of medical and non-medical health services It is also influenced by the patient's expectations for health care and the officers’ behavior. Panoramic radiography is one of the main radiography services  utilized to support diagnosis, with the highest number of patients in the radiology department, so it is necessary to study the quality of service and its relationship to the level of patient satisfaction to attain optimal results. This study aims to determine the relationship between the quality of panoramic radiography services and the level of patient satisfaction at the dental hospital of Universitas Gadjah Mada. Methods: Sixty outpatients undergoing panoramic radiography at our dental hospital served as participants in the study. Data on service quality and satisfaction levels was collected at the same time and directly from respondents using a questionnaire without intervening with the subjects. The validity and reliability test resulted in 32 statement items to measure service quality, which were divided into five aspects, such as reliability, assurance, empathy, responsiveness, and tangible, and additionally 29 items to measure patient satisfaction divided into six aspects, namely courtesy of radiology staff, the quality of radiological service, the existence of good communication with a service provider and desk worker, the physical environment, and the privacy technique. All variables were measured using a Likert scale, and the assessment category was determined based on a criterion-referenced standard. The Spearman correlation test was used to verify the relationship between service quality and the level of patient satisfaction. Results: Based on the results of the Spearman correlation test, there was a significant relationship (p<0.05) with a correlation coefficient of 0.597 between service quality and patient satisfaction. Conclusions: The higher the quality of panoramic radiography services, the higher the level of patient satisfaction at the dental hospital of Universitas Gadjah Mada.KEY WORDS: service quality, patient satisfaction, radiography, panoramic.
Asimetri ketinggian kondilus dan gejala temporomandibular disorder pada pasien edentulous: studi observasional Amara, Rauzanya; Sam, Belly; Lita, Yurika Ambar
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.48118

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Asimetri kondilus merupakan keadaan terjadinya disproporsi ketinggian vertikal kondilus kiri dan kanan. Edentulisme, atau keadaan hilangnya gigi, dapat mengganggu fungsi mastikasi, estetik, dan bicara.  Migrasi patologis gigi yang disebabkan oleh kehilangan gigi dapat menyebabkan maloklusi, yang selanjutnya memberikan beban berlebih pada TMJ.  Beban berlebih telah dihubungkan dengan perbedaan morfologi kondilus kanan dan kiri. Peneliti belum banyak menemukan publikasi mengenai hubungan edentulous dengan asimetri kondilus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asimetri kondilus serta gejala TMD pada pasien edentulous. Metode: Penelitian observasional secara potong lintang dilakukan pada pasien edentulous yang datang ke Instalasi Radiologi RSGM Unpad untuk mengambil foto radiograf panoramik. Pasien diminta untuk mengisi kuesioner pertanyaan TMD-DI dan pertanyaan terkait keterangan edentulous pasien. Radiograf panoramik dilakukan pengukuran menggunakan indeks Habets untuk menentukan ada atau tidaknya asimetri kondilus. Hasil: Hasil kuesioner dan data panoramik digunakan untuk membagi kluster sampel. Data ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Didapatkan 54 sampel yang mengalami edentulous parsial pada gigi posterior. Asimetri kondilus ditemukan pada 51.85% sampel. Asimetri kondilus lebih sering ditemukan pada sampel perempuan dan sampel di kelompok usia 50-60 tahun. Berdasarkan variabel edentulous, sampel lebih sering mengalami asimetri kondilus pada kelompok kehilangan 6–10 gigi, sampel dengan kehilangan gigi di 4 kuadran, dan sampel dengan durasi edentulous 3 bulan – 1 tahun. Asimetri kondilus juga lebih sering ditemui pada sampel yang mendapatkan hasil skoring TMD-DI negatif. Simpulan: Asimetri kondilus banyak ditemukan pada pasien edentulous. Pasien edentulous dengan gejala TMD tidak banyak ditemui pada penelitian ini.KATA KUNCI: Asimetri kondilus, edentulisme, TMD, radiografi panoramik, indeks Habets Condylar asymmetry and TMD symptoms in edentulous patients: observational studyABSTRACTIntroduction:Condylar asymmetry refers to a disproportion in the vertical height of the left and right condyles. Edentulism can interfere with mastication, esthetics, and speech function. Pathological migration of teeth caused by tooth loss can lead to malocclusion, further overloading the TMJ. Overload of the TMJ has been associated with differences in the morphology of the right and left condyles. The relationship between condylar asymmetry and edentulism is still a subject that is rarely studied. This study aims to look at the asymmetry of the condyle height in edentulous patients along with TMD symptoms. Methods: A cross-sectional descriptive study was performed on edentulous patients who came to the Radiology Installation of Padjadjaran University Dental Hospital to take a panoramic radiograph. Subjects were asked to fill out a questionnaire. The patients’ panoramic radiograph data was taken to evaluate condylar asymmetry using the Habets asymmetry index. Results:The results of the questionnaire and panoramic data were used to divide the sample clusters. 54 samples with posterior edentulism were obtained. Condylar asymmetry was found more commonly in women and samples aged 50 to 60 years. Based on edentulism, samples with 6 to 10 missing teeth, samples with missing teeth in 4 quadrants, and samples with a duration of edentulism for 3 months - 1 year had more condylar asymmetry. Condylar asymmetry was also more prevalent in samples with negative TMD-DI results. Conclusion:The number of edentulous patients with condylar asymmetry is slightly greater than that with condylar symmetry. Only a few samples displayed TMD symptomsKEY WORDS: Condylar asymmetry, edentulism, TMD, panoramic radiography, Habets index

Page 1 of 2 | Total Record : 15