cover
Contact Name
Sonezza Ladyanna
Contact Email
ladyannasonezza@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
puitikaunand@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Puitika
Published by Universitas Andalas
ISSN : 0854817X     EISSN : 25806009     DOI : -
Core Subject : Education,
PUITIKA merupakan jurnal ilmiah humaniora yang menyajikan artikel orisinal tentang penelitian di bidang bahasa, sastra, dan budaya. Artikel yang dimuat telah melalui proses seleksi oleh redaksi, penyuntingan oleh dewan editor, dan penilaian layak muat oleh dewan bestari. Jurnal ini terbit secara berkala sebanyak dua kali dalam setahun (April dan September) dan sedang dipersiapkan untuk terakreditasi secara nasional.
Arjuna Subject : -
Articles 160 Documents
KARYA TARI GRAFITY TOILET: FENOMENA SOSIAL PENYALAHGUNAAN RUANG PUBLIK Fitra Airiansyah
Puitika Vol 14, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.1.52--61.2018

Abstract

The Toilet graph is visualized on the basis of an interpretation of the Creator's creative ideas. Imagination finally gave birth to new forms in the show. The creation of Grafity Toilet dance work is inspired by social phenomena by focusing on the misuse of public toilets, public toilets are not just places of biological need but also functioned as negative ones such as nasty places, transactions of forbidden goods, and murder. The cultivation method consists of three stages: exploration, improvisation and formation. The structure of Gravity Toilet dance works is divided into three sections with several scenes depicting some activities and actions of toilet abuse. Keywords: grafity, toilet, social phenomenon
GANGGUAN FONOLOGIS PENDERITA ANKYLOGLOSSIA PENUTUR BAHASA MELAYU RIAU Yoffie Kharisma Dewi dan Gusdi Sastra
Puitika Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.11.1.11--25.2015

Abstract

Ankyloglossia is a condition that limits the tongue’s motion. It is also known as tongue-tie. Children with Ankyloglossia generally get the difficulty in sticking out their tongue, also influencing their eat manner, speaking, swallowing, and disturbing breastfeed. Ankyloglossia on children is different based on its severity degree; Mild Ankyloglossia, Moderate Ankyloglossia, and Complete Ankyloglossia (Horton, 1963). More severe its degree means more difficult the tongue moves. In speaking, tongue-tie can cause the words articulation error, especially on words that need tongue mobility’s going up such as in uttering R and L. This articulation error causes phonological disorder on Ankyloglossia’s sufferer. That disorder is phone substitution, phone omission, phone addition, and phone irregularity. In this research, child with Ankyloglossia is represented by Yogi. The purpose of the research is to observe and describe the phonological disorder in his speech.This research is a qualitative research with cross-sectional single case study on subject ‘Yogi’. The method used in collecting data was observational method. In analyzing data, the method used was phonetic articulator of distributional method. The result of the research showed that phonological disorder of Yogi is caused by Mild Ankyloglossia factor. In the phonological disorder, phones substitution, and phones omission are found, but only in consonant [r]. Furthermore, phones addition in his speech is a kind of  glottal addition that commonly happened on children, meanwhile phones irregularity are not found at al. Therefore, the phonological disorder of Yogi generally is caused by Ankyloglossia  Key words: Ankyloglossia, Tongue-tie, Lingual frenulum, Phonological Disorder.ABSTRAK Ankyloglossia adalah suatu kondisi yang membatasi gerak lidah. Ankyloglossia juga dikenal dengan lidah dasi (tongue-tie). Anak dengan Ankyloglossia umumnya mengalami kesulitan dalam menjulurkan lidahnya, serta mempengaruhi cara anak makan, berbicara, menelan, dan mengganggu menyusui. Ankyloglossia pada anak berbeda-beda berdasarkan tingkat keparahannya, yakni Ankyloglossia Ringan, Ankyloglossia Moderat, dan Ankyloglossia Sempurna (Horton, 1963). Semakin tinggi tingkat keparahannya, maka semakin sulit lidah penderita Ankyloglossia tersebut bergerak. Dalam berbicara, tongue-tie dapat menyebabkan kesalahan artikulasi kata-kata, terutama pada huruf-huruf yang membutuhkan gerakan lidah ke atas, seperti pengucapan huruf R dan L. Kesalahan artikulasi ini menyebabkan gangguan fonologis pada penderita Ankyloglossia. Gangguan fonologis tersebut berupa penggantian fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan ketidakteraturan bunyi. Dalam Penelitian ini, anak dengan Ankyloglossia Ringan diwakili oleh Yogi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gangguan fonologis dalam tuturan Yogi yang disebabkan oleh Ankyloglossia yang ia alami.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus tunggal cross-sectional pada subjek ’Yogi’. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode simak. Dalam menganalisis data, metode yang digunakan adalah metode padan fonetis artikulatoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan fonologis yang dialami subjek disebabkan oleh Ankyloglossia. Pada gangguan fonologis, ditemukan penggantian fonem dan penghilangan fonem, namun hanya pada fonem [r] dan [l]. Di samping itu, penambahan bunyi yang muncul dalam tuturan Yogi merupakan bentuk penambahan glottal yang biasa terjadi pada anak-anak, sementara itu ketidakteraturan bunyi tidak ditemukan sama sekali. Dengan demikian, gangguan fonologis pada Yogi disebabkan oleh Ankyloglossia yang ia alami.  Kata Kunci: Ankyloglossia, Tongue-tie, Lingual frenulum, Gangguan Fonologis.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MATA KULIAH KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA KE-SD-AN MAHASISWA PRODI PGSD Hidayati Azkiya; Muhammad Tamrin
Puitika Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.13.2.162--173.2017

Abstract

Research begins from the low ability of learning Indonesian Language Skills to elementary school students Elementary School Education Studies. This is seen in the midterm exam results as well as interviews with lecturers of Indonesian Language Skills Speaking to SD-an. The objective of this research is to know the influence of active learning model of card sort type to learning Indonesian Language Skills to Elementary School Primary School Teacher Education Program students. The type of this research is Quasi Eksperimen. Data collection techniques using questionnaires and learning result tests and data analysis techniques with t-test and ANAVA. The results showed that the students' learning outcomes by using the active learning model of card sort type is higher than the conventional learning model both from the whole and from the learning motivation. And there is no interaction of learning model with learning motivation to Indonesian Speaking Skill to SD-an. So it can be concluded that the active learning model of the type of card sort and motivation to learn influence on Indonesian Skills to SD-an. Keywords: card sort, learning motivation, Indonesian language
GAYA BAHASA LOKALITAS MINANGKABAU DALAM NOVEL-NOVEL KARYA WISRAN HADI Rio Rinaldi; Romi Isnanda
Puitika Vol 16, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.12.1.75--89.2016

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa lokalitas Minangkabau dalam novel-novel karya Wisran Hadi. Gaya bahasa yang dimaksud adalah retorik dan majas lokalitas Minangkabau. Gaya bahasa retorik (bermakna langsung) terdiri atas penegasan dan pertentangan. Gaya bahasa majas (bermakna tidak langsung) terdiri atas perbandingan dan sindiran. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data penelitian ini adalah kata, frasa, klausa, atau kalimat yang dapat dirumuskan sebagai gaya bahasa lokalitas Minangkabau. Sumber data penelitian ini adalah novel-novel karya Wisran Hadi yaitu, Tamu, Orang- orang Blanti, dan Negeri Perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) membaca dan memahami gaya bahasa lokalitas Minangkabau dalam novel-novel karya Wisran Hadi yaitu, Tamu, Orang- orang Blanti, dan Negeri Perempuan, (2) mengklasifikasi data yang berhubungan dengan gaya bahasa lokalitas Minangkabau, yaitu retorik penegasan dan pertentangan dan majas perbandingan dan sindiran. Hasil temuan penelitian dalam novel-novel karya Wisran Hadi yaitu, Tamu, Orang-orang Blanti, dan Negeri Perempuan adalah sebagai berikut ini : (1) terdapat gaya bahasa retorik lokalitas Minangkabau, yaitu penegasan (hiperbola, antiklimaks, dan pleonasme) dan pertentangan (paradoks dan antitesis), (2) terdapat majas lokalitas Minangkabau, yaitu perbandingan (metafora, personifikasi, sinekdoke, alusio, dan simile) dan sindiran (ironi, sinisme, dan sarkasme). Dari sejumlah gaya bahasa yang ditemukan, gaya bahasa yang dominan sebagai khas Wisran Hadi adalah majas lokalitas Minangkabau, yaitu majas perbandingan (alusio). Majas perbandingan menjadi ciri khas Wisran Hadi dalam usahanya memberikan corak lokalitas Minangkabau pada karya-karyanya. Hal tersebut berupa gaya bahasa perbandingan yang secara sugestif menggambarkan tentang tempat, orang, dan peristiwa yang bersifat setempat, yaitu Minangkabau. Di samping itu, gaya bahasa lokalitas bertujuan menggambarkan tentang cara pengungkapan, cara merasa, dan lain sebagainya. 
DEKONSTRUKSI AKTING DALAM PERTUNJUKAN TEATER UNDER THE VOLCANO KARYA/SUTRADARA YUSRIL DALAM TINJAUAN ESTETIKA POSMODERN Ilham Rifandi; Andar Indra Sastra; Sahrul N
Puitika Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.2.99--107.2018

Abstract

This study aims to explore the deconstructive tendency of acting in the performances of Yusril's Under the Volcano works / director. The acting device of an actor also develops according to the situation of society and culture. Actors in postmodern culture no   longer analyze the soul, or present patterns of human behavior as Stanislavsky suggested. The actor explores his mental state through the postmodern aesthetic idioms that tend to be artificial, a culture that worships form. In the Under the Volcano theater performance, the concretization process of actor work was born through Minangkabau traditional arts. The research methods used in this study are: Observation, documents, interviews and data analysis. The results of this study indicate that, in the concrete process of work in postmodern culture there are aesthetic idioms built through silek, dendang, poetry and poetry texts which are then implemented in the form of acting that emphasizes the use of gestural acting, prescribes verbality and tends to be acrobatic.  Keywords: postmodern aesthetics, acting, Under the Volcano
METAFORA DESKRIPSI FISIK TOKOH WANITA DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI KARYA HARUKI MURAKAMI Idrus Idrus
Puitika Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.11.1.74--81.2015

Abstract

Utterance in the literature usually contained metaphor. Metaphor in the novel is an expression of the author in creating a sense of imagination through the medium of language. This paper aims to determine the creation of the metaphor physical description of the heroine in the novel Noruwei No Mori created by Haruki Murakami. The research method used in this study is a qualitative method that used the theory of conceptual metaphor found by Lakoff and Johnson (1980). Based on data analysis, there are any interaction or Japanese society with nature so that metaphors can be found in the novel Noruwei No Mori showed a constantly interaction between the Japanese people with their both environment physical and cultural. Keyword: conceptual metaphor, heroin, novel, Norwei no MoriABSTRAK Dalam karya sastra, lazim ditemukan ungkapan yang mengadung metafora. Metafora dalam novel merupakan ekspresi perasaan pengarang dalam mewujudkan imajinasinya melalui media bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan metafora deskripsi fisik tokoh wanita pada novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan teori yang digunakan adalah teori metafora konseptual yang dikemukan Lakoff dan Johnson (1980). Berdasarkan analisis data, diketahui adanya interaksi atau kedekatan masyarakat Jepang dengan alam sehingga metafora yang muncul dalam novel Noruwei No Mori memperlihatkan interaksi terus-menerus antara masyarakat Jepang dengan lingkungannya, baik fisik maupun kultural.   Kata kunci : metafora konseptual, fisik, tokoh wanita, novel, Noruwei No Mori
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MAMAK KARYA NELSON ALWI Nindy Elneri; Harris Effendi Thahar; Abdurahman Abdurahman
Puitika Vol 14, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.1.1--13.2018

Abstract

The purpose of this study is to explain the values of religious education in Nelson Alwi's Mamak novel; describing the values of toughness education in Nelson Alwi's Mamak novel; and describing the values of caring education in Nelson Alwi's Mamak novel. This type of research is a qualitative study by using descriptive method of analysis. The data source in this research is Nelson Alwi's novel Mamak. The results of research on the values of education contained in Nelson Alwi's novel Mamak are as follows: (1) the value of religious education, (2) the values of education toughness, and (3) The values of education awareness. The overall data amounted to 46 data. Of these three values, the highest value is the value of awareness education.Keywords: educational value, novel, Nelson Alwi
TAHAP AWAL MENJELANG PELAKSANAAN PROSESI MOME’ATI MASYARAKAT GORONTALO Elan Halid; Hasmi Novianti
Puitika Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.13.2.102--110.2017

Abstract

This research is based on the cultural tradition of Gorontalo people who always uphold the customs of their ancestors from generation to generation. The ceremony will not be separated from every individual wherever located. The ceremony is different from each other. In Gorontalo for example, the ceremony mome'ati (pembeatan) is still very thick and still often done. This is because, it has become a woman's tradition when entering adolescence to make pembeatan or agreement. Settlement can also be made before the marriage contract. This mome'ati process is different from other traditional ceremonies, even a very unique ceremony in Gorontalo Province, in contrast to traditional ceremonies that exist in other areas. The momeati customs, which are preceded by the stages of activity, molungudu, momonto, mopoduta'a to hipe, mome'ati and mohatamu. The procession of mome'ati is a consequence of the family / parents, fostering the daughter in order to keep the inner and outer purity, with the knowledge of self-cleansing, and the guarding of her holiness in her life. The stage of the ceremony in the event / aspect of birth and youth, which is hereditary applied by the people of Gorontalo tribe. Based on the background that researchers feel interested in doing research on the early stage ahead of the implementation procession mome'ati Gorontalo people. The method used in this research is descriptive method and semiotic approach. Data were collected through observation, interview and documentation techniques.Keywords: The nature of mome'ati, mome'ati procession, and the people of Gorontalo.
Warna Lokal Minangkabau dan Kesosialan Pengarang dalam Kumpulan Cerpen Penari dari Kuraitaji Karya Free Hearty Rio Rinaldi
Puitika Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.12.2.149--159.2016

Abstract

Sebuah karya sastra mengenai warna lokal Minangkabau akan memperlihatkan setiap atau sebagian dari unsur masyarakat Minangkabau. Karya sastra prosa, seperti kumpulan cerpen yang memuat unsur lokalitas Minangkabau sedikit banyaknya memiliki muatan tentang persoalan sistem kemasyarakatan di Minangkabau. Sekurang-kurangnya, ada sikap dan cara pandang masyarakat setempat yang tergambar melalui penokohan atau latar cerita. Di antara persoalan keminangkabauan tersebut, terdapat beberapa hal lain, di antaranya kehidupan keluarga matrilineal yang besar, kehadiran mamak dengan tugasnya yang khusus dalam kehidupan suatu keluarga, bapak yang diabaikan (sebagai tamu), dan keinginan untuk merantau. Beberapa hal tersebut hadir dalam teks sastra mutakhir melalui polemik. Kehadiran beberapa unsur tertentu dalam karya sastra mutakhir memungkinkan adanya tegangan dan hubungan dengan realitas sosial, seperti sikap dan cara pandang. Unsur yang memungkinkan adanya tegangan dan hubungan dengan realitas sosial itu bukanlah suatu hal yang negatif dalam teks sastra. Justru, inilah yang memungkinkan terbentuknya kesan estetika. Pengarang yang menulis karya sastra berwarna lokal yang hadir dalam konteks kekinian, memiliki kesosialan dalam bentuk lain melalui unsur imajinatif dan proses kreatifnya. Hubungan unsur tersebut dengan realitas sosial tidak terbatas pada hal-hal yang bertanggung jawab untuk membentuk suatu pandangan dunia, unsur imajinatif dan kreatif dari penulisnya saja, tetapi juga kepada reaksi penulis atau tanggapan penulis terhadap kejadian yang terjadi di sekitarnya. Sementara, tugas penulis sastra yang berwarna lokal dalam sastra mutakhir menciptakan style baru guna menciptakan dunia sendiri dalam teks sastra. Setiap style menyarankan suatu interpretasi tertentu dari seorang pengarang.  Kata kunci: warna, lokal, Minangkabau, kesosialan, pengarang
PEMERTAHANAN KEARIFAN LOKAL PEPATAH-PETITIH SEBAGAI PENGUATAN SUMBER DAYA SOSIAL BAGI MASYARAKAT TENGGER Dwi Handayani; Mochtar Lutfi; Luita Aribowo
Puitika Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.2.174--189.2018

Abstract

Kearifan lokal bagian dari budaya merupakan segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga dalam kurun waktu yang cukup lama secara turun temurun oleh sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Salah satu bentuk kearifan lokal yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut yang dikenal dengan folklore atau tradisi lisan, yaitu pepatah-petitih yang dituturkan oleh para leluhur kita. Pepatah-petitih merupakan suatu cara orangtua di zaman dahulu untuk memberikan nasihat  atau petuah yang terkandung nilai-nilai falsafah kehidupan. Pada dasarnya, setiap ungkapan nasihat orangtua duhulu ditujukan untuk kebaikan alam, kehidupan masyarakat, terutama pada keluarga untuk mengendalikan sikap dan tingkah laku. Setiap daerah memiliki tradisi lisan sebagai bentuk pola pikir dalam ungkapan pepatah-petitih dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan bahwa pepatah-petitih sebagai budaya tradisi lisan yang mngandung pandangan-pandangan atau pedoman hidup yan baik dalam kehidupan sosial. Tradisi budaya atau tradisi lisan di masa lampau terkadang tidak dapat dihadirkan pada masa kini karena mengalami transformasi yang mungkin terkesan “mati suri” karena tidak dapat hidup pada komunitasnya. Namun, secara temporal, nilai-nilai (value) dan normanya masih dijadikan sebagai memori kolektif di masa lalu dan masa sekarang sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendidik generasi penerus dalam memperkuat identitas karakter mereka. Adapun salah satu daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah masyarakat Tengger yang terletak di Jawa Timur. Masyarakat Tengger dikenal memiliki kearifan lokal yang bermuatan positif, harmonis, adaptif, dan religious sehingga proses internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budaya adat masyarakat berjalan sangat baik. Kearifan tersebut tidak hanya mengacu pada keyakinan terhadap agama tetapi juga pada kekuatan dan kepercayaan terhadap petuah leluhur, yaitu berupa ungkapan pepatah-petitih yang tidak hanya sebagai living memories tetapi juga sebagai living traditions terhadap generasinya. Bagi masyarakat Tengger, kepercayaan terhadap sesuatu yang magis masih diyakini hingga sekarang sedangkan anggapan terhadap ungkapan pepatah-petitih tentunya dapat diidentifikasikan dengan baik. Hal ini dianggap penting karena mengingat potensi tradisi lisan hampir terabaikan bahkan ada anggapan bahwa suatu yang bersumber dari kelisanan hanya menjadi kenangan belaka. Kata-kata kunci: kearifan lokal, budaya pepatah-petitih, masyarakat Tengger

Page 4 of 16 | Total Record : 160