cover
Contact Name
Hendra
Contact Email
agroteknikapolitani@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agroteknikapolitani@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. lima puluh kota,
Sumatera barat
INDONESIA
Agroteknika
ISSN : 26853353     EISSN : 26853450     DOI : -
Agroteknika adalah jurnal nasional untuk publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Agroteknika sebagai kajian ilmiah hasil penelitian pada bidang teknologi pertanian dengan ruang lingkup: mekanisasi pertanian, teknologi pangan, irigasi, teknologi budidaya tanaman pangan dan perkebunan, energi terbarukan, sistem informasi pertanian, sistem informasi geografis dan bioinformatika.
Arjuna Subject : -
Articles 175 Documents
Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Sirsak (Annona muricata) terhadap Kejadian dan Intensitas Serangan Hama pada Pertanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) R. Arif Malik Ramadhan; Dhea Nurul Amalia; Nasrudin Nasrudin
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.165

Abstract

Penggunaan pestisida sintetik umum digunakan masyarakat untuk mengurangi OPT pada tanaman budidaya, namun pestisida ini memiliki kekurangan diantaranya tidak ramah lingkungan, hama sasaran menjadi resisten, dan musuh alami yang bukan sasaran ikut musnah. Pemanfaatan pestisida nabati merupakan salah satu upaya untuk menekan populasi hama pada tanaman, dan meminimalisir pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keefektifan ekstrak metanol biji A. muricata terhadap kejadian dan intensitas serangan pada daun dan buah C. annum. Perlakuan yang diujikan dalam penelitian merupakan ekstrak biji A. muricata dengan konsentrasi P0 (0%), P1 (0,25%), P2 (0,5%), P3 (1%), P4 (2%), P5 (4%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 Perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang efektif untuk menurunkan intensitas dan kejadian serangan hama pada buah C. annum terdapat pada konsentrasi 1% (P3).
Aplikasi Berbagai Penambahan Pupuk Organik dan Penggunaan Mulsa Terhadap Produksi Benih Kentang Varietas Granola Kembang Eva Rosdiana; Sri Rahayu; Muhammad Ferdiansyah; Vega Kartika Sari
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.154

Abstract

Produksi kentang nasional saat ini hanya sebesar 1.314.650 ton dan luas tanam 68.223 ha, sedangkan produktivitasnya 19,27 ton/ha. Kondisi ini bisa dikatakan belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia, ini disebabkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sekarang berjumlah 270,20 juta jiwa. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kentang agar meningkat adalah dari faktor budidayanya diantaranya pemupukan dan penggunaan mulsa agar menghasilkan benih yang bermutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aplikasi Berbagai penambahan pupuk organik dan penggunaan mulsa terhadap produksi benih kentang varietas granola kembang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah penambahan pupuk oganik yang terdiri atas tanpa pupuk organik (P0), 20 ton/ha pupuk kandang kambing kulit kopi (P1), 20 g ton/ha pupuk organik kascing (P2), dan 2 ton/ha pupuk organik pabrikan (P3). Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik hitam perak (M1) dan tidak menggunakan mulsa plastik hitam perak (M2). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penambahan pupuk organik pabrikan menghasilkan tinggi tanaman tertinggi sebesar 147,70 cm pada umur 56 HST, jumlah daun tertinggi pada umur 28 HST sebesar 25,70 helai dan jumlah umbi pertanaman tertinggi sebesar 18,90 umbi. Perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan tinggi tanaman umur 14 HST sebesar 10,24 cm, namun pada umur 42 HST dan 56 HST tanaman kentang tanpa diberi mulsa mempunyai tinggi tanaman tertinggi berturut-turut sebesar 73.80 cm dan 136.15 cm. Produksi umbi pertanaman serta produksi umbi per plot dan perhektar diperoleh paling banyak pada perlakuan yang tidak menggunakan mulsa PHP yaitu berturut-turut sebesar 18,65 g, 582,45 g, 13,74 kg dan 6,55 ton/ha.
Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris Schard.) dengan Berbagai Konsentrasi POC Urine Kelinci dan Pemangkasan Buah Rian Wildan; Selvy Isnaeni; Nasrudin Nasrudin
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.157

Abstract

POC urine kelinci mengandung berbagai macam hara yang bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pemangkasan buah bermanfaat untuk menghasilkan kualitas semangka. Tujuan dari penelitian yaitu mengkaji pengaruh konsentrasi POC urine kelinci dan pemangkasan buah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Rancangan Acak Kelompok berfaktor dengan faktor pertama yaitu konsentrasi POC urine kelinci (10 mL.L-1, 15 mL.L-1, 20 mL.L-1, dan 25 mL.L-1), dan faktor kedua yaitu pemangkasan buah (satu buah disisakan dan dua buah disisakan), pengulangan dilakukan sebanyak tiga ulangan. Konsentrasi POC urine kelinci dan pemangkasan buah berpengaruh nyata pada parameter panjang sulur tanaman. Perlakuan P3 (20 mL.L-1) memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan P1(10 mL.L-1), perlakuan P3 (20 mL.L-1) menghasilkan sulur terpanjang yaitu 159.25 cm, sedangkan perlakuan P1 (10 mL.L-1) menghasilkan sulur terpendek yaitu 125.20 cm. Perlakuan pemangkasan buah mempengaruhi pertumbuhan panjang sulur pada umur 28 HST. Konsentrasi POC urine kelinci dan pemangkasan buah tidak mempengaruhi jumlah daun, warna daun, bobot buah, panjang buah, lingkar buah, ketebalan kulit buah, dan total padatan terlarut. Konsentrasi POC urine kelinci yang terbaik yaitu 20 mL.L-1 pada parameter jumlah daun, warna daun, panjang sulur, berat buah, panjang buah, bulat buah, ketebalan kulit buah, dan total padatan terlalut buah sedangkan pemangkasan buah yang terbaik yaitu B1 (satu buah semangka) pada parameter berat buah, panjang buah, lingkar buah, dan ketebalan kulit buah.
Review Artikel: Keanekaragaman Hanjeli (Coix lacrima-jobi L.) di Sumatera Barat Nugraha Ramadhan; Rachmad Hersi Martinsyah; Muhsanati Muhsanati; Obel Obel; Indra Dwipa
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.193

Abstract

Indonesia dikenal sebagai wilayah megabiodiversity, hal ini disebabkan karena menyimpan keanekaragaman spesies flora serta fauna yang melimpah. Kuantitas dari biodiversitas ini bersifat fluktuatif, kenaikan terjadi jika ditemukan spesies-spesies baru di alam, dan penurunan bisa disebabkan akibat terjadinya kepunahan. Sumatera Barat merupakan daerah dengan tingkat sumber keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun sampai saat ini potret biodiversitas provinsi Sumatera Barat tidak dideskripsikan secara menyeluruh dan lengkap, tercatat belum semua daerah memiliki basis data kanekaragaman hayati. Salah satu pangan lokal alternatif yang belum teridentifikasi secara menyeluruh ialah tanaman hanjeli dengan nama ilmiah Coix lacrima-jobi L. Tujuan dari review artikel ini yakni untuk mengumpulkan informasi-informasi perihal kondisi keanekaragaman tanaman hanjeli yang ada di Sumatera Barat. Ditemukan bahwa hanjeli mampu untuk tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi serta mampu adaptif pada bermacam kondisi ekosistem, antara lain pada lahan kering serta zona di sekitar sumber aliran air. Diketahui bahwa terdapat keanekaragaman tanaman hanjeli yang ditemukan di provinsi Sumatera Barat, hal ini terlihat dari keragaman fenotipik yang ditampilkan baik berupa karakter kualitatif maupun kuantitif pada batang, daun, bunga, serta biji.
Respon Produksi dan Mutu Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) pada Aplikasi Pemeliharaan Cabang dan Pemangkasan Pucuk Leli Kurniasari; Muizatuddaliah Muizatuddaliah; Maria Azizah; Suwardi Suwardi
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.196

Abstract

Mentimun menempati peringkat kelima dari sayuran yang cukup digemari di Indonesia. Tingginya konsumsi mentimun masih belum diimbangi dengan produksi dan produktivitasnya. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain melalui perbaikan sistem budidaya sehingga mampu meningkatkan produksi dan menghasilkan benih yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi dan mutu benih mentimun. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor dengan tiga kali pengulangan. Faktor pertama yaitu pemeliharaan jumlah cabang yang terdiri atas tiga taraf: pemeliharaan seluruh cabang pada batang utama [C1], pemeliharaan satu cabang pada batang utama [C2], dan pemeliharaan tiga cabang pada batang utama [C3]. Faktor kedua yaitu pemangkasan pucuk dengan tiga taraf: tanpa aplikasi pemangkasan [P1], pemangkasan pucuk pada ruas ke-20 [P2], pemangkasan pucuk pada ruas ke-30 [P3]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pemeliharaan dua cabang pada batang utama mampu meningkatkan jumlah buah per tanaman hingga 29,17%. Perlakuan tunggal pemangkasan pucuk pada ruas ke-20 dapat meningkatkan jumlah benih per buah sebesar 127,4 butir, bobot benih per buah sebesar 2,78 g dan bobot 1000 butir sebesar 21,6 g.
Respon Pertumbuhan Bunga Matahari di Lahan Pesisir Pantai pada Aplikasi Beberapa Dosis Mikoriza dan Kompos Maggot Obel Obel; Nugraha Ramadhan; Firsta Ninda Rosadi
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.188

Abstract

Bunga matahari termasuk salah satu jenis komoditi pertanian yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini bukan tanpa alasan karena setiap bagian dari bunga matahari dapat digunakan untuk makanan, pakan ternak, bahan baku industri, kecantikan dan obat-obatan. Saat ini pengembangan bunga matahari telah bergeser ke penggunaan lahan marginal seperti lahan pesisir namun memiliki banyak permasalahan. Untuk itu perlu dilakukan berbagai inovasi dan penerapan teknologi. Salah satunya adalah penggunaan mikoriza dan kompos maggot. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan bunga matahari di lahan pesisir pantai pada aplikasi beberapa dosis mikoriza dan kompos maggot. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak kelompok secara faktorial dengan 4 taraf pada masing-masing perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis mikoriza dan dosis kompos maggot yang diberikan akan berbanding lurus terhadap pertumbuhan bunga matahari pada lahan pesisir pantai.
Pengaruh Aplikasi Beberapa Dosis POC dengan Sistem Irigasi Tetes Terhadap Budidaya Beberapa Jenis Peterseli di Dataran Rendah Enik Akhiriana; Mahmudah Hamawi
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.199

Abstract

Peterseli adalah tanaman sayur untuk penambah cita rasa dan tanaman berkhasiat obat. Budidaya peterseli di Indonesia masih terbatas dan produksinya rendah, untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara pengaplikasian pupuk organik cair (POC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dengan sistem irigasi tetes terhadap beberapa jenis peterseli di dataran rendah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai Agustus 2021 di kebun Percobaan Agroteknologi UNIDA Gontor Putri pada ketinggian 100 mdpl dengan suhu rata-rata berkisar antara 26-32oC menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama adalah dosis POC yang diaplikasikan secara irigasi tetes yaitu 0%, 25%, 50% dan 75% POC, faktor kedua adalah jenis peterseli guna mengetahui jenis peterseli yang cocok untuk dibudidayakan didataran yaitu Orfeo, Aphrodite, dan Dark Green Italian. Hasil penelitian perlakuan secara tunggul POC dan jenis peterseli memberikan hasil yang berbeda nyata pengamatan tinggi tanaman, berat basah dan berat segar tanaman. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perlakuan POC dosis 25% dengan irigasi tetes memberikan hasil terbaik karena dapat memberikan hasil jumlah daun terbanyak serta berat segar dan berat kering tertinggi sedangkan untuk jenis peterseli yang memberikan hasil terbaik adalah jenis Dark Green Italian.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Lahan Pasiran Cangkringan, Yogyakarta Anna Kusumawati; Desra Ramadhan Putratama
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.202

Abstract

Pemerintah saat ini sedang melakukan perluasan lahan untuk tanaman tebu sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia, mengingat tanaman tebu masih menjadi bahan baku utama dalam produksi gula.Perluasan lahan ini banyak dilakukan hingga lahan yang marjinal sehingga hal ini menyebabkan hasil produksi kurang maksimal dan diperlukan analisa kesesuian lahan agar dapat memberikan saran pengelolaan lahan yang paling tepat sesuai lokasi dan hasil maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik dan kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman tebu di lahan tebu petani di Desa Agromulyo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan pada bulan Mei 2021-Maret 2022 pada tiga Satuan Peta Lahan (SPL). Analisa yang diamati antara lain temperatur, curah hujan, drainase, tekstur, kedalaman tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH, C-organik, N, P2O5, K2O, kelerengan, bahaya erosi dan banjir. Data yang didapatkan kemudian dianalisa menggunakan metode matching dan deskriptif untuk menentukan hasil penilaian evaluasi lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk penanaman tebu, kelas kesesuaian lahan di Cangkringan adalah sesuai marginal (S3(oa,na)) dengan faktor pembatas meliputi drainase (oa) dan ketersediaan hara (na). Setelah dilakukan perbaikan faktor pembatas, kelas kesesuaian lahan potensialnya dapat naik satu tingkat menjadi kelas kesesuaian lahan sesuai (S2(oa,na)). Perbaikan faktor pembatas dapat dilakukan dengan melakukan pembajakan tanah, pemberian bahan organik dan penambahan dosis pupuk P dan K.
Karakteristik Sensori dan Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional yang Diperkaya Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dan Daun Kelor (Moringa oleifera) Yuanita Indriasari; Risman Risman; Indra Raungku
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.206

Abstract

Minuman fungsional atau minuman herbal adalah minuman yang dibuat dari bahan-bahan herbal dan memiliki manfaat seperti menambah asupan gizi atau vitamin, meningkatkan stamina bahkan dapat mengurangi resiko penyakit tertentu. Bunga telang (Clitoria ternatea L) dan daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bahan herbal yang telah teridentifikasi memiliki kandungan antioksidan tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan baku pembuatan minuman fungsional atau minuman herbal. Penggunaan kedua bahan tersebut dalam satu produk minuman herbal belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bunga telang dan daun kelor terhadap karakteristik sensori dan aktivitas antioksidan minuman fungsional. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan perlakuan bubuk bunga telang (2 g, 4 g dan 6 g) dan bubuk daun kelor (2 g dan 4 g). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 setiap perlakuan berkisar antara 149,36 - 198,76 µg/ml (aktivitas antioksidan sedang – sangat lemah), kadar flavonoid antara 2242,85 – 2792,90 mg/100 g, dengan karakteristik warna hijau teal (3,88 – 3,92) sampai biru teal (4,60 – 4,76) seiring peningkatan konsentrasi bunga telang, aroma agak langu (3,26 – 3,45) sampai langu (2,40 – 2,48), dan rasa agak sepat (2,68-2,72) sampai sepat (1,80 – 1,84). Data tersebut menunjukkan bahwa kombinasi bubuk bunga telang 6 g dan bubuk daun kelor 4 g (T3K2) memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 149,36 µg/ml, dan memiliki karakteristik warna biru teal (4,60), aroma agak langu (3,32) dan rasa sepat (1,80).
Evaluasi Potensi Rendang dan Kalio Minangkabau sebagai Pangan Fungsional Prima Yaumil Fajri; Made Astawan; Tutik Wresdiyati
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.208

Abstract

Rendang merupakan salah satu harta karun masakan tradisional Indonesia yang berasal dari suku Minangkabau Sumatera Barat. Rendang mempunyai komposisi bumbu dan rempah yang banyak dan beragam, yang akan mempengaruhi aktivitas antioksidan dan menghambat oksidasi sehingga lambat tengik yang menjadi penyebab lamanya umur simpan rendang. Selain itu kandungan antioksidan pada rendang akan memiliki potensi sebagai pangan fungsional. Selama proses pemasakan, senyawa produk reaksi Maillard diduga terbentuk. Melanoidin adalah salah satu produk senyawa reaksi Maillard yang memiliki aktivitas antioksidan. Kalio merupakan salah satu masakan asal Sumatera barat yang memiliki komposisi bahan yang mirip dengan rendang, tetapi proses pembuatannya lebih singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana reaksi Maillard selama pemasakan yang berakibat pada pembentukan senyawa melanoidin sebagai pigmen warna cokelat rendang terhadap aktivitas dan kapasitas antioksidan dari rendang dibandingkan dengan kalio yang mungkin berpotensi sebagai pangan fungsional. Variabel yang diukur adalah intensitas pencokelatan, aktivitas dan kapasitas antioksidan, kemudian data dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Intensitas pencokelatan daging rendang (0,322±0,001) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan daging kalio (0,163±0,001). Hal ini menandakan reaksi Maillard lebih jauh terjadi pada daging rendang dibandingkan dengan daging kalio. Sementara aktivitas antioksidan bumbu (62,46±1,43%) dan daging rendang (46,23±1,43%) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bumbu (23,86±1,62%) dan daging kalio (23,9±0,24%). Kapasitas antioksidan bumbu (310,08±7,23 mg EVC 100 g-1 BK) dan daging rendang (227,76±7,23 mg EVC 100 g-1 BK) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bumbu (114,34±9,16 mg EVC 100 g-1 BK) dan daging kalio (114,51±1.20 mg EVC 100 g-1 BK).

Page 7 of 18 | Total Record : 175