cover
Contact Name
Hendra
Contact Email
agroteknikapolitani@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agroteknikapolitani@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. lima puluh kota,
Sumatera barat
INDONESIA
Agroteknika
ISSN : 26853353     EISSN : 26853450     DOI : -
Agroteknika adalah jurnal nasional untuk publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Agroteknika sebagai kajian ilmiah hasil penelitian pada bidang teknologi pertanian dengan ruang lingkup: mekanisasi pertanian, teknologi pangan, irigasi, teknologi budidaya tanaman pangan dan perkebunan, energi terbarukan, sistem informasi pertanian, sistem informasi geografis dan bioinformatika.
Arjuna Subject : -
Articles 175 Documents
Komposisi Limbah Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Pembuatan Biodegradable Film Maria Heviyanti; Murdhiani Murdhiani; Rina Maharany
Agroteknika Vol 4 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/agroteknika.v4i2.86

Abstract

Makanan olahan saat ini umumnya menggunakan bahan kemasan plastic sintetis. Penggunaan plastic sintetis untuk kemasan makanan olahan dapat meningkatkan pencemaran lingkungan karena sulitnya terdegradasi oleh alam. biodegradable film adalah solusi kemasan plastik yang ramah lingkungan. Biodegradable film merupakan plastic organik yang dapat dengan mudah terurai didalam tanah karena terbuat dari polimer hasil pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi bahan yang tepat agar mendapatkan biodegradable film yang berkualita ssebagai bahan kemasan makanan olahan. Pembuatan biodegradable film dimulai dengan pengumpulan ampas tebu dan pelepahnya yang kemudian dipotong dengan ukuran kecil agar mudah dihaluskan untuk mendapatkan selulosa. Selulosa yang dihasilkan direndam dengan NaOH, kemudian hasil rendaman disaring dan ditambah gliserol sebagai plasticer dan CMC sebagai stabilizer, lalu dicetak dan dijemur. Selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium sebelum diaplikasikan ke lapangan dan selanjutnya dapat di produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodegradable film yang baik terdapat pada perlakuan B1 dengan komposisi 75% ampas tebu dan 25% pelepah tebu dengan nilai parameter kuat tarik adalah 0,71 Mpa dan masih dibawah nilai standarisasi plastic biodegradable yaitu 1-10 Mpa. Biodegradable film yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai kemasan produk-produk ringan.
Pengendalian Potensi Pencemaran Air Limbah Rumah Pemotongan Ayam Menggunakan Metode Fitoremediasi dengan Beberapa Jenis Tanaman Air (Komparasi antara Tanaman Eceng Gondok, Kangkung, dan Melati Air) Elida Novita; Amelia Agustin; Hendra Andiananta Pradana
Agroteknika Vol 4 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/agroteknika.v4i2.110

Abstract

Air limbah Rumah Pemotongan Ayam (RPA) secara umum mengandung bahan organik yang tinggi dan berpotensi mencemarai lingkungan. Fitoremediasi merupakan salah satu metode penanganan air limbah menggunakan tanaman sehingga mudah dan murah pada aplikasinya. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kemampuan dari tanaman melati air, eceng gondok dan kangkung pada fitoremediasi bahan pencemar di dalam air limbah rumah pemotongan ayam. Penelitian ini menggunakan metode fitoremediasi dengan tiga jenis tanaman yaitu eceng gondok (Eichornia crassipes), kangkung (Ipomoea reptans poir) dan melati air (Echinodorus palaefolius). Analisis data berdasarkan kondisi fisik tanaman yang meliputi panjang akar, warna daun, dan jumlah batang serta efisiensi penurunan parameter kualitas air limbah yaitu TSS, BOD, COD, kekeruhan dan pH selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kangkong lebih tahan lama dibandingkan tanaman melati air dan eceng gondok berdasarkan pengamatan kondisi fisik tanaman. Kemudian, tanaman kangkung memiliki nilai efisiensi penurunan bahan pencemar tertinggi dibandingkan tanaman melati air dan eceng gondok yang terdiri atas parameter kekeruhan, TSS, TDS, dan COD. Nilai persentase efisiensi penurunan parameter kekeruhan, TSS, TDS, dan COD pada fitoremediasi dengan tanaman kangkung secara berurutan yaitu 91,2%; 81,8%; 44%; dan 64,2%.
Identifikasi Molekuler Trichoderma spp. Indigenous dari Rizosfer Beberapa Varietas Padi Asal Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh Nelson Elita; Eka Susila; Agustamar Agustamar; Rizki Rizki
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.114

Abstract

Peranan mikroba meningkatkan hasil padi metode SRI beragam dipengaruhi jenis, kombinasi mikroorganisme, daya adaptasi, dan teknik aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi mikroba indigenous mampu meningkatkan hasil tanaman padi metode SRI. Jenis mikroba tanah jamur Trichoderma spp. umumnya banyak ditemukan merupakan jamur tanah biasanya ditemukan pada rizosfer tanaman, termasuk rizosfer tanaman padi. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis Trichoderma spp. indigenous secara makroskopis dan molekuler asal rizosfer beberapa varietas padi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Metode yang digunakan adalah eksplorasi, isolasi dan karakterisasi. Eksplorasi Trichoderma spp. indigenous diambil dari tanah rizosfer padi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Isolasi dan karakterisasi jamur Trichoderma spp. indigenous dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dan teknik molekuler dengan Amplifikasi PCR di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok. Hasil penelitian diperoleh isolat T1-KK (Kuriak Kuning), T2-PW (Pandan Wangi), T3- J (Junjuang) ketiganya asal Kabupaten Lima Puluh Kota, T4- S (Sokan), T5-KM (Ketan Merah), T6-SB (Siliah Baganti) asal Kota Payakumbuh. Hasil amplifikasi PCR diperoleh jenis isolat Trichoderma spp dari masing-masing isolat tersebut adalah T1-KK jenis jamur Trichoderma asperellum, T2-PW jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, T3-J jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, T4-S jenis jamur Thichoderma asperellum, T5-KM jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, dan T6-SB jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum.
Pemanfaatan Garam Krosok Sebagai Sumber Hara Essensial dalam Budidaya Tanaman Kelor (Moringa oleifera) di Lahan Ultisol Oksilia; Dian Sari Dewi
Agroteknika Vol 4 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/agroteknika.v4i2.119

Abstract

Kelor (Moringa oleifera) memiliki banyak manfaat sebagai tanaman fungsional. Budidaya tanaman kelor banyak dilakukan di lahan ultisol yang memiliki unsur hara K yang rendah karena terikat oleh senyawa lain, sehingga perlu alternatif penggantinya. Pemanfaatan garam krosok (NaCl) sebagai sumber hara alternatif pengganti pupuk kalium (KCl) pada tanaman budidaya telah banyak dilakukan. Penelitian ini akan membahas penggunaan garam krosok pada budidaya tanaman kelor di lahan ultisol. Penelitian dilakukan dengan menggunakan RAL dengan perlakuan tunggal sebagai berikut: pemberian garam krosok G0 (0 g ),G1 (2 g),G2 (3 g) dan G3 (4 g) yang diulang sebanyak 6 kali. Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi garam krosok pada tanaman kelor mempunyai dampak yang signifikan terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter lingkar batang, berat basah dan berat kering akar, batang dan daun. Perlakuan G2 (garam krosok 3 g tan-1) menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, diameter lingkar batang, berat basah dan berat kering akar,batang dan daun terbaik. Penggunaan dosis > 3 g tan-1 menyebabkan pertumbuhan tanaman kelor terhambat.
Review Artikel: Pati pada Berbagai Sumber Tanaman Mimi Harni; Tuty Anggraini; Rini Rini; Irfan Suliansyah
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.118

Abstract

Ketergantungan Indonesia terhadap produk impor terutama tepung terigu semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi pertimbangan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini karena Indonesia sendiri mempunyai potensi berupa umbi, serealia dan beberapa kacang-kacangan yang merupakan sumber karbohidrat berupa pati dan diharapkan dapat mengurangi penggunaan terigu. Pati pada masing-masing tanaman berbeda jumlahnya dan dipengaruhi oleh komposisi yang ada pada pati tersebut. Komposisi yang ada pati juga mempengaruhi ekstraksi yang dilakukan. Pati dari umbi-umbian lebih mudah untuk diekstrak walaupun hanya menggunakan air. Hal ini terjadi karena rendahnya kandungan protein dan lipid yang terdapat pada umbi sedangkan pada serealia dan beberapa kacang-kacangan hal ini lebih sulit dilakukan karena kandungan protein dan lipid lebih tinggi. Ekstraksi yang disarankan pada ekstraksi serealia dan beberapa kacang-kacangan adalah menggunakan alkali karena dapat menghilangkan pati pada permukaan sehingga menghasilkan pati yang lebih murni. Satu hal yang harus menjadi pertimbangan dalam melakukan ekstraksi pilihlah metode yang ramah lingkungan agar tidak menimbulkan kerusakan.Metode yang dapat dilakuan untuk menghasilkan pati ada 3 jenis yaitu metode ekstraksi dengan air, ekstraksi dengan alkali dan ekstraksi dengan enzim.
Efektivitas Pengolahan Citra dengan Metode K-Nearest Neighbor dan Gray Level Co-Occurrence Matrix untuk Monitoring Pembajakan Tanah dengan Bajak Piring Setiyono Setiyono; Hasbi Mubarak Suud; Hasna Afaf Faizah; Insan Sabri Helwandi
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.125

Abstract

Salah satu teknologi monitoring yang banyak dikembangkan saat ini adalah teknik monitoring menggunakan drone. Pada penelitian ini dilakukan kajian untuk mengetahui efektivitas pengolahan citra hasil pembajakan tanah menggunakan bajak piring yang diambil menggunakan drone untuk monitoring hasil pembajakan menggunakan bajak piring. Metode pengolahan citra yang digunakan yaitu metode KNN (K-Nearest Neighbor) untuk menghitung luas area pembajakan berdasarkan klasifikasi rasio indeks warna RGB (Red, Green, Blue) dan metode GLCM (Gray Level Co-Occurance Matrix) untuk menganalisa tekstur citra guna menduga kedalaman pembajakan. Pada penelitian ini Metode KNN terbukti dapat megklasifikasikan area terbajak dan area tidak terbajak namun akurasinya masih rendah. Semakin besar area yang tidak dibajak di lahan menyebabkan akurasi klasifikasinya juga semakin rendah. Sedangkan pada analisa dengan algoritma GLCM, ciri energi dan ciri entropi merupakan ciri yang paling baik untuk menduga kedalaman pembajakan karena memiliki koefisien korelasi (r) terbaik dibandingkan ciri statistic GLCM lainnya.
Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Sebagai Indikator pH dalam Sistem Kemasan Pintar Fenny Aprilliani; Laksmi Putri Ayuningtyas; Hanis Adila Lestari
Agroteknika Vol 5 No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i2.133

Abstract

Abstract. Bahan pangan yang disimpan mengalami perubahan kualitas diantaranya perubahan warna, bau, timbulnya lendir, serta perubahan pH. Perubahan-perubahan ini terjadi akibat aktivitas dan pertumbuhan bakteri pembusuk serta reaksi fisiologis pada bahan pangan tersebut. Label pintar yang diaplikasikan pada bahan pengemas dapat menjadi solusi untuk mengetahui perubahan parameter mutu yang terjadi selama penyimpanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektifitas antosianin bunga telang sebagai indikator pH pada penyimpanan daging. Bunga telang diekstraksi antosianinnya untuk membuat indikator pH, kemudian diuji aktivitas indikator pH dalam bentuk sensitivitasnya terhadap perubahan warna daging sapi segar pada rentang pH 1-12. Konsentrasi antosianin bunga telang yang didapatkan pada penelitian ini adalah 121,90±1,67 mg/L. Label pintar yang diaplikasikan sebagai indikator pH telah memberikan perbedaan perubahan warna pada berbagai rentang pH dari pH 1-12. Ekstrak antosianin bunga telang berubah dari warna pink menjadi pink ke unguan pada range pH 1-3, perubahan warna ekstrak antosianin ungu menjadi biru untuk range pH 4-10, biru gelap pada pH 11 dan kuning gelap untuk pH 12. Label indikator yang diproduksi mampu digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat kesegaran daging berdasarkan perubahan pH selama penyimpanan dilihat dari parameter Lightness (L*), Chroma (C*), dan Hue (H) terhadap perubahan pH daging sapi segar.
Ketahanan Beberapa Genotipe Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrizi) Rudi Wardana; Nurul Sjamsijah; Risa Yuniar Perdana Putri
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.135

Abstract

Karat daun merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman kedelai yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrizi pada tanaman kedelai. Penurunan hasil produksi yang disebabkan oleh penyakit karat daun ini sebesar 10-90%. Tujuan peneltian ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa genotipe kedelai pada penyakit karat daun. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan 7 genotipe kedelai sebagai perlakuan meliputi GHJ1, GHJ2, GHJ3, GHJ4, GHJ5, Anjasmoro, Ringgit. Parameter pengamatan meliputi, luas permukaan daun, International Working of Soybean Rust (IWGSR), berat biji per tanaman. Data dianalisis dengan SPSS Versi 23.0 yaitu dengan uji ANOVA dan diuji lanjut BNT 5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada luas permukaan daun pada semua genotipe, genotipe GHJ1, GHJ2, GHJ3, GHJ4, GHJ5 memiliki tingkat ketahanan yang tahan terhadap penyakit karat daun, dan untuk varietas Anjasmoro memililiki tingkat ketahanan agak tahan, sedangkan varietas Ringgit memiliki tingkat ketahanan agak rentan pada penyakit karat, berat biji terandah yaitu varietas anjasmoro dengan rata-rata sebesar 3,5 gr pertanaman.
Rancangan Bangun Mesin Pemipil Jagung dengan Sistem Otomatis Berbasis Sekuensial Kontroller Jajang Jaenudin; Ferdi Faizal; Hendriko Hendriko; Nur Khamdi
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.138

Abstract

Mesin pemipil jagung sudah banyak dikembangkan dan bahkan diproduksi secara massal. Beberapa kelemahan yang masih ditemukan proses pemipilan diantaranya adalah masih melibatkan operator secara intensif dan luaran hasil pemipilan masih bercampur antara bonggol dan jagung. Selain itu pada mesin-mesin dengan penggerak motor listrik, terdapat potensi energi yang terbuang pada saat motor aktif sementara jagung yang akan dipipil tidak ada. Pada penelitian ini dikembangkan mesin pemipil jagung semi otomatis untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Metode untuk merealisasikan mesin ini terdiri dari perancangan sistem mekanik, perancangan sistem kontrol, dan integrasi sistem. Disain mekanik mesin dirancang sehingga mampu memisahkan antara jagung hasil pipilan dengan bonggolnya. Pada mesin ini juga ditambahkan fitur sistem otomatis untuk mengendalikan aktivasi motor penggerak menggunakan sensor proximity. Indikator pengujian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pemipilan menggunakan mesin ini mencapai 98,25%, kecepatan proses pemipilan (rate) sebesar 1,8 Kg/menit atau 108 Kg/jam, dan berhasil memisahkan jagung hasil pipilan dengan bonggolnya pada tempat yang terpisah. Fitur sistem otomatis dapat bekerja sesuai dengan perencanaan, dimana motor akan berada pada keadaan mati (standby) ketika jagung pada hoper tidak terdeteksi oleh sensor proximity. Dengan daya motor tanpa beban sebesar 985,6 Watt, potensi penghematan energi adalah sebesar 57,9 KJ yaitu ketika motor dimatikan secara otomatis pada saat jagung pada hoper tidak terdeteksi selama satu menit.
Efektivitas Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiactica L.) Sebagai Anti Kontaminan Dalam Pertumbuhan Kultur Jaringan Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Tedjo MZ Alya Hasna Irbah Septiani; Florentina Kusmiyati; Budi Adi Kristanto
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.147

Abstract

Kentang merupakan tanaman yang mengandung tingkat karbohidrat tinggi sehingga menjadi pangan alternatif pengganti beras. Kultur jaringan menjadi teknik perbanyakan tanaman kentang yang sering digunakan karena dapat menghasilkan bibit kentang dalam jumlah banyak sekaligus. Namun, permasalahan yang sering terjadi pada kultur jaringan adalah kontaminasi oleh mikroorganisme. Penanganan kontaminasi bisa dilakukan dengan menambahkan bahan bersifat menekan pertumbuhan mikroorganisme seperti pegagan. Pegagan mengandung senyawa triterpenoid yang bersifat antimikrobial dan antifungal. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji efektivitas konsentrasi ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L.) sebagai anti kontaminan pada pertumbuhan kultur jaringan kentang var. Tedjo MZ. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan empat kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah konsentrasi ekstrak daun pegagan; C0: 0%, C1: 2,5%, C2:5%, C3: 7,5% dan C4: 10%. Parameter yang diamati adalah panjang akar, panjang cabang, jumlah daun, tinggi planlet, waktu pertama kontaminasi, persentase kontaminasi jamur dan bakteri serta persentase keberhasilan kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak pegagan pada berbagai konsentrasi belum memberikan dampak signifikan pada seluruh parameter. Pemberian ekstrak pegagan pada media planlet kentang terlihat menghambat pertumbuhan planlet kentang daripada perlakuan kontrol, hal ini dapat disebabkan zat senyawa yang terdapat pada ekstrak pegagan bersifat toksik bagi planlet. Perlakuan kontrol memberikan hasil terbaik pada parameter waktu pertama kontaminasi, persentase kontaminasi jamur dan bakteri, persentase keberhasilan kultur jaringan, panjang akar, panjang cabang, jumlah daun dan tinggi planlet.

Page 5 of 18 | Total Record : 175