cover
Contact Name
Serri Hutahaean
Contact Email
serrihthyn@upnvj.ac.id
Phone
+6281375575063
Journal Mail Official
jurnalwidyagantari@upnvj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta Jl. Raya Limo Cinere Depok Jawa Barat 16515
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
ISSN : 24074284     EISSN : 27156303     DOI : 10.52020/jkwgi.v4i2
Core Subject : Health,
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia sebagai bagian dari semangat menyebarluaskan ilmu pengetahuan hasil dari penelitian dan pemikiran untuk pengabdian pada Masyarakat luas, situs Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia menyediakan artikel-artikel jurnal untuk diunduh secara gratis. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia adalah jurnal ilmiah nasional yang merupakan sumber referensi akademisi. Dengan jadwal terbit 2 (dua) kali setahun, yaitu Juni dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 246 Documents
RESILIENSI AKADEMIK MAHASISWA KEPERAWATAN MASA PANDEMI COVID-19 Simanjuntak, Edriyani Yonlafado
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.4023

Abstract

Mahasiswa merupakan insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi di perguruan tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi dan/atau professional. Resiliensi merupakan proses adaptasi baik dalam hal menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman, atau bahkan sumber stress yang signifikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui resiliensi akademik pada pembelajaran mahasiswa Keperawatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi seluruh mahasiswa Keperawatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 193 Mahasiswa dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan resiliensi akademik pada mahasiswa keperawatan pada masa pandemi Covid-19 Di Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan kategori tinggi sebanyak 137 orang (71%).
HUBUNGAN PICKY EATING DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK PRASEKOLAH DI TKA NURUL HUDA TUMARITIS KABUPATEN BOGOR Pebruanti, Parida
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.3181

Abstract

Stunting atau disebut juga tubuh pendek diartikan sebagai kondisi gagalnya pertumbuhan anak yang disebabkan kurangnya asupan zat gizi dalam waktu yang sangat lama akibat dari rendahnya kebutuhan nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan anak dapat dipengaruhi oleh perilaku picky eating. Picky eating memiliki karakteristik sering memilih-milih makan, menolak makanan dan hanya menyukai makanan yang dipilihnya, hal ini jika dibiarkan anak akan berpotensi mengalami kekurangan asupan nutrisi yang dapat mempengaruhi proses pertmbuhannya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara picky eating dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di TKA Nurul Huda Tumaritis Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan total sampling yaitu berjumlah 73 ibu dan anaknya. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang berisi data demografi dan picky eating yang ditentukan dengan menggunakan skala CEBQ (Children Eating Behavior Questionnaire), serta melakukan pengukuran tinggi badan anak. Hasil analisis dengan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,023 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan antara picky eating dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di TKA Nurul Huda Tumaritis Kabupaten Bogor. Saran untuk penelitian selanjutnya agar melaksanakan penelitian dengan populasinya yang lebih luas.Kata kunci: Anak prasekolah, Picky eating, Stunting
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Prambonwetan Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Safitri, Anies Noer
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.3433

Abstract

Imunisasi merupakan suatu bentuk intervensi Kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian pada bayi dan balita. Dengan diberikannya imunisasi akan memberikan kekebalan terhadap tubuh anak. Dari 33 puskesmas di Kabupaten Tuban yang memiliki angka pemberian imunisasi paling rendah di tahun 2018 berada di Kecamatan Rengel yaitu sebesar 82,02%. dari target Renstra sebesar 92,5%. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Desa Banjaragung Wilayah Kerja Puskesmas Prambonwetan Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.          Desain Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi di Desa Banjaragung Wilayah Kerja Puskesmas Prambonwetan. Besar sampel 157 orang. Teknik sampling menggunakan Purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data ditampilkan dengan menggunakan frekuensi.          Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memliki pengetahuan baik (52,9%), dan memiliki sikap negatif atau kurang mendukung  (52,2%).          Sebagian besar ibu yang memiliki bayi di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Dan sebagian besar dikategorikan memiliki sikap negatif atau tidak mendukung tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Faktor sikap dapat dipengaruhi oleh orang lain, diketahui bahwa ibu yang bekerja bisa mendapatkan informasi yang salah tentang informasi yang diterima selama bekerja. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dengan mengikuti kegiatan posyandu, atau kegiatan penyuluhan. Dengan harapan ibu memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya sesuai jadwal yang ditetapkan.
PENGARUH PAKET EDUKASI SEHABID TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS Ladesvita, Fiora; Adyani, Sang Ayu Made; Rosaline, Mareta Dea; Sholihatunnisa, Dini
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.4051

Abstract

Individu dengan penyakit komorbid akan mengalami kecemasan dan ketakutan terhadap paparan COVID-19. Kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh penderita dengan komorbid akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien yaitu dengan pemberian edukasi kesehatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh paket edukasi Sehat dengan Komorbid (SEHABID) terhadap kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus pada masa pandemi COVID-19. Metode: penelitian kuantitatif dengan desain quasy eksperimen melalui pendekatan pre-post test non control group dengan total sampel 159 responden melalui purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik responden dan kuesioner WHO Quality of Life-BREF. Hasil: sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 118 orang (74,2%) dengan pendidikan terakhir SMA 89 orang (56%), 61 orang (38,4%) berprofesi sebagai PNS/POLRI, 70 orang (44%) pernah terinfeksi COVID 19, 33 orang (20,8%) isolasi mandiri di rumah, dan 10 orang (6,3%) di rawat lebih dari 1 minggu di Rumah Sakit. Rerata usia 45,62 tahun (SD = 9,357) dan Rerata kualitas hidup sebelum diberikan intervensi 71,89 (SD=17,429), dan setelah diberikan intervensi 92,54 (SD=17,014). Ada perbedaan kualitas hidup yang signifikan sebelum dan setelah diberikan paket edukasi SEHABID (p value = 0,000; α 0,05). Kesimpulan: Terjadi peningkatan rerata skor kualitas hidup pasien sebesar 20,65 setelah diberikan edukasi kesehatan SEHABID. Terbukti bahwa paket edukasi SEHABID efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan komorbid. 
Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan Depresi Pada Ibu Postpartum Saat Pandemic Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Audyna, Jyhan Aprilia
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.3230

Abstract

Depresi postpartum adalah penyakit mental pada ibu hamil yang muncul 2 – 4 minggu setelah ibu melahirkan, timbulnya depresi ini dapat menyebabkan ibu tidak bisa memperhatikan bayinya dan dapat juga menganggu hubungan antara ibu dan bayi. Salah satu factor yang mempengaruhi depresi postpartum yaitu factor dukungan social suami. Dukungan social suami merupakan suatu bentuk dukungan dari suami kepada istri yang tujuannya adalah  istri yang mempunyai masalah merasa diperhatikan oleh suami, mendapatkan dukungan , merasa dicintai dan dihargai oleh suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan social suami dengan depresi pada ibu postpartum di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yaitu non-probability sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 99 responden. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan social suami dengan depresi pada ibu postpartum saat pandemic covid – 19 di puskesmas kecamatan pasar rebo Jakarta Timur dan hasil nilai p value 0,001 (p < 0,05) pada bivariate variabel dukungan social suami dengan depresi pada ibu postpartum. Dukungan social suami merupakan factor utama yang dapat menyebabkan depresi postpartum. Disarankan bagi ibu yang teridentifikasi depresi postpartum dapat mengkonsultasikan pada psikiater atau Ners spesialis keperawatan maternitas dan keperawatan jiwa.
GAMBARAN MASALAH PSIKOSOSIAL LANJUT USIA SAAT PANDEMI COVID-19 Widiani, Esti; Hidayah, Nurul; Hanan, Abdul
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i2.4120

Abstract

Wabah COVID-19 dapat menyebabkan kematian pada lansia. Ketidaksiapan lansia dalam menghadapi akhir kehidupan termasuk kematian memunculkan masalah psikososial seperti depresi, kesepian, dan kecemasan . Lansia memerlukan spiritualitas dan dukungan sosial yang baik dalam menghadapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spiritualitas, dukungan sosial, depresi, kecemasan, dan kesepian pada lansia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang dilakukan pada lanjut usia. Sebanyak 142 lansia dipilih menjadi responden dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), Geriatric Depression Scale (GDS) short form, Geriatric Anxiety Scale (GAS), The Revised UCLA Loneliness Scale untuk kesepian. Sebagian besar lansia memiliki spiritualitas yang tinggi (71,8%). Dukungan sosial sebagian besar pada posisi sedang (57%). Sebagian besar lansia mengalami depresi ringan (78,2 %). Sebagaian besar lansia mengalami kesepian ringan (48,6%). Sebagian besar lansia tidak mengalami kecemasan (52,1%). Lansia yang mengalami kecemasan ringan sebesar 46,5%. Peran keluarga dan pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan dukungan pada lansia agar terhindar dari masalah psikososial terutama saat wabah COVID-19. 
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN TOILET TRAINING PENYANDANG TUNAGRAHITA DI SLB C AUTIS NEGERI TUBAN Anisa, Salsabila Nur; Retna. P. S.Kep., Ns. M.Kes, Teresia; Wahyurianto S.Kep., Ns. M.Si, Yasin
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i2.3682

Abstract

Toilet training adalah latihan menggunakan toilet, dengan mengajarkan latihan bisa menunjang kemandirian, sehingga terhindar dari sifat ketergantungan pada orang lain. kemampuan kemandirian anak tunagrahita pada umumnya dibawah rata-rata anak normal. Didapatkan data anak tunagrahita dalam tingkatan ringan dan sedang di SLB C Autis Negeri Tuban dalam kemandirian toilet training sebanyak 60% masih mengompol. Penelitian ini bertujuan menggambarakan faktor yang mempengaruhi kemandirian toilet training penyandang tunagrahita di SLB C Autis Negeri Tuban.            Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh orang tua yang memiliki anak tunagrahita sebanyak 120 orang, sampel sebesar 92 orang. Teknik pengambilan sampel  nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Variabel penelitiannya faktor keturunan, proses pendidikan, pola asuh, lingkungan sosial masyarakat, motivasi orang tua, kesiapan secara intelektual, fisik, dan psikologis. Pengolahan data, setelah data terkumpul kemudian diolah dan ditabulasikan.            Hasil penelitian sebagian besar faktor keturunan tidak mempengaruhi sebanyak 65 siswa (71%), hampir seluruhnya faktor proses pendidikan berpengaruh baik sebanyak 79 siswa (86%), hampir seluruhnya faktor pola asuh berpengaruh baik sebanyak 79 siswa (86%), hampir seluruhnya faktor lingkungan sosial masyarakat berpengaruh sebanyak 75 siswa (82%), hampir seluruhnya faktor motivasi orang tua berpengaruh baik sebanyak 80 siswa (87%), faktor kesiapan anak sebagian besar secara intelektual berpengaruh sebanyak 66 siswa (72%), hampir seluruhnya secara fisik berpengaruh sebanyak 79 siswa (86%), dan hampir seluruhnya  secara psikologis berpengaruh sebanyak 73 siswa (79%).            Kerjasama orang tua dan pembimbing diperlukan dalam melatih kemandirian anak untuk toilet training, dengan semakin dilatih kemandiriannya sifat ketergantungan kepada orang lain berkurang, anak lebih percaya diri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR COSTA: Literature Review Wahyuni, Anna Tri; Masfuri, Masfuri -; Arista, Liya -
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i2.4151

Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR COSTA: Literature  Review Anna Tri Wahyuni1), Masfuri2),  Liya Arista3)1,2,3 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia  ABSTRAK  Cedera paling umum yang terjadi pada trauma tumpul adalah fraktur costa (patah tulang iga/rusuk) dimana mekanisme cedera berpotensi mengancam jiwa. Pasien fraktur costa yang menunjukkan tingkat keparahan trauma lebih dari 90% melibatkan kepala, perut dan ekstremitas. Nyeri yang dirasakan akibat dari fraktur costa berkontribusi pada gangguan pernafasan, peningkatan resiko pneumonia dan gagal nafas yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Pedoman penanganan fraktur costa sangat dibutuhkan untuk terjadinya komplikasi.  Studi literature ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pada pasien fraktur costa. Metode penulisan artikel ini menggunakan literature review yang didapat melalui 5 online database yaitu Sage Publishing, Science Direct, SpringerLink, Pub Med dan Google Scholar. Kriteria inklusi jurnal terkait meliputi: free fulltext, berbahasa Indonesia atau Bahasa asing lainnya, metode penelitian prospective, retrospective, case-control, cohort dan terbit antara tahun 2004-2021. Kata kunci yang yang digunakan dalam pencarian adalah “Respiratory depression OR Respiratory failure AND fraktur ribs AND Mortality”. Dari pencarian artikel diperoleh hasil akhir sebanyak 7 artikel yang relevan dan dilakukan proses review. Artikel tersebut menunjukkan hasil bahwa angka mortalitas dipengaruhi oleh faktor usia, skor keparahan cedera, jumlah patah tulang rusuk, dan implementasi penanganan infeksi. Faktor usia, tingkat keparahan cedera dan jumlah tulang rusuk yang patah menentukan tinggi rendahnya angka mortalitas pasien fraktur costa. Penanganan yang tepat dan manajemen nyeri yang sesuai dapat mempengaruhi penurunan angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan fraktur costa. Pengembangan intervensi perawatan pasien fraktur costa terkait manajemen nyeri dan kontrol infeksi menjadi penelitian menarik selanjutnya.Kata kunci : Depresi pernafasan, gagal nafas, fraktur iga, angka kematian, angka kesakitanABSTRACT The most common injury in blunt trauma is a rib fracture, where the mechanism of injury is potentially life-threatening. Patients with rib fracture whose severity of the injury is greater than 90% are associated with damage to the head, abdomen, and extremities. Pain from rib fractures contributes to respiratory failure, increasing the risk of pneumonia and respiratory failure, which increases morbidity and mortality. Recommendations are needed for the treatment of complicated rib fractures. This literature study aims to analyze the factors that influence mortality in rib fracture patients. The method of writing this article uses a literature review sourced from 5 online databases, namely Sage Publishing, Science Direct, SpringerLink, Pub Med, and Google Scholar. The inclusion criteria for related journals included: free full text, in Bahasa  or another foreign language, prospective, retrospective, case-control, cohort study method, and published between 2004 and 2021. Keywords used in the search were: "respiratory depression OR respiratory failure AND rib fractures AND death." From the article search results, we obtained 7 relevant articles which are the final results and a review process is carried out. The article showed that mortality was influenced by age, injury severity score, number of rib fractures, and infection control practices. The mortality rate of patient with rib fracture is determined by Factors such as age, severity of injury, and number of rib fractures. Appropriate care and adequate pain management can help reduce morbidity and mortality in patients with rib fractures. Another interesting research is the development of interventions in the treatment of rib fracture patients related to pain management and infection control.Key words: respiratory depression; respiratory failure; rib fracture; mortality; morbidity.  Alamat korespondensi: RSUD Dr.Kanujoso Djatiwibowo Jalan MT.Haryono No 656 Ringroad BalikpapanEmail: annazahra30@gmail.com  PENDAHULUAN Fraktur costa adalah cedera pada dada karena trauma tumpul, tajam atau kondisi patologis angka morbiditas dan mortilitas. Berdasarkan Western Trauma Association (WTA) sekitar 10% kematian pada orang dewasa muda disebabkan oleh cedera patah tulang rusuk yang melibatkan kepala, perut dan ekstremitas. Sebaliknya, pasien lanjut usia dengan patah tulang rusuk memiliki setidaknya 20% kematian yang secara langsung menyebabkan gagal napas progresif dan pneumonia (Brasel et al., 2017). Risiko pneumonia meningkat sebesar 27%, dan kematian meningkat sebesar 19% untuk setiap fraktur costa lebih dari 2 pada kelompok lanjut usia (Wanek & Mayberry, 2004).  Pasien dengan trauma dada atau fraktur costa harusnya dilakukan pemantauan ketat sejak masuk rumah sakit, 24 jam pertama merupakan identifikasi awal adanya komplikasi yang menyebabkan depresi pernafasan. Menurut penelitian Coary, et.al (2020) fraktur costa adalah cedera paling serius pada 55% pasien berusia di atas 60 tahun yang menyebabkan kematian karena 90% dari patah tulang rusuk menunjukkan cedera tambahan pada pemeriksaan sistemik. Trauma langsung dan hipoventilasi yang diinduksi nyeri menyebabkan komplikasi pernafasan sehingga menjadi beban morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang sering terjadi adalah pneumotoraks diikuti hemothoraks, kontusio paru dan flail chest.Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional dengan fenomena yang berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus) (Bahrudin, 2018). Induksi nyeri pada pasien dengan fraktur costa menyebabkan pasien kesulitan bernafas dimana keparahan memar paru yang mendasarinya signifikan dengan terjadinya hipoksemia atau gangguan pernafasan. Hal ini menyebabkan pasien cenderung membatasi pergerakan dan menjadi tirah baring lama. Kondisi tirah baring lama menyebabkan tubuh mengalami penurunan berbagai fungsi secara sistematis, yang disebut dengan sindroma dekondisi dan rentan terjadinya infeksi (Hashem, Nelliot, & Needham, 2016; Hunter, Johnson, & Coustasse, 2014; Phelan, Lin, Mitchell, & Chaboyer, 2018 dalam Ananta & Fitri, 2020).Fraktur costa atau patah tulang rusuk secara klinis penting disebabkan tiga hal yaitu: sebagai penanda penyakit serius cedera intrathoraks dan perut, sebagai sumber rasa sakit yang signifikan, dan sebagai prediktor untuk kerusakan paru, terutama pada pasien usia lanjut. Organ perut yang paling sering terluka adalah hati dan limpa. Pasien dengan patah tulang rusuk kanan, memiliki 19% hingga 56% kemungkinan cedera hati, sedangkan patah tulang sisi kiri memiliki 22% hingga 28% kemungkinan cedera limpa (Wanek & Mayberry, 2004).  Kematian pada orang dewasa dan lansia cenderung terjadi kemudian (≥72 jam setelah masuk) dan biasanya sebagai akibat dari kegagalan multi-organ yang dipicu oleh insufisiensi pernapasan dan pneumonia sehingga tingkat kematian secara keseluruhan, tanpa memandang usia, diperkirakan antara 10 dan 12% (Wanek & Mayberry, 2004). Tingkat mortalitas untuk pasien trauma usia lanjut yang mengalami patah tulang rusuk lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami cedera toraks (Coary, et.al, 2020). Penelitian yang dilakukan Marini, et.al, (2021) menyatakan indikator penyebab kematian pada pasien fraktur costa dengan atau tanpa trauma kepala dan cedera organ adalah usia, jenis kelamin, ISS (Injury Severe Score), dan GCS (Glasglow Coma Scale).Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan fraktur costa untuk meningkatkan pemahaman tentang penanganan fraktur costa serta mengidentifikasi dari beberapa artikel terkini dalam mengurangi mortalitas. METODE PENELITIAN Metode penulisan artikel ini menggunakan literature review yaitu studi yang berfokus pada hasil penulisan yang berkaitan dengan topik, tema atau variabel penulisan.dan dipakai untuk menghimpun data atau sebuah sintesa sumber-sumber yang  berhubungan dengan topik  penelitian (Nursalam,  2017). Didapatkan   5 database yang dilakukan melalui pencarian elektronik dari yaitu Sage Publishing, Science Direct, SpringerLink, Pub Med dan Google Scholar. Kriteria inklusi telaah jurnal ini adalah free fulltext, berbahasa Indonesia atau bahasa asing lainnya, dengan metode penelitian prospective, retrospective, case-control, cohort dan terbit tahun 2004-2021. Kata kunci yang yang digunakan dalam pencarian adalah “Respiratory depression OR Respiratory failure AND fraktur ribs AND Mortality”. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil studi literature terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pernafasan pada pasien fraktur costa yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat 17.500 artikel yang muncul setelah dilakukan telusur berdasarkan kata kunci dalam google scholar, 10.000 artikel tidak masuk  kriteria inklusi, 350 artikel duplikat dengan database yang lain. Kemudian sisanya disaring kembali berdasarkan hasil abstrak, metode dan hasil temuan sesuai topik peneliti yang diinginkan dan diperoleh 7 artikel yang relevan dan tersedia dalam bentuk fulltext. Beberapa penelitian terkait pencegahan depresi pernafasan pada fraktur costa berfokus pada manajemen nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Penanganan dan pemantauan yang ketat dapat mengurangi komplikasi yang menyebabkan terjadinya depresi pernafasan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas pada fraktur costa menurut Coary, et.al (2020) yaitu: (1) Usia, pasien berusia > 65 tahun memiliki kematian 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan usia dibawahnya pada kondisi fraktur costa lebih dari dua. Pasien dengan komorbid sering menjadi faktor penyulit ditambah dengan kondisi paru-paru yang buruk (misal: perokok). Faktor pemulihan menjadi terhambat disebabkan osteoporosis, sistem pernafasan yang buruk, gangguan pertukaran gas dan tergambar dari lama rawat inap. (2) Jumlah patah tulang, dari beberapa penelitian meta-analisis diperoleh hasil jumlah absolut fraktur tulang rusuk yang berjumlah >2 maka dua kali lebih mungkin meninggal dunia dibandingkan pasien dengan 1-2 patah tulang rusuk. (3) Posisi anatomi patah tulang, Fraktur costa bilateral memiliki resiko kematian lebih tinggi dimana segmen flail chest menghasilkan gerak paradox yang menyebabkan pergerakan dinding dada mengarah kedalam saat inspirasi sedangkan tulang rusuk yang sehat bergerak keluar sehingga ventilasi tidak adekuat dan terjadi depresi pernafasan dan kematian. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Brasel et al., (2006) faktor yang paling mempengaruhi kematian adalah faktor usia ditandai dengan Injury Severity Score (ISS) jika dikaitkan dengan peningkatan terjadinya pneumonia. Analisis yang menyatakan komorbiditas mempengaruhi kematian hal ini disertai dengan faktor usia bukan karena faktor komorbiditas murni. Komorbiditas yang biasanya menyertai fraktur costa menurut penelitian adalah komorbiditas yang spesifik seperti gagal jantung kongestif, aritmia, gagal ginjal, penyakit hati, kanker metastatik dan  penyakit neurologis.Pada penelitian Bulger et al dalam Wanek & Mayberry, (2004), membandingkan pasien yang berusia minimal 65 tahun keatas dengan usia 18-64 tahun dengan metode cohort pada kasus fraktur costa pada kelompok >65 tahun memiliki dua kali mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Risiko pneumonia meningkat sebesar 27%, dan kematian meningkat sebesar 19% untuk setiap fraktur tulang rusuk tambahan pada kelompok lanjut usia.Nyeri adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dengan fraktur costa. Oleh sebab itu penanganan manajemen nyeri untuk mengontrol nyeri terus-menerus dan mencegah depresi pernafasan harus diberikan terapi yang agresif dengan pendekatan multimodalitas. Penelitian yang dilakukan oleh Peek, et.al, (2019) dengan membandingkan pemberian analgesik dengan 4 metode yaitu analgesia epidural, analgesia intravena, blok paravertebral dan blok intercostal, diperoleh hasil berdasarkan systematic review  dan meta-analysis analgesia epidural signifikan mengurangi rasa sakit dibandingkan intervensi yang lain. Intervensi keperawatan sendiri menekankan pada terapi non farmakologis untuk kontrol nyeri pada pasien fraktur. Terapi nonfarmakologis dengan guided imagery dapat mengurangi intensitas dan skala nyeri pada pasien fraktur. Guided imagery mempengaruhi hampir semua fisiologis sistem kontrol tubuh yaitu pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, tingkat metabolisme dalam sel, mobilitas dan sekresi gastrointestinal, fungsi seksual, dan bahkan respon imun (Rossman, 2000). Intervensi ini juga dapat mempercepat penyembuhan pasien dan mengurangi hari rawat inap (Forward et.al, 2015)           Gambar 1. Algorithma fraktur costa (Brasel K.J, et.al, 2016).Western Trauma Association (WTA) menyatakan algorithma penanganan fraktur costa sebagai suatu observasi atau pemantauan ketat pada fraktur costa lebih dari 2 patah tulang (Brasel et.al, 2017). Berdasarkan algoritma diatas maka pasien dengan patah tulang rusuk >2 dengan usia lebih dari 65 tahun jika pada observasi kurang dari 24 jam menunjukkan peningkatan pada depresi pernafasan maka segera pindahkan ke ICU dan pertimbangkan penggunaan ventilator dan operasi rib fixaxion. Penggunaan terapi analgesia epidural digunakan untuk kontrol nyeri dilanjutkan batuk  efektif, tehnik relaksasi nafas dalam dan mobilisasi dini (Brasel et.al, 2017). Analisis terkait studi literatur untuk memperkuat hasil analisis terdapat pada masing-masing artikel dibawah ini. Tabel 1. Artikel terkait faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pernafasan pada pasien dengan fraktur costa.Study citationMetode penelitian Desain PenelitianSampel dan Jumlah sampelHasil temuanA multidisciplinary clinical pathway decreases rib fracture–associated infectious morbidity and mortality in high-risk trauma patientsTodd,et.al,(2006)prospective cohort study Non eksperimental150 pasien dari Februari 2002-Oktober 2004 dengan > 45 tahun dan>4 patah tulang rusuk.Diperoleh hasil usia, skor keparahan cedera, dan jumlah patah tulang rusuk, jalur klinis menurunkan mekanisme hari tergantung ventilator, lama rawat inap, morbiditas infeksi, dan mortalitas dengan (interval kepercayaan 95% [CI] P<0.01).Predicting outcome of patients with chest wall injuryPressley, et.al, (2012)retrospectively reviewedNon eksperimental649 pasien (Juni 2008 hingga Februari 2010) termasuk usia, jumlah patah tulang, cedera bilateral, adanya kontusio paru, klasifikasi memar, LOS, masuk ICU, ventilasi mekanikSebuah sistem penilaian sederhana memprediksi kemungkinan bahwa pasien akan memerlukan ventilasi mekanik dan perawatan yang berkepanjangan. Skor 7 atau 8 memprediksi peningkatan risiko kematian, penerimaanke ICU, dan intubasi. Skor 5 memprediksi lama tinggal yang lebih lama dan periode ventilasi yang lebih lama. Factors Affecting Pneumonia Occurring to Patients with Multiple Rib FracturesByun & Kim., (2013).retrospectively reviewedNon eksperimentalData rekam medis 327 pasien laki-laki rata-rata usia 53 tahun dengan fraktur costa akibat kecelakaan dari Januari 2002- Desember 2008.Faktor yang mempengaruhi pneumonia pada pasien dengan fraktur tulang rusuk multipel dalam analisis multivariat termasuk usia (p=0,004), ISS (p<0,001), dan skor tulang rusuk(p=0,038). Penggunaan antibiotik tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia (p=0,28).Determinants of Mortality in Chest Trauma PatientsEkpe & Eyo, (2014)Retrospective and prospective Non eksperimental149 pasien dengan trauma thoraks 121 laki-laki, 28 perempuan dari Januari 2007-Desember 2011Variabel bebas, umur, jenis kelamin dan jenis cedera dada tidak terbukti berkorelasi dengan mortalitas dengan nilai P >0,05. Namun adanya cedera organ ekstra toraks terkait, skor MEWS saat masuk tinggi> 9, cedera pada interval presentasi lebih dari 24 jam, dan cedera dada yang parah ditandai dengan keterlibatan dada bilateral yang berkorelasi positif dengan mortalitas dengan nilai P <0,05.The number of displaced rib fractures is more predictive for complications in chest trauma patientsChien et.al, (2017)retrospectively reviewedNon eksperimentalJanuari 2013 -Mei 2015 diperoleh data di rumah sakit dengan total pasien 3151. Pasien yang dirawat dengan trauma dada dan patah tulang rusuk, termasuk cedera otak, limpa, panggul atau hatiJumlah patah tulang rusuk yang bergeser bisa menjadi prediktor kuat untuk berkembangnya penyakit paru-paru komplikasi. Untuk pasien dengan kurang dari tiga patah tulang rusuk tanpa perpindahan tulang rusuk dan paru-paru awal atau cedera organ lainnya, manajemen rawat jalan bisa aman dan efisien.Is the number of rib fractures a risk factor for delayed complications? Flores-Funes, et.al, (2020)Retrospective case–control studyNon eksperimentalPasien yang dirawat dengan diagnosis patah tulang rusuk antara 2010 dan 2014, diperoleh 141 pasien.Tidak ada perbedaan dalam karakteristik dasar pasien (usia, jenis kelamin dan Indeks Komorbiditas Charlson) antara kedua kelompok. Perbedaan ditemukan pada jumlah fraktur pada kelompok tanpa komplikasi p>0,05 (tidak signifikan) pada kelompok dengan komplikasi, (p=0,05) dan pada penurunan kadar hemoglobin  (p=0,01). Hari rawat inap bervariasi pada setiap kelompok tetapi tanpa signifikansi statistik (p=0,11). Kesimpulan: Jumlah fraktur iga yang paling baik memprediksi munculnya komplikasi (delayed pleuro-pulmonary) dan perdarahan yang lebih besar) adalah patah tulang rusuk 3 atau lebihPredictors of mortality in patients with rib fracturesMarini, et.al, (2021) Retrospective review Non eksperimental1188 pasien patah tulang rusuk dan cedera tambahan yang dirawat selama Januari 2013-Desember 2014; 800 laki-laki dan 388 perempuan  Usia, GCS, jenis kelamin laki-laki, dan Injury Severity Score (ISS) tetapi tidak jumlah patah tulang rusuk dan/atau Pulmonary contusion merupakan prediksi kematian. Peningkatan mortalitas pada pasien patah tulang rusuk dimulai pada usia 65-80 tahun tanpa peningkatan lebih lanjut. Jumlah patah tulang rusuk bukan faktor independen peningkatan mortalitas terlepas dari usia. Severe traumatic brain injury adalah penyebab kematian paling umum pada pasien usia 16-65 tahun, dibandingkan dengan komplikasi pernapasan pada pasien berusia 80 tahun atau lebih. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan faktor prediktor kematian pada pasien fraktur costa. Dari 7 artikel di atas terdapat berbagai bukti yang mempengaruhi kematian akibat fraktur costa dengan metode penelitian yang berbeda.Penelitian Chien, et.al, (2017) dan Flores-Funes, et.al, (2020) menunjukkan hasil yang hampir sama dimana jumlah fraktur costa yang >2 akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas dikarenakan faktor komplikasi pada paru. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Marini, et.al, (2021) yang menyatakan jumlah dari fraktur costa tidak memprediksi peningkatan mortalitas terlepas dari usia. Menurut peneliti faktor usia menjadi prediktor utama dalam menentukan angka mortalitas pada pasien dengan fraktur costa, dimana peningkatan mortalitas pada pasien patah tulang rusuk dimulai pada usia 65-80 tahun ke atas.Penelitian yang dilakukan Todd et.al,(2006) menghasilkan hipotesa bahwa usia, skor keparahan cedera, dan jumlah patah tulang rusuk, dan implementasi jalur klinis signifikan dengan penurunan lama perawatan di unit perawatan intensif, lama rawat inap di rumah sakit, infeksi pneumonia, dan mortalitas. Maka semakin lanjut usia, tingkat keparahan yang tinggi dan jumlah patah tulang rusuk bilateral atau >2 dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan fraktur costa.Penelitian Pressley et.al, (2012) dilakukan dengan melakukan analisis dengan menggunakan trauma dada scoring system dimana skor >7 memprediksi peningkatan risiko kematian, penerimaan ke ICU, dan intubasi. Penilaian scoring system ini dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan pasien akan memerlukan ventilasi mekanik dan perawatan yang berkepanjangan sehingga dapat memperparah penyakit, menimbulkan infeksi oportunistik dan menyebabkan resiko mortalitas.Penelitian Ekpe & Eyo, (2014) menggunakan system MEWS (modified early warning signs) untuk menganalis faktor prognosis pada pasien dengan trauma dada. Sebagai variabel bebas, umur, jenis kelamin dan jenis cedera dada tidak terbukti berkorelasi dengan mortalitas dengan nilai P >0,05. Namun adanya cedera organ ekstra toraks terkait, skor MEWS saat masuk tinggi> 9, dimana  interval presentasi lebih dari 24 jam dengan cedera dada yang parah ditandai dengan keterlibatan dada bilateral, berkorelasi positif pada mortalitas. Berbeda dengan penelitian sebelumnya Byun & Kim., (2013) dimana faktor umur berpengaruh pada terjadinya infeksi pneumonia dan meningkatkan angka mortilitas dengan atau tanpa diikuti tingkat keparahan pada trauma dada.Berdasarkan analisis diatas terdapat persamaan hasil penelitian dimana rata-rata metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan retrospective review non eksperimental. Peneliti mengamati data rekam medis dari beberapa rentang waktu dengan kriteria inklusi menderita patah tulang rusuk lebih dari dua. Namun, terdapat kriteria yang berbeda-beda pula dimana peneliti memasukkan trauma tambahan seperti brain injury dan cedera pada organ yang lain. Jumlah sampel antara penelitian satu dengan yang lain juga berbeda dari ratusan hingga ribuan data yang dianalisis. Hal ini menyebabkan hasil penelitian yang diperoleh sedikit berbeda antara satu dengan yang lain.Manajemen fraktur costa berfokus pada manajemen nyeri yang adekuat, batuk efektif, relaksasi nafas dalam dan mobilisasi dini (Brasel et al., 2017). Berdasarkan beberapa penelitian manajemen nyeri pada pasien orthopedic terutama pasca operasi adalah dengan guided imagery. The American Holistic Nurses Association menyatakan guided imagery adalah modalitas holistik yang membantu klien dalam menghubungkan pengetahuan batin mereka pada pemikiran, perasaan, dan tingkat penginderaan, mempromosikan penyembuhan bawaan mereka dengan kemampuan bersama-sama memandu klien mengatasi  stres; resolusi konflik; masalah pemberdayaan diri; dan persiapan medis-bedah (Integrative & Review, 2016). Oleh sebab itu, guided imagery tepat jika digunakan pada managemen nyeri non farmakologis yang diterapkan dalam intervensi keperawatan.Dalam teori keperawatan Jean Watson tentang Transpersonal Caring mendefinisikan hubungan manusia yang bersifat caring, bersatu dengan orang lain dengan menghargai klien seutuhnya termasuk keberadaannya di dunia (Alligood, 2014). Watson menyatakan kepedulian transpersonal caring adalah dasar dari teori kepedulian manusia dimana fokus dari kepedulian transpersonal adalah pada peduli, penyembuhan, dan keutuhan, bukan pada penyakit, sakit dan patologi yang mencakup 10 faktor karatif dalam konsep utamanya (Integrative & Review, 2016). Sesuai dengan teori Watson, Guided Imagery (GI) menggabungkan kedua sains (melalui praktik berbasis bukti) dan seni (melalui aplikasi untuk berlatih) untuk mengobati rasa sakit pasien menggunakan imaginasi terbimbing dan teknik relaksasi nafas dalam. Kombinasi dengan terapi obat, GI menyediakan rezim pengobatan holistik untuk manajemen nyeri untuk menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh mereka, memberikan kesempatan bagi klien untuk menciptakan lingkungan penyembuhan internalnya sendiri (Integrative & Review, 2016).Intervensi keperawatan untuk batuk efektif dan mobilisasi dini termasuk poin penting dalam manajemen perawatan pasien fraktur costa. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dan pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal untuk mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan bawah (Potter dan Perry, 2006). Mobilisasi sendiri dapat menghasilkan outcome yang baik bagi pasien seperti meningkatkan pertukaran gas, mengurangi angka Ventilator Associated Pneumoia (VAP), mengurangi durasi penggunaan ventilator, dan meningkatkan kemampuan fungsional jangka panjang (Green, Marzano, Leditschke, Mitchell, & Bissett, 2016 dalam Ananta & Fitri, 2020). Oleh sebab itu, kedua intervensi ini perlu diteliti lebih lanjut guna mengembangkan riset terkait manajemen pasien fraktur costa. SIMPULAN Pasien dengan usia lanjut dengan patah tulang rusuk atau fraktur costa biasanya menunjukkan tingkat kelemahan, multi-morbiditas, dan kompleksitas medis yang tinggi (Coary, et.al, 2020). Hal ini tentu menjadi penghambat dalam faktor penyembuhan tulang dan dapat meningkatkan angka mortalitas. Pemaparan hasil analisis menggambarkan faktor usia, cedera tulang rusuk atau costa bilateral lebih dari 2, terjadinya komplikasi dan cedera pada organ lain menyebabkan pasien harus dirawat di ruang ICU lebih lama karena resiko infeksi dan komplikasi yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.Terlepas dari faktor usia, tingkat keparahan cedera dan jumlah tulang rusuk yang patah menentukan haluaran pasien yang lebih baik. Penanganan fraktur costa yang tepat yang berfokus pada kontrol kerusakan, manajemen nyeri, fiksasi seleksi, dan kualitas hidup mempengaruhi penurunan angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan fraktur costa. Kedudukan dan peran perawat spesialis dalam tugas mengatur asuhan klien dengan kompleksitas tinggi menjadi sangat penting (Masfuri, et.all, 2019) SARAN             Penelitian klinis terkait implementasi keperawatan berbasis kasus masih jarang dilakukan. Implementasi keperawatan pada pasien dengan fraktur costa terkait manajemen nyeri dan kontrol infeksi menjadi penelitian yang menarik untuk dilakukan karena hal ini menjadi indikator faktor yang mempengaruhi angka mortalitas pasien dengan fraktur costa. DAFTAR PUSTAKA  Alligood Raile Martha,2014, Nursing Theorits and their Work, 8th edition, by Mosby, an imprint of Elsevier IncAnanta Tanujiarso, B., & Fitri Ayu Lestari, D. (2020). Mobilisasi Dini Pada Pasien Kritis Di Intensive Care Unit (Icu): Case Study. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(1), 59–66.Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7. https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449Brasel, K. J., Guse, C. E., Layde, P., & Weigelt, J. A. (2006). Rib fractures: Relationship with pneumonia and mortality. Critical Care Medicine, 34(6), 1642–1646. https://doi.org/10.1097/01.CCM.0000217926.40975.4BBrasel, K. J., Moore, E. E., Albrecht, R. A., De Moya, M., Schreiber, M., Karmy-Jones, R., Rowell, S., Namias, N., Cohen, M., Shatz, D. V., & Biffl, W. L. (2017). Western trauma association critical decisions in trauma: Management of rib fractures. Journal of Trauma and Acute Care Surgery, 82(1), 200–203. https://doi.org/10.1097/TA.0000000000001301Byun, J. H., & Kim, H. Y. (2013). Factors affecting pneumonia occurring to patients with multiple rib fractures. Korean Journal of Thoracic and Cardiovascular Surgery, 46(2), 130–134. https://doi.org/10.5090/kjtcs.2013.46.2.130Chien, C. Y., Chen, Y. H., Han, S. T., Blaney, G. N., Huang, T. S., & Chen, K. F. (2017). The number of displaced rib fractures is more predictive for complications in chest trauma patients. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine, 25(1), 19. https://doi.org/10.1186/s13049-017-0368-yCoary, R., Skerritt, C., Carey, A., Rudd, S., & Shipway, D. (2020). New horizons in rib fracture management in the older adult. Age and Ageing, 49(2), 161–167. https://doi.org/10.1093/ageing/afz157Ekpe, E. E., & Eyo, C. (2014). Determinants of mortality in chest trauma patients. Nigerian Journal of Surgery : Official Publication of the Nigerian Surgical Research Society, 20(1), 30–304. https://doi.org/10.4103/1117-6806.127107Forward, J. B., Greuter, N. E., Crisall, S. J., & Lester, H. F. (2015). Effect of Structured Touch and Guided Imagery for Pain and Anxiety in Elective Joint Replacement Patients--A Randomized Controlled Trial: M-TIJRP. The Permanente Journal, 19(4), 18–28. https://doi.org/10.7812/TPP/14-236Flores-Funes, D., Lluna-Llorens, A. D., Jiménez-Ballester, M. Á., Valero-Navarro, G., Carrillo-Alcaráz, A., Campillo-Soto, Á., & Aguayo-Albasini, J. L. (2020). Is the number of rib fractures a risk factor for delayed complications? A case–control study. European Journal of Trauma and Emergency Surgery, 46(2), 435–440. https://doi.org/10.1007/s00068-018-1012-xIntegrative, A., & Review, L. (2016). jhn. 1–10.Marini, C. P., Petrone, P., Soto-Sánchez, A., García-Santos, E., Stoller, C., & Verde, J. (2021). Predictors of mortality in patients with rib fractures. European Journal of Trauma and Emergency Surgery, 47(5), 1527–1534. https://doi.org/10.1007/s00068-019-01183-5Masfuri Masfuri, Agung Waluyo, Yati Afiyanti, Achir Yani S. Hamid (2019) Educational background and clinical nursing tasks performed by nurses in Indonesian hospitals. Enfermería Clínica. 29 (2), 418-423. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.061.Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.Peek, J., Smeeing, D. P. J., Hietbrink, F., Houwert, R. M., Marsman, M., & de Jong, M. B. (2019). Comparison of analgesic interventions for traumatic rib fractures: a systematic review and meta-analysis. European Journal of Trauma and Emergency Surgery, 45(4), 597–622. https://doi.org/10.1007/s00068-018-0918-7Potter&Perry. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.Pressley, C. M., Fry, W. R., Philp, A. S., Berry, S. D., & Smith, R. S. (2012). Predicting outcome of patients with chest wall injury. American Journal of Surgery, 204(6), 910–914. https://doi.org/10.1016/j.amjsurg.2012.05.015Rossman, M. L. (2000). G uided I magery and I nteractive G uided I magery. M. L. Guided Imagery for Self Healing: An Essential for Anyone Seeking Wellness, 930.Simon, B. J., Cushman, J., Barraco, R., Lane, V., Luchette, F. A., Miglietta, M., Roccaforte, D. J., & Spector, R. (2005). Pain management guidelines for blunt thoracic trauma. Journal of Trauma - Injury, Infection and Critical Care, 59(5), 1256–1267. https://doi.org/10.1097/01.ta.0000178063.77946.f5Todd, S. R., McNally, M. M., Holcomb, J. B., Kozar, R. A., Kao, L. S., Gonzalez, E. A., Cocanour, C. S., Vercruysse, G. A., Lygas, M. H., Brasseaux, B. K., & Moore, F. A. (2006). A multidisciplinary clinical pathway decreases rib fracture-associated infectious morbidity and mortality in high-risk trauma patients. American Journal of Surgery, 192(6), 806–811. https://doi.org/10.1016/j.amjsurg.2006.08.048Wanek, S., & Mayberry, J. C. (2004). Blunt thoracic trauma: Flail chest, pulmonary contusion, and blast injury. Critical Care Clinics, 20(1), 71–81. https://doi.org/10.1016/S0749-0704(03)00098-8 
HUBUNGAN CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DENGAN COVID-19 DI RSUD KOJA JAKARTA Sanli, Peren Dita; Herlina, Santi
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i2.3272

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: hemodialisa adalah salah satu wujud dari dialisis yang melakukan fungsi dialisis secara langsung melalui aliran darah. Proses hemodialisa yang lama menimbulkan efek psikologis seperti kecemasan, begitu pula dengan pasien positif Covid-19 yang harus melakukan hemodialisa, tentu akan menambah kecemasan yang dirasakan karena merasa terancam. Kecemasan yang berlebihan akan mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan penyakit. Asuhan keperawtan sangat diperlukan oleh pasien yang menjalani hemodialisa, salah satunya adalah Caring Perawat. Caring Perawat yang membuat suasana tenang, kontak mata yang terjalin, perhatian terhadap kekhawatiran pasien, dan kedekatan fisik sangat baik untuk menjadi lebih dekat dengan pasien dan lebih mudah menghibur pasien. Tujuan: penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisa hubungan Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa dengan Covid-19 di RSUD Koja Jakarta Utara.. Metode: desain penelitian cross-sectional yang dilakukan kepada 39 pasien hemodialisa dengan Covid-19 dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua kuesioner yaitu kuesioner Caring dengan Caring Professional Scale (CPS) dan kuesioner tingkat kecemasan dengan Zung Self Anxiety Scale (ZSAS). Hasil: berdasarkan analisis menggunakan uji  Mann Whitney didapatkan nilai P=0,932 yang memiliki arti tidak ada hubungan Caring perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa dengan Covid-19. Kesimpulan: tidak ada hubungan Caring perawat dengan tingkat Kecemasan pada pasien hemodialisa dengan Covid-19. Kata kunci: Caring Perawat , Tingkat Kecemasan, Hemodialisa, Covid-19.
PENGETAHUAN DAN PERILAKU SISWA DALAM PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM KERJA SMK TARUNA JAYA PRAWIRA TUBAN Wahyurianto, Yasin; Fioriantika, Barena Andyana
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i2.3755

Abstract

Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam manusia untuk melakukan tindakan. Dari hasil survey awal masih ada siswa yang memiliki pengetahuan kurang serta perilaku rendah tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium kerja. Hal ini disebabkan perilaku atau kebiasaan siswa yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang baik sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dilaboratorium kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku siswa dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium Kerja SMK Taruna Jaya Prawira TubanPenelitian ini menggunakan metode Analitik Kolerasi, dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil adalah siswa kelas 11 Pengelasan A dan 11 Pengelasan B di SMK Taruna Jaya Prawira Tuban dengan jumlah populasi  63 dan sampel 54 responden. Teknik pengambilan yaitu menggunakan system purposive sampling. Variable indepen yaitu pengetahuan siswa, variable dependen yaitu perilaku. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisa dengan uji Spearman Rank Correlation.Hasil penelitian menunjukan bahwa uji Spearman Rank Correlation didapatkan p<0,05 dengan jumlah 54 responden, berarti ada hubungan pengetahuan dengan perilaku siswa dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang mempunyai kemaknaan signifikan dengan koefisien kolerasi +447 yang memiliki hubungan sedang.Pengetahuan siswa sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan, salah satunya perilaku dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Maka dari itu semakin baik pengetahuan siswa maka akan berdampak baik pula pada tindakan yang dilakukan, dengan cara menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa yaitu dengan melakukan program penyeluruhan dan adanya mata pelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta memberikan motivasi serta memberikan pengawasan dari guru pada siswa, agar senantiasa patuh dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada setiap tindakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di masing-masing laboratorium sekolah.

Filter by Year

2014 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 9 No 2 (2025): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 9 No 1 (2025): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 8 No 3 (2024): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 8 No 2 (2024): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 8 No 1 (2024): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Volume 7, Nomor 1 Tahun 2023 Vol 7 No 3 (2023): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 7 No 2 (2023): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 6 No 3 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI) Vol 6 No 2 (2022) Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 1 (2014): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 1 (2014): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia More Issue