Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

BERAT BADAN INTERDIALISIS TERHADAP ADEKUASI HEMODIALISA PADA PASIEN HEMODIALISA KRONIK Ladesvita, Fiora; Sukmarini, Lestari
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.556 KB)

Abstract

Berat badan interdialisis merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah penarikan cairan selama menjalani proses hemodialisa. Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengobatan yang dijalani oleh pasien dengan gagal ginjal kronik. Penambahan berat badan interdialisis akan meningkatkan akumulasi cairan di dalam tubuh pasien yang akan meningkatkan beban awal hemodialisis. Keefektifan hemodialisa dapat dilihat dari perbandingan Kt/V dan URR. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah pasien yang menjalani hemodialisa kronik yang memenuhi kriteria inklusi dengan total sampel sebanyak 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah positif artinya semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisa (r = 0,430). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa Kt/V (p value < 0,004; ? 0,05). Sedangkan dengan URR, tidak ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa URR (p value = 0,426; ? 0,05). Nilai V pada Kt/V merupakan volume distribusi urea dalam ml yang sangat dipengaruhi oleh berat badan interdialisis. Semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin besar volume distribusi urea di dalam tubuh sehingga cairan yang ditarik juga semakin banyak.
BERAT BADAN INTERDIALISIS TERHADAP ADEKUASI HEMODIALISA PADA PASIEN HEMODIALISA KRONIK Ladesvita, Fiora; Sukmarini, Lestari
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v3i1.1080

Abstract

Berat badan interdialisis merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah penarikan cairan selama menjalani proses hemodialisa. Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengobatan yang dijalani oleh pasien dengan gagal ginjal kronik. Penambahan berat badan interdialisis akan meningkatkan akumulasi cairan di dalam tubuh pasien yang akan meningkatkan beban awal hemodialisis. Keefektifan hemodialisa dapat dilihat dari perbandingan Kt/V dan URR. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah pasien yang menjalani hemodialisa kronik yang memenuhi kriteria inklusi dengan total sampel sebanyak 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah positif artinya semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisa (r = 0,430). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa Kt/V (p value < 0,004; α 0,05). Sedangkan dengan URR, tidak ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa URR (p value = 0,426; α 0,05). Nilai V pada Kt/V merupakan volume distribusi urea dalam ml yang sangat dipengaruhi oleh berat badan interdialisis. Semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin besar volume distribusi urea di dalam tubuh sehingga cairan yang ditarik juga semakin banyak.
PENERAPAN PENGKAJIAN MUKOSITIS ORAL DENGAN INSTRUMEN ORAL ASSESSMENT GUIDE (OAG) PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA ladesvita, fiora
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v4i2.1826

Abstract

Mukositis akibat kemoterapi dapat menjadi berat dan sangat nyeri, mengganggu nutrisi, meningkatkan mortalitas dan morbiditas serta menyebabkan pembengkakan biaya perawatan. Salah satu metode pengkajian terstruktur sebagai deteksi awal mukositis adalah Oral Assessment Guide (OAG). OAG merupakan instrumen pengkajian oral mukositis dengan metode observasi pada delapan kategori yaitu kemampuan menelan, kondisi bibir, lidah, gigi, selaput lendir, gingiva, tingkat air liur, dan bau mulut. penerapan OAG sebagai Evidence Based Nursing (EBN). mengimplementasikan instrumen OAG untuk mendeteksi mukositis. Berdasarkan hasil pengkajian rutin diruangan, dari 71 orang pasien kemoterapi, 14 orang mengalami mukositis sedang. Sedangkan dengan OAG, 32 orang mengalami mukositis sedang. Sehingga, nilai sensitifitas dari teknik pengkajian OAG dibandingkan dengan teknik pengkajian rutin diruangan yaitu sebesar 45,07% dan 19,7%. Sensitifitas teknik pengkajian mukositis OAG pada pasien pre kemoterapi lebih tinggi daripada teknik pengkajian pertanyaan terbuka dan observasi umum yang rutin dilakukan di RSCM.  instrumen OAG sesuai untuk digunakan di ruangan perawatan karena sebagian besar metode adalah observasi dan lama pengkajian tidak lebih dari 1 menit. Kata kunci : Kemoterapi; Oral Assessment Guide (OAG); Oral Mukositis.
PERBANDINGAN TINGKAT KELELAHAN PADA PASIEN DIABETIC KIDNEY DISEASE DAN HYPERTENSION KIDNEY DISEASE YANG MENJALANI HEMODIALISA Yulianti, Dewi Astri; ladesvita, fiora
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v5i1.2681

Abstract

Penyakit ginjal kronik merupakan gangguan kesehatan yang menyerang ginjal yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan ditandai dengan GFR <15 ml/menit/1,73m2. Ginjal tidak mampu menyaring dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya uremia. Kelelahan adalah perasaan lelah secara fisik akibat aktivitas fisik yang dilakukan tanpa henti. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kelelahan pada pasien penyakit ginjal diabetik dan hipertensi penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis pada komunitas Klub Perawatan Ginjal Indonesia. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 responden. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kadar hemoglobin, karena p value> 0,05. Kemudian tidak ada perbedaan tingkat kelelahan pada pasien penyakit ginjal diabetik dan hipertensi yang menjalani hemodialisis (p value = 0,187).
PENGARUH PAKET EDUKASI SEHABID TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS Ladesvita, Fiora; Adyani, Sang Ayu Made; Rosaline, Mareta Dea; Sholihatunnisa, Dini
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN WIDYAGANTARI INDONESIA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v6i1.4051

Abstract

Individu dengan penyakit komorbid akan mengalami kecemasan dan ketakutan terhadap paparan COVID-19. Kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh penderita dengan komorbid akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien yaitu dengan pemberian edukasi kesehatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh paket edukasi Sehat dengan Komorbid (SEHABID) terhadap kualitas hidup penderita hipertensi dan diabetes melitus pada masa pandemi COVID-19. Metode: penelitian kuantitatif dengan desain quasy eksperimen melalui pendekatan pre-post test non control group dengan total sampel 159 responden melalui purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik responden dan kuesioner WHO Quality of Life-BREF. Hasil: sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 118 orang (74,2%) dengan pendidikan terakhir SMA 89 orang (56%), 61 orang (38,4%) berprofesi sebagai PNS/POLRI, 70 orang (44%) pernah terinfeksi COVID 19, 33 orang (20,8%) isolasi mandiri di rumah, dan 10 orang (6,3%) di rawat lebih dari 1 minggu di Rumah Sakit. Rerata usia 45,62 tahun (SD = 9,357) dan Rerata kualitas hidup sebelum diberikan intervensi 71,89 (SD=17,429), dan setelah diberikan intervensi 92,54 (SD=17,014). Ada perbedaan kualitas hidup yang signifikan sebelum dan setelah diberikan paket edukasi SEHABID (p value = 0,000; α 0,05). Kesimpulan: Terjadi peningkatan rerata skor kualitas hidup pasien sebesar 20,65 setelah diberikan edukasi kesehatan SEHABID. Terbukti bahwa paket edukasi SEHABID efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan komorbid. 
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN KADER KESEHATAN MELALUI PELATIHAN DETEKSI DINI RISIKO DIABETIC FOOT ULCER Santi Herlina; Fiora Ladesvita; Lima Florensia
SABDAMAS Vol 1 No 1 (2019): SABDAMAS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unika Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (708.085 KB)

Abstract

Tingginya angka kematian di Indonesia yang disebabkan oleh diabetes mellitussebesar 4,2% pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan (Riset KesehatanDasar tahun 2018). Angka Kejadian DM di Kota Depok sendiri menempati urutankedua tertinggi setelah penyakit hipertensi sebesar 17% (Dinkes Kota Depok, 2016).Salah satu komplikasi kronik yang umum terjadi pada pasien dengan penyakit diabetesmelitus adalah diabetic foot ulcer (Prompers et al, 2008). Komplikasi ini dapatberujung pada amputasi akibat neuropati. Tindakan pencegahan dari komplikasitersebut diantaranya adalah edukasi kepada masyarakat terkait promotif dan preventifdengan melatih kader kesehatan yang merupakan pelayanan kesehatan pertama dimasyarakat tentang deteksi dini resiko diabetic foot ulcer. Tujuan dari kegiatanpengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalammelakukan deteksi dini resiko neuropati pada pasien DM dengan metode kegiatanadalah memberikan materi pelatihan dan mensimulasikan cara mendeteksi resikoneuropati dan setiap peserta melakukan pemeriksaan deteksi dengan menggunakanmodul pelatihan yang sudah disiapkan. Hasil dari kegiatan pengabdian kepadamasyarakat ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader kesehatandalam mendeteksi resiko komplikasi penyakit DM yaitu neuropati perifer yang dapatmenyebabkan diabetic foot ulcer. Simpulan dari kegiatan ini adalah terjadinyapeningkatan pengetahun dan keterampilan pada kader kesehatan dalam mendeteksiresiko neuropati.
5 DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA Fiora Ladesvita; Nabella Khoerunnisa
JURNAL AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA Vol 3, No 1 (2017): JAKHKJ Maret 2017
Publisher : Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.454 KB)

Abstract

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan antara perawat dan petugas kesehatan lainnya dengan pasien yang berfokus pada kesembuhan pasien. Perawat dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus memiliki kesadaran diri sendiri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu bertanggung jawab. Perawat yang menggunakan keterampilan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan pasien yang akan menghasilkan pemahaman tentang pasien sebagai manusia yang utuh dan akan meningkatkan kepuasan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan gambaran komunikasi terapeutik, gambaran kepuasan pasien, dampak komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Warakas Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 22 pasien dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner. Metode pengumpulan data dilakukan secara cross sectional. Hasil penelitian riset keperawatan tentang dampak komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di puskesmas warakas Jakarta utara dengan kategori kepuasan sangat rendah yaitu 36,3% dengan jumlah 22 responden, menurut jenis kelamin, pendidikan maupun kepuasan. Hanya saja masih ada ditemukan komunikasi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya di kategori confounding jenis kelamin perempuan lebih tinggi dengan nilai 73%, pendidikan tingkat SMA dengan nilai 45% dan kepuasan pasien masih dalam kategori puas dengan nilai 83% dengan nilai komunikasi terapeutik 68%. Rekomendasi pada penelitian ini adalah agar meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di puskesmas sehingga memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya cara melaksanakan tahap-tahap komunikasi terapeutik secara benar.Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Kepuasan Pasien
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Mengkonsumsi Rokok Elektrik (Vape) di Wilayah Jakarta Utara Fiora Ladesvita; Evi Agustina
JURNAL AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA Vol 3, No 2 (2017): JAKHKJ September 2017
Publisher : Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2712.822 KB)

Abstract

Rokok elektrik merupakan rokok yang beroperasi menggunakan tenaga baterai. Namun, tidak membakar tembakau seperti produk rokok biasa. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru. Electronic cigarette dirancang untuk memberikan  nikotin  tanpa  pembakaran  tembakau dengan tetap  memberikan  sensasi  merokok  pada penggunanya. Saat ini penggunaan rokok elektrik (vape) sedang banyak dibicarakan dan menjadi salah satu pilihan untuk merokok dengan varian rasa yang tersedia. Di antara para pengguna rokok elektrik (vape) adalah remaja yang pada dasarnya merupakan masa-masa ingin mencari dan mencoba hal-hal baru tanpa berpikir rasional. Masa ini merupakan masa  perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa  yang  meliputi  perubahan  biologik,  perubahan  psikologik, dan perubahan sosial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja memilih rokok elektrik untuk mereka konsumsi, di antaranya adalah faktor teman, internet, orang tua, televisi, buku, dan faktor lain-lain (kepribadian, psikologis, lingkungan, biologis, dan lain-lain). Metode penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara cross sectional. Hasil penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja mengkonsumsi rokok elektrik (vape) dengan faktor yang paling mempengaruhi  adalah faktor teman dengan rata-rata 5,05 (SD=1,320), selanjutnya adalah faktor orang tua dengan rata-rata 4,92 (SD=1,555), lalu faktor lain-lain (kepribadian, psikologis, lingkungan, biologis, dan lain-lain) dengan rata-rata 4,65 (SD=1,645), kemudian faktor internet dengan rata-rata 4,57 (SD=1,240), selanjutnya yaitu faktor televisi dengan rata-rata 4,08 (SD=1,441), dan terakhir yaitu faktor buku dengan rata-rata 3,37 (SD=1,573).Kata Kunci: Faktor-faktor yang mempengaruhi, Remaja, Rokok elektrik (vape). 
ANALYSIS OF KIDNEY FAILURE RISK FACTORS AMONG HYPERTENSIVE PATIENTS IN BAROS SERANG BANTEN Fiora Ladesvita; Diah Tika Anggraeni; Florensia Lima
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 11, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jkms.v11i2.655

Abstract

Hypertension is one of predisposing factors for decreased kidney function. Early detection of the risk of kidney failure is important to prevent further damage of kidneys because of hypertension. The purpose of this study was to analyze risk factors for kidney failure in hypertensive patients in Baros, Serang, Banten. The research method used was a quantitative study with a cross sectional design and a total sampling technique with  total sample size was 46 people according to the inclusion criteria. The instruments used were a stress level questionnaire and an observation sheet to record blood pressure, proteinuria, albuminuria, and urine creatinine as measured by the Rapid Test Complete Urine Test Strips. The results showed, as many as 22 people (47.8%) with a salt consumption pattern of more than 1 teaspoon a day, 14 people (30.4%) with a history of hypertension in the family and 16 people (34.8%) with mild stress levels, were at risk for chronic renal failure (OR 4.25; p value = 0.019; OR 4.71; p value = 0.029; p value = 0.012). In addition, there was a significant relationship between systolic blood pressure, albuminuria, proteinuria, and urine creatinine with the albumin creatinine ratio (p value 0.000; 0.001; 0.018; 0,001). It is concluded that of the 11 factors, there are 7 factors that are associated with the risk of chronic renal failure in hypertensive patients based on the albumin creatinine ratio.
HUBUNGAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KALSIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Fiora Ladesvita; lilis mulyani
Indonesian Journal of Health Development Vol 3 No 2 (2021): IJHD
Publisher : Fakultas Ilmu kesehatan UPN Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52021/ijhd.v3i2.101

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dengan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari tiga bulan. Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan produksi hormon eritropoietin yang berfungsi untuk memproduksi sel darah berkurang sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Selain itu, kerusakan ginjal dapat menyebabkan penurunan aktivasi vitamin D yang dapat menyebabkan penyerapan kalsium di usus berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan GFR dengan kadar hemoglobin dan kadar kalsium pada pasien CKD yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif menggunakan rekam medis pasien CKD yang menjalani hemodialisis dari bulan Januari sampai Desember 2020. Penelitian ini dilakukan pada 95 sampel dengan metode consecutive sampling. Uji korelasi pearson menunjukkan nilai p 0,000 dan nilai r 0,974 untuk korelasi antara GFR dan kadar hemoglobin. Juga pengujian menunjukkan nilai p 0,000 dan nilai r 0,950 untuk korelasi antara GFR dan kadar kalsium. Kesimpulannya, ada hubungan yang signifikan antara GFR dengan kadar hemoglobin dan kadar kalsium. Kata kunci: Penyakit Ginjal Kronis, Laju Filtrasi Glomerulus, Hemoglobin, Kalsium