cover
Contact Name
Jurnal Kebudayaan
Contact Email
jurnal.budaya@kemdikbud.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
imeldawijaya2@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Kebudayaan
ISSN : 19075561     EISSN : 26858088     DOI : -
Jurnal Kebudayaan was first published by the Center for Cultural Research and Development, Research and Development Agency, Ministry of Culture and Tourism in Juni 2006. In 2016, the Center for Cultural Research and Development was merged with the Center for Policy Research in the Ministry of Education and Culture to become the Center for Education and Culture Policy Research. However, the journal publication continues without any changes in name. Our journal is published three times a year in April, August, and December, and consists of articles of researches and studies regarding policy and challenges in culture, covering topics ranging from: art, tradition, religions and beliefs, cultural objects, museums, history, cultural heritage, language, and other aspects of culture.
Arjuna Subject : -
Articles 105 Documents
POTENSI EKOWISATA BERBASIS BUDAYA MASYARAKAT DI DESA SANARU, KABUPATEN LOMBOK UTARA Purwana, Bambang H. Suta
Kebudayaan Vol 13, No 2 (2018)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.04 KB) | DOI: 10.24832/jk.v13i2.199

Abstract

AbstractRinjani Mountain has been determined by government of West Nusa Tenggara as the Rinjani geopark and tourism destination using ecotourism of community based tourism. Throughecotourism of caommunity based tourism, the tourism, activities will involve participation of community and can provide economic benefits to the community. This article aims to answer the questions of what kinds of tourism potency to develop in supporting ecotourism development in Senaru village? What kind of policy of ecotourism has been implemented in tourism involving traditional society in Senaru village? The aim of this article is to know development of tourism potential and involvement of indigenous people in Senaru Village. The method that used in the study was literature study, observation, and interview to government official, tourism organizer, and prominent figures among society in Bayansubdistrict. The result shows that the managing of tourism in Rinjanu Mountain did not involve people surrounding in Senaru village. Thousands of tourists from abroad and domestic came and stayed in hotels, villas, and home stays in Senary village, but sociallyand economically it did not benefit to traditional society in Senaru village. Keywords: ecotourism, natural preservation, local culture preservation.AbstrakGunung Rinjani oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai Geopark Rinjani sekaligus destinasi wisata dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat (communitybased tourism). Dengan konsep ini kegiatan kepariwisataan akan melibatkan peran serta masyarakat dan dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, apa saja potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang pengembangan ekowisata di Desa Senaru? Apakah kebijakan ekowisata sudah diimplementasikan dalam pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat adat Desa Senaru? Tujuannya mengetahui pengembangan potensi wisata dan pelibatan masyarakat adat di Desa Senaru. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi literatur, pengamatan, dan wawancara terhadap aparat pemerintah, pelaku wisata, dan sejumlah tokoh masyarakat di Kecamatan Bayan. Temuan dari studi ini adalah pengelolaan pariwisata di Gunung Rinjani tidak melibatkan masyarakat adat di Desa Senaru. Ribuan wisatawan manca negara dan wisatawan Nusantara datang silih berganti menginap di hotel, villa dan penginapan di Desa Senaru namun secara sosial dan ekonomi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat adat Desa Senaru.
CAGAR BUDAYA SANG PENUTUR MASA SILAM CULTURAL HERITAGE THE TELLER OF THE PAST Sutaba, I Made
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.062 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.255

Abstract

Archaeological researches in Indonesia have discovered a number of various historical and archaeological artifacts that belong to cultural heritage. As historical evidences, this cultural heritage is an important source of the plural information and messages of the past life of our society. It is remarkable that this cultural heritage has some problems for example problem of typology, function, meanings, and the other for the society. Studying the problems, it is interesting to do research on its function as a teller of the past history that contained various aspects of the life of our society that not yet studied until today. By learning the problems, this research goal is to find the answer of the problems. To reach this goal, we do this research gradually by collecting data through literature study and field observation along with interviews. The next step is analysis carried out through methods of typology analysis, contextual, functional analysis, ethno archaeological and ethno historical approach. Finally the result showed that the function of our cultural heritage is as teller of the many-sided aspects of the past history of our artifacts such as technological aspects, social, and religious aspects but it is impossible to get full completed information due to some reasons. Keywords: archaeological and historical artifacts, cultural heritages, teller of the past.  AbstrakPenyelidikan arkeologi di Indonesia sudah berhasil menemukan artefak sejarah dan arkeologi yang beraneka ragam, yang tergolong sebagai warisan budaya. Sebagai bukti-bukti sejarah, warisan budaya ini adalah sumber informasi dan pesan-pesan kehidupan masyarakat masa lalu yang bersifat pluralistik. Menarik perhatian, bahwa warisan budaya ini mempunyai permasalahan yaitu, permasalahan tipologi, fungsi dan makna dalam kehidupan masyarakat. Mempelajari masalah ini, sangat menarik untuk melakukan penelitian mengenai fungsinya sebagai penutur sejarah masa silam, yang mengandung aneka ragam, aspek kehidupan masyarakat, yang belum dikaji sampai sekarang. Dengan mencermati permasalahan ini, maka tujuan penelitian ini, adalah untuk meneliti permasalahan tadi. Untuk mencapai tujuan ini, penulis melakukan penelitian secara bertahap melalui pengumpulan data dengan metode kajian pustaka dan observasi lapangan yang disertai dengan wawancara. Langkah selanjutnya, adalah melakukan analisis dengan analisis tipologi, kontekstual, analisis fungsional, pendekatan etnoarkeologi dan etnohistori. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cagar budaya itu berfungsi sebagai penutur kehidupan masa silam yang mengandung aspek yang bersfiat jamak, adalah aspek teknologi, sosial dan religi, tetapi tidak mungkin untuk mendapat informasi yang lengkap karena berbagai faktor.Kata kunci: peninggalan sejarah dan purbakala, warisan budaya, penutur masa silam.
RANAH INFORMAL, PATRON-KLIEN, DAN KEKUASAAN DI KALANGAN JAWARA BANTEN Hendrik, Herman
Kebudayaan Vol 12, No 1 (2017)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.727 KB) | DOI: 10.24832/jk.v12i1.162

Abstract

AbstractThis article explains the roles of jawara Banten in the informal sphere, patron-client relationships that they have, and the correlation of those factors with the sustainability of jawara?s power in Banten. The question is, how is jawara obtain, maintain and expand their power? The aim of this article is to explain the correlation among the three, especially to expose how the former two contribute to the later. The uniqueness of this article compared to other studies on jawara Banten is that the informants of the study are small jawara or jawara kampung, not big jawara often disscussed in many studies. The data for this article were resulted from a field research conducted with qualitative method, especially life-history method, in a region in Serang Regency, Banten. The findings of the research show that the sustainability of jawara?s power is backed up by the important roles they play in Banten society and their patron-client relationships with many parties, either jawara or non-jawara. AbstrakTulisan ini menjelaskan tentang peranan para jawara dalam ranah informal di Banten, hubungan patron-klien yang mereka miliki, dan kaitannya dengan kelanggengan kekuasaan mereka di Banten. Pertanyaannya adalah bagaimanakah para jawara mendapatkan, mempertahankan, dan memperbesar kekuasaan mereka? Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan keterkaitan antara hal-hal tersebut di atas, terutama memaparkan tentang bagaimana peranan sosial para jawara dan hubungan patron-klien yang mereka jalani berkontribusi terhadap kelanggengan kekuasaan mereka. Kekhasan tulisan ini dibandingkan dengan tulisan lain tentang jawara adalah bahwa informan dalam penelitiannya merupakan para jawara kecil atau jawara kampung, bukan jawara besar yang sudah banyak dibicarakan dalam berbagai tulisan. Data untuk tulisan ini dihasilkan dari sebuah penelitian lapangan dengan metode kualitatif, khususnya metode life history, yang dilakukan di sebuah daerah di Kabupaten Serang, Banten. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kelanggengan kekuasaan para jawara ditopang oleh peranan penting mereka dalam kehidupan masyarakat Banten dan hubungan patron-klien yang merekamiliki dengan berbagai pihak, baik jawara maupun bukan jawara.
PENDEKATAN LITERASI UNTUK DERADIKALISASI TERORISME Studi Kasus Rumah Daulat Buku (RUDALKU), Komunitas Literasi untuk Eks Napi Teroris Musoffa Ihsan, Mochammad
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.475 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.283

Abstract

Menangani persoalan eks napiter menjadi masalah besar bagi penanggulangan terorisme di Indonesia. Kembalinya mereka ke masyarakat masih menyisakan resiko, salah satunya adalah keyakinan akan ideologi radikal yang tertanam sejak berada di jaringannya. Akibatnya, eks napiter menjadi rentan untuk kembali bergabung dengan kelompok teroris, hingga melakukan aksi serupa. Terorisme berakar dari pemikiran radikal yang mengarahkan individu atau kelompok untuk melakukan aksi. Upaya yang dilakukan selama ini seperti oleh BNPT dengan program deradikalisasi belum cukup berhasil karena eks napiter merasa memiliki alur pemahaman yang berbeda. Terlebih, program deradikalisasi  tersebut hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu karena keterbatasan sumber daya dan biaya. Karenanya, diperlukan sebuah inovasi baru yang dapat menurunkan risiko teroris bergabung kembali dengan kelompoknya dan bersifat berkelanjutan. Salah satu program alternatif yang ditawarkan adalah deradikalisasi dengan menggunakan pendekatan literasi (literacy approach) seperti dilakukan melalui program Rumah Daulat Buku (Rudalku).
PENEGAKAN HUKUM CAGAR BUDAYA DI INDONESIA: STUDI KASUS SMA “17”1 YOGYAKARTA Keling, Gendro
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.804 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.193

Abstract

Penegakan hukum yang berkaitan dengan cagar budaya hingga ke tingkat putusan pengadilan di Indonesia masih jarang terjadi. Satu kasus baru yang terjadi tahun 2017 tentang perusakan Bangunan Cagar Budaya di Yogyakarta menjadi sangat penting karena menjadi titik tolak pelaksanaan penegakan hukum dalam Undang-Undang Cagar Budaya di Indonesia. Permasalah yang diketengahkan dalam artikel ini yaitu bagaimana gambaran kasus perusakan SMA ?17? 1 Yogyakarta sampai dengan tingkat putusan pengadilan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka untuk mengumpulkan data primer dan beberapa berita di media cetak sebagai data sekunder. Pelaku perusakan/pembongkaran telah diajukan ke meja hijau, Pengadilan Negeri Yogyakarta telah menjatuhkan vonis denda kepada terdakwa. Hingga saat ini vonis tersebut dinyatakan sudah ingkrah.
SILEK MINANGKABAU DALAM KHAZANAH PENCAK SILAT INDONESIA: PROSES PEWARISAN DAN UPAYA PEMERINTAH DALAM MELESTARIKANNYA Hijriani, Ika
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.413 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.266

Abstract

Sumatera Barat atau juga dikenal sebagai Ranah Minangkabau merupakan daerah di Indonesia yang sangat berkembang tradisi pencak silatnya. Pencak silat disana dikenal dengan julukan silek. Banyak aliran silek yang tumbuh subur dan berkembang di ranah Minang. Sebagai daerah yang memiliki tradisi pencak silat, Sumatera Barat menjadi salah satu daerah yang dijadikan lokasi penelitian tradisi pencak silat yang akan diusulkan ke Unesco. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses pewarisan silek dan upaya pemerintah dalam melestarikan silek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan juga kelompok diskusi terpumpun sebagai cara untuk mendapatkan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pewarisan silek berjalan dengan sangat baik, terbukti di setiap nagari/desa terdapat sasaran atau tempat berlatih silek. Demikian pula upaya yang dilakukan oleh pemerintah mulai dari pemerintah kanagarian, sampai kepada pemerintah provinsi sangat mendukung kelestarian silek. Berbagai festival di tingkat desa bahkan sampai di tingkat internasional difasilitasi oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan komunitas silek.
KESENIAN JANENGAN; IDENTITAS KEETNISAN MASYARAKAT JAWA DI PAJARESUK LAMPUNG Anto, Fitri
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.981 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.268

Abstract

Perpindahan penduduk dari Jawa ke Lampung yang berlangsung bertahun-tahun, tepatnya sejak 1905, memicu terjadinya perkembangan sosial dan budaya yang mencakup adaptasi dan pembentukan identitas. Pertanyaan identitas adalah bagian dari kehidupan setiap orang baik secara individu atau dalam kelompok yang mengalaminya sebagai pembeda atau penyama dengan individu atau kelompok lain. Salah satu materi yang dapat digunakan dalam proses identifikasi adalah kesenian. Seperti yang terjadi pada masyarakat Jawa di Pajaresuk, Pringsewu, Lampung yang menggunakan kesenian Janengan untuk menegaskan identitasnya sebagai orang Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa bentuk penyajian dan skema permainan kesenian Janengan, juga bagaimana kesenian Janengan menjadi identitas masyarakat Jawa di Pajaresuk, Pringsewu, Lampung. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analisis dan perspektif Etnomusikologis. Berdasarkan prosedurini dapat dikatakan bahwa kesenian Janengan merepresentasikan identitas masyarakat Jawa di Pajaresuk, Pringsewu Lampung melalui unsur-unsur budaya Jawa yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR ISI, EDITORIAL DAN LEMBAR ABSTRAK VOL. 14, NO. 1 TAHUN 2019 Budaya, Jurnal
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.636 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.313

Abstract

DAFTAR ISI, EDITORIAL DAN LEMBAR ABSTRAK VOL. 14, NO. 1 TAHUN 2019
Narasi tentang Kebudayaan Baduy di Tiga Lembaga Kebudayaan Hendrik, Herman
Kebudayaan Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.556 KB) | DOI: 10.24832/jk.v14i1.237

Abstract

Tulisan ini membahas tentang narasi yang disajikan oleh tiga lembaga yang merepresentasikan kebudayaan Banten dalam rangka merepresentasikan kebudayaan Baduy, suatu komunitas adat yang hidup di wilayah Banten. Lembaga-lembaga tersebut yaitu Anjungan Provinsi Banten di Taman Mini Indonesia Indah, Museum Negeri Provinsi Banten, dan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Narasi tentang kebudayaan Baduy dalam hal ini dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh oleh masing-masing lembaga untuk bercerita tentang atau mendeskripsikan kebudayaan Baduy. Kajian mengenai hal ini penting mengingat komunitas Baduy merupakan salah satu elemen yang membentuk masyarakat dan kebudayaan Banten. Hal yang membuat diskusi lebih menarik yaitu bahwa komunitas Baduy merupakan minoritas di Banten, baik dalam hal jumlah maupun kebudayaan, tetapi menjadi salah satu ikon dari kebudayaan Banten. Mereka minoritas dalam segi jumlah karena mereka memang komunitas yang menghuni suatu wilayah kecil di wilayah Kabupaten Lebak. Dalam segi kebudayaan, status minoritas mereka dapat dilihat setidaknya dari dua hal, yaitu kepercayaan (baca: agama) dan tradisi. Komunitas Baduy menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, yang tentu saja berbeda dengan mayoritas masyarakat Banten yang beragama Islam. Sementara itu, secara tradisi, komunitas Baduy masih menjalani cara hidup warisan leluhur secara ketat, pengaruh modernisme masih relatif kecil dalam kehidupan mereka. Dalam konteks seperti itu, menarik untuk memahami bagaimanakah lembaga-lembaga yang bertugas merepresentasikan kebudayaan Banten bernarasi tentang kebudayaan Baduy. Penelitian untuk tulisan ini dilakukan di Anjungan Provinsi Banten TMII, Museum Negeri Provinsi, dan Museum Banten Lama pada bulan Mei tahun 2018. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan terhadap berbagai objek/koleksi museum yang dijadikan representasi kebudayaan Baduy.
AKSARA BATAK DALAM KEBHINNEKAAN NUSANTARA Nasoichah, Churmatin
Kebudayaan Vol 11 No 1 (2016)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jk.v11i1.13

Abstract

AbstractIn general, Indonesian people and their cultural complex can be seen as a plural andheterogeneous (diverse) relation at the same time. The Indonesianness (Keindonesiaan) isbegin with diversity in the archipelago. The rapid flow of arrival of other cultures triggered theprocess of acculturation and cultural uniformity. Batak, as one of the ethnic groups, is capableto respond creatively to Hindu-Buddhist influences that coming from outside of the archipelagousing the independence of its local culture which is reflected in the form of Batak alphabet. Theformal form of this script is different from other local scripts, but it has a standardized patternof writing through the use of ina ni surat and anak ni surat which derived from the Pallawa. Themain issue that raised is regarding the form of the diversity contained in Batak alphabet. Theaim is to describe the diversity through the alphabet, as well as to increase the repertoire ofdiversity through diverse scripts. The method used in this study is inductive reasoning throughcomparative studies. As a result, Batak scripts and several other local scripts indicate thediversity of script development that happens due to periods and the conditions in their respectivecommunities. The existence of local scripts also indicate a value of cultural diversity in theIndonesian archipelago. AbstrakSecara umum masyarakat Indonesia beserta kompleks kebudayaannya dapat dilihat sebagaisuatu relasi yang bersifat plural (jamak) sekaligus heterogen (aneka ragam). Ke-Indonesia-anberawal dari keberagaman atau kebhinnekaan di Nusantara. Kedatangan arus deras budaya dariluar memicu adanya proses akulturasi budaya dan penyeragaman budaya Nusantara. Bataksebagai suatu etnis yang terdapat di Nusantara, melalui kemandirian budaya lokalnya mampumenanggapi secara kreatif pengaruh Hindu-Buddha yang datang dari luar yang tercermin dalamsalah satunya berupa aksara Batak. Bentuk formal aksara ini berbeda dengan aksara lokal lain,tetapi memiliki pakem/ standar baku dalam hal penulisannya melalui penggunaan ina ni suratdan anak ni surat yang berinduk pada aksara pallawa. Adapun permasalahan utama yangdiajukan berkaitan dengan wujud kebhinnekaan yang terdapat pada aksara Batak. Tujuannyaadalah menggambarkan kebhinnekaan melalui aksara, serta menambah khasanah kebhinnekaanmelalui keragaman aksara. Metode yang digunakan berupa penalaran induktif melalui studikomparatif. Hasilnya, aksara Batak dan beberapa aksara lokal lainnya menunjukkan adanyakebhinnekaan dari perkembangan aksara yang terjadi karena faktor waktu dan kondisi dilingkungannya masing-masing. Adanya beberapa jenis aksara lokal ini juga menunjukkanadanya suatu khazanah keragamanan budaya yang ada di Nusantara.

Page 5 of 11 | Total Record : 105