cover
Contact Name
Intan Permata Sari
Contact Email
intanpermata@iainbengkulu.ac.id
Phone
+6285292917330
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Raden Fatah, Pagar Dewa Bengkulu 38212, Kota Bengkulu, Bengkulu, Sumatera
Location
Kota bengkulu,
Bengkulu
INDONESIA
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak
ISSN : 26858703     EISSN : 26863308     DOI : http://dx.doi.org/10.29300/hawapsga
Core Subject : Education, Social,
Hawa is a scientific journal within the scope of gender and child studies with various applications of approaches, namely: psychology, education, law, sociology, literature, anthropology, and Islamic studies. It is a half-yearly published, exactly every June and December by Gender and Child Studies Center, Research and Community Service Department of IAIN Bengkulu. It was firstly published in 2019. The editorial board uses OJS in accepting articles, reviewing systems, and publication.
Articles 79 Documents
Peran Keluarga dalam Meminimalisir Tingkat Kekerasan Seksual pada Anak Erika Vivian Nurchahyati; Martinus Legowo
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i1.6675

Abstract

Tingkat kekerasan seksual semakin hari semakin meningkat. Dampak-dampak yang terjadi karena hal ini sangat merugikan dan membahayakan anak. Hal ini membuat keluarga yang memiliki anak kecil atau remaja merasa khawatir sehingga melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir tingkat kekerasan anak. Artikel ini menggunakan teori struktural fungsional dengan metode penelitian kualitatif.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam meminimalisir tingkat kekerasan seksual pada anak. Hasil penelitian menunjukan Untuk meminimalisir hal ini, keluarga mengupayakan segala cara agar hal ini tidak terjadi kepada orang terdekat mereka. cara-cara tersebut adalah memberikan pengetahuan mengenai kekerasan seksual terutama bagi mereka yang mulai menginjak dewasa, mensosialisasikan mengenai dampak dan ancaman dari kekerasan seksual, memberikan sex education sesuai dengan perkembangan usia anak, memberikan pengetahuan mengenai batasan-batasan tubuh yang tidak boleh dipegan tanpa seizin anak. Selain itu mereka juga sering mengajari dan memberi pengetahuan terkait norma, nilai dan budaya yang ada dimasyarakat, mengajak mereka lebih mengenal lingkungan rumah dan orang sekitar. Dengan adanya upaya-upaya ini, diharapkan dapat meminimalisir kasus kekerasan seksual terhadap anak
Generation Z's Perception of Marriage Age Restrictions and Arranged Marriage Phenomenon Mohamad Syafri; Riska Aulia Putri; Liannita Liannita; Siti Aisyah Humairah
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i1.6671

Abstract

Indonesia has set rules for limiting the age of marriage for the community. However, it is still common for early marriage and matchmaking for children without involving children. This study wants to examine how young people, generation Z, see these two phenomena: the age limit for marriage and the phenomenon of child matchmaking. This research is survey research using a random sampling technique. The data was collected through an interview. The research’s sample is a group of people in the age range of 18-22 years who are in the city of Palu and its surroundings. The study results found that more than 75% of Generation Z supported the establishment of a marriage age limit. This is also consistent where more than 80% of Generation Z also tend to reject matchmaking without involving children. The conclusion of this study (1) Generation Z believes that marriage restriction rules can prevent early marriage, cope with mental health and psychological issues, and reduce the divorce rate and domestic abuse. (2) Generation Z tends to reject the matchmaking system without involving children because marriage is the children's right to have household harmony, and arranged marriage is outdated. 
Sunat Perempuan Di Indonesia: Potret terhadap Praktik Female Genital Mutilation (FGM) Feni Sulistyawati; Abdul Hakim
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i1.6753

Abstract

Kesehatan reproduksi merupakan hak setiap individu. Terdapat ketidaksetaraan terkait masalah kesehatan reproduksi salah satunya praktik sunat perempuan/ Female Genital Mutilation (FGM). Beberapa organisasi kesehatan mengecam adanya praktik FGM karena dinilai berbahaya. Praktik FGM masih terdapat di Indonesia hingga saat ini. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kasus FGM di Indonesia. Metode menggunakan study literatur dari dua belas artikel yang sesuai dengan kriteria screening. Hasil yang diperoleh yakni praktik FGM di Indonesia berkembang hampir diseluruh wilayah di Indonesia yakni Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi yang dipengaruhi oleh adat, budaya serta faktor religiositas dengan menggunakan berbagai macam prosedur. Praktik FGM tidak hanya dilakukan oleh dukun akan tetapi juga tenaga kesehatan. Praktik FGM berkembang pesat di Indonesia meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna menghapus praktik tersebut. Perlu adanya pengawasan ketat dari pemerintah karena masih terdapat daerah yang melakukan praktik FGM secara sembunyi sembunyi. Hasil penelitian ini berkontribusi sebagai dasar untuk pengembangan peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian lapangan terkait dengan praktik FGM di Indonesia
Orang Tua, Anak dan Pola Asuh: Studi Kasus tentang Pola layanan dan Bimbingan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Anak Reza Pahlevi; Prio Utomo; M. Rezza Septian
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i1.6888

Abstract

Salah satu aspek penyebab terjadinya masalah krisis karakter anak dikarenakan orang tua tidak mampu mendidik anaknya dengan baik, akibatnya memunculkan penyimpangan perilaku pada anak. Tujuan penelitian ini untuk merepresentasikan peran orang tua terhadap pembentukan karakter anak. Metode penelitian ini menggunakan studi kasus, metode studi kasus digunakan peneliti untuk mengungkap kondisi faktual perihal tentang peran orang tua dalam mendidik anaknya. Lokasi penelitian bertempat di Desa kandang Mas, Kota Bengkulu. Subjek penelitian berjumlah tiga keluarga. Hasil penelitian menunjukkan empat temuan penelitian. Pertama, dalam upaya menumbuhkan karakter anak, pola asuh demokratis dapat digunakan orang tua sebagai alat dalam mendidik anak. Kedua, upaya menumbuhkan karakter anak, langkah yang harus dilakukan orang tua adalah menciptakan keluaga yang berkarakter. Ketiga, nilai-nilai karakter yang ditanamkan orang tua pada anaknya meliputi jujur, peduli/empati, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil, sabar, religius, toleransi, kepemimpinan. Keempat, strategi yang dilakukan orang dalam upaya mengatasi masalah karakter anak dapat menggunakan metode pengawasan, aturan dan hukuman. Kontribusi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan baik itu dalam tinjauan teoretik maupun praktik perihal kajian tentang peran orang tua dalam membentuk karakter pada anaknya
Representasi Tingkat Perbedaan Self-Awareness dan Kesadaran Tanggung Jawab Anak dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Etis Reza Pahlevi
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.8374

Abstract

Self-awareness dan kesadaran tanggungjawab merupakan aspek penting terhadap perkembangan perilaku etis anak, karena itu penting bagi anak untuk dapat memiliki kedua aspek tersebut. Tujuan penelitian ini untuk merepresentasikan perbedaan self-awareness dan kesadaran tanggung jawab anak dan pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku etis. Metode penelitian menggunakan studi korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Merdeka Soreang tahun 2021. Pengumpulan data menggunakan skala self-awareness dan kesadaran tanggung jawab. Analisis data menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil hitung diperoleh nilai p < 0,05, karena nilai p < 0,05 (hipotesis alternative (Ha) “tidak terdapat pengaruh self-awareness dan kesadaran tanggung jawab anak dan pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku etis” diterima. Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa tidak terdapat perbedaan self-awareness dan kesadaran tanggung jawab anak dan pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku etis, dimana kedua variabel tersebut saling mempengaruhi. Hasil penelitian ini berkontribusi sebagai bahan pengayaan baik secara teoretik maupun praktik terhadap pengaruh perbedaan self-awareness dan kesadaran tanggung jawab anak dan pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku etis anak
Menyoal Hermeneutika Feminis terhadap Wacana Kesetaraan Gender Sayyaf Nasrul Islami
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.6414

Abstract

Until now, gender equality is still a hot topic for discussion among Muslim feminists. Via content analysis, this study tries not only to elaborate a number of products of the Hermeneutic model of the reinterpretation of the Koran the women's version but also shows the history of feminism ideology and the inappropriate use of hermeneutic interpretations. The initiators and advocates of gender equality often question Islamic law which is considered unfair in positioning men and women. Women are considered discriminated against by the products of Islamic law that have been established so far. From its historical background, feminism departs from the ideology of hatred as a form of resistance to the oppression of women that occurred in Western-Christian civilization in the past. Hermeneutic interpretation method also comes from the Christian academic tradition which considers the biblical text not as revelation. These two facts are diametrically opposed to the facts in the Islamic tradition. Islam actually came with the glory and majesty of its teachings. The change in the social position of women was no exception, which was more glorified when Islam changed the Arab civilization of ignorance at that time. The concept of equality is basically difficult to find in Islamic scholarship. Islam is more familiar with the term "justice" which is contained in the verses of the Qur'an and the hadiths of the Prophet Muhammad. So in this paper, the author finds the inappropriate use of feminist hermeneutics in interpreting the Qur'an and presenting the concept of justice in Islam which is more in line with Islamic tradition and scholarship.
Ancaman dan Strategi: Krisis Kesehatan Mental pada Anak Komunitas K-Pop selama Pandemi COVID-19 Hafida Jauhari Rahmah; Mustaqim Pabbajah; Ratri Nurina Widyanti
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.8053

Abstract

Mental health is a crucial issue discussed during the COVID-19 pandemic. This study is based on the pandemic situation that took place in the last two years which resulted in the youth mental health crisis in Indonesia. This study aims to explain adolescent mental health disorders during a pandemic, as experienced by the K-Pop community in Yogyakarta. This research was conducted on subjects in the Yogyakarta area such as Bantul Regency, Sleman Regency and Yogyakarta City with subjects consisting of 9 teenagers from the K-Pop community. The research data were collected using interviews and documentation. The results of this study indicate that there have been a number of mental disorders experienced by adolescents such as symptoms of stress, anxiety and depression. Mental disorders that occur due to economic factors, physical factors and social restrictions and interaction factors. K-Pop teenagers are able to overcome mental disorders during the pandemic through a number of activities, including; independent meditation, physical and medical activity. This study suggests the need for careful attention to mental health threats among adolescents so as not to cause ongoing trauma.
Isu Kesenjangan Gender Pasca Abenomics: Perkembangan Jumlah Pekerja Perempuan Jepang 2013-2020 Eldwita Nofrelia; Shobichatul Aminah
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.6654

Abstract

Penelitian ini membahas kebijakan abenomic terkait perempuan, atau kebijakan womenomics yang berfokus pada partisipasi perempuan Jepang dalam posisi pekerja tetap dan kepemimpinan di tempat kerja. Metode kualitatif digunakan oleh penelitian ini untuk mendeskripsikan kesenjangan gender dalam partisipasi perempuan di bidang ekonomi. Kesenjangan dilihat dari tingginya angka pekerja tidak tetap pada masa sebelum dan sesudah womenomics dikeluarkan. Penelitian ini mendapati bahwa sebelum dijalankannya kebijakan womenomics, perempuan Jepang pada umumnya menjadi pekerja tidak tetap. Kebijakan womenomics yang mulai dijalankan sejak tahun 2013 berupaya untuk mengubah kondisi tersebut dengan berupaya meningkatkan angkatan kerja perempuan dan memberi dukungan pengembangan karir. Walaupun begitu, setelah kebijakan womenomics diberlakukan sampai pada tahun 2020, kondisi demikian tidak berubah. Dominasi perempuan Jepang sebagai pekerja tidak tetap terus berlanjut.
Keabsaan Imam Shalat Perempuan Bagi Jama’ah Laki-laki: Telaah Pemikiran Fikih Perempuan Husein Muhammad Ahrijon Ahrijon; Rohmansyah Rohmansyah
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.8057

Abstract

Abstrac:Islam is a normative religion that contains a system of legal rules for the benefit of man in the world and the hereafter.  Jurisprudence and syariah have a very significant distinction. Jurisprudence speaks of the rule of law obtained from the process of human reason (Ijtihad) which is limited in scope of histority at a given time. In other words, that the scope of jurisprudence includes matters of a practical nature. Meanwhile, Syari'ah is a system of rules that comprehensively cover aspects of human life. Jurisprudence may change according to the circumstances of the times such as the imam in prayer, Hussein Muhammad his voice on gender became the validity of the female imam for male pilgrims, because between men and women equal and endowed with equal potential among human beings, especially in the spiritual sphere. In this study, the author used the library study method (library reasrch) by collecting data related to problems, explainingthe nature of the research used was explanatory-analysis by describing the thoughts of Hussein Muhammad. The results of the Qur'an's research with universal principles require justice, equality, freedom, togetherness, and respect for the inherent rights of human beings whoever they are, both men and women. Regarding imams in prayer according to Hussein Muhammad, women are allowed to pray in certain circumstances and when no one is fluent in religion (nor is anyone fluent in their prayer readings).Abstrak:Islam merupakan agama samawi yang berisi tata aturan hukum untuk kemaslahatan manusia didunia dan akhirat. Fikih dan syariah memiliki sebuah perbedaan yang sangat signifikan. Fikih berbicara aturan hukum yang diperoleh dari proses nalar manusia (Ijtihad) yang terbatas ruang lingkup historitas pada masa tertentu. Dengan kata lain, bahwa ruang lingkup dari fikih meliputi hal yang bersifat praktis. Sedangkan Syari’ah adalah tata aturan yang mencakup aspek kehidupan manusia secara komprehensif. Fikih bisa saja berubah sesuai keadaan zaman seperti imam dalam shalat, Husein Muhammad Pemikaranya tentang gender menjadi keabsahan imam perempuan bagi jama’ah laki-laki, karena antara laki-laki dan perempuan sederajat dan dianugrahi potensi yang setara sesama manusia, terutama dalam bidang spiritual. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi pustaka (library reasrch) dengan mengumpulkan data terkait dengan permasalah, sedangkan sifat penelitian yang digunakan adalah analisis-eksplanatoris dengan menggambarkan pemikiran Husein Muhammad. Hasil penelitian Al-Qur’an dengan prinsip universal menghendaki keadilan, kesetaraan, kebebasan, kebersamaan, dan penghargaan terhadap hak-hak yang melekat pada manusia siapapun dia, baik laki-laki maupun perempuan. Mengenai imam dalam shalat menurut Husein Muhammad, perempuan dibolehkan mengimami dalam shalat dalam keadaan tertentu dan disaat orang yang tidak ada yang fasih dalam agama (maupun tidak ada yang fasih dalam bacaan sholatnya).
Menanggapi Ayat Larangan Transgender Perspektif Amina Wadud (Analisis Hermeneutika Feminisme) Lina Amiliya
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 4, No 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v4i2.6889

Abstract

Transgender menurut data laporan penelitian survei kualitas hidup waria di Indonesia memiliki jumlah yang besar dimana  tersebar di beberapa wilayah. Hal ini bertolak belakang dengan adanya larangan transgender dalam beberapa tafsiran ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu fenomena ini akan dikaji  melalui Hermeneutika Feminisme karya Amina Wadud untuk mengetahui tanggapan Amina Wadud. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi kekurangan dari studi yang ada dan menguak tanggapan Amina Wadud sebagai tokoh feminisme terkait ayat larangan transgender. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Amina Wadud mengafirmasi penafsiran-penafsiran yang ada pada teks-teks ayat Al-Qur’an tersebut dengan menggunakan beberapa pertimbangan yakni konteks ayat tersebut diturunkan, gramatika linguistiknya, serta world view atau weltanschauung.