cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
Effect of Different Medium on Survival Rate and Growth of Chironomus sp. Larvae Widanarni, .; Mailana, D.D.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.503 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.113-118

Abstract

In the ornamental fish and fish for food culture, feeding by natural feed is very suitable since they are easy to digest and their size is suitable with  to larval mouth.  One of natural foods is blood worm Chironomus sp. larvae that has high protein content (till  65.2% of  protein). Until now, blood worm is obtained from nature and their stock depends on the weather.  That problem  may be overcome by culturing blood worm in appropriate culture medium.  Naturally, Chironomus sp. grows well in the water containing sago waste.  This study was carried out to examine the growth of Chironomus sp. reared in the medium containing mud, solid sago waste, solid tapioca wastes and water with no waste in depth of 0.5 cm. After 35-day rearing, survival rate of Chironomus sp was different among the treatments, while growth in length was similar. The best survival rate, 58.93% was obtained in the media containing solid sago waste.   Keywords: Chironomus, blood worm, sago waste, tapioca waste   ABSTRAK Dalam usaha budidaya ikan hias maupun ikan konsumsi, pemberian pakan alami sangat cocok karena mudah dicerna dan sesuai dengan bukaan mulut larva. Salah satu contoh pakan alami adalah Chironomus sp. (blood worm) yang mempunyai kandungan protein mencapai 65,2%. Selama ini cacing darah diperoleh dari alam dan suplainya tergantung pada kondisi musim. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan membudidayakan cacing darah dengan  media yang sesuai sebagai tempat hidupnya. Secara alami, Chironomus sp. dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada limbah sagu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan Chironomus sp. yang dipelihara pada media berupa lumpur, limbah sagu padat, limbah tapioka padat dan air tanpa limbah dengan ketebalan media 0,5 cm. Setelah 35 hari masa pemeliharaan, diketahui bahwa penggunaan media limbah padat sagu, limbah padat tapioka, lumpur dan air tanpa limbah pada pemeliharaan Chironomus sp. masing-masing menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata, sedangkan pertumbuhan panjang mutlak adalah sama. Tingkat kelangsungan hidup larva Chironomus sp. terbaik mencapai 58,93% diperoleh pada pemeliharaan yang menggunakan limbah padat sagu. Kata kunci : Chironomus, cacing darah, limbah sagu, limbah tapioka
Effect of Enriched Artemia sp. by EPA (Eicosapentaenoic Acid; C20:5n-3) and DHA (Docosahexaenoic Acid; C22:6n-3) on Survival Rate of Swimming Crab Portunus pelagicus Suprayudi, M. Agus; Mursitorini, E.; Jusadi, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.567 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.119-126

Abstract

Nutrient content of natural food is one of the main factors for determining the successful of marine fish fry production.  EPA (Eicosapentaenoic Acid) and DHA (Docosahexaenoic Acid) are two essential fatty acids for marine fish larvae.   Low levels of EPA and DHA content in natural food is major problem in marine fish larval production.  Rotifers fed by Nannochloropsis contained EPA about 0.94%-1.46% and DHA was limited, while in Artemia was 0.27%-0.39% EPA and DHA was undetected (Suprayudi et al., 2002a).  Feeding on supplemented Artemia with EPA 28G and DHA 70G in ratio of 1:1 could not significantly improved its survival rate and larval development time, while growth by length and carapas width at first crab were higher  than  that of fed with unenriched Artemia. Keywords: EPA, DHA, Artemia, swimming crab, Portunus pelagicus   ABSTRAK Kandungan nutrisi dalam pakan alami merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan produksi benih spesies akuatik laut.  EPA (asam ekosapentanat) dan DHA (asam dokosaheksanat) merupakan 2 asam lemak esensil bagi larva ikan laut.  Kandungan EPA dan DHA yang rendah pada pakan alami merupakan masalah utama dalam produksi larva ikan laut.  Rotifer yang diberi pakan Nannochloropsis mengandung EPA 0,94%-1,46% dan DHA dengan jumlah yang sangat kecil, sementara Artemia EPA mengandung 0,27%-0,39% dan DHA tidak terdeteksi (Suprayudi et al., 2002a). Pemberian Artemia yang diperkaya dengan EPA 28G dan DHA 70G dengan perbandingan 1:1 tidak memberikan hasil yang signifikan pada tingkat kelangsungan hidup dan waktu perkembangan larva rajungan, sementara pertumbuhan panjang dan lebar karapas lebih baik pada crab 1 dibandingkan dengan yang diberi Artemia tidak diperkaya. Kata kunci: EPA, DHA, Artemia, rajungan, Portunus pelagicus
Effect of Different Rearing Density on Survival Rate and Growth of Giant Gouramy Osphronemus gouramy Lac. Fry at Size of 2 cm in Length Effendi, I.; Bugri, H.J.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.112 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.127-135

Abstract

Giant gouramy Osphronemus gouramy Lac is one of the fish for food that has high economic value, but its production is not  met with the market demand yet.  The effort is needed to be done in order to increase production of giant gouramy fry by an intensive hatchery system through high rearing density.  This study was performed to determine the effect of rearing density on survival rate and growth of fry.  Fry were reared in aquaria 60x29x33 cm filled with 35 liters water, and fed by Tubifex at satiation as much as  0.23-0.28 g/fry/day with feeding frequency  2 times a day.   Collected  data were survival rate, growth, feed consumption, feed efficiency, and water quality.  The result of study showed that survival rate and feed efficiency did not affected by rearing density, while growth and feed quantity were did.  Survival rate of fish was high; 90.14-99.52%.  Growth and feed consumption were decreased by increasing of  rearing density. Keywords: giant gouramy, Osphronemus gouramy, rearing density, growth   ABSTRAK Ikan gurame, Osphronemus gouramy Lac. merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, tetapi hasil produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan gurame dengan pembenihan secara intensif melalui peningkatan padat penebaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami. Benih ikan gurami dipelihara pada akuarium berukuran 60×29×33 cm3 yang diisi air sebanyak 35 liter. Pakan berupa cacing sutera diberikan secara at satiation sebanyak 0,23 - 0,28 g/ekor/hari dengan frekuensi 2 kali/hari. Data yang diambil meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan, jumlah pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan dan kualitas air.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat penebaran tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan efisiensi pakan, namun mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Kelangsungan hidup selama pemeliharaan tergolong baik yaitu berkisar antara 90,14 - 99,52 %. Pertumbuhan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan mengalami penurunan dengan meningkatnya padat penebaran. Kata kunci: gurami, Osphronemus gouramy, padat penebaran, pertumbuhan
Effect of Rearing Density of ”Dumbo” Catfish (Clarias sp.) Fry on Production in the Controlled Nitrogen Culture System by Adding Wheat Powder Shafruddin, D.; Yuniarti, .; Setiawati, Mia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.989 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.137-147

Abstract

Demand of "dumbo" catfish is going to increase every year so that fry production should be increased in order  to support intensification culture system to meet market demand. Intensification in fish culture system may cause decreasing of dissolved oxygen content  and producing high level waste in the pond culture.  The effort to control inorganic nitrogen in intensive culture system can be performed by adding wheat powder into fish culture media.  This can support metabolic process of nitrogen by microbe and then produce protein in terms of bacteria biomass production, so that inorganic nitrogen in the water decreases.  Fish can utilize protein from  microbe efficiently. This study was conducted to examine effect of rearing density on "dumbo" catfish fry production in the culture system by controlling nitrogen content in water through addition of  wheat powder.  "Dumbo" catfish fry of 12-day old in average body weight of 0.046±0.006 gram and length of 1.7±0.9 cm were reared for 28 days in density of 400, 800 and 1200 fish/m2.  The results of study showed that weight and body length of fry reached 1.35 gram and 5.1 cm, respectively. Average of daily growth and production were 10.47 - 11.48% and 2.49 - 3.54 g per day, respectively. Increased of rearing density was insignificantly (p>0.05) affected growth rate and daily production.  Average growth in absolute length, survival rate and feed efficiency was about 2.7-3.2 cm, 36.20 - 53.88% and 147 - 172%, respectively.  Increased in rearing density was followed by decreased growth in length (p0,05) terhadap laju pertumbuhan dan produksi harian. Nilai rata-rata pertumbuhan panjang mutlak, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan masing-masing berkisar 2,7-3,2 cm, 36,20 - 53,88% dan 147 - 172%. Peningkatan kepadatan diikuti dengan penurunan pertumbuhan panjang (p
(Study on Stomach Contents of Opudi Fish (Telmatherina celebensis) in Towuti Lake, South Sulawesi) Sulistiono, .; Furkon, A.; Affandi, R.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.494 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.149-156

Abstract

Study on food habits of opudi fish (T. celebensis) was conducted in Towuti Lake, South Sulawesi, from October 2002 to April 2003.  The objective of this study was to investigate food habits of the fish.  Samples were collected by using experimental gill net, mesh size  0,75; 1; 1,25 and 1,5 inches. The fish (N=273) was consisted of 141 males and 132 females, varied in total body length (55.8-94.7 mm).  Stomach content was analyzed using Index of preponderance.  Stomach contents of the fish was consisted of 4 kinds of foods such as insect, part of organism,  debris and  zooplankton.  Main food of the fish was insect (IP 51.22% for male, 43.26% for female,  suplement food was part of insect (IP 26.99% for male, 30.27% for female) and debris (IP 14.06% for male, 15.83% for female), while additional food was zooplankton consisted of Closterium (IP 2.93% for male, 4.62% for female), Pinnularia (IP1.79% for male, IP 1.39% for female), Navicula (IP 1.19%, for male, 1.41% for female) and Nitzschia (IP 0.74% for male,  1.08% for female).  Food kind between male and female fish was similar. Keywords : Stomach contents, opudi fish (T.celebensis), Towuti Lake.   ABSTRAK Penelitian makanan ikan opudi (T.celebensis) dilakukan di Danau Towuti, Sulawesi Selatan pada bulan Oktober 2002-April 2003. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui isi lambung ikan opudi. Ikan contoh diambil dengan experimental gill net dengan ukuran mata jaring 0,75; 1; 1,25 dan 1,5 inchi.  Ikan yang tertangkap (N=273) terdiri atas Jantan (141) dan betina (132), yang memiliki variasi ukuran panjang tubuh (55,8-94,7 mm). Isi lambung dianalisis dengan menggunakan Index of preponderance (IP).  Isi lambung terdiri dari 4 jenis makanan yaitu insekta, potongan tubuh insekta, serasah dan zooplankton. Makanan utama ikan opudi adalah insekta (IP 51,22% untuk jantan,  43,26% untuk betina), makanan pelengkap adalah potongan insekta (IP 26,99% untuk jantan, 30,27% untuk betina) dan serasah (IP 14,06% untuk jantan, 15,83% untuk betina), sedangkan makanan tambahan berupa zooplankton yang terdiri atas Closterium (2,93% untuk jantan, 4,62% untuk betina), Pinnularia (1,79% untuk jantan, 1,39% untuk betina), Navicula (1,19% untuk jantan, 1,41% untuk betina) and Nitzschia (0,74% untuk jantan, 1,08% untuk betina). Berdasarkan indeks similaritas, jenis makanan untuk ikan jantan dan ikan betina adalah mirip. Kata kunci : Isi lambung, ikan opudi (T.celebensis), Danau Towuti.
Efficacy of Chitosan as Pb Remover and its Effect on Zebrafish (Danio rerio) Embryo Development Nirmala, K.; Sekarsari, J.; Suptijah, P.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.16 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.157-165

Abstract

Chitosan is a by-product from crustacean carapas. Chitosan has a cationic  polyelectrolyte activity, hence it can be used as remover of heavy metal from polluted water.  This study was aimed to determine optimum concentration of chitosan to remove Pb, efficacy time in Pb removal and its effect on early development of zebrafish (Danio rerio) embryos.  The treatments in this study was control, and chitosan concentration of 70, 85 and 100 mg/L. the results of this study showed that maximum reducing of Pb was obtained at the time of 48 and 72 hours after treatment by chitosan, but Pb level was returning to increase after 96 hours of chitosan treatment.  Abnormality of zebrafish embryos and survival rate of larvae were similar (p>0.05) among treatments, while hatching rate in 100 g/L chitosan was significantly different  (p≤0.05).  Thus, chitosan in concentration of 85 mg/L was effective to  remove Pb  till  81.12% for 3 days, and could increased hatching rate till 59.75%. Keywords: chitosan, Pb, remover, zebrafish, Danio rerio   ABSTRAK Khitosan merupakan hasil sampingan dari limbah perikanan berupa kulit krustasea. Dengan adanya sifat polielektrolit kation dari khitosan, maka khitosan dapat digunakan sebagai pengkhelat logam berat dalam perairan tercemar.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum khitosan dalam mengkhelat logam berat timbal (Pb), waktu efektivitas khitosan dalam pengkhelatan Pb dan pengaruhnya terhadap telur ikan zebra Danio rerio. Perlakuan pada penelitian ini antara lain kontrol, blanko, khitosan konsentrasi 70, 85 dan 100 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan maksimal persentase Pb masing-masing perlakuan khitosan terjadi pada jam ke-48 dan jam ke-72, namun kembali meningkat pada jam ke-96 hingga akhir perlakuan. Abnormalitas telur dan kelangsungan hidup larva ikan zebra pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata (P ≥ 0.05), namun derajat penetasan telur ikan pada perlakuan 100 mg/l berbeda nyata (P ≤ 0.05). Dengan demikian, konsentrasi khitosan yang efektif untuk mengkhelat Pb adalah 85 mg/liter hingga 81,12% dengan waktu efektivitas selama 3 hari, serta dapat meningkatkan derajat penetasan telur ikan zebra hingga 59,75%. Kata kunci: khitosan, timbal, pengkhelat, ikan zebra, Danio rerio
Inventarisation of Parasite in ”Dumbo” Catfish Clarias sp. from Bogor Region Hadiroseyani, Y.; Hariyadi, P.; Nuryati, Sri
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.086 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.167-177

Abstract

Outbreak of parasites can reduce aquaculture productivity or even cause mass mortality of fish. Few quantities of parasite infection may still be tolerated by the host, however high intensity of infection can impair to fish metabolism or even damage of organelle.  Proper treatment can be done when parasite infecting fish is known.  This study was conducted to record parasite infecting "dumbo" catfish Clarias sp. that is reared by farmers in three location at Bogor, i.e. Cimanggu, Cijeruk and Cibinong.  Data included prevalence and intensity of parasite were analyzed descriptively. There were 7 kinds of parasite infecting catfish from Cimanggu, i.e. Trichodina, Myxosporea, Ichthyophthirius multifiliis, Metacercaria, Gyrodactylus, Dactylogyrus and Lytocestus parvulus.  Monogenean was dominant parasite infecting catfish from Cimanggu, i.e. 61% was Dactylogyrus with 83.33% of prevalence and 12.37 of intensity levels.  Ichthyophthirius multifiliis, Metacercaria and Myxosporea were only found from Cimanggu samples.   Catfish from Cijeruk infected by 5 kinds of parasites, i.e. Cryptobia sp., Vorticella, Gyrodactylus, Dactylogyrus and Lytocestus parvulus. Same pattern with Cimanggu, samples from Cijeruk were also dominant infected by monogenean, i.e. 46% was Dactylogyrus with 96.667% of prevalence and 20.694 of intensity levels.  Samples from Cibinong were infected by 6 kinds of parasites, i.e. Vorticella, Trichodina, Gyrodactylus, Dactylogyrus, Lytocestus parvulus and Branchionus.  Branchionus was not parasite, but is as ectocomensal. Parasite dominating in Cibinong samples was Branchionus by 32% with 33.333% of prevalence and 0.555 of intensity levels. Keywords: parasite, "dumbo" catfish, Clarias sp., inventarisation, Bogor   ABSTRAK Parasit yang menginfeksi ikan budidaya dapat mengakibatkan menurunnya produksi bahkan kematian masal. Dalam jumlah sedikit, parasit yang menginfeksi masih dapat ditolerir oleh inang, tetapi dapat menyebabkan gangguan metabolisme bahkan kerusakan organ jika terjadi dalam intensitas yang tinggi. Dengan mengetahui jenis organisme parasit yang menyerang lele, penanggulangannya akan lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi parasit yang terdapat pada ikan lele dumbo Clarias sp. yang dibudidayakan oleh petani di 3 lokasi di Kabupaten Bogor yaitu Cimanggu, Cijeruk dan Cibinong. Data meliputi prevalensi dan intensitas parasit yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Sebanyak 7 jenis parasit yang teridentifikasi menginfeksi ikan lele dari Cimanggu, yaitu Trichodina, Myxosporea, Ichthyophthirius multifiliis, Metacercaria, Gyrodactylus, Dactylogyrus dan Lytocestus parvulus. Monogenea merupakan parasit yang mendominasi lele dari daerah ini. yaitu Dactylogyrus sebesar 61% dengan nilai prevalensi sebesar 83,333% dan intensitas sebesar 12,370. Terdapat Ichthyophthirius multifiliis, Metacercaria dan Myxosporea yang didentifikasi dari ikan sampel yang hanya berasal dari Cimanggu.  Ikan sample dari Cijeruk mengandung sebanyak 5 jenis parasit yaitu Cryptobia sp., Vorticella, Gyrodactylus, Dactylogyrus dan Lytocestus parvulus. Sama halnya dengan Cimanggu, pada daerah Cijeruk juga didominasi oleh jenis monogenea yaitu Dactylogyrus sebesar 46% dengan  nilai prevalensi sebesar  96,667% dan nilai intensitas sebesar 20,694. Sampel dari Cibinong ditemukan sebanyak 6 jenis parasit yaitu Vorticella, Trichodina, Gyrodactylus, Dactylogyrus, Lytocestus parvulus dan Branchionus. Branchionus diduga bukan merupakan parasit tetapi ektokomensal. Dari Cibinong didominasi oleh Branchionus sebesar 32% dengan nilai prevalensi sebesar 33,333% dan nilai intensitas sebesar 0,555. Kata kunci : parasit, lele dimbo, Clarias sp., inventarisasi dan Bogor
Effect of Sucrose as Carbon Source and Probiotic Administrations on Bacterial Population Dinamic and Water Quality in White Shrimp, Litopenaeus vannamei Culture Sukenda, .; Hadi, P.; Harris, E.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.74 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.179-190

Abstract

Disinfection and nutrient enrichment prior stocking of  post larvae in the pond will be affected on the growth and composition of microbe.  Attention should be taken to some factors related to deterministic and stochastic factors of aquaculture environment  in order to develop microbe community.  This study was performed to determine effect of sucrose and probiotic supplementation to shrimp culture pond on water quality profile and population dynamic on shrimp culture media.  The treatments were supplementation of sucrose as carbon source, probiotic, and sucrose + probiotic into 25 L culture medium containing white shrimp, Litopenaeus vannamei.  Shrimp were fed commercial diet containing 30% protein by 5% body weight every day.  The result of study showed that bacterial population was increased by increasing time of shrimp rearing.  Increased of bacterial population was contrary to DO value.   Bacteria grew was heterotrop and vibrio that its intensity varied during experiment.  Supplementation of sucrose supported proliferation of bacteria including heterotrop, probiotik and vibrio groups.  Specifically, interaction between probiotic bacteria and vibrio was also found.  The presence of probiotic bacteria showed a negative impact on vibrio population.  Further, development of bacteria in general was also implicated to fluctuation of ammonia concentration in pond. Keywords: carbon, sucrose, probiotic, white shrimp, Litopenaeus vannamei   ABSTRAK Kegiatan disinfeksi dan pengkayaan nutrien sebelum penebaran PL akan mempengaruhi pola pertumbuhan dan komposisi mikroba di tambak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan komunitas mikroba adalah faktor-faktor deterministic dan sthocastic masing-masing lingkungan budidaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan berkarbon (sukrosa) dan probiotik di tambak terhadap profil kualitas air serta dinamika populasi pada perairan budidaya. Pada penelitian ini dilakukan penambahan sumber karbon (sukrosa), penambahan probiotik dan penambahan sukrosa + probiotik pada masing-masing wadah yang berisi 25 liter air dan udang Vanamei, Litopenaeus vannamei. Pakan yang diberikan berupa pellet komersial dengan kadar protein 30% setiap hari sebanyak 5% dari biomassa awal. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bakteri pada media budidaya meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan jumlah populasi bakteri ini diikuti oleh semakin menurunnya nilai DO secara umum. Selain bakteri heterohof, tumbuh juga bakteri golongan Vibrio dengan persentase kemunculan yang berbeda pada setiap perlakuan. Penambahan sukrosa dalam media budidaya mendukung proliferasi bakteri secara umum, heterotrof, probiotik dan golongan Vibrio. Secara spesifik, timbul juga interaksi antara bakteri probiotik dengan bakteri Vibrio. Tumbuhnya bakteri probiotik berimplikasi negatif terhadap populasi Vibrio. Selain itu pertumbuhan bakteri secara umum juga berimplikasi terhadap fluktuasi kadar amonia perairan. Kata kunci : karbon, sukrosa, probiotik, udang vaname, Litopenaeus vannamei
Effect of Bee Resin on Blood Profiles of Infected Carassius auratus by Aeromonas hydrophila Nuryati, Sri; Kuswardani, Y.; Hadiroseyani, Y.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.61 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.191-199

Abstract

Bee resin is an organic matter that can be used as immunostimulant to induce cells and tissues regeneration for fast injury recovery. In order to determine the effect of bee resin on blood profile of goldfish, Carassius auratus that had been infected by Aeromonas hydrophila, the numbers of hemoglobin, hetmaocrite, erythrocyte and leukocyte, and leukocyte differentiation were observed.   Fishes were divided into four groups: negative control, positive control, preventive and curative groups. Fishes of negative control were injected intramuscularly by phosphate buffer saline 0.1 ml/fish.  Control positive fishes were injected by 0.1 ml/each of 105 CFU/ml (LD50) A. hydrophila.  Preventive groups were injected by bee resin of 1.5 µl/ml and then injected by 0.1 ml/each of 105 CFU/ml (LD50) A. hydrophila at the eight days after resin injection.  Curative groups were injected first by 0.1 ml/each of 105 CFU/ml (LD50) A. hydrophila before injection with 3 µl/ml resin.  The results of this study showed that erythrocyte number, hemoglobin and hematocrite of goldfish injected by bee resin as prevention were higher compared with positive control groups.  In the curative groups, hematocryte and erythrocyte numbers was comparable with that of positive control groups.  Injection of bee resin intramuscularly for 7 days increased leukocyte number and netrophyle percentage, while other parameters in other treatments were not increased. Keywords: Resin, goldfish, Carassius auratus, Aeromonas hydrophila,  blood profile   ABSTRAK Resin lebah merupakan salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai imunostimulan serta dapat merangsang pembentukan sel dan jaringan yang mendukung proses penyembuhan luka dengan cepat. Untuk mengetahui pengaruh resin lebah terhadap gambaran darah ikan koki Carassius auratus yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, dilakukan pengamatan kadar hemoglobin dan hematokrit, jumlah eritrosit dan leukosit serta diferensial leukositnya.  Ikan dibagi ke dalam 4 kelompok; kontrol negatif, kontrol positif, preventif and kuratif. Kontrol negatif disuntik secara intramuskular dengan larutan fosfat buffer salin.  Kontrol positif disuntik dengan by 0.1 ml  105 CFU/ml (LD50) bakteri A. hydrophila.   Kelompok pencegahan disuntik dengan resin lebah sebanyak 1.5 µl/ml dan kemudian disuntik dengan 0.1 ml bakteri A. hydrophila 105 CFU/ml (LD50) pada hari kedelapan setelah injeksi resin.   Kelompok pengobatan disuntik terlebih dahulu dengan 0.1 ml bakteri bakteri A. hydrophila 105 CFU/ml (LD50) sebelum disuntik dengan 3 µl/ml resin.    Hasil pengamatan terhadap jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit ikan mas koki dengan pemberian resin lebah sebagai pencegahan menunjukkan nilai rata - rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif. Pada perlakuan pengobatan, kadar hematokrit relatif lebih tinggi daripada kontrol positif dan cenderung mendekati kontrol negatif, sedang kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit memiliki nilai yang mendekati kontrol positif. Pemberian resin lebah dengan injeksi secara intramuskular selama 7 hari meningkatkan jumlah sel darah putih dan persentase netrofil, sedangkan pada parameter yang lain (jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, prosentase monosit dan trombosit) pada masing - masing perlakuan umumnya tidak mengalami peningkatan. Kata kunci: Resin, ikan koki, Carassius auratus, Aeromonas hydrophila, gambaran darah
Rematuration Periods and Sperm Characteristics of Litopenaeus vannamei Anwar, L. Okmawati; Sumantadinata, K.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.588 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.1-5

Abstract

The reproduction ability of male has an important role in seeds production of Litopenaeus vannamei. The objective of research was to know the sperm characteristics from each rematuration period. The research conducted in Broodstock and Nauply Quality Control Laboratory, Central Pertiwi Bahari, Lampung Province on April until July 2006. Five male shrimps obtained from High Health, Aquaculture Inc., Hawaii-USA, about 39.4 ± 1.51 g in weight and 16.4 ± 0.43 cm in length. Carefull stripping was applied to release the mature spermatophore from the thelicum. The results showed that number of sperm at the first to fourth rematuration period relatively constant (33.62x106 - 39.7402x106 cell). However the number of abnormal sperm were relatively increase slightly (1.2806x106 to 23.3576x106 cell) and also the number of death sperm (0.293x106 to 3.92x106 cell) while the number of normal sperm were relatively decrease (29.1158x106 to 23.3576x106 cell). There were no changes in head size and tail lenght of the sperm from each rematuration periods. Keywords:  Litopenaeus vannamei, spermatozoa, rematuration   ABSTRAK Kemampuan reproduksi udang jantan berperan penting dalam pembenihan udang vaname Litopenaeus vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sperma pada setiap periode rematurasi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kendali Mutu Induk dan Naupli, Central Pertiwi Bahari, Propinsi  Lampung, bulan April sampai Juli 2006. Udang jantan yang digunakan berasal dari High Health, Aquaculture Inc., Hawaii-USA, dengan ukuran berat 39,4 ± 1,51 g, panjang tubuh 16,4 ± 0,43 cm dan berjumlah lima ekor sebagai ulangan. Spermatofor dilepaskan dari telikum dengan teknik  pengurutan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah sperma relatif stabil pada empat kali rematurasi (33,62x106 - 39,7402x106 sel). Jumlah sperma abnormal dan sperma mati berbanding terbalik dengan jumlah sperma normal. Jumlah sperma abnormal meningkat dari rematurasi pertama hingga rematurasi ke empat (1,2806x106 ke 23,3576x106 sel) demikian halnya jumlah sperma mati (0,293x106 ke 3,92x106 sel), sedangkan jumlah sperma normal mengalami penurunan (29,1158x106 ke 23,3576x106 sel). Tidak terdapat perubahan ukuran kepala dan panjang ekor sperma dalam setiap periode rematurasi. Kata kunci :  Litopenaeus vannamei, spermatozoa, rematurasi

Page 11 of 57 | Total Record : 569


Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue