cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
Effect of Feeding Diet Containing Different Dose of Vitamin E with 1:2 of n-3/n-6 Fatty Acid Content on Reproductive Performance of Female Zebrafish Danio rerio Utomo, N.B.P; Nurjanah, N.; Setiawati, Mia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.77 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.31-39

Abstract

The role of essential fatty acids  as a precursor of prostaglandin and as a component of cell membrane in the form of phospholipids, can affect cell fluidity. Vitamin E functions as  fatty acid antioxidant in the body and affects egg quality.  Vitamin E and essential fatty acids (n-3 and n-6) are required at the same time in a proper  ratio to induce fish gonad maturation.  Zebra fish Danio rerio broodstock in 29 days pre-saline were fed on diet containing 4 different vitamin E concentration; i.e. 325, 375, 425 and 475 mg/kg diet with constant n-3 and n-6 fatty acid doses of 1% and 2%, respectively, for 6 weeks.  Reproduction performance in terms of fecundity was improved (p
Development of Digestive Enzyme of Patin Pangasius hypohthalmus Larvae Effendi, I.; Augustine, D.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.131 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.41-49

Abstract

Culture of patin Pangasius hypophthalmus especially larval rearing  very depends on the supply of natural food as energy source.  Artemia is the main natural food for fish larvae as a starter food, but its price is high.  To reduce production cost, farmers tend to reduce the feeding frequency and shorten  the Artemia feeding period.  Altering feeding regime however may reduce fry quality. This relate to the availability of digestive enzymes.  The objective of this study was  to examine digestive enzymes activity in patin larvae fed with  different feeding regime.  By shorten feeding period with Artemia to 2-4 days and Tubifex,substitution, the enzymes activity of protease, lipase and amylase were revealed similar pattern   The enzymes activity tends to increase and reach the peak at day 7 , and decrease later on until day 15 after hatching.  Survival rate of fish were varied for each treatment, and the highest survival rate was obtained when larvae were fed by Artemia for 8 days.  Blood worm were not fully digested by patin larvae at early stage. Keywords: enzyme, digestion, patin, Pangasius hypophthalmus   ABSTRAK Proses budidaya ikan patin, Pangasius hypophthalmus terutama pembenihan sangat tergantung oleh ketersediaan pakan alami sebagai sumber energinya. Artemia merupakan pakan alami yang banyak diberikan pada saat larva ikan mulai makan, namun harganya relatif tinggi. Untuk menekan biaya produksi, petani ikan patin cenderung mengurangi frekuensi pemberian Artemia dan mempersingkat waktu pemberiannya. Penggeseran jadwal ini diduga mengakibatkan penurunan kualitas benih ikan patin yang dihasilkan yang berhubungan dengan kesiapan enzim pencernaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim pada larva ikan patin dengan jadwal pemberian pakan yang berbeda. Dengan memotong waktu pemberian Artemia 2 - 4 hari dan disubstitusi dengan Tubifex, aktifitas enzim protease, lipase dan amilase pada larva ikan patin, memiliki pola yang sama. Aktifitas enzim cenderung meningkat dan mencapai puncak pada umur 7 hari, selanjutnya terus menurun sampai larva berumur 15 hari. Kelangsungan hidup ikan selama penelitian berbeda-beda untuk setiap perlakuan dengan nilai tertinggi dicapai oleh larva yang diberi pakan Artemia sampai berumur 8 hari. Larva ikan patin belum siap sepenuhnya untuk menerima pakan berupa cacing sutera sejak stadia awalnya. Kata kunci: Enzim, Pencernaan, Patin, Pangasius hypophthalmus
Effect of Enriched Feed by Different n-6 Fatty Acids Levels at 0% of n-3 on Danio rerio Reproductive Performance Utomo, N.B.P; Rosmawati, A.; Mokoginta, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.249 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.51-56

Abstract

Lipid and fatty acids are two factors determining reproductive performance of fish and survival rate of hatched larvae. Lipid has important role as energy source and to maintain the stability of membrane permeability.  The requirement of fatty acids differs among fish species.  Freshwater fishes need more n-6 than n-3 fatty acids, or appropriate combination of them.  In several fish species, feeding HUFA increase their fecundity, fertilization rate and eggs quality.  In this study, zebra fish, Danio rerio were fed with diet containing 0% n-3 essential fatty acids and different n-6 level; 0, 1 and 2%.  The result showed that there were no significant differences in gonado somatic index and several reproductive performances observed.  However, 1% of n-6 fatty acids supplementation produced a higher protein and lipid content in the body by 16.85% and 55.10%, respectively. Keywords: fatty acid, n-3, n-6, Danio rerio, reproductive performance   ABSTRAK Lemak dan asam lemak merupakan faktor yang sangat mempengaruhi performa reproduksi dan kelangsungan hidup larva yang menetas. Lemak berperan penting sebagai sumber energi dan menjaga kestabilan permeabilitas membran. Kebutuhan asam lemak berbeda untuk setiap jenis ikan.  Ikan air tawar biasanya lebih banyak membutuhkan asam lemak n-6 daripada asam lemak n-3 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3. Pada beberapa ikan , pemberian HUFA melalui pakan induk dapat meningkatkan fekunditas, derajat pembuahan dan kualitas telur.  Pada penelitian ini ikan zebra diberi pakan mengandung asam lemak esensial dengan kadar n-3 tetap (0%) dan n-6 berbeda yaitu 0, 1 dan 2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata terhadap nilai Gonado Somatik Indeks serta beberapa parameter penampilan reproduksi lainnya pada ikan zebra, Danio rerio. Namun kadar asam lemak n-3 sebesar 0% dan n-6 sebesar 1% menghasilkan kadar protein dan kadar lemak tubuh tertinggi yang masing-masing mencapai 16,85% dan 55,10% Kata kunci: asam lemak,  n-3, n-6, Danio rerio, performa reproduksi
Production of ”Tokolan” White Shrimp Litopenaeus vannamei in the Cage with Different Rearing Density Supriyono, E.; Purwanto, E.; Utomo, N.B.P.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.467 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.57-64

Abstract

Larva rearing is one of the efforts to increase white shrimp Litopenaeus vannamei seed quality.  This study was conducted to determine effect of  rearing density on the quality and productivity of white shrimp larvae in cage system. The tested rearing densities were 500, 1000, 1500 and 2000 ind/m2 and cultured for 28 days.  The result showed that rearing density did not affect survival rate and coefficient of variation of shrimp length. The treatmentonly affected the shrimp larvae growthwhere 500 ind/m2 rearing density gave the best growth. Keywords: white shrimp, larva, rearing density, net cage   ABSTRAK Penokolan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas benih udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap kualitas dan produktivitas pemeliharaan larva udang vaname di hapa. Padat tebar yang diuji meliputi 500  ,1000, 1500   dan 2000 ekor/m2 selama 28 hari pemeliharaan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan koefisien keragaman panjang udang, dan hanya mempengaruhi pertumbuhan. Kepadatan 500 ekor/m2 menghasilkan pertumbuhan terbaik. Kata kunci: vaname, larva, kepadatan, hapa
Prevention of White Spot Syndrome Virus Infection on Penaeus monodon by Immersion in CEPM Extract of Avicennia sp. and Sonneratia sp. Wahjuningrum, D.; Sholeh, S.H.; Nuryati, Sri
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.2 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.65-75

Abstract

The quality and survival rate are still being the problem that hampers the productivity of black tiger shrimp, Penaeus monodon culture.  Impaired quality of larval shrimp and environmental conditions can confer shrimp be infected by diseases, including viruses such as white spot syndrome virus (WSSV).  Prevention of disease infection using chemicals can offer negative impacts on water, pathogen resistance and consumers.  This study was conducted to examine the efficacy of an alternative prevention compound as liquid mangrove extract (CEPM) from Avicennia sp. and Sonneratia sp. By immersion in different dose of CEPM, i.e. 250, 500, 750 and 1000 ppm, the patogenicity of WSSV was found to be different.  Patogenicity of WSSV decreased after treatment by CEPM, hence this could be used to induce shrimp immunity.  Optimum dose of CEPM was 250 ppm, which could increased survival rate of shrimp after challenging by WSSV, up to 98.4% shrimp survived. Keywrods: WSSV, black tiger shrimp, extract, Avicennia sp., Sonneratia sp.   ABSTRAK Kualitas dan kelangsungan hidup merupakan masalah yang masih membatasi produktivitas budidaya udang windu Penaeus monodon. Kondisi udang dan kualitas lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan udang terserang penyakit, termasuk yang disebabkan oleh virus termasuk white spot syndrome virus (WSSV). Upaya pengendaliannya menggunakan bahan kimia secara berlebih dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan perairan, kesehatan konsumen dan menimbulkan resistensi patogen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas bahan alternatif berupa cairan ekstrak pohon mangrove (CEPM) dari jenis Avicennia sp. dan Sonneratia sp. sebagai upaya pencegahan. Dengan perendaman beberapa konsentrasi yang berbeda (250, 500, 750 dan 1000 ppm) penggunaan cairan ekstrak pohon mangrove (CEPM) Avicennia sp. dan Sonneratia sp., memberikan pengaruh yang berbeda terhadap patogenitas WSSV dan udang uji pada setiap perlakuan. Tingkat patogenitas WSSV relatif menurun setelah perlakuan tersebut sehingga dapat digunakan untuk merangsang kekebalan tubuh udang.  Perlakuan yang optimal yaitu pada dosis 250 ppm, dimana pada perlakuan ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang uji yang diuji tantang dengan white spot syndrome virus (WSSV) dengan tingkat kelangsungan hidup 98,4 %. Kata kunci: WSSV, udang windu, ekstrak, Avicennia sp., Sonneratia sp.  
Effect of Enriched Feed by Immunostimulant on Immune Response and Growth of Humpback Grouper, Cromileptes altivelis Suprayudi, M. Agus; Indriastuti, L.; Setiawati, Mia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.808 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.77-86

Abstract

Humpback grouper, Cromileptes altivelis is susceptible to low quality of environmental condition so that it is vulnerable to bacterial infection.  One of the methods to solve this problem is improvement of nutrition by using immune response present in fish body.  Supplementation of immunostimulant in the diet may increase immune response of humpback grouper regarding to unsuitable environment condition and bacterial infection.  Humpback grouper in average weight of 24.6 ± 0.05 g were reared in a density of 10 fish per aquarium for 34 days.  Diet was supplemented with 4 g yeast per kg diet (diet A), 0.1 g vitamin C per kg diet (diet B), 2.5 g β-glucan (diet C), chromium-yeast 0,015 g/kg diet (diet D) and no supplementation (diet E) as control. Blood performance was analyzed after challenging test with Vibrio parahaemolyticus. The result of study indicated that immunostimulant supplementation increased leucocytes population during salinity stress test. Supplementation of chromium-yeast in the diet increased resistant of humpback grouper to Vibrio parahaemolyticus infection. Keywords: immunostimulant, humpback grouper, Cromileptes altivelis   ABSTRAK Ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis sangat rentan dengan kondisi lingkungan yang buruk sehingga mudah terinfeksi bakteri. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah perbaikan nutrisi dengan memanfaatkan respon imun yang terdapat pada tubuh ikan. Penambahan bahan-bahan imunostimulan pada formulasi pakan buatan diharapkan dapat meningkatkan respon imunitas ikan kerapu bebek terhadap lingkungan yang tidak mendukung dan infeksi bakteri. Ikan kerapu bebek dengan bobot rata-rata 24,6 ± 0,05 g dipelihara dengan kepadatan 10 ekor/akuarium selama 34 hari. Pakan yang diberikan berupa pelet dengan tambahan beberapa bahan imunostimulan yaitu 4 g/kg ragi komersial (pakan A), 0,1 g/kg vitamin C (pakan B), 2,5 g/kg β-glukan (pakan C), kromium-yeast 0,015 g/kg (pakan D) dan tanpa penambahan bahan (pakan E) sebagai pembanding. Gambaran darah dianalisis setelah dilakukan uji tantang dengan Vibrio parahaemolyticus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan-bahan imunostimulan tersebut ternyata mampu meningkatkan populasi leukosit selama uji stres salinitas. Pemberian kromium-yeast dalam pakan meningkatkan daya tahan ikan kerapu bebek terhadap serangan Vibrio parahaemolyticus. Kata kunci: immunostimulan, kerapu bebek, Cromileptes altivelis
Genetic Characterization of Domesticated F1 Generation in Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Aliah, Ratu Siti; Wahidah, .; Sumantadinata, K.; Nugroho, Estu; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.336 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.87-96

Abstract

First generation (F1) of hatchery produced humpback grouper (Cromileptes altivelis) has been characterized genetically in order to serve the information of their status in related to their breeding strategy. PCR-RFLP method was used to detect the variation of mtDNA D-loop region of F1 population at BBPBL Lampung and BBAP Situbondo. The result of study showed that reducing of haplotype diversity had been arised from broodstock (0.8548) to F1 generation population (0.7473; 0.7273; and 0.6947, respectively).  Genetic divergence that had found between population BBPBL Lampung and BBAP Situbondo make it possible to do outbreeding in order to get its heterosis's effect. Keywords: mtDNA, haplotype diversity, genetic differentiation, Cromileptes altivelis   ABSTRAK Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) generasi pertama (F1) hasil domestikasi di hatchery telah dikarakterisasi secara genetik untuk menyediakan informasi status sehubungan dengan program pemuliaannya.  Metode PCR-RFLP digunakan untuk mendeteksi variasi sekuens D-loop mtDNA ikan kerapu tikus F1 yang diproduksi di BBPBL Lampung dan BBAP Situbondo.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan keragaman haplotipe dari induk (0,8548) ke populasi generasi F1 (masing-masing 0,7473; 0,7273; dan 0,6947).  Adanya keragaman genetik antara populasi ikan kerapu tikus di BBPBL dan BBAP Situbondo memungkinkan dilakukannya outbreeding untuk mendapatkan efek heterosis. Kata kunci: mtDNA, keragaman haplotipe, diferensiasi genetik, Cromileptes altivelis
Growth and Productivity of Chironomus sp. in Enriched Substrat by Chicken Manure 1,0-2,5 g/l Shafruddin, D.; Parlinggoman, B.R.; Sumantadinata, K.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.411 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.97-102

Abstract

Chironomus sp. larvae or called as bloom worm contains high nutrient and caroten that are important to support fish and shellfish culture, especially ornamental fishes.  Larval Chironomus is abundant in environment rich of organic and inorganic compounds. This study was carried out to examine growth and productivity of Chironomus larvae reared in water containing 1.0, 1.5, 2.0 and 2.5 g of chicken manure per liter water.   The growth of chironomus larvae for 4 weeks rearing was reached a peak at the third week. Higher population, 19,680 larvas, was obtained by the highest dose of fertilizer.  Growth by length and weight of Chironomus larvae of all treatments was similar Keywords: Cacing darah, Chironomus dan kotoran ayam   ABSTRAK Larva Chironomus sp. yang dikenal sebagai cacing darah memiliki kandungan nutrisi tinggi dan pigmen karoten yang penting untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan dan udang terutama sebagai ikan hias. Larva Chironomus banyak terdapat di perairan yang mengandung bahan organik tinggi sehingga diperlukan pemupukan baik organik maupun anorganik untuk merangsang petumbuhannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan produktivitas larva Chironomus yang dipelihara dalam air yang mengandung 1,0, 1,5, 2,0 dan 2,5 g kotoran ayam per liter air. Pertumbuhan larva yang dipelihara selama 4 minggu pada media yang dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 gr/l masing-masing mengalami puncak pada minggu ke-3. Populasi terbanyak mencapai 19680 ekor terjadi pada media dengan dosis pemupukan tertinggi. Pertumbuhan panjang maupun berat larva Chironomus yang dipelihara dengan pemupukan media yang berbeda tersebut masing-masing tidak berbeda nyata. Kata kunci : Cacing darah, Chironomus dan kotoran ayam
Induced Spawning of Giant Gouramy Osphronemus gouramy Lac. by Ovaprim Arfah, H.; Maftucha, L.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.097 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.103-112

Abstract

Spawning season of giant gouramy Osphronemus gouramy Lac is not happen continuously through the year so the supply of fry is not enough for fulfilling the demand.  Artificial fertilization will be useful to produce larvae and fry at out of their spawning season.  In this study, three dose levels of ovaprim, i.e. 0.6, 0.7 and 0.8 ml/kg fish were used to induce spawning of giant gouramy.  Parameters observed were the width of abdomen, number of eggs, fertilization rate, hatching rate, and survival rate of larvae.  The results of this study showed that average of fertilization rate reached 4.3% with number of eggs fertilized was 50 eggs, hatching rate 78.5% with number of larvae hatched was 43 larvas.   Average of larvae survived until the end of experiment was 35, with average survival rate was 76.82%.  Based on the achievement in this study, induced spawning by ovaprim could be applied to giant gouramy, although the success is still very low. Keywords: giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac., artificial spawning, ovaprim.   ABSTRAK Musim pemijahan ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. bukan sepanjang tahun sehingga pasokan benih tidak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Pemijahan buatan memungkinkan untuk memperoleh suplai larva dan benih di luar musim pemijahannya. Pada penelitian ini tiga tingkatan dosis ovaprim, yaitu  0,6 ml/kg, 0,7 ml/kg, 0,8 ml/kg ikan digunakan untuk merangsang pemijahan ikan gurame. Parameter yang diamati adalah lebar perut, jumlah telur, derajat pembuahan telur (Fertilization Rate), derajat penetasan telur (Hatching Rate) dan tingkat kelangsungan hidup larva (Survival Rate). Rata-rata derajat pembuahan telur ikan gurame yang dipijahkan secara buatan mencapai 4,30% dengan jumlah telur yang dibuahi sebanyak 50 butir, sedangkan derajat penetasan rata-rata adalah 78,50 % dengan jumlah rata-rata telur yang menetas sebanyak 43 butir. Rata-rata jumlah larva hidup pada akhir masa pemeliharaan adalah 35 ekor, dengan rata-rata SR sebesar 76,82%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ransangan pemijahan pada ikan gurame menggunakan ovaprim dapat dilakukan, meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Kata kunci: gurame, Osphronemus gouramy Lac., pemijahan buatan, ovaprim.
Fin Type Variation of Lionhead Strain Goldfish (Carassius auratus) Offspring Syaifudin, M.; Carman, Odang; Sumantadinata, K.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.103 KB) | DOI: 10.19027/jai.3.1-4

Abstract

 Lionhead strain goldfish (Carassius auratus) inheritance produce many variations in phenotype qualitative traits of their offspring that is not common with the parents. Lionhead is an ornamental freshwater fish, they do not have a dorsal fin, but it is a beauty finfish, is popular to the people and have a high economic value. Of the 846 offspring of lionhead is produced in this experiment, and 57,7% of them have dorsal fin (42,3% normal), 13,1% of them have anal fin which did not similar with their parents, 58,6% caudal fin of them did not have similar to their parents. It might be caused by incompletely segregation in meiosis and many gen responsible to certain phenotype trait. Another abnormalities such as no anal fin, blindness, stumped and no pigmen in their gill lamella also occurred. Key words: Inheritance, fin, phenotype, abnormality   ABSTRAK Ikan maskoki strain lionhead menghasilkan keturunan dengan fenotip yang sangat bervariasi dan berbeda dengan induknya. Ikan ini merupakan ikan hias air tawar yang tidak memiliki sirip punggung namun tetap memiliki keindahan, sehingga menjadi begitu populer di masyarakat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sebanyak 846 keturunan (anakan) telah dihasilkan dalam percobaan ini, dan sebanyak 57,7% dari populasi tersebut memiliki sirip punggung (berarti 42,3% merupakan keturunan normal), 13,1% memiliki sirip dubur yang tidak mirip dengan induknya. Variasi keturunan ikan maskoki strain lionhead ini disebabkan oleh segregasi yang tidak sempurna dalam proses meiosis dan banyaknya gen yang terlibat dalam pembentukan penotip tertentu. Abnormalitas lainnya juga terjadi pada keturunan ikan maskoki strain lionhead ini, seperti tidak adanya sirip dubur, mata buta, tubuh pendek dan tidak adanya pigmen pada lemela insang Kata kunci: Keturunan, sirip, fenotip, abnormalitas  

Page 10 of 57 | Total Record : 569


Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue