cover
Contact Name
Heppy Yohanes
Contact Email
heppyyohaneslim@gmail.com
Phone
+6287878968652
Journal Mail Official
info@pspindonesia.org
Editorial Address
Perum Puri Bengawan Indah Jl. Karandan Rt.007 Rw.005, Joyontakan, Serengan, Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
ISSN : 2797717X     EISSN : 27977676     DOI : https://doi.org/10.54403/rjtpi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen / peneliti pada bidang Teologi. Fokus dan Scope pada Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia adalah: Sejarah pada Teologi Kajian Teologi Pentakosta Tokoh gereja Liturgi Musik Gereja Misiologi Kepemimpinan Kristen Pastoral Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia is a forum for publishing the scientific of lecturers / researchers in the field of Theology. Focus and scope on Jurnal Pentakosta Indonesia are: History of Theology The Pentacostal Analysis Theology Church Figure Liturgy Church Music Missiology Christian Leadership Pastoral
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025" : 9 Documents clear
Peranan Wahyu Illahi dalam Kanonisasi Alkitab bagi Kehidupan Orang Percaya di Era Millenial Angelina, Yunike; Suhadi, Suhadi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.121

Abstract

The discussion of the canonization of the Bible is an interesting and relevant topic to discuss. There are pros and cons but also not a few parties who are against it according to their respective proofs. Despite the many theories circulating so far, the main factor that has led to the discussion of the canonization of the Bible has become an interesting topic to talk about even today is the question of whether the source of the writing of the Bible and the process of the canon itself is true from divine revelation or is it just a story of human experience. However, more than just a discussion of the canonization of the Bible, it is also necessary to know the role of the divine revelation in the canonization of the Bible for the lives of believers in the millennial era. The purpose of this article is to emphasize that in addition to being useful for the canonization of the Bible, divine revelation also has a role in the lives of believers in the millennial era. This research uses qualitative methods, especially literature studies. By looking at the events that are happening in society, especially the community of young people, about the role and what the real meaning of the canonization of the Bible has for their lives in this Millennial Era, researchers try to research this matter by finding out the truth from accurate and reliable reference sources so that they can produce a correct understanding of this topic. The purpose or result of this study is to inform that divine revelation also has a role in the lives of believers, especially in this Millennial Era. Believers in this Millennial Era can receive and experience divine revelation when they read and meditate on God's word (the Bible).AbstrakPembahasan mengenai kanonisasi Alkitab menjadi topik yang menarik dan relevan untuk diperbincangkan. Ada pihak-pihak yang pro tapi juga tak sedikit pihak yang kontra dengan hal tersebut sesuai dengan pembuktian mereka masing-masing. Terlepas dari banyaknya teori yang beredar selama ini, faktor utama yang menyebabkan pembahasan mengenai kanonisasi Alkitab menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan bahkan pada masa kini adalah karena pertanyaan mengenai sumber penulisan Alkitab dan proses kanon itu sendiri apakah benar dari wahyu Ilahi atau hanya sebatas cerita pengalaman dari manusia semata. Namun, lebih dari sekedar pembahasan mengenai kanonisasi Alkitab, perlu mengetahui juga peranan dari wahyu Illahi tersebut dalam kanonisasi Alkitab bagi kehidupan orang percaya di era milenial. Tujuan dari penulisan ini untuk menekankan bahwa selain berguna untuk kanonisasi Alkitab, wahyu Illahi juga memiliki peranan bagi kehidupan orang percaya di era milenial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif khususnya studi pustaka. Dengan melihat peristiwa yang terjadi di masyarakat terutama komunitas anak-anak muda tentang peran dan apa makna sesungguhnya dari kanonisasi Alkitab bagi kehidupan mereka di Era Milenial ini, peneliti mencoba untuk meneliti hal ini dengan mencari tahu kebenarannya dari sumber referensi yang akurat dan terpercaya sehingga mampu menghasilkan sebuah pemahaman yang benar mengenai topik ini. Tujuan atau hasil dari penelitian ini adalah untuk memberitahukan bahwa wahyu Illahi juga memiliki peranan bagi kehidupan orang percaya terutama di Era Milenial ini. Orang percaya di Era Milenial ini dapat menerima dan mengalami wahyu Illahi ketika mereka membaca dan merenungkan firman Tuhan (Alkitab).
Transformasi Kehidupan Rohani Jemaat dalam Era Digital: Implikasi Digital Religion terhadap Pendidikan Agama Kristen Purwonugroho, Daniel Pesah
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.122

Abstract

This paper is designed to explore the transformation of church spiritual life in the digital era and the implications of digital religion for Christian religious education. Digital religion is a phenomenon that arises due to the rapid development of technology. Digital religion presents religious interactions in the digital space. Digital religion also changes the spiritual life of the congregation where worship celebrations, transmission of religious messages and pastoral care also experience significant changes. Through a descriptive qualitative approach, the author tries to explore how digital religion has implications for Christian religious education including transforming the spiritual life of the congregation. The author argues that churches, church leaders and Christian educators need to prepare themselves to equip congregants and learners about this digital religion phenomenon. This paper offers a practical attitude for church leaders and Christian educators to prepare themselves in facing digital religion so that the spiritual life of the congregation can be optimized properly.AbstrakTulisan ini dirancang untuk menelusuri transformasi kehidupan rohani jemaat dalam era digital dan implikasi digital religion terhadap pendidikan agama Kristen. Digital religion merupakan fenomena yang muncul dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Digital religion menghadirkan interaksi-interaksi keagamaan di ruang digital. Digital religion juga mengubah kehidupan rohani jemaat dimana perayaan ibadah, transmisi pesan keagamaan dan pastoral juga mengalami perubahan yang signifikan. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba untuk mengeksplor bagaimana digital religion memberikan implikasi terhadap pendidikan agama Kristen termasuk mentransformasikan kehidupan rohani jemaat. Penulis menyatakan bahwa gereja, pemimpin gereja dan pendidik Kristen perlu mempersiapkan diri untuk memperlengkai jemaat dan peserta didik tentang fenomena digital religion ini. Tulisan ini menawarkan sebuah sikap praktis bagi pemimpin gereja dan pendidik Kristen untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi digital religion agar kehidupan rohani jemaat dapat teroptimalisasi dengan baik.
Mengurai Narasi Bertumbuh Dalam Kristus Dari Potret Kaum Muda Pentakostal Masa Kini Yakobus, Yakobus
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.125

Abstract

Growing is a natural stage that must be passed by every living creature, including humans. Paul considered that in order to maximize their function as God's instruments, it is a must for believers to grow in Christ. This article attempts to describe growing in Christ from the portrait of today's Pentecostal youth. The method used in working on this article is qualitative narrative and literature review. This article narrates various examples of growing in God that the Bible records, narrates growing in Christ according to Colossians 2, and the portrait that Pentecostal youth narrate about growing in Christ today. It is concluded that Pentecostal youth portray growing in Christ as meaning diligent in worship, harmony between words and deeds, a consistent life in following God, and being an example for other believers.AbstrakBertumbuh merupakan tahapan alamiah yang mesti dilewati oleh setiap mahluk hidup tak terkecuali manusia. Paulus menilai bahwa untuk maksimal melaksanakan fungsinya sebagai alat Tuhan, bagi orang percaya adalah sebuah keharusan untuk bertumbuh dalam Kristus. Artikel ini berupaya untuk menjabarkan bertumbuh dalam Kristus dari potret kaum muda pentakostal masa kini. Metode yang digunakan dalam mengerjakan artikel ini adalah kualitatif naratif dan kajian literatur. Artikel ini menarasikan berbagai contoh bertumbuh dalam Allah yang Alkitab catat, menarasikan bertumbuh dalam Kristus menurut Kolose 2, serta potret yang kaum muda pentakostal narasikan tentang bertumbuh dalam Kristus pada masa kini. Disimpulkan bahwa kaum muda pentakostal memotret bertumbuh dalam Kristus itu berarti rajin beribadah, selaras antara perkataan dan perbuatan, kehidupan yang konsisten dalam mengiring Tuhan, dan menjadi contoh untuk orang percaya lain.
Kajian Teologis Mengenai Anak Yang Dikorbankan Abraham Menurut Islam Dan Kristen: Polemik Dialog Teologis Adi, Didit Yuliantono; Christiaan, John Abraham; Lahama, Andre Nehemia
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.99

Abstract

This study seeks to address the theological polemic between Islam and Christianity concerning the identity of the son intended for sacrifice by Abraham. Based on the author’s observations, there is a significant divergence in the perspectives of Islam and Christianity on this issue. Islam asserts that the son to be sacrificed by Abraham was Ishmael, while Christianity maintains that it was Isaac, in accordance with the narrative found in the Bible. This research employs a qualitative methodology with a literature review approach, analyzing sources from books, journals, the Bible, and the Qur’an. The findings reveal that the theological divergence regarding the identity of Abraham's intended sacrificial son has the potential to generate interfaith tensions. Consequently, this study emphasizes the necessity of theological dialogue aimed at fostering mutual understanding between the two faiths, enabling constructive engagement without causing harm or offense.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengurai polemik antara Islam dan Kristen tentang siapakah anak yang akan dikorbankan oleh Abraham. Berdasarkan pengamatan penulis, Islam dan Kristen memiliki perbedaan tentang hal ini. Islam meyakini bahwa yang akan dikorbankan Abraham adalah Ismail, sedangkan Kristen percaya bahwa yang akan dikorbankan oleh Abraham adalah Ishak, sesuai dengan yang dikatakan oleh Alkitab. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur melalui buku, jurnal, Alkitab dan Al-Qur’an. Dari penelitian ini ditemukan fakta yaitu perbedaan keyakinan tentang siapa yang akan dikorbankan oleh Abraham dalam Islam dan Kristen bisa menimbulkan polemik, oleh karena itu diperlukan dialog teologis yang berkaitan dengan tema ini agar kedua belah pihak saling memahami perbedaan tanpa saling melukai.
Mengulik Kontribusi Media Digital dalam Memaksimalkan Pelayanan di Lingkup Gereja Pentakostal Siburian, Ferry
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.126

Abstract

The existence of digital media has greatly influenced the lives of today's humans, almost all areas of life have been elaborated with digital media ranging from buying and selling transactions, education, entertainment, family communication, to church life. This article is intended to explore the contribution of digital media in maximizing church services in the Pentecostal scope. Descriptive qualitative methods and literature reviews are used with the intention that the explanation related to the description of the influence of digital media in today's life, the description of the use of digital media in Pentecostal church services, and the contribution of digital media in maximizing servants in the Pentecostal church scope can be explained sequentially, systematically and in depth. It is concluded that digital media will contribute to maximizing services in the Pentecostal church scope because it has been proven to increase the abilities of God's servants, make services more relevant, a place to actualize themselves, and be able to expand the reach of services.AbstrakKeberadaan media digital sudah sangat mempengaruhi kehidupan manusia masa kini, nyaris seluruh area kehidupannya terelaborasi dengan media digital mulai dari transaksi jual beli, dunia pendidikan, hiburan, komunikasi keluarga, hingga kehidupan bergereja. Artikel ini dimaksudkan untuk mengulik kontribusi media digital dalam memaksimalkan pelayanan gereja di lingkup pentakostal. Metode kualitatif deskriptif dan kajian literatur yang digunakan dengan maksud agar penjelasan terkait deskripsi pengaruh media digital dalam kehidupan masa kini, deskripsi penggunaan media digital dalam pelayanan gereja pentakostal, serta kontribusi media digital dalam memaksimalkan pelayan di lingkup gereja penakostal dapat dijelaskan secara runut, tersistimatik dengan baik serta mendalam. Disimpulkan bahwa media digital akan berkontribusi memaksimalkan bagi pelayanan di lingkup gereja pentakostal karena terbukti meningkatkan kemampuan para pelayan Tuhan, menjadikan pelayanan lebih relevan, wadah untuk mengaktualisasi diri, serta mampu memperluas jangkauan pelayanan.
Peran Gembala dalam Membimbing dan memberdayakan Jemaat di Era Disrupsi Ama, Ferdiandus Tamu; Lumingas, Gloria Gabriel
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.124

Abstract

The era of disruption is a time full of surprises because everything changes quickly and offers instant convenience, especially in the field of science. Many experts tend to separate religion and science. In this case, the pastor plays an important role as the main motivator in various church activities. However, he also needs to understand and master the values of service so that the church can run well and grow. As an agent of change, the pastor must pay attention and educate the congregation under his leadership. This study aims to formulate effective strategies as well as provide an understanding to pastors that guiding and empowering congregations in the era of disruption is important so that congregations are not easily discouraged by the rapid changes of the times. This research method uses a descriptive qualitative method using literature study. In this case, Christian leadership in the era of disruption is servant leadership. High discipline is an essential aspect of pastoral leadership, especially in the era of disruption that demands constancy and consistency, in contrast to military leadership that tends to keep a distance between the leader and the led, Christian leadership presents a transformative leadership model, where authority is manifested in the form of service, exemplary, and closeness to the congregation, making it more relevant in responding to the challenges of the times.AbstrakEra disrupsi merupakan masa yang penuh kejutan karena segala sesuatu berubah dengan cepat dan menawarkan kemudahan secara instan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Banyak ahli yang cenderung memisahkan agama dan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, gembala sidang memegang peran penting sabagai motivator utama dalam berbagai kegiatan gereja. Namun, ia juga perlu memahami dan menguasai nilai-nilai pelayanan agar gereja dapat berjalan dengan baik dan berkembang. Sebagai agen perubahan, gembala sidang harus memberikan perhatian dan mendidik jemaat yang ada dibawah kepemimpinannya. Penelitian ini, bertujuan untuk merumuskan strategi yang efektif sekaligus memberikan pemahaman kepada gembala bahwa dalam membimbing dan memberdayakan jemaat di era disrupsi itu penting. sehingga jemaat tidak mudah dipanguruhi oleh perubahan zaman yang begitu pesat. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deksriptif dengan menggunakan studi pustaka. Dalam hal ini, kepemimpinan Kristen di era disrupsi merupakan kepemimpinan yang untuk melayani. Disiplin yang tinggi merupakan aspek esensial dalam kepemimpinan pengembalaan jemaat, terutama di era disrupsi yang menuntut keteguhan dan konsistensi, berbeda dengan kepemimpinan meliter yang cenderung menjaga jarak antara pemimpin dan yang dipimpin, kepemimpinan Kristen menghadirkan model kepemimpinan yang transformatif, di mana otoritas diwujudkan dalam bentuk pengapdian, keteladanan, dan kedekatan dengan jemaat, sehingga lebih relevan dalam menjawab tantangan zaman.
Peran Podcast dalam Penginjilan Digital, Upaya Gereja terhadap Misi dan Pembentukan Etis Teologis Jemaat di Era disrupsi Suseno, Aji; Arifianto, Yonatan Alex; Rahayu, Yohana Fajar
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.123

Abstract

The development of internet of thoughts technology, in an era of increasingly massive digital disruption, the church faces new problems in delivering the message of the Great Commission. Where busyness and the internet that changes the culture of communication becomes a new opportunity in digital mission. One of the tools that is now increasingly popular is podcasts, a medium that allows evangelism to be carried out more flexibly and accessibly. The role of podcasts in digital evangelism is becoming increasingly relevant given the high internet penetration and people's preference for audio content consumption. This study aims to examine how churches utilise podcasts as a tool to support evangelistic missions and theological ethical formation of congregations in the midst of changing times. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach and content analysis of podcasts uploaded on digital platforms.  The conclusions of the findings of this study indicate that digital mission is actually in the order of the Great Commission. and the role of podcasts in digital evangelism provides new opportunities for wider and deeper evangelism, expanding the reach of the gospel message among all audiences. This is what educates the church in building a culture of mission and forming digital ethics. although there is an influence of digital evangelism on the mission of the church, the formation of digital ethics in evangelism. this is an opportunity and challenge in digital evangelism through podcasts. In addition, podcasts are also an important tool in shaping theological understanding and church ethics that are more relevant in this era of disruption.  Therefore, the church can utilise podcasts as a medium that is adaptive to cultural and technological changes, strengthening the relevance of evangelistic mission in a changing world.AbstrakPerkembangan teknologi internet of Thinks, di era disrupsi digital yang semakin massif, gereja menghadapi persoalan baru dalam menyampaikan pesan  Amanat Agung. Di mana kesibukan dan internet yang merubah budaya komunikasi menjadi peluang baru di misis digital. Salah satu sarana yang kini semakin populer adalah podcast, sebuah media yang memungkinkan penginjilan dilakukan secara lebih fleksibel dan aksesibel. Peran podcast dalam penginjilan digital menjadi semakin relevan mengingat penetrasi internet yang tinggi dan preferensi masyarakat terhadap konsumsi konten audio. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana gereja memanfaatkan podcast sebagai alat untuk mendukung misi penginjilan dan pembentukan etis teologis jemaat di tengah perubahan zaman. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dan analisis konten podcast yang diupload di platform digital.  Adapaun kesimpulan dari temuan  penelitian ini menunjukkan bahwa sejatinya digital misi dalam perintah Amanat Agung. dan peran podcast dalam penginjilan digital memberikan peluang baru untuk penginjilan yang lebih luas dan mendalam, memperluas jangkauan pesan Injil di kalangan semua audiens. Hal inilah yang menjadi edukasi jemaat dalam membangun budaya misi dan membentuk etika digital. walaupun adanya pengaruh penginjilan digital terhadap misi gereja pembentukan etika digital dalam penginjilan. ini menjadi kesempatan dan tantangan dalam penginjilan digital melalui podcast. Selain itu, podcast juga menjadi sarana penting dalam membentuk pemahaman teologis dan etika gereja yang lebih relevan di era disrupsi ini.  Maka itu gereja dapat memanfaatkan podcast sebagai media yang adaptif terhadap perubahan budaya dan teknologi, memperkuat relevansi misi penginjilan dalam dunia yang terus berubah.
Gaya Hidup Paulus Dalam Hal Berdoa: Studi Tematik Doa Menurut 1 Tesalonika Lumban Gaol, Rinaldi Frans Holong; Baskoro, Paulus Kunto; Gomulyo, Joseph Hendrik
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.120

Abstract

The importance of prayer shows the quality of the believer's relationship with God and the quality of his spirituality. Prayer should be the main center for the life of a believer so that prayer is not a formality or routine of the believer's life but rather a close or intimate relationship with the Creator. This understanding needs to be straightened out through Paul's consistency in praying related to the letters he wrote, especially in 1 Thessalonians. Paul stated this as an important principle in the life of a believer. The author uses a descriptive qualitative method with a thematic approach through literature reviews related to the topic discussed. The purpose of this study is First, to state Paul's lifestyle about prayer according to 1 Thessalonians. Second, to implement a lifestyle of prayer in the lives of believers.AbstrakKeutamaan doa menunjukkan kualitas hubungan orang percaya dengan Tuhan dan kualitas kerohaniannya. Seharusnya doa menjadi sentral utama bagi hidup orang percaya sehingga doa bukan menjadi formalitas atau rutinitas hidup orang percaya melainkan terjalinnya hubungan yang erat atau intim terhadap Sang Pencipta. Pemahaman seperti ini perlu diluruskan melalui kekonsistenan Paulus dalam hal berdoa terkait surat-surat yang ditulisnya, terutama dalam 1 Tesalonika. Paulus menyatakan hal ini sebagai prinsip penting dalam kehidupan orang percaya.  Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan tematik melalui literatur riview terkait topik yang dibahas. Tujuan dari penelitian ini adalah Pertama, menyatakan gaya hidup Paulus tentang doa menurut 1 Tesalonika. Kedua, mengimplementasikan gaya hidup doa dalam kehidupan orang percaya.
Pemahaman Hermeneutik terhadap 1 Korintus 10:13: Analisis atas Kesalahpahaman dalam Tradisi Kristen Masa Kini Wennar, Wennar; Runesi, Leonardus; Ronal, Ronal
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.110

Abstract

Misinterpretations of 1 Corinthians 10:13 are common in the modern Christian tradition, especially when the verse is understood as a guarantee of total freedom from suffering. An overly literal interpretation of the phrase "God will not let you be tempted beyond your strength" has the potential to lead to unrealistic expectations and spiritual disappointment, especially when people face severe trials. This study aims to explore the original meaning of 1 Corinthians 10:13 through a hermeneutic and theological approach, by analyzing the biblical text in its historical, literary, and sociocultural context. This study was conducted using a qualitative method with a literature study approach, which refers to the works of leading theologians. The results of the analysis show that this verse does not promise the elimination of suffering, but affirms God's faithfulness in providing strength and a way out (ekbasis) for His people to survive in the midst of trials. This study provides a new contribution to the study of hermeneutics with a comprehensive approach to the context of the Corinthian congregation, so that it can correct various theological misunderstandings that have developed in the church today. The pastoral implications of a proper interpretation of this verse are also relevant to strengthening the faith of Christians and the ministry of the church in facing challenges of faith. Thus, this study is expected to be a reference for the development of a more contextual theology, while also helping Christians understand trials as part of the journey of faith accompanied by a faithful God.AbstrakKesalahan tafsir terhadap 1 Korintus 10:13 sering kali terjadi dalam tradisi Kristen modern, terutama ketika ayat ini dipahami sebagai jaminan kebebasan total dari penderitaan. Penafsiran yang terlalu literal terhadap frasa "Allah tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu" berpotensi menimbulkan pengharapan yang tidak realistis dan kekecewaan rohani, khususnya ketika umat menghadapi pencobaan yang berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna asli 1 Korintus 10:13 melalui pendekatan hermeneutik dan teologis, dengan menganalisis teks alkitabiah dalam konteks historis, tekstual, dan sosiokulturalnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, yang mengacu pada karya-karya teolog terkemuka. Hasil analisis menunjukkan bahwa ayat ini tidak menjanjikan penghapusan penderitaan, tetapi menegaskan kesetiaan Allah yang menyediakan kekuatan dan jalan keluar (ekbasis) bagi umat-Nya untuk bertahan di tengah pencobaan. Penelitian ini memberikan kontribusi baru dalam studi hermeneutika dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap konteks jemaat Korintus, sehingga dapat mengoreksi berbagai kesalahpahaman teologis yang berkembang di gereja masa kini. Implikasi pastoral dari penafsiran yang tepat atas ayat ini juga relevan untuk memperkuat iman umat Kristen dan pelayanan gereja dalam menghadapi tantangan iman. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pengembangan teologi yang lebih kontekstual, sekaligus membantu umat Kristen memahami pencobaan sebagai bagian dari perjalanan iman yang didampingi oleh Allah yang setia.

Page 1 of 1 | Total Record : 9