cover
Contact Name
Ahmad Arif Nurrahman
Contact Email
uptpublikasi@unisba.ac.id
Phone
+6285294008040
Journal Mail Official
jrti@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah lantai 4, Rektorat Unisba, Jln Tamansari No.20, 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Riset Teknik Industri
ISSN : 28083091     EISSN : 27986349     DOI : https://doi.org/10.29313/jrti.v1i2
Jurnal Riset Teknik Industri Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI) adalah jurnal peer review dan dilakukan dengan double blind review yang mempublikasikan kajian hasil riset dan teoritik terhadap isu-isu empirik dalam sub kajian Teknik Industri. JRTI ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN 2798-6349 yang diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-indeks di Google Scholar, Garuda, Crossref, dan DOAJ. Terbit setiap Juli dan Desember.
Articles 102 Documents
Perancangan Produk Waistbag dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Saeful Nurochim; Asep Nana Rukmana
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1264.79 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.91

Abstract

Abstract. Product design is a stage in the process of making products based on certain shapes, sizes, and colors. Industrial Home industry is a company engaged in the bag manufacturing industry that has its own product brand, Kaboa. The problem with this is that Kaboa waistbag products have experienced a decline in sales by the significance associated with several problems, namely (1) There are no new models or innovations in Kaboa waistbag products, (2). The objectives of this study are (1) To identify the needs and demands of customers who are priorities and prove to be a variable in the quality of waistbag product designs, (2) Make waistbag product designs according to customer desires and needs to be able to meet customer demand and search. In this study, the method used to develop and request waistbag products to suit customer needs is the Quality Function Deployment (QFD) method. The parameters used in the Kaboa waistbag product design process are 13 quality variables used as references. The best alternative product design options are products made from condura fabric with the cheapest production costs, good quality, strong and durable, with patterned colors according to the consumer and the company's target market with the company's ability. Abstrak. Perancangan produk merupakan tahapan dalam proses menciptakan sebuah produk berdasarkan model bentuk, ukuran, dan warna tertentu. Home industri Kindustries merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan tas yang memiliki brand produk sendiri yaitu Kaboa. Permasalahan yang dihadapi adalah produk waistbag Kaboa telah mengalami penurunan penjualan secara signifikan yang disebabkan beberapa permasalahan yaitu (1) Belum banyaknya model atau inovasi baru pada produk waistbag Kaboa, (2) Pangsa pasar sempit yang hanya di fokuskan kepada kalangan orang yang senang melakukan kegiatan outdoor. Tujuan pada penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang menjadi prioritas dan menerjemahkannya menjadi variabel kualitas rancangan produk waistbag, (2) Membuat usulan rancangan produk waistbag sesuai keinginan dan kebutuhan pelanggan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan upaya memperluas pasar untuk meningkatkan penjualan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang produk waistbag agar sesuai kebutuhan dengan keinginan pelanggan adalah metode Quality Function Deployment (QFD). Parameter yang digunakan dalam proses desain produk waistbag yaitu berupa 13 variabel kualitas yang digunakan sebagai acuan. Alternatif desain produk pilihan terbaik rancangan produk berbahan kain condura dengan biaya produksi paling murah, berkualitas baik, kuat dan tahan lama, dengan warna bermotif sesuai penilaian konsumen dan target pasar perusahaan serta kemampuan perusahaan.
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Finishing dengan Metode Quality Exposure Checklist (QEC) di CV X Divisi Sarung Tenun Irsyad Ali Syahid; Puti Renosori
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1728.756 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.92

Abstract

Abstract. CV. X is a textile company that manufactures sarong, napkin rags and other fabric materials. The core production process is carried out by the company with several process elements carried out by the company's business partners (subcontract). The fabrication process of a sarong product is carried out with a semi-automatic machine that is operated by an operator with some process elements that are carried out by a conventional operator. Based on the identification of work risks using the Quick Exposure Checklist (QEC) questionnaire, that operator works in a limited body posture condition so as to produce a score of more than 50% and the need for action in the near future. These results indicate how high this risks experienced by finishing work station operators. The condition of the operator working in a folded or squatting sitting position, forearm reach, dynamic hand movements plus limited operator motion because sitting without proper facilities is a major problem. If this is not treated as soon as possible it can have a negative impact on the operator such as physical fatigue, decreased operator performance to skeletal muscle injury (mosquletal disorder). Quick Exposure Checklist show that the occupational risk level of work is at level 3 (three) which shown a high score level that action is needed as soon as possible to minimize the risk of work. The proposed action to minimize the risk is to design an ergonomic work facility in accordance with the needs of the operator at the finishing work station using the Anthropometry method. Abstrak. CV. X merupakan perusahaan tekstil yang memproduksi kain sarung, lap serbet serta bahan kain lainnya. Proses produksi inti dilakukan oleh perusahaan dengan beberapa elemen proses yang dilakukan oleh mitra usaha perusahaan (subcont). Proses pabrikasi produk kain sarung dikerjakan dengan mesin-mesin semi otomatis yang dioperasikan operator dengan beberapa elemen proses yang dikerjakan operator secara konvensional. Berdasarkan identifikasi dan observasi resiko kerja menggunakan kuesioner Quick Exposure Checklist (QEC), operator bekerja pada kondisi postur tubuh yang terbatas sehingga menghasilkan hasil skor lebih dari 50% dan diperlukannya tindakan dalam waktu dekat. Hasil ini menunjukan besarnya resiko kerja yang dialami operator stasiun kerja finishing. Kondisi operator yang bekerja pada posisi duduk terlipat maupun jongkok, jangkauan tangan kedepan, pergerakan tangan yang dinamis ditambah terbatasnya gerak operator karena duduk tanpa ditunjang fasilitas yang layak menjadi faktor masalah utama. Jika hal ini tidak ditangani sesegera mungkin dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap operator seperti kelelahan fisik, penurunan kinerja operator hingga cedera otot rangka (mosquletal disorder). Hasil penilaian resiko kerja Quick Exposure Checklist menunjukkan bahwa level resiko kerja pekerjaan berada pada level 3 (tiga) yang menunjukan level skor tinggi sehingga perlu dilakukannya tindakan dalam waktu dekat guna meminimasi besarnya resiko kerja. Tindakan yang diusulkan guna meminimasi resiko tersebut yaitu dengan merancang fasilitas kerja yang ergonomis sesuai dengan kebutuhan operator pada stasiun kerja finishing dengan menggunakan metode Antropometri.
Perancangan Fasilitas Kerja pada Operator Pemasangan Accesories di CV. X untuk Mengurangi Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Shifa Salimatusadiah; Nur Rahman As’ad
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.323 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.93

Abstract

Abstract. CV. X is a company engaged in the convection of women's bags and mini backpacks. CV. X uses the make to order process. In the process of making a mini backpack, the activities are carried out in a sitting position according to the standard, namely the sewing process, while for the process of the pattern, the cutting process, and the process of installing the accessories are done in a sitting position on the floor without a base. Based on the results of interviews with operators, it was found that the most complaints with the working conditions of the neck bowed, back bent, sat barefooted with legs crossed occurred in the operator mounting accessories. The method used is the OWAS method and the Nordic Body Map Questionnaire. Based on the results of interviews and the Nordic Body Map questionnaire, complaints were felt that consisted of neck, lower back and lower legs, knees, buttocks, and ankles. The following conditions cause muscle injury, musculoskeletal disorders. The results of the determination of work risk using the Ovako Working Analysis System (OWAS) method obtained all work elements in the process of installing accessories with the second level category, namely the process of gluing spots, cutting relief materials, linking relief and hurdles, linking spots, uniting all elements, and installing accessories. Abstrak. CV. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang konveksi tas wanita dan mini backpack. CV. X menggunakan proses make to order. Pada proses pembuatan tas mini backpack yang aktivitasnya dikerjakan dengan posisi duduk sesuai standar yaitu proses penjahitan, sedangkan untuk proses pola, proses potong, dan proses pemasangan accesories dikerjakan dengan posisi duduk dilantai tanpa alas dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator didapatkan bahwa keluhan terbanyak dengan kondisi kerja leher menunduk, punggung membungkuk, duduk tanpa alas dengan kaki menyilang terjadi pada operator pemasangan accesories. Metode yang digunakan yaitu metode OWAS dan Kuisioner Nordic Body Map. Berdasarkan hasil dari wawancara dan kuisioner Nordic Body Map diperoleh keluhan yang dirasakan terdiri dari bagian leher, punggung atas dan bawah, lutut, bokong/paha, dan pergelangan kaki.. Hasil dari penentuan risiko kerja menggunakan metode Ovako Working Analysis System (OWAS) didapat seluruh elemen kerja pada proses pemasangan accesories dengan kategori level dua yaitu proses merekatkan bintik, menggunting bahan lega, mengaitkan lega dan gawang, mengaitkan bintik, menyatukan semua elemen, dan pemasangan accesories.
Usulan Perbaikan Kualitas Produk Labu Ukur Menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) di CV. X Krida Cipta N; Dewi Shofi Mulyati
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.69 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.94

Abstract

Abstract. Quality control is activities to be able to improve, maintain and improve the quality of the products produced. Because it controls the quality, it is very important to improve the quality of the products produced. Can improve the quality expected by all elements of the company can be obtained as expected. CV. X is a company established in the city of Bandung in 2003, Jakarta, Bogor and Central Java. The company is engaged in the production of various laboratory equipment such as erlenmayer, test tubes, drip pipettes, measuring flasks and measuring cups. The number of pumpkin production in 2016 was 2218, in 2017 as many as 2429 and in 2018 as many as 2871. Of the total production, the level of defect of pumpkin products measured an increase in 2016 of 3.5%, in 2017 amounted to 4.3% and in 2018 of 5.3%. The level of product defect exceeds the target or determined by the company for smoothness of 2%, it is necessary to improve the quality of product defects in the flask. Fault Tree Analysis (FTA) and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) can be used to analyze and provide solutions to improve the quality of defective products. Based on the processing and analysis of the data obtained on the type of defective form is not appropriate is the operator who is not careful with the value of RPN 120, the cause of screen printing defects that consider cleanliness, less careful, dirty work area, the user uses the operator to reverse the setting with the RPN value 144, causing damage back / broken ie operator settings change, less careful and less tidy work station with a value of RPN 240. Abstrak. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas-aktivitas untuk dapat menjaga, mempertahankan dan dapat meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Oleh karena hal tersebut pengendalian kualitas memiliki peranan sangat penting dalam terciptanya produk yang berkualitas. Sehingga tujuan yang diharapkan oleh seluruh elemen perusahaan dapat tercapai. CV. X merupakan perusahaan yang didirikan di Kota Bandung pada tahun 2003, berbasis usaha kecil menengah dengan pangsa pasar meliputi wilayah Bandung, Jakarta, Bogor dan Jawa Tengah. Perusahaan ini bergerak dalam produksi berbagai macam alat-alat laboratorium seperti erlenmayer, tabung reaksi, pipet tetes, labu ukur dan gelas ukur. Jumlah produksi labu ukur pada tahun 2016 adalah 2218, pada tahun 2017 sebanyak 2429 dan pada tahun 2018 sebanyak 2871 . Dari jumlah produksi tersebut, tingkat kecacatan produk labu ukur mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2016 sebesar 3.5%, tahun 2017 sebesar 4,3% dan tahun 2018 sebesar 5,3%. Tingkat kecacatan produk sudah melewati ambang batas dari yang diharapkan perusahaan sebesar 2 % sehingga diperlukan upaya unuk mengatasi masalah kecacatan produk pada labu ukur . Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dapat digunakan untuk menganalisis dan memberikan solusi terhadap perbaikan kualitas produk cacat. Hasil dari data yang telah diolah dan dianalisa, faktor penyebab kecacatan bentuk tidak sesuai yaitu operator kurang hati-hati dengan nilai RPN 120, penyebab cacat sablon yaitu perhatian terhadap kebersihan kurang, kurang hati-hati, stasiun kerja kotor, intensitas penggunaan alat tinggi, kurangnya pengawasan dan operator mengabaikan setting dengan nilai RPN 144, penyebab cacat retak/pecah yaitu operator mengabaikan aturan setting, kurang hati-hati dan stasiun kerja kurang rapi dengan nilai RPN 240.
Perbaikan Kualitas Produk Tas Kulit dengan Menggunakan Metode Teorija Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) pada CV. X – Bandung Mochammad Iqbal Syidik; Iyan Bachtiar
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.839 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.95

Abstract

Abstract. CV. X is a company engaged in the leather industry that manufactures wallets, bags and key chains. The company experienced a decrease in sales volume due to a decrease in product quality from defective products in the company. Leather bags have an average percentage of disability of 2.39% in 2017-2018 from the company's disability limit of 2%. The existence of these defective products requires companies to improve product quality to reduce the occurrence of defects. The method used to solve the problems that are being faced by the company is the Seven Tools Quality Control method to identify the causes of product defects, while the Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) method is used to design a product quality improvement plan. The result of data processing which becomes the main priority is defect cutting. The causes of cutting defects include decreased work concentration, inadequate workers, poor physical condition, no machine maintenance, blunt cutting machines, high cutting machine use intensity, work environment, hot room temperature, lack of work space lighting. All causes of product defects are designed to improve the quality of leather bag products by creating visual controls, forms for worker health, cutting knife replacement machines, installing air conditioners, and adding lights to the sewing machine. Abstrak. CV. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kulit yang memproduksi dompet, tas, dan gantungan kunci. Perusahaan mengalami penurunan volume penjualan yang disebabkan karena adanya penurunan kualitas produk dari produk cacat di perusahaan. Tas kulit memiliki rata-rata persentase kecacatan sebesar 2,39% pada tahun 2017-2018 dari batas kecatatan yang ditetapkan perusahaan sebesar 2%. Adanya produk cacat tersebut mengharuskan perusahaan melakukan perbaikan kualitas produk untuk mengurangi terjadinya kecacatan. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan yaitu metode Seven Tools Quality Control untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kecacatan produk, sedangkan metode Teorija Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) digunakan untuk membuat rancangan perbaikan kualitas produk. Hasil pengolahan data yang menjadi prioritas utama yaitu cacat potong. Penyebab cacat potong diantaranya yaitu konsentrasi kerja menurun, pekerja kurang hati-hati kondisi fisik kurang baik, tidak ada perawatan mesin, mesin potong tumpul, intesitas penggunaan mesin potong tinggi, lingkungan kerja, suhu ruangan panas, pencahayaan ruang kerja kurang. Semua penyebab cacat produk dibuat rancangan perbaikan untuk meningkatkan kembali kualitas produk tas kulit dengan membuat visual control, form untuk kesehatan pekerja, mesin penggantian pisau potong, pemasangan AC, serta penambahan lampu pada meisn jahit.
Reduksi Stasiun Kerja Bottleneck pada Produksi Pakaian Gamis dan Koko dengan Menggunakan Theory of Constraints Salma Salimah; M. Dzikron
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.05 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.140

Abstract

Abstract. CV. X is a company that produces and sells robe and koko shirt. This company has problems in fulfilling customer orders and often experiences backorder problems. To solve this problem, use Theory Of Constraints. The stages used are identifying constraints, exploiting constraints, subordination of non-contraints, and constraints elevation. The results of the identification of constraints, it is thread scissors work stations and the entire process Quality Control (QC) work station, experienced capacity constraints or bottlenecks. At the constraints exploitation stage, a linear program calculation is carried out to determine the optimal amount of production for the robe and koko shirt. The results are the optimal number of robes according to the number of requests, while the optimal number of koko shirts is less than the number of requests. In the subordination non constraints is carried out by applying the Drum Buffer Rope method, which gives a time buffer, namely 3 hours of overtime at the thread scissors work station and 2 hours at the entire process QC work station. The suggestion of increasing working hours may not be successful if it is carried out in the long term, so it is continued at the constraints elevation by providing additional workforce of 3 operators at the thread scissors work station and 1 operator at the entire process QC work station. Proposals for improvements made at the subordination non constraints and constraints elevation stages are checked with linear program calculations and the result is that after repairs are made, customer demand can be fulfilled. Abstrak. CV. X adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual produk gamis dan baju koko. Perusahaan ini memiliki permasalahan dalam memenuhi pesanan pelanggan dan sering mengalami masalah backorder. Untuk mengatasi permasalahan ini, menggunakan Theory Of Constraints. Tahapan yang digunakan adalah mengidentifikasi constraints, mengeksploitasi constraints, subordinasi non-constraints, dan elevasi constraints. Hasil identifikasi constraints diperoleh stasiun kerja gunting benang dan stasiun kerja Quality Control (QC) keseluruhan proses, mengalami kendala kapasitas atau bottleneck. Pada tahapan eksploitasi constraints dilakukan perhitungan programa linier untuk mengetahui jumlah optimal produksi produk gamis dan baju koko. Hasilnya jumlah optimal gamis sesuai dengan jumlah permintaan, sedangkan jumlah optimal baju koko kurang dari jumlah permintaan. Pada tahapan subordinasi non constraint dilakukan dengan menerapkan metode Drum Buffer Rope, yaitu memberi time buffer berupa overtime sebanyak 3 jam pada stasiun kerja gunting benang dan 2 jam pada stasiun kerja QC keseluruhan proses. Usulan penambahan jam kerja ada kemungkinan tidak berhasil jika dilakukan dalam jangka panjang, sehingga dilanjutkan pada tahapan elevasi constraints dengan memberikan tambahan tenaga kerja sebanyak 3 operator pada stasiun kerja gunting benang dan 1 operator pada stasiun kerja QC keseluruhan proses. Usulan perbaikan yang dilakukan pada tahap subordinasi non constraints dan elevasi constraints diperiksa dengan perhitungan programa linier dan menghasilkan bahwa setelah dilakukan perbaikan, permintaan pelanggan dapat terpenuhi.
Perancangan Sistem Informasi Manajemen Gudang PT. X Vini Aulia Zakiah Sodikin; Reni Amaranti; Djamaludin
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.344 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.141

Abstract

Abstract. PT. X is a textbook publishing and printing company that produces according to customer requests. In supporting these production activities, the company has a raw material warehouse. Currently, inventory data collection activities in the raw material warehouse are carried out on different physical documents, so that changes in the amount of material inventory cannot be known automatically when goods enter or leave. This causes the decision-making process in material replenishment to be hampered and ultimately affects the production process. An alternative that can be done in solving the problem is to design a company warehouse management information system that can provide accurate information on the availability of raw materials. The research stages follow the stages of system development with the Throwaway Prototyping Method which consists of four main stages, namely planning, analysis, design, and implementation. The results obtained are a warehouse management information system in the form of an application prototype which consists of the administration of receiving goods, the status of inventory in the warehouse and the administration of releasing goods from the warehouse. The prototype was built based on the needs and desires of the company. The results of the prototype test showed that information on the amount of raw material inventory can be known in real time so the prototype development can proceed to the design and implementation stages of the actual system. Abstrak. PT. X merupakan perusahan penerbitan dan percetakan buku pelajaran yang melakukan produksi sesuai dengan permintaan pelanggan. Dalam mendukung kegiatan produksi tersebut, perusahaan memiliki gudang bahan baku. Saat ini aktivitas pendataan persediaan di gudang bahan baku dilakukan pada dokumen fisik yang berbeda, sehingga perubahan jumlah persediaan material tidak memungkinkan diketahui secara otomatis saat barang masuk atau keluar. Hal ini menyebabkan proses pengambilan keputusan dalam pengisian kembali material menjadi terhambat dan pada akhirnya berpengaruh juga pada proses produksi. Alternatif yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan masalah adalah merancang sistem informasi manajemen gudang perusahaan yang dapat memberikan informasi ketersediaan bahan baku secara akurat. Tahapan penelitian mengikuti tahapan-tahapan pengembangan sistem dengan Metode Throwaway Prototyping yang terdiri dari empat tahapan utama yaitu perencanaan, analisis, perancangan, dan implementasi. Hasil yang diperoleh yaitu sistem informasi manajemen gudang dalam bentuk prototype aplikasi yang didalamnya terdiri dari administrasi penerimaan barang, status persediaan barang di gudang dan administrasi pengeluaran barang dari gudang. Prototype dibangun berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan dari pihak perusahaan. Hasil pengujian prototype didapatkan bahwa informasi jumlah persediaan bahan baku dapat diketahui secara real time sehingga pengembangan prototype dapat dilanjutkan ke tahap perancangan dan implementasi pada sistem yang sebenarnya.
Penerapan Planned Maintenance untuk Mereduksi Downtime Mesin MOJ-3 di Departemen Finishing PT. XYZ Naufal Fadhillah Avrilio; Nita P. A. Hidayat
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.762 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.232

Abstract

Abstract. PT. XYZ is a company that produces plastic sacks and warings for local and foreign consumers (exports). This research was conducted at the Finishing Department, which carries out the process of cutting sack rolls into packaged products. There are three series of production processes, namely cutting, sewing, and packing. The process of cutting and sewing is done with the MOJ machine, namely MOJ-1, MOJ-2, and MOJ-3. The MOJ-3 engine is the engine that has the highest downtime, which is 409,68 hours. The downtime of the MOJ-3 machine caused the production process to stop because the sacks produced on the MOJ-3 machine could not be transferred to another machine. This research aims to impelement planned maintenance with determine the maintenance intervals to increase machine reliability. Maintenance intervals are specified for conveyor clip components, knife supports, and sewing loopers. The maintenance interval for clip conveyor components is 90 hours, knife support is 72 hours, and the sewing looper is 105 hours. The downtime of the clip conveyor component can be reduced to 19,41 hours, the knife support component to 8,55 hours, and the sewing looper component to 6,17 hours. The calculation results show that joint maintenance with a time interval of 105 hours can reduce the total maintenance cost from Rp207.963.924 (currently) to Rp91.808.815 (proposed). Abstrak. PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi karung plastik dan waring kepada distributor lokal dan konsumen luar negeri (ekspor). Penelitian ini dilakukan di Departemen Finishing yang melakukan proses pemotongan gulungan karung hingga menjadi produk yang telah dikemas. Terdapat tiga rangkaian proses produksi, yaitu pemotongan, penjahitan, dan pengepakan. Proses pemotongan dan penjahitan dilakukan dengan mesin MOJ, yaitu MOJ-1, MOJ-2 dan MOJ-3. Mesin MOJ-3 merupakan mesin yang memiliki downtime tertinggi, yaitu 409,68 jam. Downtime mesin MOJ-3 mengakibatkan proses produksi terhenti, karena karung yang diproduksi pada mesin MOJ-3 tidak dapat dipindahkan ke mesin lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan planned maintenance dengan menentukan interval pemeliharaan agar dapat meningkatkan keandalan mesin. Interval pemeliharaan ditentukan untuk tiga komponen kritis mesin MOJ-3, yaitu clip conveyor, penyangga pisau, dan looper jahit. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa interval pemeliharaan komponen clip conveyor sebesar 90 jam, penyangga pisau sebesar 72 jam, dan looper jahit sebesar 105 jam. Dengan interval pemeliharaan yang dihasilkan, downtime komponen clip conveyor dapat direduksi menjadi 19,41 jam, komponen penyangga pisau menjadi 8,55 jam, dan komponen looper jahit menjadi 6,17 jam. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pemeliharaan bersama dengan interval waktu 105 jam mampu menurunkan total biaya pemeliharaan dari Rp207.963.924 (saat ini) menjadi Rp91.808.815 (usulan).
Usulan Perbaikan Lintasan Produksi untuk Mereduksi Waste pada Departemen Kerja Produksi dengan Kombinasi Lean Manufacturing dan Theory of Constraints Mangunah Istikomah; Endang Prasetyaningsih
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.563 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.233

Abstract

Abstract. CV.Bagus Jaya Textile (BJT) is an industry that produces fabrics with high value. The problem faced by CV.BJT is the imbalance of production flow that results in unmet production targets, so that the throughput obtained is not maximum. The imbalance of production flow occurs because the allocated capacity is not managed and scheduled properly, which is causing Work in Process (WIP) and waiting waste. Basically, CV.BJT has set the standard of WIP which is 30% of the overall WIP. However, in fact, WIP buildup was found by 33,33% at Stenter workstation. The causative factor is capacity constraints. Therefore, improvement efforts are needed to overcome the problems faced by CV.BJT. This research aims to reduce waste also manage and schedule constraint workstations. Improvement efforts are made by implementing a combination of Lean Manufacturing and Theory of Constraints. The improvements can reduce waiting time from 406,51 to 182,65 minutes /batch. This is due to the implementation of conWIP system that makes WIP decreased by 31,25% from the initial condition. While the constraints workstation is managed and scheduled by Drum Buffer Rope method, so that the capacity of future conditions can meet production targets. When the production target is met, the throughput increases from Rp 9.255.067.125 to Rp 10.297.640.532. The impact of improvement efforts can reduce production lead time from 2.229,48 to 2.005,62 minutes /batch. Abstrak. CV.Bagus Jaya Textile (BJT) merupakan industri yang menghasilkan kain dengan value tinggi. Permasalahan yang dihadapi oleh CV.BJT yaitu ketidakseimbangan aliran produksi yang mengakibatkan target produksi tidak terpenuhi, sehingga throughput yang diperoleh tidak maksimum. Ketidakseimbangan aliran produksi terjadi karena kapasitas yang dialokasikan tidak dikelola dan dijadwalkan dengan baik, sehingga menimbulkan Work in Process (WIP) dan waiting waste. Pada dasarnya, CV.BJT sudah menetapkan standar adanya WIP yakni sebesar 30% dari WIP keseluruhan. Namun, kenyataanya masih ditemukan penumpukan WIP sebesar 33,33% di stasiun kerja Stenter. Faktor penyebabnya yaitu capacity constraints. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh CV.BJT. Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi waste dan mengelola serta menjadwalkan stasiun kerja constraints. Upaya perbaikan dilakukan dengan menerapkan kombinasi Lean Manufacturing dan Theory of Constraints. Perbaikan tersebut dapat mereduksi waktu tunggu dari 406,51 menjadi 182,65 menit/batch. Hal tersebut karena adanya pemberlakuan sistem ConWIP yang membuat WIP menurun sebesar 31,25% dari kondisi awal. Sementara stasiun kerja constraints dikelola dan dijadwalkan dengan metode Drum Buffer Rope, sehingga kapasitas kondisi future dapat memenuhi target produksi. Ketika target produksi terpenuhi, maka throughput meningkat dari Rp. 9.255.067.125 menjadi Rp. 10.297.640.532. Dampak dari upaya perbaikan dapat mereduksi production lead time dari 2.229,48 menjadi 2.005,62 menit/batch.
Usulan Rancangan Perbaikan Pengelolaan Laboratorium Berdasarkan Hasil Gap Analysis dengan ISO 9001:2015 pada Laboratorium Teknik Industri Universitas Islam Bandung Muhammad Abduh Nggole; Yan Orgianus
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.615 KB) | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.234

Abstract

Abstract.Laboratories in the context of education basically have a function as a supporter of the learning process and research carried out by students and lecturers. The learning process carried out in the laboratory is to provide practical learning experiences for students to recognize the tools and materials using them directly and apply the theory gained during class. The activities carried out can run well if they can be balanced with the quality of services and laboratory management. The method used is ISO 9001:2015 which serves to collect identification data for laboratory adjustments. In addition, the method used, namely the maturity level of the management process, is used to determine how well the laboratory management has been carried out at LTI UNISBA, while the gap analysis method is used to provide suggestions for laboratory management so that the gap between what is achieved and what is expected can be minimized. The results of the evaluation with ISO 9001:2015 for the Laboratory of Work Design Analysis and Ergonomics are worth 1.77, the Quality Management Laboratory is worth 1.75, the Information and Decision Systems Laboratory is worth 1.76, and the Production Systems Laboratory is worth 1.74. The overall average value of UNISBA's LTI is 1.76, which means that UNISBA's LTI for the quality management system is at level 1. Abstrak.Laboratorium dalam konteks pendidikan pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai penunjang proses pembelajaran dan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Proses pembelajaran yang dilakukan di laboratorium yaitu memberikan pengalaman praktek belajar kepada mahasiswa untuk mengenali alat dan bahan dalam menggunakannya secara langsung serta menerapkan teori yang didapat selama didalam kelas. Kegiatan yang dilakukan tersebut dapat berjalan dengan baik apabila dapat diimbangi dengan mutu dari pelayanan dan pengelolaan laboratorium. Adapun metode yang digunakan yaitu ISO 9001:2015 yang berfungsi untuk pengumpulan data identifikasi penyesuaian terhadap laboratorium. Selain itu, metode yang digunakan yaitu tingkat kematangan proses pengelolaan digunakan untuk mengetahui seberapa baik pengelolaan laboratorium yang telah dilakukan pada LTI UNISBA sedangkan metode analisis kesenjangan digunakan untuk memberikan usulan pengelolaan laboratorium agar kesenjangan antara yang dicapai dan yang diharapkan dapat diminimalkan.Adapun hasil evaluasi dengan ISO 9001:2015 untuk Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi bernilai 1.77, Laboratorium Manajemen Kualitas bernilai 1.75, Laboratorium Sistem Informasi dan Keputusan bernilai 1.76, dan Laboratorium Sistem Produksi bernilai 1.74. Nilai rata rata keseluruhan LTI UNISBA bernilai 1,76 yang berarti LTI UNISBA untuk sistem manajemen mutu masuk pada level 1.

Page 1 of 11 | Total Record : 102