cover
Contact Name
Guardian Y. Sanjaya
Contact Email
jisph@ugm.ac.id
Phone
+62274-549432
Journal Mail Official
jisph@ugm.ac.id
Editorial Address
Minat SIMKES, R.213 Ged.IKM lt2 Sayap Barat Fakultas Kedokteran UGM Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Journal of Information Systems for Public Health
ISSN : 20892683     EISSN : 20892675     DOI : https://doi.org/10.22146/jisph.71292
Core Subject : Health, Science,
Focus and Scope Journal of Information System for Public Health is an open access journal publishing manuscripts related to health information systems, such as: Governance and Leadership • Geographic Information Systems for health performance monitoring • Diseases surveillance system • Health Information Dashboard • National strategic of health information systems • Health information management • Adoption and assimilation of information technology in healthcare services and organizations. • Electronic data security Health Care Delivery • IT innovations in health care services • Standardization of electronic health records • Clinical information systems and clinical decision support systems (quality of care and patient safety) • Telemedicine • Nursing information systems • Radiology information systems • Laboratory information systems Human Resource Development, Innovation and Research • Competencies for information systems education and health informatics • Software and hardware development in healthcare sector • Integration and interoperability of health information systems • Knowledge discovery and data mining Health Financing • Health insurance information systems Medical supply and vaccines • Supply chain management systems • Pharmacy information systems mHealth • m-Health for personal health monitoring and consumer health • m-Health for health care services and health promotion • m-Health for public health surveillance Below is the type of manuscript that will be published: • Original research • Systematic review • Study protocol • Technical advance article • Software article • Case report
Articles 140 Documents
Peran Modul Aset Tetap SAKTI dalam Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Aset Kesehatan di Satker Kemenkes Provinsi Kepulauan Riau Munawar, Adrian Rajab; Heyawan, Lukman; Sanjaya, Guardian Yoki
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 3 (2024)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.97246

Abstract

Latar belakang: Pemerintah mengelola Barang Milik Negara (BMN) untuk mendukung operasional dan pelayanan publik. Kementerian Kesehatan melakukan pencatatan dan inventarisasi alat kesehatan sebagai bagian dari penatausahaan BMN. Kementerian Kesehatan menggunakan Modul Aset Tetap - Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) dari Kementerian Keuangan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan keuangan negara. Namun, perlu penyempurnaan aplikasi untuk mengatasi resistensi pengguna agar pengelolaan aset kesehatan dapat berjalan lebih efektif dan berdampak positif pada pelayanan kesehatan masyarakat.Tujuan: Menjelaskan keberhasilan pengguna mengelola aset kesehatan dalam Penerapan Modul Aset Tetap SAKTI. Metode: Penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dengan melibatkan Pengguna, Perencana dan Kepala Sub Bagian Administrasi Umum di Satker Kemenkes Wilayah Provinsi Kepulauan Riau.Hasil : Aset Kesehatan mencakup lebih dari setengah (55,42%) total nilai peralatan dan mesin sebesar  Rp1.815.358.187.434,-. Data dari 4 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kepulauan Riau menunjukkan bahwa Modul Aset Tetap SAKTI mudah digunakan sehingga pengelolaan aset kesehatan umum tidak mengganggu pelayanan kesehatan yang sedang berjalan. Selain itu, modul ini juga berguna untuk memastikan aset kesehatan umum selalu tersedia sehingga mendukung surveilans penyakit, deteksi dini, dan pencegahan risiko penyakit. Meski ada kekurangan fitur dan keterbatasan penggunaan dalam pengelolaan aset kesehatan spesifik, modul ini mempermudah dan mempercepat pekerjaan serta meningkatkan kinerja tugas. Perlu integrasi dengan sistem lain dan perbaikan lebih lanjut dianggap penting untuk meningkatkan manfaat penerimaan modul di Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P).Kesimpulan : Modul Aset Tetap SAKTI hanya bermanfaat dalam meningkatkan kinerja pengelolaan aset kesehatan secara umum dan Modul Aset Tetap SAKTI dirasakan mudah digunakan dan memenuhi kebutuhan pengguna dalam pengelolaan aset kesehatan secara umum serta Pentingnya melakukan transformasi untuk memastikan sistem informasi berfungsi dengan baik dalam konteks pengelolaan aset kesehatan spesifik.Kata kunci: Aset Kesehatan, Modul Aset Tetap SAKTI, Integrasi Sistem
Analisis Tingkat Kematangan Digital Penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer di Kabupaten Bantul Kristinawati, Dina
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 3 (2024)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.97287

Abstract

Latar Belakang : implementasi rekam medis elektronik (RME) yang interoperabel dengan sistem Kementerian Kesehatan telah diwajibkan secara nasional. Namun, tingkat adopsinya di layanan primer masih rendah, dan data mengenai keterkaitannya dengan Digital Maturity Index (DMI) belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kedua aspek tersebut guna mendukung percepatan transformasi digital di layanan primerMetode : penelitian ini menggunakan mixed method dengan desain explanatory sequential. Pengumpulan data dimulai dengan survei kuantitatif menggunakan instrumen self-assessment tingkat kematangan digital yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan bersama CHISU USAID dan FK-KMK UGM. Responden kuantitatif mencakup seluruh fasilitas pelayanan kesehatan primer yang terdaftar di platform SATUSEHAT, dengan 150 dari 195 yang bersedia mengisi survei. Terdiri dari 27 puskesmas, 67 klinik, 22 praktik mandiri dokter, 24 praktik mandiri dokter gigi, dan 10 praktik mandiri bidan. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan tematik.Hasil : secara keseluruhan, tingkat kematangan digital (DMI) di layanan primer tergolong rendah (2,89 dari skala 5), dan tingkat penerapan RME hanya mencapai 1,55 (dari skala 7). Puskesmas menunjukkan DMI tertinggi (3,58), diikuti oleh klinik swasta, praktik dokter keluarga, dokter gigi, dan bidan. Temuan ini konsisten dengan tingkat adopsi RME, yang juga lebih tinggi di Puskesmas (2,22) dibandingkan jenis layanan primer lainnya.Kesimpulan : fasilitas pelayanan kesehatan primer masih mengalami keterlambatan dalam mengadopsi rekam medis elektronik, terutama pada praktik mandiri. Diperlukan upaya peningkatan kapasitas digital, dukungan infrastruktur, dan intervensi kebijakan yang terarah untuk mendorong percepatan implementasi RME di layanan primer.Kata Kunci : Digital Maturity Index,  DMI, Tingkat Kematangan Digital, Rekam Medis Elektronik
Evaluasi Rekam Medis Elektronik dengan HOT-Fit untuk Peningkatan Mutu Pelayanan di RS DKT dr. Soetarto Urbanantika, Regita
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 3 (2024)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.97306

Abstract

Latar Belakang: Perkembangan teknologi mendorong digitalisasi layanan kesehatan, termasuk implementasi Rekam Medis Elektronik (RME). Namun, berbagai tantangan masih ditemukan, seperti resistensi pengguna, gangguan jaringan, keterbatasan pelatihan, dan sistem yang belum optimal. Di RS DKT dr. Soetarto Yogyakarta, kendala seperti pemadaman listrik, lambatnya sistem saat mencetak SEP, serta kesulitan dalam pelaporan menjadi hambatan. Meski pengembangan sistem terus dilakukan, belum pernah dilakukan evaluasi menyeluruh. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi implementasi RME menggunakan model HOT-Fit sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan kesiapan menuju kematangan digital selanjutnya. Evaluasi ini juga meninjau konsekuensi adopsi inovasi, seperti ketergantungan sistem, kelelahan penggunaan, perubahan komunikasi, dan replikasi data medis.Metode: Penelitian ini menggunakan desain mixed method deskriptif melalui tahapan sequential explanatory. Pada tahap pertama, pengambilan data secara kuantitatif menggunakan kuesioner HOT-Fit terhadap seluruh pengguna rekam medis dari bagian pendaftaran hingga penjaminan dan pengadaan barang di Rumah Sakit. Kemudian dilakukan pengambilan data secara kualitatif dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap empat dimensi, diantaranya Human (manusia), Organization (organisasi), Technology (teknologi) dan Net-Benefit (manfaat).Hasil: Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dari ketiga komponen HOT-Fit, Technology dengan nilai T-Statistik > T-Tabel (1.96) memberikan pengaruh terhadap Net-Benefit. Selain kebermanfaatan, ditinjau pula konsekuensi adopsi inovasi seperti, ketergantungan terhadap sistem, kelelahan terhadap sistem dalam penggunaan maupun pengembangan, perubahan komunikasi, dan replikasi catatan riwayat kesehatan.Kesimpulan: Seluruh variabel dalam komponen Technology memiliki pengaruh terhadap Net-Benefit pada Rekam Medis Elektronik di RS DKT dr. Soetarto Yogyakarta. Sebaliknya, pada hasil pengujian hipotesis, komponen Human dan Organization nilai T-Statistik kurang dari T-Tabel sehingga tidak menunjukkan pengaruh terhadap Net-Benefit. Selain kebermanfaatan, ditinjau pula konsekuensi adopsi inovasi seperti, ketergantungan terhadap sistem, kelelahan terhadap sistem dalam penggunaan maupun pengembangan, perubahan komunikasi, dan replikasi catatan riwayat kesehatan.Kata Kunci: Evaluasi, HOT-Fit, Mutu Pelayanan, Rekam Medis Elektronik, Rumah Sakit
Perancangan Aplikasi Teledentistry di Klinik Dokter Gigi Biladi, Giovanni Haramain
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 3 (2024)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.97466

Abstract

Latar belakang: Proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tinggi, namun yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi dan mulut masih rendah, sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Teledentistry dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan gigi dengan mengurangi jarak tempuh yang diperlukan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil dan rentan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototype aplikasi teledentistry di Klinik Dokter Gigi untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan gigi dan mulut. Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan action research. Penelitian ini menggunakan pendekatan action research dengan empat tahapan: diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Lokasi penelitian di Klinik Dokter Gigi Ohana Dental Care, dengan subjek penelitian terdiri dari dokter gigi, admin klinik, dan 30 pasien sebagai responden evaluasi. Pada tahap awal dilakukan wawancara mendalam untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Selanjutnya dilakukan perancangan dan ujicoba prototipe aplikasi. Evaluasi dilakukan dengan kuesioner System Usability Scale (SUS), yaitu instrumen standar berisi 10 pernyataan dengan skala Likert 5 poin untuk mengukur persepsi kemudahan penggunaan sistem.Hasil : Pada penelitian ini didapatkan hasil pada tahap diagnosis dilakukan identifikasi kebutuhan dengan subjek wawancara yang terdiri dari dokter gigi dan admin klinik menginginkan aplikasi teledentistry berbasis web yang sederhana, mudah dipahami, dan tidak menambah beban kerja. Kemudian dilakukan perancangan prototipe aplikasi berdasarkan analisis kebutuhan pengguna, ujicoba prototipe aplikasi pada pengguna. Pada tahap evaluasi aplikasi dengan kuesioner SUS didapatkan hasil skor rata-rata SUS sebesar 86.3 (Excellent).Kesimpulan : Penggunaan aplikasi teledentistry klinik dokter gigi Ohana Dental Care menunjukkan kepuasan dari pengguna, dalam hal ini pasien yang dapat dinilai dari tingkat usabilitas yang sangat baik.  Kata kunci : teledentistry, prototipe, aksesibilitas 
Penerimaan Pengguna pada Rekam Medis Elektronik: Studi Kualitatif di Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan Pratama, Yoannesviane Eric
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 3 (2024)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.102909

Abstract

Latar Belakang : Transformasi digital di bidang kesehatan menyebabkan perkembangan layanan kesehatan berbasis digital menggunakan rekam medis elektronik. Penerimaan pengguna merupakan tantangan yang mempengaruhi kesuksesan proses transformasi dalam penerapan rekam medis elektronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi penerimaan rekam medis elektronik.Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif melalui pendekatan kualitatif di RSU Budi Rahayu Pekalongan, berdasarkan teori terpadu penerimaan dan penggunaan teknologi (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology / UTAUT), dengan metode wawancara mendalam semi-terstruktur, teknik member checking, serta analisis tematik.Hasil : Tema utama antara lain faktor pendukung dan tantangan implementasi RME. Dukungan rekan kerja, fitur template penulisan, dan kesadaran manfaat RME menjadi faktor pendukung meningkatkan penerimaan terhadap sistem RME. Tantangan dalam implementasi RME meliputi kendala kemampuan pengguna, dukungan dan jumlah petugas IT belum optimal, kelengkapan regulasi, serta kendala teknis meliputi kendala kelengkapan dan kepraktisan RME, kelengkapan fasilitas komputer, kendala kestabilan jaringan, dan sistem RME yang penundaan pengisian RME.Kesimpulan : Tantangan yang dihadapi pengguna meliputi kendala kemampuan pengguna, kendala jumlah tenaga IT, kendala regulasi dan kendala teknis. Perbaikan perlu dilakukan secara simultan untuk meningkatkan penerimaan dalam implementasi RME.
Implementasi Portable Health Clinic Pada Masa Pandemi COVID-19 Di Indonesia: Case Study Dewi, Tika Sari
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2025)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.76364

Abstract

Latar belakang: Pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan perilaku pencarian kesehatan dan terbatasnya pelayanan kesehatan masyarakat di puskemas, terutama populasi risiko tinggi. Pendekatan digital memungkinkan layanan jarak jauh dengan menggunakan teknologi mobile sangat potensial meningkatkan akses pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat. Portable Health Clinic (PHC) adalah layanan kesehatan keliling berbasis komunitas, dilengkapi telemonitoring dan telekonsultasi menggunakan perangkan medis portable dan aplikasi android.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai proses implementasi PHC dan mengevaluasi faktor-faktor yang menpengaruhi penerimaan.Metode: Wawancara mendalam dilakukan kepada 11 tenaga kesehatan dan kader. Dilaksanakan di 3 Puskesmas, Samigaluh II di Kabupaten Kulon Progo, Kalikotes di Kabupaten Klaten, dan Mlati II di Kabupaten Sleman. Wawancara dilakukan secara virtual antara bulan April-Mei 2022.Hasil: Terdapat sedikit perbedaan model pelaksanaan di antara tiga puskesmas yaitu secara kolektif berdasarkan jadwal Pos Binaan Terpadu (Posbindu) PTM dan kunjungan rumah. Temuan penelitian ini dikategorikan menjadi 7 tema penerimaan PHC: kendala teknis, kendala non teknis, persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, persepsi positif PHC, dan dukungan sosial.Kesimpulan: PHC dapat memperkuat pelayanan kesehatan yang sudah ada dengan menambah value added alat kesehatan portable dan sistem informasi untuk mendukung pemeriksaan secara lengkap dan konsultasi jarak jauh. Terlepas dari banyak manfaat tetapi Implementasi PHC masih banyak menemukan kendala baik dari segi teknologi, manusia, organisasi, dan legalitas.Kata kunci: Evaluasi Penerimaan, Pelayanan Kesehatan Berbasis komunitas, Portable Health Clinic.Background: Covid-19 pandemic has resulted in changes of health seeking behaviours and limited community health service programs at the Primary Health Center, especially of high risk populations. Digital approach that allows remote services using mobile technology is potential to be used to improve health access at the community level. Portable Health Clinic (PHC) is a community-based mobile health service, equipped with telemonitoring and teleconsultation using portable medical devices and android app.Objective: This study aims to assess the PHC implementation process and evaluate the factors that influence the acceptance.Methods: This qualitative study utilized in-depth online interviews with eleven health workers and community cadres from three Primary Health Centers in Sleman, Kulon Progo, and Klaten districts. This research conducted virtually between April and May 2022.Results: Primary Health Care (PHC) was operationalised in three Puskesmas through the utilisation of village health post schedules and home visitation programmes. The study identified seven themes pertaining to the acceptance of PHC: technical constraints, non-technical constraints, perceived usefulness, perceived convenience, perceived risk, favourable perceptions of PHC, and social support.Conclusion: The Primary Health Care (PHC) model contributes significantly to the advancement of health services by integrating portable medical devices and sophisticated information systems, thereby facilitating comprehensive clinical examinations and telemedicine consultations. Nonetheless, persistent challenges exist in relation to technological infrastructure, human resources, organisational frameworks, and legal considerations.Keywords: acceptance evaluation, community-based health services, portable health clinic
Implementasi Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit Umum Daerah Daha Husada Kota Kediri dengan Model DOQ-IT Cahyani, Vony Rista; Hidayat, Andra Dwitama; Jayanti, Krisnita Dwi; Bisono, Eva Firdayanti
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2025)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.98240

Abstract

Latar belakang: Rumah Sakit Daha Husada Kota Kediri pada rawat inap masih dalam masa transisi hal ini penilaian kesiapan implementasi sebelum penerapan rekam medis elektronik perlu dilakukan guna untuk mengetahui kesiapan dalam implementasi rekam medis elektronik.Hasil: dapat diperoleh informasi bahwa pada aspek sumber daya manusia, tata kelola kepemimpinan, dan infrastruktur secara keseluruhan sudah baik, namun dalam aspek tata kelola dan kepemimpinan masih terdapat hal yang perlu ditambahkan dan dilakukan sehingga bisa dijadikan dasar dalam implementasi rekam medis elektronik.Kesimpulan: bahwa implementasi RME secara keseluruhan sudah cukup baik, namun masih ada hal yang perlu ditambahkan diantaranya yaitu perlu adanya SOP dan reward kepada petugas dalam implementasi RME.
Kebutuhan Data dan Teknologi Dalam Adaptasi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit pada Masa Pandemi Covid- 19: Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri Tyas, Reni Trianing; Lazuardi, Lutfan
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2025)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.99378

Abstract

Latar Belakang : Kejadian kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari sehingga petugas rumah sakit sebagai garis depan semakin tertekan karena meningkatnya beban kerja. Upaya pemerintah dalam pemanfaatan sistem informasi adalah mengembangkan aplikasi digital yang mampu melakukan pelacakan pengguna untuk menghentikan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Dengan Melonjaknya kasus Covid-19 di RSUD Gambiran Kota Kediri penting bagi manajemen rumah sakit untuk mengelola sumber daya rumah sakit dengan pendekatan termasuk penggunaan teknologi informasi.Metode : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana rumah sakit beradaptasi dengan kondisi wabah pada masa pandemi covid- 19, terutama bagaimana peran teknologi informasi dalam mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit.Hasil : Penelitian ini dilakukan di RSUD. Gambiran Kota kediri. Jenis penelitian ini menggunakan desain studi kasus tunggal. Data dikumpulkaan secara kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam.Kesimpulan : Selama pandemi, rumah sakit harus mengelola data, logistik, dan pelaporan dengan lebih baik, menyesuaikan SOP, menambah kapasitas darurat, serta memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan layanan.
Pengembangan Dataset Rekam Medis Elektronik untuk Menjawab Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Ningtyas, Nandani Kusuma
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2025)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.105023

Abstract

Latar Belakang : Dalam rangka memberikan layanan kesehatan yang optimal, pemerintah Indonesia telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten dan kota. Rekam medis elektronik (RME) memiliki potensi untuk menjadi sumber data utama dalam mendukung pemenuhan indikator SPM. Salah satu kendala umum adalah ketidaksesuaian format data antar fasilitas kesehatan yang mengadopsi sistem RME.Metode : Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dataset pada rekam medis elektronik untuk menjawab indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui desain studi kasus.Hasil : Dataset terdiri atas mekanisme pelayanan dari masing-masing jenis pelayanan dasar. Setiap indikator dalam dataset dirancang dengan mempertimbangkan standar kuantitas dan kualitas. Standar terminologi diterapkan untuk setiap layanan disesuaikan dengan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision (ICD-10) untuk diagnosis klinis, International Classification of Procedure Code 9th Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM) untuk prosedur dan tindakan medis, Logical Observation Identifiers Names and Codes (LOINC) serta Kamus Farmasi dan Alat Kesehatan (KFA).Kesimpulan : Dataset  disesuaikan dengan indikator pelayanan pada SPM bidang Kesehatan yang mendukung integrasi RME dan interoperabilitas data.
Analisis Pemetaan Radius Jangkauan Fasilitas Kesehatan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah cahyani, renata gita
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2025)
Publisher : Divisi SIMKES, HPM, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jisph.105054

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Ketersediaan fasilitas layanan kesehatan merupakan aspek krusial dalam pembangunan kesehatan terutama dalam memastikan akses yang merata bagi seluruh masyarakat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk kota palu setiap tahunnya maka membutuhkan fasilitas kesehatan yang tidaklah sedikit serta informasi data penyebaran fasilitas kesehatan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan radius jangkauan fasilitas kesehatan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).Metode: Penelitian ini menggunakan analisis spasial dengan metode buffer dan overlay. Data yang digunakan berupa data sekunder terdiri dari data administrasi wilayah, data permukiman, fasilitas kesehatan.Hasil: Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa persebaran fasilitas kesehatan memiliki pola yang menyebar tidak terpusat atau cukup merata di setiap wilayah kecamatan kota palu, fasilitas kesehatan lebih banyak tersebar di zona permukiman kecamatan Palu timur, Mantikulore dan Palu selatan, sedangkan zona permukiman pada kecamatan Palu utara, Ulujadi dan Tawaeli lebih sedikit persebaran fasilitas kesehatan. Dalam penelitian ini radius pencapaian fasilitas kesehatan berdasarkan SNI No. 03 – 1733 – 2004 ditetapkan 3000 meter (3 km), terlihat wilayah kecamatan di kota palu dengan kategori zona permukiman penduduk terjangkau fasilitas kesehatan berada pada kecamatan Palu timur, Mantikulore, Palu barat, Palu selatan, Palu barat. Namun, terlihat kecamatan Ulujadi dan Palu utara merupakan wilayah permukiman penduduk yang masuk dalam kategori tidak terjangkau.Kesimpulan: Persebaran dan jangkauan fasilitas kesehatan di wilayah Kota Palu cukup merata dan hampir seluruh wilayah permukiman terjangkau oleh fasilitas kesehatan berupa puskesmas dan rumah sakit umum pada 8 kecamatan wilayah administratif di Kota Palu.Keyword: Aksesibilitas, Analisis spasial, Fasilitas kesehatan, Jangkauan  ABSTRACTBackground: The availability of healthcare facilities is crucial in developing the health sector, especially in ensuring equitable access for the entire population. With the increasing population growth in Palu City each year, the demand for healthcare facilities has also risen, along with the need for information on the distribution of healthcare facilities. Based on this background, this study aims to analyze the distribution and service radius of healthcare facilities in Palu City, Central Sulawesi Province, using a Geographic Information System (GIS) approach.Methods: This study uses spatial analysis with the buffer and overlay methods. The data used consists of secondary data, including administrative boundaries, settlement data, and healthcare facility data.Results: The analysis shows that the distribution of healthcare facilities follows a dispersed pattern rather than being centralized, making it relatively evenly distributed across districts in Palu City. Healthcare facilities are more concentrated in residential zones of East Palu, Mantikulore, and South Palu districts, whereas residential zones in North Palu, Ulujadi, and Tawaeli districts have fewer healthcare facilities. In this study, the healthcare facility accessibility radius based on SNI No. 03 – 1733 – 2004 is set at 3000 meters (3 km). It is observed that districts such as Palu Timur, Mantikulore, Palu Barat, Palu Selatan, and Palu Barat fall within the category of settlements with accessible healthcare facilities, whereas Ulujadi and Palu Utara are considered areas with limited accessibility.Conclusion: The distribution and availability of healthcare facilities in Palu City are evenly distributed, ensuring that nearly all residential areas have access to healthcare services. This includes community health centers and hospitals located throughout the eight districts of Palu's administrative area.Keywords: Accessibility, Spatial analysis, Health facilities, Reachability.