cover
Contact Name
Wiman Rizkidarajat
Contact Email
wiman.rizkidarajat@unsoed.ac.id
Phone
+628122794432
Journal Mail Official
jisunsoed@gmail.com
Editorial Address
Laboratorium Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed, Jl. Prof. dr. H.R. Boenyamin 993, Grendeng, Purwokerto Utara, Banyumas, Jawa Tengah 53122
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Interaksi Sosiologi
ISSN : 14127229     EISSN : 14127229     DOI : https://doi.org/10.2504/jis.v1i2.8258
Core Subject :
Jurnal Interaksi Sosiologi (JIS) adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Sosiologi FISIP UNSOED. Terbit sejak tahun 2002. Tulisan yang dipublikasikan di JIS merupakan hasil penelitian, gagasan konseptual, dan hasil diskusi pada bidang ilmu sosial, khususnya Sosiologi, dan bidang ilmu sosial lainnya yang relevan. Terbit dua kali dalam setahun, April dan September
Arjuna Subject : -
Articles 54 Documents
PEREMPUAN BONOKELING DALAM PUSARAN PATRIARKI (Studi Kasus Pada Komunitas Adat Bonokeling Banyumas) Susilowati, Susilowati Susilowati
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8257

Abstract

ABSTRAK Budaya patriarki hingga kini masih bertahan pada sebagian masyarakat di Indonesia, terutama pada masyarakat Jawa. Penerapan budaya patriarki, yang menempatkan perempuan di bawah dominasi kaum laki-laki, seringkali diterima dengan sukarela oleh kelompok terhegemoni, yakni kaum perempuan itu sendiri. Kerelaan kaum perempuan untuk diposisikan lebih rendah dari kaum laki-laki berpotensi memunculkan terjadinya ketimpangan gender. Penelitian ini akan mengungkap mengenai posisi kaum perempuan yang hidup dalam komunitas adat Bonokeling, yakni salah satu komunitas adat di Jawa, yang hingga kini masih hidup dalam pusaran patriarki. Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif menunjukkan bahwa pada komunitas adat tersebut masih terdapat ketimpangan gender pada struktur patriarki dalam produksi rumah tangga dan struktur patriarki budaya. Pada struktur patriarki dalam rumah tangga ketimpangan gender tampak dari penempatan perempuan yang diidentikan dengan peran-peran domestik, serta adanya peran ganda yang dibebankan pada kaum perempuan. Adapun ketimpangan gender dalam struktur patriarki budaya tampak pada hierarki organisasi komunitas adat Bonokeling, tradisi, serta pelaksanaan ritual keagamaan. Kata Kunci : Perempuan, Patriarki, Komunitas Adat ABSTRACT Until now, patriarchal culture still survives in some communities in Indonesia, especially in Javanese society. The application of patriarchal culture, which places women under the domination of men, is often voluntarily accepted by the hegemonic group, namely the women themselves. The willingness of women to be in a lower position than men has the potential to create gender inequality. This research will reveal the position of women who live in the Bonokeling traditional community, which is one of the traditional communities in Java, which is still living in a patriarchal vortex. The results of research conducted using qualitative methods show that in these indigenous communities there is still a gender imbalance in the patriarchal structure of household production and the patriarchal structure of culture. In the patriarchal structure of the household, gender inequality can be seen from the placement of women who are identified with domestic roles, as well as the multiple roles assigned to women. As for gender inequality in the cultural patriarchal structure, it can be seen in the organizational hierarchy of the Bonokeling customary community, traditions, and the implementation of religious rituals. Keywords: Women, Patriachi, Indigenous community
Santri dan Kesehatan (Studi mengenai Makna Gudik Bagi Santri Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an Di Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas) Waldiyanti, Firli Weli
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8258

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan santri dan kesehatan, studi mengenai makna gudik bagi santri di pondok pesantren. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana makna gudik bagi santri di pondok pesantren. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an Sirau, Kemranjen, Banyumas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukan beberapa makna gudik bagi santri Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an. Makna gudik bagi santri yang pertama adalah santri yang belum gudiken belum dikatakan sebagai santri. Makna ke dua adalah penyakit gudik itu sebagai tanda bahwa ilmu mereka sudah mulai masuk atau menyerap dan jika gudiknya banyak maka ilmu yang didapatkan juga banyak. Makna ke tiga adalah Penyakit gudik yang diderita santri menjadi latihan mental mereka. Makna ke empat adalah penyakit gudik dimaknai sebgai penyakit yang wajar dialami oleh santri, bahkan jika belum terkena penyakit gudik akan merasa sedih. Seperti kurang afdol jika belum mengalami penyakit gudik dipondok. Rekomendasinya adalah Perlu adanya sosialiasi kesehatan mengenai pengetahuan penyakit gudik seperti penyebab penyakit gudik, cara mencegah dan cara mengobati penyakit gudik yang baik dan benar. Kata kunci: Santri, gudik, dan pondok pesantren ABSTRACT This thesis described students in Islamic Boarding Schools called santri and their health, and meaning of gudik for them. The purpose of this study was to describe how the meaning of gudik for students in Islamic boarding schools. This research was conducted at Rhoudhotul Qur’an Islamic Boarding School in Sirau, Kemranjen, Banyumas. This research was conducted by using qualitative method with interactive model data analysis technique according to Miles and Huberman. The results of this study indicated a number of gudiken for santri of the Rhoudhotul Qur'an Islamic Boarding School. The first meaning was santri who had not have gudiken, they had not been said to be santri. The second meaning was gudiken became a sign that their knowledge had begun to enter or absorb to them and it was said that the more gudiken they had, the more knowledge they got too. The third meaning was gudiken suffered by santri became their mental training. The fourth meaning was gudiken was interpreted as a disease that was naturally experienced by santri, even if they had not been affected by gudiken they would feel sad. It was said that it was not complete if santri had not experienced gudiken in Islamic boarding school. The recommendation is that there is a need for health socialization regarding knowledge of scabies such as the causes of scabies, how to prevent and how to treat scabies properly and correctly. Keywords: Santri, gudik, and Islamic boarding school.
Program Pemberdayaan IPAKARUMI Terhadap Keluarga dan Mantan Pekerja Migran di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Fikri, Aprian Fikri; Muslihudin, Muslihudin Muslihudin; Lestari, Soetji
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8259

Abstract

ABSTRAK Kecamatan Gumelar menempati posisi pertama dalam pengiriman pekerja migran Indonesia di Kabupaten Banyumas. Hal ini menjadikan kecamatan sebagai lumbung pekerja migran. Kecamatan Gumelar sebagai kantong pekerja migran banyak mengalami permasalahan mulai dari pemberangkatan, pra penempatan, di negara tujuan, sampai purna menjadi pekerja migran Indonesia. Dari beberapa permasalahan di atas, menyebabkan adanya paguyuban ikatan perempuan keluarga dan mantan pekerja migran Indonesia (IPAKARUMI) yang bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kepada keluarga dan mantan pekerja migran. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat peran yang dilakukan oleh IPAKARUMI terhadap pemberdayaan keluarga dan mantan pekerja migran di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peran yang dilakukan IPAKARUMI yaitu dalam bentuk menumbuhkembangkan keterampilan usaha keripik cantir, pembekalan keterampilan pembuatan tas rajut, bimbingan belajar gratis bagi anak pekerja migran, dan pemanfaatan limbah plastik sebagai kerajinan tangan. Hal ini sejalan dengan definisi peran sebagai posisi sosial, perilaku yang terkait dengan posisi sosial, atau perilaku yang khas. Kata Kunci: Peran Paguyuban IPAKARUMI, Pemberdayaan keluarga dan mantan PMI, Bentuk pemberdayaan. ABSTRACT Gumelar District occupies the first position in sending Indonesian migrant workers to Banyumas Regency. This makes the sub-district a granary for migrant workers. Gumelar sub-district as an enclave for migrant workers has experienced many problems starting from departure, pre-placement, in the destination country, until after becoming Indonesian migrant workers. From some of the problems above, this has led to the existence of the association of women's families and former Indonesian migrant workers (IPAKARUMI) which aims to empower families and former migrant workers. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role played by IPAKARUMI in empowering families and former migrant workers in Gumelar District, Banyumas Regency. The results of this study indicate that IPAKARUMI's role is in the form of developing cantir chips business skills, providing skills in making knitting bags, free tutoring for children of migrant workers, and the use of plastic waste as handicrafts. This is in line with the definition of role as a social position, behavior related to social position, or distinctive behavior. Keywords : The role of the IPAKARUMI Association, Empowerment of families and former PMI, Forms of empowerment.
Kritik Fredric Jameson Terhadap Posmodernisme Ihsan, Alfian
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8276

Abstract

Abstrak Artikel ini merupakan sebuah kajian mengenai pemikiran Fredric Jameson, seorang tokoh Neo-Marxis asal Amerika. Jameson awalnya dikenal sebagai kritikus sastra hingga akhirnya menulis sebuah artikel yang berkembang menjadi sebuah buku mengenai kritik terhadap posmodern yang berjudul Postmodernism, or, The Cultural Logic of Late Capitalism. Buku ini kemudian mengantarkan Jameson sebagai seorang kritikus Posmodernisme. Jameson melihat bahwa perkembangan produk budaya pada masa Posmodern tidak lebih dari perubahan modus operasi kapitalisme untuk tetap bisa melakukan akumulasi modal. Produksi budaya dan industri massa yang dirayakan masyarakat kemudian mengarah pada aktifitas ekonomi, sebuah bentuk masyarakat konsumsi gaya baru. Beberapa kata kunci dari Jameson seperti pastiche, superfisialitas, dan schizophrenia merupakan kritik terhadap budaya Posmodern yang menurutnya adalah bentuk baru dari kapitalisme lanjut. Kata kunci: posmodern, kapitalisme lanjut, pastiche, superfisialitas, schizophrenia Abstract This article was a study of the thoughts of a Neo-Marxist theoretician from America, Fredric Jameson. He was initially known as a literary critic until eventually writing an article which developed into a book on criticism of postmodernism entitled Postmodernism, or, The Cultural Logic of Late Capitalism. It was book led Jameson as a postmodernism critic. Jameson argued that the development of cultural products in the postmodern period was nothing more than a change in the mode of operation of capitalism as a continuity of capital accumulation. The mass industry and culture production celebrated by the people then leads to economic activity, a new form of consumption society. Some of Jameson's keywords such as pastiche, superficiality, and schizophrenia are criticisms of Postmodern which was a new transformation of late capitalism. Keywords: posmodern, late capitalism, pastiche, superficiality, schizophrenia
“CANTIK” Ala Beauty Vlogger (Analisa Representasi Cantik dalam Konten Youtube Tasya Farasya) Fitriyana, Retno; Masrukin, Masrukin; Wuryaningsih, Tri
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8288

Abstract

ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana youtube sebagai bentuk sosial media baru dalam membentuk konstruksi kecantikan. Secara spesifik media yang digunakan adalah kanal youtube milik Tasya Farasya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk membaca konten dalam kanal youtube Tasya Farasya. Selain kualitatif, cara pembacaan Roland Barthes juga digunakan untuk membaca tanda dalam konten-konten youtube tersebut. Temuan dari artikel ini adalah bahwa perempuan cantik adalah perempuan yang menggunakan make up yang tepat dan bahwa tuntutan tersebut membawa perempuan menjadi konsumtif Kata kunci: Youtube, Konstruksi kecantikan, Youtuber ABSTRACT This article aims to reveal how YouTube as a new form of social media shapes the construction of beauty. Specifically, the media used is Tasya Farasya's YouTube channel. The method used is descriptive qualitative. This method is used to read content on the Tasya Farasya YouTube channel. Apart from being qualitative, Roland Barthes' reading method is also used to read the signs in the YouTube content. The findings of this article are that beautiful women are women who use the right make-up and that these demands make women consumptive Keywords: Youtube, Beauty Construction, Youtuber
Keadaan Sosial Ekonomi Pekerja Migran Perempuan Single Parent setelah Cerai Gugat di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap Fadillah, Jauhariyatun; Wulan, tyas Retno; Lestari, Soetji
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8290

Abstract

Abstrak Kecamatan Kesugihan menempati posisi ketiga Kecamatan dengan jumlah pekerja migran tertinggi di Kabupaten Cilacap dengan jumlah pekerja migran laki-laki sebanyak 157 orang dan pekerja migran perempuan berjumlah 397 orang. Hal ini berimplikasi pada tingginya angka perceraian di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap terutama cerai gugat. Kecamatan Kesugihan menempati posisi pertama Kecamatan dengan jumlah cerai gugat terbanyak pada tahun 2018 di Kabupaten Cilacap dengan jumlah 311 kasus. Dari beberapa hal diatas penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan sosial ekonomi pekerja migran perempuan single parent setelah cerai gugat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pra dan paska cerai gugat yang dialami oleh pekerja migran perempuan single parent beragam mulai dari bekerja dengan kondisi ekonomi baik,sedang, hingga tidak bekerja dengan kondisi ekonomi yang baik. Kondisi pra dan paska migrasi dan cerai gugat mengungkapkan perubahan keadaan ekonomi yang akhirnya turut menentukan keadaan sosial berupa posisi tawar dan akses pengambilan keputusan dalam pertukaran sosial dengan suami, lebih rendah, lebih tinggi, atau setara. Hal ini sejalan dengan premis Blau yang menyatakan bahwa pada pertukaran sosial kekuasaan lahir dari situasi ketika individu tergantung pada sesuatu yang diberikan oleh individu lain, dan nilai tersebut menjadi lebih tinggi dari nilai pertukaran yang dia tawarkan. Pertukaran sumber daya ini terjadi antara pekerja migran perempuan single parent dengan anggota keluarga dan mantan suami. Sumber daya yang dipertukarkan dalam hal ini adalah sumber daya ekstrinsik (uang) dengan sumber daya alternatif (rasa kasih sayang). Kata Kunci: Keadaan sosial ekonomi, pekerja migran perempuan single parent, cerai gugat Abstract Kesugihan sub-district occupies the third position with the highest number of migrant workers in Cilacap Regency with 157 male migrant workers and 397 female migrant workers. This has implications for the high divorce rate in Kesugihan District, Cilacap Regency, especially divorced cases. Kesugihan District occupies the first position in the District with the highest number of divorces in 2018 in Cilacap Regency with a total of 311 cases. From some of the things above, this research was conducted with the aim of knowing the socio-economic conditions of single parent female migrant workers after a divorce. The results showed that the pre- and post-divorce conditions experienced by single parent female migrant workers varied from working with good, moderate economic conditions, to not working with good economic conditions. Pre- and post-migration conditions and divorce cases reveal changes in economic conditions which ultimately determine social conditions in the form of bargaining position and access to decision-making in social exchanges with their husbands, lower, higher, or equal. This is in line with Blau's premise which states that in social exchange power is born from a situation when an individual depends on something given by another individual, and the value becomes higher than the exchange value he offers. This exchange of resources occurs between female migrant workers. single parent with family members and ex-husband. The resources exchanged in this case are extrinsic resources (money) with alternative resources (affection). Keywords: Socio-economic conditions, single parent female migrant workers, divorce
Pemaknaan Mahasiswa tentang Komunisme di Purwokerto Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Nugroho, Dimas Aditya; Wuryaningsih, Tri
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Interaksi Volume 1 Nomor 2 2022 (Back Issue April 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v1i2.8292

Abstract

ABSTRAK Partai Komunis Indonesia pernah menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia hingga tahun 1965. Namun karena kejadian G30S/PKI pada September 1965 pada akhirnya melalui TAP MPRS nomor XXV/1966 tentang pembubaran dan pelarangan PKI, secara mendadak partai tersebut menjadi musuh masyarakat. Penelitian ini berfokus kepada pemaknaan mahasiswa terhadap komunisme dan eks-tahanan politik (tapol) PKI di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Informan penelitian yaitu mahasiswa yang berkuliah di 4 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di Purwokerto. Jumlah informan ada 8 orang, terdiri atas 4 laki-laki dan 4 perempuan. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik analisis data interaktif. Hasil penelitian menunjukkan, informan memaknai secara berbeda tentang stigma komunis yang dibangun oleh Orde Baru. Perbedaan pemaknaan muncul setelah mereka mencari informasi dari sumber lain di luar sekolah. Respon informan terhadap eks-tapol juga bervariasi. Dukungan moral diutarakan pula oleh informan. Mereka menolak persekusi terhadap penganut paham komunis, namun pembedaan kepada yang berstatus eks-tapol masih dianggap perlu. Kata kunci: Pemaknaan, Komunisme, Mahasiswa ABSTRACT The Indonesian Communist Party (PKI) was once one of the largest parties in Indonesia until 1965. However, due to the G30S/PKI incident in September 1965, through TAP MPRS number XXV/1966 regarding the disbandment and banning of the PKI, the party suddenly became an enemy of the people. This study focuses on the meaning of students towards communism and ex-political prisoners (tapol) of the PKI in Purwokerto, Banyumas Regency, Central Java. The research method used is a qualitative method. Research informants are students who study at 4 universities both public and private in Purwokerto. The number of informants was 8 people, consisting of 4 men and 4 women. Data obtained through interviews, observation and documentation, then analyzed by interactive data analysis techniques. The results showed that the informants interpreted differently about the communist stigma built by the New Order. Differences in meaning emerged after they sought information from other sources outside of school. Informants' responses to ex-tapol also varied. Informants also conveyed moral support. They reject the persecution of communists, but the distinction between ex-tapol status is still considered necessary. Keywords: Meaning, Communism, Students
Perilaku Bullying dalam Film A Girl Like Her (Studi Semiotik Charles Sanders Peirce tentang Bullying dalam Film A Girl Like Her) Firanoerma, Zhiva Sediqi; Wiman, Rizkidarajat Wiman
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Interaksi Volume 2 Nomor 1 (Back Issue September 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v2i1.8306

Abstract

Abstrak Film merupakan media komunikasi dimana penonton sebagai komunikan menerima pesan secara pasif dari para pembuat film sebagai komunikator. Keterkaitan film dengan masyarakat yaitu film dijadikan sebagai representasi berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti masalah sosial yang terjadi di antaranya perilaku bullying. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku bullying yang direpresentasikan melalui film A Girl Like Her dengan metode kualitatif semiotika Charles Sanders Peirce. Analisis didapatkan dari enam potongan gambar yang mewakili hal-hal yang berkaitan dengan perilaku bullying, di antaranya faktor, aktor, dampak, dan bentuk dalam perilaku bullying. Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa faktor pelaku melakukan perilaku bullying karena mempunyai latar belakang keluarga yang tidak harmonis, selain pelaku dan korban juga ditemukannya defender dan asisten bully, dampak yang terjadi kepada korban yaitu tekanan sehingga membuatnya melakukan tindakan bunuh diri, bentuk bullying masih kerap terjadi yaitu bullying verbal dan bullying fisik. Kata Kunci: Bullying, Film A Girl Like Her, Semiotika Abstract Film as a medium of communication is where the audience as communicants who receive messages passively from filmmakers as communicators. Watching movies is one way to get information passively. The relationship between film and society is that the film is used as a reflection of various lives in society, such as social problems that occur, including bullying behavior. Therefore, this study aims to find out the bullying behavior reflected through the film A Girl Like Her with the qualitative method of Charles Sanders Peirce's semiotics. The analysis was obtained from six pieces of images that represent things related to bullying behavior, including factors, actors, impacts, and forms of bullying behavior. The results of the research analysis showed that the perpetrator factor of bullying behavior is because he has a disharmonious family background, in addition to the perpetrator and the victim also found defenders and bully assistants, the impact that occurs on the victim is the pressure that makes him commit suicide, forms of bullying still often occur, namely verbal bullying and physical bullying. Keywords: Bullying, Film A Girl Like Her, Semiotics.
Representasi Toxic Parents dalam Film What Will People Say (2017) Setyadi, Hafiza Ardani; Wiman, Rizkidarajat Wiman
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Interaksi Volume 2 Nomor 2 April 2023
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Artikel ini membahas representasi toxic parents dalam film What Will People Say (2017). Fenomena toxic parents masih marak terjadi dan digambarkan melalu media di sekitar kita, salah satunya film. Film berfungsi sebagai media hiburan, informatif, edukatif, persuasif, dan kritik. Kisah yang disajikan dalam film tidak hanya dimaknai sebagai hiburan semata tetapi juga sebagai representasi dan kritik terhadap realitas sosial. Film What Will People Say menceritakan sebuah keluarga diaspora Pakistan yang tinggal di Norwegia. Konflik keluarga terjadi melalui hubungan antara orang tua dengan anak sebagai korban toxic parents. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Terdapat 8 potongan adegan sebagai bahan kajian penelitian. Adegan yang dipilih dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes melalui 3 unsur yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi toxic parents dalam film What Will People Say adalah kekerasan baik secara fisik maupun simbolik, tidak mau mendengarkan anak, manipulatif, gemar menyalahkan anak, melabeli anak secara negatif, merendahkan anak, terlalu mengontrol anak, dan sikap over protective. Kata Kunci: Toxic Parents, Representasi Film, Film What Will People Say, Semiotika Roland Barthes ABSTRACT This article discusses the representation of toxic parents in the film What Will People Say (2017). The phenomenon of toxic parents is still rampant and portrayed through the media around us, one of which is film. Film serves as a medium of entertainment, informative, educational, persuasive, and criticism. The story presented in the film is not only interpreted as entertainment but also as a representation and criticism of social reality. What Will People Say tells the story of a Pakistani diaspora family living in Norway. Family conflict occurs through the relationship between parents and children as victims of toxic parents. This research using descriptive qualitative methods with Roland Barthes' semiotic analysis approach. There are 8 pieces of scenes as material for research studies. The selected scene is analyzed using Roland Barthes semiotics through 3 elements: denotation, connotation, and myth. The results showed that the representation of toxic parents in the film What Will People Say are physical and symbolic violence, unwilling to listen to children, manipulative, fond of blaming children, labeling children negatively, degrading children, over-controlling children, and over protective attitudes. Keywords : Toxic Parents, Film Representation, What Will People Say Film, Roland Barthes Semiotics
Persepsi Mahasiswa Terhadap Mahasiswi Pengguna Vape Di Universitas Jenderal Soedirman Putriningtyas, Devina
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Interaksi Volume 2 Nomor 1 (Back Issue September 2022)
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v2i1.8505

Abstract

ABSTRAK Seiring perkembangan tekhnologi, saat ini beredar rokok elektrik atau “electronic nicotine delivery systems” atau disebut dengan vapor. Produk ini merupakan rokok yang beroperasi memakai tenaga baterai, rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai. Saat ini, vape memiliki daya tarik sebagai inovasi terbaru untuk para perokok yang terbiasa dengan rokok tembakau, masyarakat cenderung memakai vape ini karena dianggap sebagai inovasi baru, meski harganya cukup mahal. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptifbdengan menggunakan metode pengumpulan data yakni observasi, wawancara semi terstruktur dan dokumentasi. Pemilihan subyek penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling yakni Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman pengguna dan non-pengguna vape dan penjual atau produsen vape di Kota Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan perokok vape di kalangan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman bukan menjadi hal tabu dari pergaulan. Mereka memersepsikan dirinya baik-baik saja karena sebagai perokok vape yang tahu diri dengan memilih tempat merokok dan ketika berada dengan orang tertentu saja. Mereka juga menilai mahasiswi pengguna vape tersebut adalah bukan hal hal yang aneh lagi, karena semakin banyak perempuan yang merokok pada zaman modern sekarang ini di tuntut oleh gaya hidup. Selain itu, para mahasiswa juga memberikan persepsi kepada para pengguna vape ini sebagai perokok yang baik yang mana mereka tidak merugikan orang lain, karena mereka merokok vape di tempat tertentu (tidak sembarangan) dan tidak melanggar aturan. Kata Kunci: Vape, Mahasiswa, Konsep Diri ABSTRACTEnglish translation. Along with the development of technology, currently circulating electronic cigarettes or "electronic nicotine delivery systems" called vapor. This product is a cigarette that operates using battery power, this cigarette burns liquid using a battery and the vapor enters the user's lungs. Currently, vape has appeal as the latest innovation for smokers who are accustomed to tobacco cigarettes, people tend to use this vape because it is considered an innovation, even though the price is quite expensive. The method used is a descriptive qualitative method using data collection methods, namely observation, semi-structured interviews, and documentation. The selection of research subjects using the Purposive Sampling technique is students of the Faculty of Social and Political Sciences, Jenderal Soedirman University, vape users and non-users, and vape sellers or manufacturers in Purwokerto City. The results showed that women vape smokers among students of Jenderal Soedirman University were not a taboo in the association. They perceive themselves as okay because vape smokers know themselves by choosing smoking places and when they are with certain people only. They also consider that female vape users are unusual anymore because more and more women who smoke in modern times are now demanded by lifestyle. In addition, the students also gave perceptions of these vape users as good smokers where they did not harm others, because they smoked vape in certain places (not carelessly) and did not violate the rules. Keywords : Vape, Student, Self-Concept