cover
Contact Name
Bayu Eka Riarsa Thira
Contact Email
bayu.thira@stikesrespati-tsm.ac.id
Phone
+62265-549335
Journal Mail Official
lppm@stikesrespati-tsm.ac.id
Editorial Address
Jl. Singaparna KM. 11 Cikunir Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat 46181
Location
Kab. tasikmalaya,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA
ISSN : 26569752     EISSN : 29880912     DOI : 10.48186/abdimas
Core Subject : Health,
Jurnal abdimas kesehatan Tasikmalaya merupakan wadah kegiatan publikasi yang diperoleh dari hasil kegiatan abdimas yang telah dilaksanakan oleh dosen perguruan tinggi kesehatan, tenaga kesehatan maupun mahasiswa dari perguruan tinggi kesehatan. Jurnal abdimas kesehatan Tasikmalaya terbit 2 kali dalam setahun yaitu bulan April dan Oktober. Keberadaan jurnal ini mendapatkan pengelolaan khusus dari dewan redaksi sehingga setiap terbitan diharapkan mampu mendapatkan penerimaan yang baik dikalangan pengguna.
Articles 70 Documents
SEKOLAH SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Teni Supriyani; Neni Ambar alawiyah
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.132

Abstract

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk membuat suasana belajar yang aktif dan efektif, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kondisi lingkungan sekolah yang merupakan tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal. Lingkungan sekolah yang kondusif sangat penting dan diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, di pasal 79 disebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Peraturan bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 6/X/PB/2014, nomor 73 tahun 2014, nomor 41 tahun 2014, nomor 81 tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. UKS/M ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan pekembangan yang harmonis peserta didik. Dalam praktiknya, kegiatan pokok UKS/M ini dilaksanakan melalui Trias UKS/M, yang terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi beberapa hal, yaitu: Pelaksanaan kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan, kerindangan, dan kekeluargaan (7K) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas asap rokok, pornografi, narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), dan kekerasan Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah Sekolah sehat meliputi beberapa dimensi penilaian, antara lain kesehatan fisik, kesehatan sosial, dan kesehatan psikis (Hijjang, 2009). Sekolah sehat adalah sekolah yang secara berkesinambungan terus mengupayakan dan menguatkan kapasitasnya sebagai tempat yang sehat untuk tinggal, belajar, dan bekerja. Sekolah sehat merupakan sekolah yang berupaya untuk menciptakan wilayah yang sehat dan aman, yang menerapkan kebijakan dan praktik promosi kesehatan (Depkes, 2004). Lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Pemberian pengetahuan dan pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah akan lebih efektif ketika dilakukan pada siswa sejak di bangku sekolah dasar, sehingga menjadi sebuah kebiasaan sejak dini. Dengan ditanamkan sejak di sekolah dasar juga diharapkan menjadi pembiasaan ketika berada di luar lingkungan sekolah. Untuk mewujudkan sekolah/madrasah sehat, diperlukan upaya-upaya yang menyeluruh. Dalam kegiatan pembinaan sekolah sehat STIKes Respati di kawasan kerja Puskesmas Singaparna tahun 2017, upaya yang dilakukan merujuk kepada beberapa sumber seperti kebijakan tentang sekolah sehat serta buku saku dan petunjuk teknis pelaksanaan sekolah/madrasah sehat, yang kemudian disesuaikan dengan sumber daya dan kemampuan yang tersedia untuk pembinaan.
PEMBINAAN KADER POSYANDU WILAYAH KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2017 sinta Fitriani; chanty Yunie
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.133

Abstract

Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesejahteraan dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya preventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya 2 pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan Posyandu (Menkes RI, 2011:2). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan serta umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna (Menkes RI, 2011:2-3). Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Posyandu bertujuan memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Ditinjau dari aspek kualitas ditemukan banyak masalah di posyandu, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai, cakupan kegiatan masih rendah, cakupan anak usia di bawah dua tahun masih di bawah 50%, sedangkancakupan ibu hamil hanya sekitar 20% (DepartemenKesehatan Rl, 2006). Masih sedikitnya jumlah posyandu mandiri saat ini menunjukkan belum optimalnya kinerja posyandu. Halini tampak dari strata posyandu di Indonesia (tahun2004) yakni 33,61% posyandu pratama, 39,86% posyandu madya, 23,62% posyandu purnama,dan posyandu mandiri (2,91 %). Berdasarkan data yang didapat dari profil Kabupaten Tasikmalaya Posyandu yang berada di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya 2.282 unit, Posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Singaparna terdapat 40 posyandu tahun 2017. STIKes Respati sebagai satu-satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait dengan kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan pendampingan Kader Posyandu sebagai upaya peningkatan status gizi untuk dapat membantu terwujudnya kesehatan masyarakat secara umum dan perbaikan status gizi secara khususnya. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan peran kader posyandu dalam menjalankan tugas kadernya baik di hari pelaksanaan maupun di luar hari pelaksanaan.
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2017 Hariyani Sulistyoningsih; annisa Rahmidini; Fenty Agustini; Hapi Apriasih; erwina sumartini; Lia Yuliastuti
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.134

Abstract

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah keadaan gizi yang kurang baik bahkan buruk. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal settiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh karena keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk masih menjadi salah satu masalah di Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2016 jumlah kasus gizi buruk berjumlah 63 kasus, sementara tahun 2017 turun menjadi 41 kasus. Kasus ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan, akan tetapi permasalahan gizi kurang masih menjadi masalah nasional yang perlu penanganan serius. Berdasarkan data yang didapat dari profil Puskesmas Singaparna tahun 2016 didapatkan bahwa kasus gizi buruk di Kecamatan Singaparna berjumlah 5 orang. STIKes Respati sebagai satu-satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait dengan kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema Pemantauan Tumbuh Kembang Balita sebagai upaya peningkatan status gizi untuk dapat membantu terwujudnya kesehatan masyarakat secara umum dan perbaikan status gizi secara khususnya.
PROGRAM LANSIA WILAYAH PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Santi Susanti; Hariyani Sulistyoningsih; Fenty Agustini; Tupriliany Danefi; wuri Ratna Hidayani
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.135

Abstract

Persoalan kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup persoalan kesehatan reproduksi perempuan secara sempit dengan mengaitkannya pada masalah seputar perempuan usia subur, kehamilan dan persalinan. Secara lebih spesifik, berbagai masalah dalam kesehatan reproduksi mulai dari perawatan kehamilan, pertolongan pada persalinan, infertilitas, penggunaan kontrasepsi, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, pelecehan dan kekerasan pada perempuan, perkosaan, layanan dan informasi pada remaja, serta menopause pada perempuan dewasa, merupakan bagian dari upaya memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran kesehatan reproduksi bagi individu, khususnya bagi perempuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh tingkatan hidup perempuan merupakan fokus persoalan kesehatan reproduksi itu sendiri. Menurut Manuaba sampai akhir abad 21, diperkirakan antara 8%- 10% penduduk Indonesia adalah lansia dan lansia perempuan akan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung dan diperkirakan di tahun 2030 nanti ada sekitar 1,2 miliar perempuan yang berusia diatas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80%) tinggal di negara berkembang dan setiap tahunnya populasi perempuan menopause meningkat sekitar tiga persen. 3 Artinya kesehatan perempuan khususnya patut mendapatkan perhatian, sehingga akan meningkatkan angka harapan hidup dan tercapainya kebahagiaan serta kesejahteraan secara psikologis. Dalam rangkaian disnatalis STIKes Respati Tasikmalaya ke-15 dilaksanakan program pengabdian masyarakat pemeriksaan status kesehatan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017.
PROGRAM IBU HAMIL SEHAT KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYATAHUN 2017 Tupriliany Danefi; Lilis Lisnawati
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.136

Abstract

Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap ibu hamil akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya (Salmah, 2006). Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Jumlah kematian ibu di negara berkembang tergolong tinggi seperti yang terjadi di Afrika Sub Sahara dan Asia Selatan (WHO, 2013). Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas, yaitu melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC). Tujuan dari ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI, 2014). Menurut Manuaba 2010 tujuan dilakukan pemeriksaan kehamilan adalah untuk memantau kemajuan kehamilan, memastikan kehamilan ibu dan tumbuh kembang janin, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu, mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama masa kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang normal, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal dan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. STIKes Respati sebagai satu satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Program Ibu Hamil Sehat” sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan dengan kegiatan itu sebagai deteksi dini komplikasi pada ibu hamil.
PENYULUHAN FAKTOR RISIKO TB PARU DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 wuri Hidayani
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.137

Abstract

Tuberkulosis Paru (TB) paru merupakan penyakit kronis dengan agent Mycobacterium tuberculosis yang terus mengalami peningkatan kasus karena penularannya dari droplet penderita melalui udara. World Health Organization (WHO) merumuskan TB sebagai kegawatdaruratan dunia (Global Emergency). Hal ini disebabkan oleh adanya epidemi Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Selain itu juga adanya resisten berbagai obat (Depkes, 2009). Menurut WHO tahun 2011 menyatakan bahwa prevalensi TB paru diperkirakan dengan total penderita adalah 660.000 penderita per tahun, sedangkan insidensi TB paru diestimasikan sebesar 430.000 kasus baru per tahun. Estimasi kematian akibat TB paru di dunia adalah 61.000 kematian per tahunnya. Berdasarkan laporan tahunan World Health Organization (WHO) disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TB (high Burden of TBC Number). Sebanyak 8,9 juta penderita TB dengan proporsi 80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TB setiap detik. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (WHO, 2010). Menurut WHO tahun 2014 menyatakan bahwa terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi TB paru. Berdasarkan laporan Depkes RI tahun 2008 menyatakan bahwa prevalensi TB paru yang paling terbanyak adalah Indonesia bagian timur sebesar 44%, pada peringkat kedua adalah Indonesia bagian barat yaitu di wilayah Sumatera sebesar 33%, di wilayah Jawa dan Bali sebesar 23%. Di provinsi Jawa Barat prevalensi TB paru sebesar 0,7%. Prevalensi TB paru di Provinsi Jawa Barat terus mengalami kenaikan kasus. Menurut Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2012 menyatakan bahwa Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah kasus TB paru dan diobati sebanyak 1.088 penderita, angka kesembuhan TB paru pada penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 995 penduduk atau sebesar 91,45%. Angka pengobatan lengkap TB paru pada laki-laki dan perempuan sebanyak 29 orang atau sebesar 2,67 %, dengan angka kesuksesan (Success Rate/SR) sebesar 94,12 %. Apabila dilihat dari angka pengobatan lengkap TB paru menunjukkan masih rendahnya kesadaran penderita TB paru dalam melakukan pengobatan lengkap. Berdasarkan data di bagian Surveilens Epidemiologi Puskesmas Singaparna tercatat ada 71 penderita TB paru pada tahun 2017. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan pengabdian masyarakat melalui kegiatan penyuluhan Faktor Risiko TB paru.
KAMPANYE KB DI DUSUN MARGAMULYA DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Hapi Apriasih; annisa Rahmidini; Santi Susanti; chanty Yunie
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.138

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat. Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB (Keluarga Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu laporan ini disusun untuk mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.
UPAYA MERUBAH PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT PINGGIRAN SUNGAI DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN UJI KADAR BAKTERI DALAM AIR DI DESA MEKAR JATI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGGAK JATI TAHUN 2018 Astri Nurdiana; Riska Setiawati
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.139

Abstract

Desa Mekar Jati merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat, secara demografis desa Mekar Jati berada di pinggiran sungai irigasi KW 8, mayoritas penduduk dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah dan berprofesi sebagai buruh tani. Kondisi tersebut berdampak kepada kondisi kesehatan warga Desa Mekar Jati yang berada dalam keadaan resiko tinggi terkena penyakit. Kontaminasi sungai oleh kotoran menyebabkan air sungai tidak layak untuk dikonsumsi dan jika tetap dikonsumsi hal tersebut akan berdampak terhadap kesehatan ibu dan anak serta munculnya berbagai penyakit yang dapat menyerang organ pencernaan, salah satunya diare. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, morbiditas dan mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, angka kejadian penyakit diare sekitar 1,7 milliar kasus setiap tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar 760.000 balita. Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika merupakan salah satu Institusi pendidikan tinggi di Kabupaten Karawang yang sudah lama membangun kerjasama dengan Puskesmas Tunggak Jati, dalam bidang praktik klinik kebidanan dan program kebidanan komunitas, Desa Mekar Jati merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tunggak Jati.
PELATIHAN DAN PEMBENTUKAN KADER PEDULI KB (KaPeKB) SEBAGAI UPAYA PENURUNAN KEMATIAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU DUSUN BOPALA DESA MENGANTI KECAMATAN KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2017 Susanti Susanti; Engkartini Engkartini; Elisa Issusilaningtyas
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.142

Abstract

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka  Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Cilacap masih tinggi dan mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten. Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai program untuk menekan AKI dan AKB. Angka  kematian  ibu  di  Indonesia  sebesar  359  kematian  per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008-2012. Dibandingkan dengan target, rasio kematian ibu yang merupakan salah satu indikator Millenium Development Goals (MDG’s) yang harus dicapai tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi target atau perlu diturunkan lagi (Kemenkes RI,2014a). Beberapa faktor penyebab langsung Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambat dan terlalu. Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Faktor risiko kematian ibu adalah terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak. Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).  Hal ini diperkut oleh hasil penelitian bahwa ada pengaruh umur (p samadengan 0,002; OR samadengan 5,117), jarak kehamilan (p samadengan 0,0001; OR samadengan 16,512) (Deal Baby E dan Indawati R, 2014)            Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan “Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan  Kesehatan  Ibu  dan  Anak  (KIA)  dan  KB.  Indikator  keberhasilan  P4K adalah  persentase  penggunaan  metode  KB  pasca persalinan (Kemenkes RI, 2014b). Tujuan penggunaan KB diantaranya mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan, memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, membangun kemitraan global dalam pembangunan (Muryanta Andang, 2010). Pertimbangan  akseptor  dalam  menentukan  pilihan  jenis  kontrasepsi  salah satunya karena kurangnya pengetahuan tentang kesesuaian alat kontrasepsi dengan tujuan penggunaannya (kebutuhan), persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, tempat pelayanan dan kontraindikasi dan alat kontrasepsi yang bersangkutan. Pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi termasuk pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, akses informasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan, serta tingkat pemahaman kesehatan reproduksi (Indrawati, 2011). Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada perbedaan pengetahuan antara kelompok diberi konseling dengan tidak diberi konseling dengan p kurang dari 0,001) dan ada perbedaan kemantapan dalam pemilihan alat kontrasepsi pada calon akseptor KB antara kelompok diberi konseling dengan tidak diberi konseling dengan p kurang dari 0,001). Hal ini disebabkan dengan konseling maka terjadi transfer informasi mengenai kelebihan, kekurangan, efektivitas dan efisiensi masing-masing alat kontrasepsi antara calon akseptor dengan petugas kesehatan. (Tumini, 2010). Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebesar 349.186 dengan peserta KB Baru sejumlah 244.256. dengan cakupan 69,95%. Berdasarkan data BAPERMADES didapatkan data pada tahun 2013 di  Kabupaten  Cilacap sebesar 12,91%.(BAPERMAS, 2013). Persentase akseptor KB aktif menurut jenis kontrasepsi terdiri dari IUD 9,9%, MOP 0,2%, MOW 2,3%, Implan 18,1%, kondom 5,0%, suntik 41,5% dan pil 22,9%. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 68,8% atau 7.449 dari 10.825 PUS. Jumlah ini belum mencapai target standar pelayanan minimal 70% peserta KB aktif. (Profil Puskesmas Kesugihan II, 2015). Data pada bulan Juli 2016 terdapat 2 (dua) kejadian kematian ibu di wilayah Puskesmas Kesugihan II menambah jumlah kematian ibi di Kabupaten Cilacap dan masih banyak ditemukannya ibu hamil dengan risiko tinggi, dan masih banyak 4 T ( terlalu tua, terlalu muda, terlambat mengambil keputusan, terlambat dirujuk) (Profil Puskesmas Kesugihan II, 2015)         Program dan  kebijakan  yang  dapat  dilakukan  oleh  pemerintah  untuk menurunan angka unmeetneed adalah memudahkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan, menambah/mengembangkan jenis kontrsepsi, menekankan KIE, mendorong komunikasi antar pasangan dan memberikan jaminan KB gratis pada masyarakat miskin. Kader Peduli KB (KaPeKB) diharapkan juga mampu memberikan informasi tentang KB, sehingga dapat menambah jumlah akseptor KB.
DETEKSI DINI ANEMIA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN GENERASI SEHAT REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DI SMK MATHLA’UL ANWAR PAKIS JAYA KABUPATEN KARAWANG 2018 OLEH: Riska Setiawati; Oon Sopiah; Astri Nurdiana
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.144

Abstract

Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atu tidak menyadarinya. Remaja putri menderita anemia hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhann yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Tujuan pengabdian ini adalah untuk melakukan deteksi awal anemia pada remaja putri sebagai upaya menciptakan reproduksi yang sehat. Selain itu juga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam pencegahan terjadinya anemia, karena remaja putri yang tidak anemia dapat menghasilkan reproduksi yang sehat. TUJUAN Tujuan Umum Tujuan pengabdian ini adalah untuk melakukan deteksi awal anemia pada remaja putri sebagai upaya menciptakan reproduksi yang sehat di SMK Mathla’ul Anwar Pakis Jaya Kabupaten Karawang 2018 Tujuan Khusus Untuk melakukan deteksi dini anemia pada remaja putri SMK Mathla’ul Anwar Pakis Jaya Memberikan pendidikan kesehatan pada remaja putri tentang anemia SMK Mathla’ul Anwar Pakis Jaya