cover
Contact Name
Ihwan Amalih
Contact Email
elwaroqoh1234@gmail.com
Phone
+6281999286606
Journal Mail Official
elwaroqoh1234@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Kampus Pusat Universitas Al-Amien Prenduan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Jawa Timur Kode Pos 69465 email : elwaroqoh1234@gmail.com
Location
Kab. sumenep,
Jawa timur
INDONESIA
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin Dan Filsafat
ISSN : 25804014     EISSN : 25804022     DOI : 10.28944/el-waroqoh
El Waroqoh: Jurnal Ushuluddin dan Filsafat is a peer reviewed journal which is highly dedicated as public space to deeply explore and widely socialize various creative and brilliance academic ideas, concepts, and research findings from the researchers, academicians, and practitioners who are concerning to develop and promote the religious thoughts, and philosophies. Nevertheless, the ideas which are promoting by this journal not just limited to the concept per se, but also expected to the contextualization into the daily religious life, such as, inter-religious dialogue, Islamic movement, living Quran, living Hadith, and other issues which are socially, culturally, and politically correlate to the Islamic and Muslim community development.
Articles 85 Documents
SUARA WANITA DALAM SURAH AL-AHZÃB: 32 (STUDI KOMPARATIF ANTARA KITAB JÃMI’ AL-BAYÃN ‘AN TA’WÎL AL-QUR’ÃN DAN TAFSÎR AL-MIṢBÃH) Mabruroh Sholehah; Mohammad Fattah
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v4i2.297

Abstract

Seorang wanita diciptakan dengan suara yang khas, yang penuh kelembutan dan kemerduan dan tidak sedikit dari kaum wanita yang memiliki kebiasaaan bersenandung baik itu dalam bentuk lagu-lagu modern, ataupun dalam bentuk lantunan sholawat dan lain sebagainya. Seorang wanita sangatlah dimuliakan dalam agama Islam, sehingga terdapat beberapa syari’at yang hanya dikhususkan bagi seorang wanita. Seperti halnya dalam masalah haidh, nifas, istihadhoh dan termasuk juga tentang aurat dan lain sebagainya. Pada dasarnya aurat wanita adalah seluruh bagian tubuh selain dari wajah dan telapak tangan, ini menurut Jumhûrul ‘Ulamâ’. Akan tetapi dalam Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa telapak kaki bukanlah aurat. Dari pendapat tersebut jelas bahwa ulama tidak menyebutkan suara wanita termasuk sebagai aurat. Dapat dikatakan bahwa penampilan wanita di setiap aktivitasnya seperti penyiar radio atau televisi itu boleh-boleh saja selama dilakukan sewajarnya dan tidak menimbulkan dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suara wanita perspektif kitab Jâmi’ al-Bayân ‘An  Ta’wîl al-Qur’ân karya Imam al-Thabari dan Tafsîr Al-Miṣbâh karya M. Quraish Shihab dalam Q.S. al-Ahzab:32. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research). Data dianalisis menggunakan teknik analisis-deskriptif, analisis isi dan teknik komparasi. Menurut pandangan Imam al-Thabari Tentang suara wanita dalam Q.S. al-Ahzab:32 Yaitu untuk tidak berlemah-lembut dalam berkata dan tunduk dalam berbicara, yaitu segala sesuatu yang dimakruhkan dari cara wanita berbicara kepada laki-laki, karena hal itu dapat menimbulkan fitnah di hati mereka. Sedangkan M. Quraish Shihab mengatakan bahwa suara wanita yang dilarang yaitu suara yang sengaja dibuat-buat lebih lembut dari kodratnya. Seperti berbicara dengan suara yang penuh kemanjaan kepada laki-laki yang bukan mahramnya.
DESAKRALISASI NILAI-NILAI QUR’ANI DALAM TRADISI TASYAKKUR KHATAMAN Ghozi Mubarok; Abdul Aziz
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v5i2.961

Abstract

Prosesi acara tradisi tasyakkur khataman biasanya dilaksanakan di malam hari meskipun tak jarang di desa tertentu ada yang melaksanakannya di siang hari. Prosesi acara tasyakkuran ini diawali dengan pembacaan Juz ‘Amma pada Al-Qur’an secara keseluruhan sebagai simbolis dari pelaku khataman, dilanjutkan dengan festival iring-iringan yang diiringi oleh alunan gemuruh musik drumband (dahulu hadrah) dan digelar dalam bingkai acara yang cukup mewah dan meriah sebagai latar dari berlangsungnya kegiatan khataman Al-Qur’an. Pelaku khataman sendiri dalam hal ini berperan sebagai pimpinan dari iring-iringan tersebut dan diletakkan di atas punggung seekor kuda yang sudah dirias sedemikian rupa oleh panitia dengan riasan yang terbilang cukup mewah dan glamor bahkan cenderung berlebihan (mubazir).Berdasarkan hal ini, peneliti kemudian merumuskan fokus penelitiannya ke dalam dua tujuan berikut; 1) mengetahui bagaimana praktik tradisi tasyakkur khataman di Desa Pragaan Daya dan Pragaan Laok dari masa ke masa, dan 2) Mengetahui bagaimana proses desakralisasi nilai-nilai Qur’ani dalam tradisi tasyakkur khataman masyarakat Desa Pragaan Daya dan Pragaan Laok. Dengan menggunkan metode penelitian studi kualitatif lapangan dan  jenis pendekatan studi kasus. Sedangkan dalam pengumpulan datanya, peneliti menggunakan studi wawancara, observasi, dan dokumentasi.Setelah melewati proses penelitian, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut; Pertama, Tradisi khataman sudah ada sejak lama, dan dilaksanakan secara periodik, periode tersebut dibagi ke dalam empat periode: a)  Periode awal (Sekitar tahun 1972), b) Periode kedua (sekitar tahun 1989), c)  Periode ketiga (sekitar tahun 1994), dan d) Periode keempat (1994 ke atas). Kedua, Desakralisasi nilai-nilai Qur’ani yang dinilai relevan dalam hal ini terbagi ke dalam lima wilayah; a) Desakralisasi Nilai Ukhuwah Islamiyah, b) Desakralisasi Nilai Keikhlasan, c) Desakralisasi Nilai Kesederhanaan, d) Desakralisasi Nilai Syukur, e) Desakralisasi Nilai Terhadap Penghormatan Syi’ar Agama.
URGENSI ILMU DIRAYAH PADA ZAMAN MODERN Abdul Muiz
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i1.702

Abstract

Hadis adalah kitab kedua setelah al Quran, sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin yang bersumberkan dari rasulallah saw, baik berupa ucapannya, prilakunya, keputusannya/pernyataannya dan sifat-sifatnya, yang mana merupakan al bayān bagi alQurān. Ada beberapa pendapat di kalangan ulama dalam mendefinisikan ilmu hadisi dirāyah, di antaranya pendapati Ibn Akfani yang memberikan pengertian bahwa ilmu hadis al dirāyah adalah: "Ilmu yang mempelajari hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, sifat-sifat para perawi dan isyarat-syaratnya, serta macam-macam sesuatu yang diriwayatkan serta hal-hal yang terkait dengannya. Pada zaman sekarang, media sosial berperan besar dalam menyebarkan segala informasi, termasuk hadis. Namun sangat disayangkan di antara hadis-hadis yang disajikan melalui media sosial tersebut terdapat hadits yang tidak valid. Seiring berjalannya waktu, hadis palsu semakin menyebar. Saat ini telah banyak beredar hadist palsu yang dilariskan oleh para penceramah di mimbar, sekolah, dan berbagai perkumpulan lain. Misalnya hadis, “Carilah ilmu sekalipun ke negri Cina.” Hadis ini adalah hadis mungkar dan palsu, tidak ada asal usulnya serta tidak ada jalan yang menguatkannya. Demikianlah para imam ahli hadis telah mengomentari hadis ini seperti Imam Bukhari, Al Uqaili, Abu Hatim, Yahya bin ma’in, Ibnu Hibban dan Ibnu Jauzi (lihat kitab Tahdzibut Tahdzib karya ibnu Hajar al Asqolani). Selain melalui ceramah langsung, hadis palsu juga tersebar melalui media-media sosial yang begitu banyak dan canggih, seperti Facebook, WhatsApp, Telegram, Twitter, dan sebagainya. ilmu sangat dibutuhkan guna menghentikan penyebaran hadis palsu. Beberapa usaha yang bisa dilakukan oleh ahli ilmu antara lain: Pertama, menyampaikan bahaya penyebaran hadis palsu, baik dalam khutbah jum’at, tulisan, kajian, ceramah, website, dan WhatsApp, atau TV dan radio. Kedua, menyebarkan hadis-hadits shahih, karena hadis palsu menyebar tatkala hadits shahih kurang tersebar. Ketiga, membuat website, grup WhatsApp, atau grup lainnya yang ditangani oleh para penuntut ilmu yang fokus mengkaji hadis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang hadis yang beredar di masyarakat. Secara teori, ilmu hadits al dirāyah dan ilmu hadits riwāyah merupakan dua bagian yang berbeda. Tetapi pada hakikatnya dua bagian ini tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena setiap periwayatan hadits tentu memerlukan kepada kaidah yang mengukur shahih atau tidaknya, dan diterima atau ditolak hadits tersebut. Oleh karena itu, masing-masing ilmu tersebut tidak mungkin berdiri sendiri. Maka lmu dirayah hadist sangat dibutuhkan diera modern saat ini.
KONSEP ISLAMIC SCIENCE DALAM PANDANGAN SEYYED HOSSEIN NASR Maghfirotul Hasanah
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 8, No 1 (2024)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v8i1.1584

Abstract

AbstrakBarat dengan peradaban Modernnya dan Ilmu pengetahuannya telah terjangkit penyakit, merusak fitrah manusia, menghalangi ketenangan pikiran, dan memporak-porandakan nilai-nilai kemanusiaan dan hal ini tentu keluar dari fitrah ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmuwan Muslim Seyyed Hossein Nasr dengan spirit semangat Islam dan jagat intelektual dalam menyampaikan gagasannya terkait ilmu yang berada dalam lingkar Islam atau sains Islam mampu mengembalikan Islam ke kancah peradaban dunia dengan gerakan tradisionalisme Islam. Gerakan yang ditawarkannya merupakan ajakan untuk membawa kembali kepada akar tradisi yang benar dan sumber segalanya yakni dengan usahanya dalam memadukan dan mensinergikan sekularitas Barat dengan dimensi keilahian yang berakar pada wahyu agama agar nilai suci Islam dapat menjiwai ilmu yang dianggap berasal dari Barat lebih berkembang dibandingkan dunia Islam kontemporer. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang mengungkap pemikiran dan konsep sains Islam menurut pandangan Seyyed Hossein Nasr sebagai salah satu ilmuwan Muslim yang agresif terhadap ilmu pengetahuan. Hasil dari penelitian ini, Seyyed Nasr mengungkap bahwa ilmu pengetahuan Barat Modern mengalami krisis spiritual dan terinfeksi penyakit oleh pemikiran modern yang sekuler, karenanya ilmu pengatahuan memerlukan suntikan atau infus dari nilai-nilai keislaman dengan dimensi keilahian yang berakar pada wahyu agama sehingga ilmu pengetahuan dapat seimbang antara duniawi dan ukhrawi, dan semua itu harus berasaskan pada satu kalimat La ilaha illa Allah.  
AQIDAH DAN TRADISI LOKAL DALAM PAGELARAN JARANAN (STUDI KASUS ATAS GRUP JARANAN CAMPURSARI SINGA JAYA DI DESA NGAMPELREJO KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER) Fita Listiawati
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v5i2.111

Abstract

Jaranan merupakan kesenian tradisional Jawa yang di dalamnya melibatkan unsur magis (roh) sebagai ciri khasnya. Hal magis tersebut sengaja dipanggil untuk merasuki para pemain jaranan di segmen tertentu pada pementasannya, agar para pemain dapat dengan mudah melakukan atraksi berbahaya yang secara rasional mustahil untuk dilakukan. Unsur –unsur yang ada dalam jaranan terdapat suatu pemahaman dan pembuktian adanya pengaruh “roh” atau unsur magis terhadap seseorang. Hal ini dapat berpengaruh pada pemahaman aqidah seseorang sebab wilayah aqidah adalah termasuk mengimani adanya dimensi gaib. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh unsur magis terhadap aqidah Islam para pemain jaranan, mengingat para pemain mayoritas beragama Islam dan cukup sering berhubungan dengan unsur-unsur magis jaranan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (Field Research) yang bertempat di desa Ngampelrejo kec.Jombang kab.Jember. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai data primer dan data sekunder diambil dari buku-buku yang relevan. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek magis “kesurupan” merupakan teori kesadaran manusia khas Jawa, sehingga kesadaran manusia berada dalam kendali makhluk ghaib. Keberadaan roh ada dalam pelaku jaranan. Fenomena tersebut menimbulkan pengaruh pada aqidah para pelaku jaranan, yang dapat digunakan sebagai metode pembuktian adanya alam ghaib yang mampu memperkuat keimanan seseorang, namun apabila aqidahnya tidak kuat maka akan jatuh menjadi musyrik. Kata kunci: magis, jaranan, roh, kesurupan, dan aqidah.
RUMAH MODERASI BERAGAMA SEBAGAI IMPLEMENTASI ISLAM WASHATIYAH DI ERA SOCIETY 5.0 (ANALISIS Q.S.AL BAQARAH/2: 143) Azyana Alda Sirait; Sindi Pramita; Mohammad Al Farabi; Asnil Aidah Ritonga
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v7i2.1538

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep Islam wasathiyyah prespektif Q.S Al-Baqarah/2:143, karakteristik Islam wasathiyyah, untuk mengetahui rumah moderasi beragama di era society 5.0. Metode yang digunakan adalah libray research. Hasil penelitian, bahwa wasatiyah adalah umat pertengahan. Sifat pertengahan tersebut membuat pelakunya seimbang, tidak memihak ke kanan (kaum yang cenderung mementingkan kepentingan dunia) dan ke kiri (kaum yang mementingkan kepentingan akhirat). Untuk mensyiarkan konsep di atas sangat efektif dengan rumah moderasi beragama dalam lingkup digital. Tahapannya yaitu: persiapan, dengan perekrutan para cendikiawan muslim, pembuatan library digital moderasi beragama, perekrutan da’i atau ustadz untuk mensyi’ar kan dakwah rumah moderasi beragama sebagai implementasi Islam, perekrutan tim publikasi dan duta moderasi beragama. Pelaksanaan yaitu internalisasi kepada peserta didik dan kaum milineal. Kaum milineal diharapkan mampu mempengaruhi masyarakat untuk mencontoh konsep Islam wasathiyah dalam hal menegakkan moderasi beragama. 
KONSEP ILMU LADUNÃŽ DALAM AL-QURAN (STUDY ATAS TAFSIR SUFI AL-QUSYAIRI DALAM LATAIF AL-ISYARAT) Baidawi Baidawi; Ihwan Amalih
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v4i2.316

Abstract

Ilmu ladunnî merupakan ilmu yang sangat langka dan tidak sembarangan orang bisa memperolehnya. Untuk memperoleh ilmu ini dibutuhkan tekad yang kuat. Siapa saja yang ingin memperolehnya diharuskan menyucikan hati dari sifat tercela, mendekatkan diri kepada Allah, melakukan dzikrullâh, dan lain lain ketika hatinya telah bersih, maka Allah akan menurunkan ilmu itu ke dalam hatinya. Sehingga, ia pun dapat menerima ilmu Allah secara langsung tanpa belajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (Library Reseach). Adapun hasil  penelitian ini adalah bahwa makna ilmu ladunî dalam Al-Qur’an merupakan ilmu atau pemahaman yang dianugerahkan oleh Allah kepada seseorang melalui ilham atau wahyu. Kemudian penafsiran Al-Qusyairi tentang ilmu ladunnî dalam Al-Qur’an ialah ilmu yang dimiliki seorang hamba yang diberi rahmat, bukanlah ilmu manusia pada umumnya yang masih bisa difahami melalui hukum sebab akibat. Ilmu tersebut adalah salah satu ilmu ladunnî yang diberikan kepadanya atas kuasa-Nya sebagai hikmah yang dikuasainya. 
IJTIHAD IBNU HAJAR AL-ASQALANI DALAM MENGKONSTRUKSI ILMU HADIS Saputra, Muhamad Rama; Alif, Muhammad
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v7i1.1139

Abstract

Ibnu Hajar al-Asqalani merupakan ulama hadis populer yang hidup pada abad ke 8 H. kepopulerannya itu kaya akan karya kitab-kitabnya, sehingga dengan karyanya itu Ibnu Hajar mendapatkan gelar Amirul Mu’minin fil hadis. Lantas dengan karya yang banyak itu, adakah pemikiran baru dan ijtihadnya yang sebelemunya tidak ada. Para ulama setelahnya banyak yang mengutip pada kajian hadis serta mengkodipikasikan dalam kitabnya, seperti al-Sakhawi, al-Suyuthi, al-Biqha’I, Zakaria al-Anshari dan lain-laoin. Pada peniltian ini diawali dengan historiografi, karya-karyanya, dan pemikirannya yang tertuang dalam kitabnya. Melalui penelitian bidang library research yang mengandalkan bahan penelitian dari perpustakaan, seperti buku, kitab, jurnal, ensiklopedia atau majalah sebagai sumber data untuk mencari dan melacak permasalahan tersebut. Adapun Hasil dan temuan penelitian ini, ijtihad Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam bidang Ilmu hadis bahwa beliau layak disebut seorang mujtahid dalam bidang hadis atas dasar pemikirannya yang tertuang dalam karyanya yang mencapai 177 karya Ibnu Hajar dalam bidang hadis, serta dalam kitabnya banyak pemikiran baru yang ulama sebelumnya tidak ada. 
Relasi Agama dan Negara dalam Perspektif Diyani dan Qada‘i Holilur Rahman
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v1i1.170

Abstract

Indonesia sebagai pemeluk muslim terbesar di dunia mempunyai potensi besar di dalam percontohan relasi agama dan negara. Pancasila sebagai ideologi dan kalimatun sawa’ bagi bangsa Indonesia, memiliki kesamaan dengan piagam Madinah yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad SAW. Artikel ini berupaya mengulas relasi agama dan negara dalam beberapa persoalan; paradigma dan perkembangan hukum Islam dalam dunia modern, konsep diyani  dan qada‘i, implementasi diyani  dan qada‘i. Kajian ini menghasilkan kesimpulan dengan tiga indikator pokok. Sementara fungsi indikator tersebut untuk membedakan apakah suatu perbuatan itu dikatakan sebagai hukum diyani  dan qada‘i. Adapun tiga indikator tersebut yaitu: pertama, adalah pelaksanaan hukum Islam yang berkorelasi dengan kepentingan orang lain. Kedua, norma hukum agama ditetapkan dengan bentuk perundang-undangan. Ketiga, peraturan peundang-undangan membutuhkan peradilan agar dapat berjalan secara efektif.
PANDEMI COVID-19 DALAM TINJAUAN FILSAFAT MICHEL FOUCAULT Theguh Saumantri
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.766

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah menguraikan dampak terjadinya fenomena pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam tinjauan filsafat michel foucault.Adanya wabah penyakit Corona Virus (Covid-19) membuat segala aspek kehidupan terhenti. Hal ini dibuktikan dengan diberlakukannya sistem isolasi diri yang diperintahkan oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, Banyak rencana yang terhenti dan salah satunya adalah rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Dalam analisis Michel Foucault, Hal ini dibuktikan dengan diberlakukannya sistem isolasi diri yang diperintahkan oleh pemerintah Indonesia. Dalam analisis Michel Foucault, dijelaskan tentang adanya relasi kekuasaan. Metodologi dalam peneltian ini menggunakan metode deskiptif kualitatif yang merupakan upaya untuk mendiskipsikan dan menganalisis sebuah gejala fenomena yang ada. Sehubungan dengan analisis Foucault tersebut, terdapat kesimpulan yaitu kita dapat melihat adanya arogansi pemerintah terhadap proyek pemindahan ibu kota. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari Sigmund Freud tentang ego dan super ego. Artinya pemerintah berusaha untuk meninggalkan legacy atau warisan dan bertujuan agar  namanya selalu diingat oleh publik. Namun adanya pandemi covid-19, pada akhirnya membatalkan arogansi pemerintah tersebut.