cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Jalan Pramuka No.27 Kemiling Bandar Lampung -Indonesia.
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : https://doi.org/10.33024/hjk.v18i10
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jurnal terbit setiap bulan dan artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, untuk abstrak artikel ditulis dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Articles 249 Documents
Pengaruh massage endorphin dan aroma terapi chamomile terhadap kecemasan ibu hamil trimester III Jenny Kartika; Nia Clarasari Mahalia Putri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.484

Abstract

Background: Anxiety in pregnant women is a psychological problem that continues when facing childbirth, causing difficulty and duration of labor and will be at risk of maternal death. In general, anxiety disorders are characterized by excessive fear and anxiety, as well as certain behavioral disorders. Endorphin massage is one way to reduce anxiety by eliminating fatigue in the body and creating a sense of comfort. Purpose: To determine the effect of endorphin massage and chamomile aromatherapy on anxiety levels in pregnant women in the third trimester. Method: Quantitative quasi-experimental research using purposive sampling technique. The independent variables consist of aromatherapy and endorphin massage, while the dependent variable is the level of anxiety of pregnant women. Data were analyzed using univariate and bivariate Chi Square tests. Results: Participants who were not given aromatherapy experienced anxiety as many as 23 participants (51.1%) and for participants who were given aromatherapy, most did not experience anxiety as many as 42 participants (82.4%). The results of statistical analysis with the chi square test obtained a value of ρ = ​​0.001 and an OR value of 4.879, meaning that 4.879 times more likely to experience anxiety disorders for those who were not given aromatherapy. The level of anxiety of pregnant women who were not given endorphin massage was also higher as many as 33 participants (73.3%), while pregnant women who were given endorphin massage did not experience anxiety as many as 46 participants (90.2%). The results of statistical analysis with the chi-square test showed a ρ value of 0.000, this indicates that there is a relationship between the level of anxiety of pregnant women and the provision of endorphin massage. Based on the OR value, pregnant women who are not given endorphin massage are 25.3 times more likely to experience anxiety disorders. Conclusion: The provision of aromatherapy and endorphin massage has an effect on reducing anxiety levels in pregnant women in the third trimester. Suggestion: It is expected that the provision of aromatherapy and endorphin massage can continue to be used as an alternative therapy to reduce anxiety levels in pregnant women. It is expected to provide information to pregnant women about aromatherapy and endorphin massage as non-pharmacological therapies in reducing anxiety levels in pregnant women, it is expected that further researchers can conduct research with other variables that have not been studied. Keywords: Anxiety; Aromatherapy; Endorphin Massage; Pregnant Women.   Pendahuluan: Kecemasan ibu hamil merupakan permasalahan psikologis yang berlanjut saat menghadapi persalinan, sehingGa menimbulkan kesulitan dan lamanya persalinan serta akan berisiko pada kematian ibu. Secara umum, gangguan kecemasan memiliki ciri-ciri ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, serta gangguan perilaku tertentu. Massage endorphin merupakan salah satu cara untuk menurunkan kecemasan dengan cara menghilangkan rasa lelah pada tubuh dan menciptakan rasa nyaman. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh massage endorphin dan aroma terapi chamomile terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III. Metode: Penelitian kuantitatif quasi experimental menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Variabel independen terdiri dari aroma terapi dan massage endorphin, sedangkan variabel dependen yaitu tingkat kecemasan ibu hamil. Data dianalisis menggunakan univariat dan bivariat uji Chi Square. Hasil: Partisipan yang tidak diberi aroma terapi mengalami kecemasan sebesar 23 partisipan (51.1%) dan bagi partisipan yang diberikan aroma terapi sebagian besar tidak mengalami kecemasan sebanyak 42 (82.4%). Hasil analisis statistik dengan uji chi-square ρ value = 0.001 dan nilai OR 4.879, artinya 4.879 kali lebih besar kemungkinan mengalami gangguan kecemasan bagi yang tidak diberikan aroma terapi. Tingkat kecemasan ibu hamil yang tidak diberi massage endorphin juga lebih tinggi sebanyak 33 partisipan (73.3%), sedangkan ibu hamil yang diberikan massage endorphin lebih banyak tidak mengalami kecemasan sebanyak 46 partisipan (90.2%). Hasil analisis statistik dengan uji chi-square menunjukkan ρ value sebesar 0.000, hal ini menunjukkan ada korelasi antara tingkat kecemasan ibu hamil dan pemberian massage endorphin. Menurut nilai OR yang ibu hamil yang tidak diberi massage endorphin 25.3 kali lebih besar kemungkinan mengalami gangguan kecemasan. Simpulan: Pemberian aroma terapi dan massage endorphin berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III. Saran: Diharapkan pemberian aroma terapi dan massage endorphin ini dapat terus dimanfaatkan sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu hamil tentang aroma terapi dan massage endorphin sebagai terapi non farmakologis dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan variabel lainnya yang belum diteliti.   Kata Kunci: Aroma Therapy; Ibu Hamil; Kecemasan; Massage Endorphin.
Peran kearifan lokal rumoh gizi gampong (RGG) sebagai pemenuhan gizi terhadap pencegahan stunting pada balita Dian Vita Sari; Fatmawati Fatmawati; Alwizar Alwizar
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.488

Abstract

Background: Stunting is one of the challenges and global nutritional problems currently being faced by people in the world. The problem of overcoming stunting must begin long before a child is born or since the first 1000 days of life and since teenage mothers in order to break the chain of stunting in life. Purpose: To determine the role of local wisdom of rumoh gizi gampong as an effort to fulfill nutritional needs to prevent stunting in toddlers. Method: Analytical with cross sectional approach. The population of the study were mothers who had toddlers with a sample size of 128 respondents, taken using total sampling technique. Data processing used univariate and bivariate analysis with Chi Square test. Results: Respondents who have good knowledge and participate in rumoh gizi gampong activities in the good category are 66 (89.2%), from the chi square test the p value is 0.001. Respondents who have a positive attitude and participate in rumoh gizi gampong activities well are 45 (60.8%), from the chi square test the p value is 0.002. Conclusion: There is an influence of knowledge and attitudes with rumoh gizi gampong activities as an effort to fulfill nutrition to prevent stunting in toddlers with a p value <0.05. Suggestion: It is hoped that the formation of rumoh gizi gampong can be a place to conduct socialization and nutrition services as well as providing additional food to communities affected by nutritional problems, and can help accelerate the reduction in stunting cases.   Keywords: Nutrition; Rumoh Gizi Gampong (RGG); Stunting; Toddlers.   Pendahuluan: Stunting merupakan salah satu tantangan dan masalah gizi secara global yang sedang dihadapi oleh masyarakat di dunia. Permasalahan penanggulangan stunting harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan atau sejak periode 1000 HPK dan dari sejak ibu remaja untuk dapat memutus rantai stunting dalam kehidupan. Tujuan: Untuk mengetahui peran kearifan lokal rumoh gizi gampong (RGG) sebagai pemenuhan gizi terhadap pencegahan stunting pada balita. Metode: Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki balita dengan jumlah sampel sebanyak 128 responden, diambil menggunakan teknik total sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat uji Chi Square. Hasil: Responden dengan pengetahuan baik dan mengikuti kegiatan RGG kategori baik sebanyak 66 (89.2%), dari uji chi-square diketahui p-value 0.001. Responden dengan sikap positif dan mengikuti kegiatan RGG dengan baik sebanyak 45 (60.8%), uji chi-square diketahui p-value 0.002. Simpulan: Ada pengaruh pengetahuan dan sikap dengan kegiatan RGG sebagai upaya pemenuhan gizi terhadap pencegahan stunting pada balita dengan hasil p-value < 0.05. Saran: Diharapkan pembentukan RGG dapat menjadi tempat dalam melakukan sosialisasi dan pelayanan gizi sekaligus pemberian makanan tambahan (PMT) kepada masyarakat yang terdampak dengan masalah-masalah gizi, dan dapat membantu mempercepat penurunan kasus stunting.   Kata Kunci: Balita; Gizi; Rumoh Gizi Gampong (RGG); Stunting.
Inisiasi pengelolaan alarm fatigue perawat melalui panduan manajemen alarm di ruang intensif Widyaningsih, Neni; Handiyani, Hanny; Pujasari, Hening; Masfuri, Masfuri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.507

Abstract

Background: Alarm fatigue in nurses working in intensive care units is still a critical issue and priority in patient safety. Alarm fatigue is a condition when someone becomes insensitive to safety warnings due to receiving too many alarms. Alarm fatigue can be prevented by implementing effective alarm management. On the other hand, the current implementation of alarm management is still not optimal. Head nurses play an important role in efforts to prevent alarm fatigue incidents and oversee the implementation of alarm management and need direction in its implementation in intensive care units. Purpose: To initiate alarm fatigue management for nurses through alarm management guidelines in intensive care units. Method: A case report study according to Kotter's planned change stages was conducted at the University of Indonesia Teaching Hospital on April 22 - May 24, 2024. The research process included assessment, data analysis, action plan (PoA), implementation, and evaluation. Data collection was carried out through interviews, observations, and filling out questionnaires. Results: The priority problems obtained were the suboptimal planning function related to alarm fatigue management through alarm management and implementation through Kotter's theory which had only been carried out until the third stage. Conclusion: Planned changes can be made in the implementation of implementation in solving problems. The problem found was the suboptimal function of the head of the room in alarm management in the intensive care unit. The alarm management guide that has been created is expected to prevent the occurrence of fatigue alarms in nurses and provide quality services. Suggestion: The draft guide for managing nurse fatigue alarms through alarm management can be approved by the president director and applied in services in the hospital's intensive care unit. In addition, the hospital can organize training and education for nursing staff to improve understanding of fatigue alarms, effective alarm management, and conduct periodic evaluations.   Keywords: Alarm Management; Fatigue Alarm; Intensive Care Unit; Nurses.   Pendahuluan: Alarm fatigue pada perawat yang bekerja pada ruang intensif masih menjadi masalah yang kritis dan prioritas dalam keselamatan pasien. Alarm fatigue adalah kondisi ketika seseorang menjadi tidak peka terhadap peringatan keselamatan akibat menerima terlalu banyak alarm. Alarm fatigue dapat dicegah dengan menerapkan manajemen alarm yang efektif. Di sisi lain, penerapan manajemen alarm saat ini masih belum optimal. Head nurse memainkan peran penting dalam upaya mencegah kejadian alarm fatigue dan mengawasi pelaksanaan manajemen alarm dan membutuhkan panduan dalam pelaksanaannya di ruang intensif. Tujuan: Untuk menginisiasi pengelolaan alarm fatigue perawat melalui panduan manajemen alarm di ruang intensif. Metode: Penelitian case report sesuai tahapan perubahan terencana Kotter’s, dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan, Universitas Indonesia pada tanggal 22 April – 24 Mei 2024. Proses penelitian meliputi pengkajian, analisis data, rencana tindakan/plan of action (PoA), implementasi, dan evaluasi. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan pengisian kuesioner. Hasil: Prioritas masalah yang didapat yaitu fungsi perencanaan belum optimal terkait dengan pengelolaan alarm fatigue melalui manajemen alarm dan implementasi melalui teori Kotters, dilakukan baru sampai pada tahap yang ketiga. Simpulan: Perubahan terencana dapat dilakukan dalam pelaksanaan implementasi dalam menyelesaikan masalah. Permasalahan yang ditemukan yakni belum optimalnya fungsi perencanaan kepala ruangan dalam manajemen alarm di ruang intensif. Panduan manajemen alarm yang telah dibuat diharapkan dapat mencegah terjadinya alarm fatigue pada perawat dan memberikan pelayanan yang berkualitas. Saran: Draft pengelolaan alarm fatigue perawat melalui manajemen alarm dapat disahkan oleh direktur utama dan diterapkan dalam pelayanan di ruang intensif rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit dapat menyelenggarakan pelatihan dan edukasi bagi staf perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang alarm fatigue, manajemen alarm yang efektif, dan melakukan evaluasi secara berkala.   Kata Kunci: Alarm Fatigue; Manajemen Alarm; Perawat; Ruang Intensif.
Kesiapsiagaan puskesmas dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan: A systematic review Susanti, Epi; Yetti, Krisna; Pujasari, Hening; Gayatri, Dewi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.509

Abstract

Background: Climate change has the potential to significantly impact public health. Primary health facilities must be prepared to provide effective health services to address the health impacts of climate change. Purpose: To determine the preparedness of community health centers in facing climate change that has an impact on health. Method: The approach used is Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analyses (PRISMA). The search format using Patient, Intervention, Comparison, Outcome (PICO) was formulated to facilitate the process of searching literature from databases. The databases used are ScienceDirect, Sage Journal and Scopus from 2020-2024. Researchers use the Mendeley application to detect duplication. Results: The final search results obtained 10 articles, from these articles were obtained preparedness efforts that can be carried out by health centers through routine training, building knowledge, attitudes, and practices of health workers, and building positive perceptions about preparedness. Health centers can respond to the impacts of climate change more effectively with the support of a structured framework. Conclusion: Increasingly extreme climate change has a significant impact on public health, thus requiring better preparedness from health facilities such as community health centers.   Keywords: Climate Change; Health Centers; Preparedness.   Pendahuluan: Perubahan iklim berpotensi m.emberi dampak besar bagi kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan primer dituntut memiliki kesiapsiagaan untuk memberi pelayanan kesehatan yang efektif dalam merespon dampak kesehatan akibat perubahan iklim. Tujuan: Untuk mengetahui kesiapsiagaan puskesmas dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan. Metode: Pendekatan yang digunakan adalah Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analyses (PRISMA). Format pencarian dengan menggunakan Patient, Intervention, Comparison, Outcome (PICO) dirumuskan untuk memudahkan dalam proses pencarian literatur dari database. Database yang digunakan adalah ScienceDirect, Sage Journal dan Scopus dari tahun 2020-2024.  Peneliti menggunakan aplikasi Mendeley untuk mendeteksi Duplikasi. Hasil: Hasil akhir pencarian didapatkan 10 artikel, dari artikel tersebut didapatkan upaya kesiapsiagaan yang dapat dilakukan oleh puskesmas melalui pelatihan rutin, membangun pengetahuan, sikap, dan praktik tenaga kesehatan, serta membangun persepsi positif tentang kesiapsiagaan. Puskesmas dapat merespons dampak perubahan iklim secara lebih efektif dengan dukungan kerangka kerja yang terstruktur. Simpulan: Perubahan iklim yang semakin ekstrem menimbulkan dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, sehingga menuntut kesiapsiagaan yang lebih baik dari fasilitas kesehatan seperti puskesmas.   Kata Kunci: Kesiapsiagaan; Perubahan Iklim; Puskesmas.
Efektifitas virtual reality untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi jantung: A systematic review Nugroho, Joko; Nurachmah, Elly; Edison, Chiyar; Maria, Riri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.510

Abstract

Background: One of the psychological aspects caused by surgery is anxiety. This is very important because it is related to the success of the surgery. So it is necessary to have non-pharmacological interventions that can be applied to reduce the level of patient anxiety using virtual reality. Purpose: To provide an overview of the effectiveness of virtual reality interventions in reducing anxiety levels in heart surgery patients. Method: The research design is a systematic review. Researchers used PICO and searched for articles related to virtual reality interventions in heart surgery patients. The databases used were Taylor & Francis, Springer Link, Science Direct, Scopus and Sage Journal. Researchers used the JBI tool to evaluate the articles. Results: Of the eight articles, seven articles discussed the effectiveness of virtual reality in patients undergoing heart surgery and one article compared virtual reality with other therapies. Conclusion: Virtual reality intervention is quite effective in reducing the anxiety levels of patients undergoing heart surgery and after the procedure.   Keywords: Anxiety; Heart; Surgery; Virtual Reality.   Pendahuluan: Salah satu aspek psikologis yang ditimbulkan dari tindakan pembedahan adalah kecemasan. Hal ini sangat penting karena berhubungan dengan keberhasilan dari tindakan operasi, sehingga perlu intervensi non farmakologis yang dapat diterapkan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dengan menggunakan virtual reality. Tujuan: Untuk memberikan gambaran efektifitas intervensi virtual reality dalam mengurangi kecemasan pada pasien operasi jantung. Metode: Penelitian systematic review menggunakan PICO dan tools JBI untuk mengevaluasi artikel. Pencarian literature berasal dari database Taylor & Francis, Springer Link, Science Direct, Scopus dan Sage Journal. Hasil: Berdasarkan 8 artikel yang didapat, sebanyak 7 artikel membahas efektivitas virtual reality pada pasien yang akan dilakukan operasi jantung dan 1 artikel membandingkan virtual reality dengan terapi yang lain. Simpulan: Intervensi virtual reality cukup efektif untuk mengurangi tingkat cemas pasien yang akan dilakukan operasi jantung dan pasca tindakan.   Kata Kunci: Jantung; Kecemasan; Operasi; Virtual Reality.
Pengaruh cold application terhadap nyeri pada anak yang dilakukan tindakan invasif: Tinjauan sistematik Rahayu, Bhekti Yuniarti; Rekawati, Etty; Wanda, Dessie; Lestari, Ayu Widya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.511

Abstract

Background: Hospitals are often scary places for children. Especially when undergoing invasive medical procedures such as blood draws and injections. Children feel greater pain and anxiety than adults, causing fussiness and psychological trauma. The role of nurses is very important in creating a safe and comfortable environment. They must apply pain management techniques that include pharmacological approaches such as the use of analgesics, and non-pharmacological methods such as distraction and relaxation techniques. One non-pharmacological method is the use of ice packs. This technique is thought to reduce pain with a cold sensation. Cold applications using ice packs can be considered because they are more affordable and easy to access. Purpose: To analyze the results of research related to the effect of cold application on pain in children undergoing invasive procedures. Method: The systematic review study used the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) scheme guidelines. The search for articles was conducted by searching the literature through online databases, namely PubMed, ScienceDirect, ProQuest, Scopus, and ClinicalKey for Nursing. Results: The application of the ice pack application to reduce the pain experienced by children when undergoing invasive procedures has proven to be effective. However, further research with a broader scope and stronger research design is needed to generalize these findings to a wider population with various types of invasive procedures. Conclusion: Ice packs are effective in reducing pain in children undergoing invasive procedures. The mechanism of action is by slowing the transmission of pain signals to the brain. Ice packs are easy to use, inexpensive, readily available, and environmentally friendly.   Keywords: Children; Ice Pack; Invasive Procedures; Pain.   Pendahuluan: Rumah sakit sering menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak, terutama saat menjalani tindakan medis invasif seperti pengambilan darah dan suntikan. Anak-anak merasakan rasa sakit dan kecemasan yang lebih besar dibandingkan orang dewasa, sehingga menyebabkan rewel dan trauma psikologis. Peran perawat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Mereka harus menerapkan teknik manajemen nyeri yang mencakup pendekatan farmakologis penggunaan analgesik dan nonfarmakologis, seperti teknik distraksi dan relaksasi. Salah satu metode nonfarmakologis adalah penggunaan ice pack yang dapat mengurangi rasa sakit dengan sensasi dingin. Tujuan: Untuk menganalisis hasil-hasil penelitian terkait pengaruh cold application terhadap nyeri pada anak yang dilakukan tindakan invasif. Metode: Penelitian systematic review menggunakan panduan skema Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA). Pencarian artikel dilakukan dengan penelusuran literatur melalui database online yaitu PubMed, ScienceDirect, ProQuest, Scopus, dan ClinicalKey for Nursing. Hasil: Penerapan aplikasi ice pack dalam mengurangi nyeri yang dialami anak-anak saat menjalani tindakan invasif terbukti efektif. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas dan desain penelitian yang lebih kuat untuk menggeneralisasi temuan ini pada populasi yang lebih luas dengan berbagai jenis prosedur invasif. Simpulan: Aplikasi ice pack efektif dalam mengurangi nyeri pada anak saat menjalani tindakan invasif. Mekanisme kerjanya dengan memperlambat transmisi sinyal nyeri ke otak. Aplikasi ice pack mudah dalam penggunaannya, murah, mudah didapat, dan ramah lingkungan.   Kata Kunci: Anak-anak; Ice Pack; Nyeri; Tindakan Invasif.
Konseling kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis resisten obat: A systematic review Ramlah, Ramlah; Kurniati, Amelia; Faradita, Denissa; Waluyo, Agung
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.512

Abstract

Background: One of the challenges of the Drug-Resistant Tuberculosis (DRTB) control program in Indonesia is the significantly increasing incidence of treatment discontinuation. One of the factors that influences the low level of treatment compliance in patients with DRTB is mental health. Health counseling is a psychological intervention that can overcome mental health problems and help improve treatment compliance in patients with DRTB. Purpose: To provide an overview of whether health counseling interventions are effective in improving treatment compliance in patients with DRTB. Method: A systematic review was conducted through a search strategy on 4 databases, namely PubMed, ProQuest, Cochrane, ScienceDirect with a total of 4,832 articles obtained. The articles were then filtered based on inclusion and exclusion criteria until 6 articles remained. A total of 6 articles that met the criteria were then subjected to critical appraisal with the JBI Critical Appraisal Checklist guidelines. Results: In general, this systematic review shows that health counseling interventions can effectively improve treatment compliance in patients with DRTB. Conclusion: This review identified that counseling combined with education has been shown to be effective in improving medication adherence in pulmonary TB patients. However, there are still few studies that use counseling as an intervention to improve medication adherence specifically for pulmonary TB patients. Suggestion: Further research is needed on providing counseling specifically for TB-RO patients as an effort to improve treatment compliance. In addition, further research is needed on counseling interventions with a cultural approach which is expected to vary in each country and will affect the success of the intervention.   Keywords: Compliance; Drug Resistance; Health Counseling; Treatment; Tuberculosis.   Pendahuluan: Salah satu tantangan program pengendalian Tuberculosis Resisten Obat (TB-RO) di Indonesia adalah angka kejadian putus berobat yang meningkat secara signifikan. Adapun salah satu faktor yang memengaruhi  tingkat kepatuhan pengobatan yang rendah pada pasien TB-RO yaitu kesehatan mental. Konseling kesehatan merupakan intervensi psikologis yang dapat mengatasi masalah kesehatan mental serta membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien TB-RO. Tujuan: Untuk memberikan gambaran apakah intervensi konseling kesehatan efektif dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien TB-RO. Metode: Systematic review yang dilakukan melalui strategi pencarian pada 4 database yaitu PubMed, ProQuest, Cochrane, ScienceDirect dengan total artikel yang didapatkan sebanyak 4.832 artikel. Artikel-artikel tersebut kemudian disaring berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi hingga menyisakan 6 artikel. Sebanyak 6 artikel yang memenuhi kriteria kemudian dilakukan critical appraisal dengan pedoman JBI Critical Appraisal Checklist. Hasil: Secara umum telaah systematic review ini menunjukkan bahwa intervensi konseling kesehatan efektif dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien TB-RO. Simpulan: Tinjauan ini mengidentifikasi bahwa pemberian konseling ditambah dengan pemberian edukasi terbukti efektif untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien TB Paru. Namun masih tidak banyak penelitian yang menggunakan konseling sebagai salah satu intervensi untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan, khusus dilakukan pada pasien TB-RO. Saran: Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait pemberian konseling secara khusus pada pasien TB-RO sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan. Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang intervensi konseling dengan pendekatan budaya yang diperkirakan akan bervariasi pada setiap negara dan akan memengaruhi  keberhasilan intervensi tersebut.   Kata Kunci: Kepatuhan; Konseling Kesehatan; Pengobatan; Resisten Obat; Tuberkulosis.
Hubungan antara intensitas penggunaan gadget dengan pola tidur pada remaja Zakarisma, Afiffah Arundina; Muhlisin, Abi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.515

Abstract

Background: The use of gadgets has now become a daily necessity for everyone, especially teenagers. In this modern era, the use of gadgets can help all activities in life. The lack of ability and control of each individual in minimizing the use of gadgets can have a negative impact on each individual's sleep patterns. Purpose: To determine the relationship between the intensity of gadget use and sleep patterns in teenagers. Method: Quantitative research type descriptive correlative using cross sectional design. This research was conducted in August-September 2024, at the first Vocational High School of Juwiring Klaten, Mrisen village, Juwiring district, Klaten. The sampling technique used was the probability sampling method with proportional stratified random sampling technique, namely 90 respondents. The inclusion criteria for the selected samples were grade XI students, willing to participate in the research, and having gadgets. The independent variable in this study is the intensity of gadget use, while the dependent variable is sleep patterns. Results: Respondents with moderate and high intensity of gadget use caused poor sleep patterns, namely 46 respondents (54.8%) moderate intensity and 38 respondents (45.2%) high intensity with a p-value of 0.030. Conclusion: There is a relationship between the intensity of gadget use and sleep patterns in teenagers. The higher the intensity of gadget use, the worse the teenager's sleep patterns. Suggestion: It is hoped that schools and parents can be firm in controlling and regulating their teenagers. In order to minimize excessive use of gadgets, so as not to trigger poor sleep patterns.   Keywords: Gadget; Intensity; Sleep Pattern; Teenagers.   Pendahuluan: Penggunaan gadget kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi setiap kalangan, khususnya kalangan remaja. Pada era modern ini, penggunaan gadget dapat membantu segala aktivitas pada kehidupan. Kurangnya kemampuan dan kontrol setiap individu dalam meminimalisir penggunaan gadget dapat mengakibatkan dampak buruk pada pola tidur setiap individu. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan gadget dengan pola tidur pada remaja Metode: Penelitian kuantitatif jenis deskriptif korelatif menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2024, di SMK 1 Juwiring Klaten, Dusun Mrisen, Kecamatan Juwiring, Klaten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan teknik proportional stratified random sampling, didapatkan sampel sebanyak 90 responden. Kriteria inklusi sampel yang dipilih yaitu siswa-siswi kelas XI, bersedia mengikuti penelitian, dan memiliki gadget. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas penggunaan gadget, sedangkan variabel terikat adalah pola tidur. Hasil: Responden dengan intensitas penggunaan gadget sedang dan tinggi menyebabkan pola tidur yang buruk, yakni sebanyak 46 responden (54.8%) intensitas sedang dan 38 responden (45.2%) intensitas tinggi dengan perolehan p-value 0.030. Simpulan: Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan gadget dengan pola tidur pada remaja. Semakin tinggi intensitas penggunaan gadget, maka semakin buruk pola tidur remaja. Saran: Diharapkan kepada sekolah dan orang tua untuk bisa tegas dalam mengontrol dan mengatur anak remaja mereka. Agar dapat meminimalisir penggunaan gadget yang berlebihan, sehingga tidak memicu pola tidur yang buruk.   Kata Kunci: Gadget; Intensitas; Pola Tidur; Remaja.
Gambaran kualitas hidup lansia anggota prolanis di wilayah kerja Puskesmas Grogol Agustia Cahyani; Kartinah Kartinah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.526

Abstract

Background: According to World Health Organization (WHO) data in 2017, Southeast Asia contributed 9.8% of the elderly population worldwide, this could increase to 13.7% and 20.3% in 2030 and 2050. In Sukoharjo district, the elderly population is estimated to increase in 2021 by 21.50% and to 22.16% in 2022. The data obtained showed that hypertension was 269.296 elderly and the largest number was in the Grogol Health Center work area with 35.067 people with hypertension and 2.356 elderly with diabetes mellitus. Chronic diseases are very susceptible to being suffered by the elderly which makes quality of life very important for the safety and comfort of the elderly. Purpose: To find out the picture of the quality of life of elderly members of the chronic disease management program in the Grogol Health Center work area. Method: Descriptive analytical approach research with a cross-sectional design, conducted in September 2024 during the chronic disease control program at the Grogol Sukoharjo Health Center. The population used were adults who were classified as elderly, the sampling technique used non-probability and purposive sampling, a sample of 81 respondents was obtained. Data collection used primary and secondary data, consisting of 4 factors, namely physical, psychological, social, and environmental factors. Results: Shows that the subjective quality of life of respondents and general health are mostly in the good category as many as 50 (61.7%). In addition, environmental health factors are also good as many as 51 (63.0%). Several variables that fall into the moderate category are general quality of life as many as 42 (51.9%), physical health factors as many as 50 (61.7%), psychological health factors as many as 38 (46.9%), and social relationship factors as many as 39 (48.2%). Conclusion: The quality of life of the elderly in general is influenced by the level of education, income, and the absence of complications of the disease suffered. Factors that greatly support the quality of life of the elderly are subjective quality of life and general health.   Keywords: Chronic Diseases; Diabetes Mellitus; Elderly; Hypertension; Quality of Life.   Pendahuluan: Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, Asia Tenggara menyumbang 9.8% populasi lansia dari seluruh dunia. Hal ini dapat meningkat hingga 13.7% dan 20.3% pada tahun 2030 dan 2050. Di kabupaten Sukoharjo, populasi lansia diperkirakan meningkat pada tahun 2021 sebesar 21.50% dan menjadi 22.16% pada tahun 2022. Data didapatkan bahwa penyakit hipertensi sebanyak 269.296 orang lansia dan yang paling banyak ada di wilayah kerja Puskesmas Grogol dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 35.067 dan penderita diabetes mellitus sebanyak 2.356. Penyakit kronis sangat rentan terhadap lansia yang mengakibatkan kualitas hidup sangat penting terhadap rasa aman dan kenyamanan lansia. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup lansia anggota prolanis di wilayah kerja Puskesmas Grogol. Metode: Penelitian menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan desain cross-sectional, dilakukan pada bulan September 2024 selama kegiatan program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di Puskesmas Grogol, Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang tergolong lanjut usia dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling non-probability dan purposive, selanjutnya didapatkan sampel sebanyak 81 responden. Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder, terdiri dari 4 faktor yaitu faktor fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Hasil: Menunjukkan bahwa kualitas hidup responden secara subjektif dan kesehatan umum sebagian besar masuk dalam kategori baik sebanyak 50 (61.7%). Selain itu, faktor kesehatan lingkungan juga baik sebanyak 51 (63.0%). Beberapa variabel yang masuk ke dalam kategori sedang yaitu kualitas hidup secara umum sebanyak 42 (51.9%), faktor kesehatan fisik sebanyak 50 (61.7%), faktor kesehatan psikologis sebanyak 38 (46.9%), dan faktor hubungan sosial sebanyak 39 (48.2%). Simpulan: Kualitas hidup lansia secara umum dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan tidak adanya komplikasi penyakit yang diderita. Faktor yang sangat menunjang pada kualitas hidup lansia adalah kualitas hidup subjektif dan kesehatan umumnya.   Kata Kunci: Diabetes Mellitus; Hipertensi; Kualitas Hidup; Lanjut Usia; Penyakit Kronis.
Tingkat kecemasan terhadap kualitas hidup pada penderita hipertensi usia produktif Kunoviana, Rizkiyah Diyan; Maliya, Arina
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.532

Abstract

Background: Hypertension is one of the most common non-communicable cardiovascular diseases, especially high blood pressure with systolic pressure ≥140 mmHg and diastolic >90 mmHg. This disease is a global problem and is a major cause of death worldwide. One of the factors causing hypertension is anxiety, such as worry, anxiety, and fear accompanied by physical complaints and health problems. Purpose: To determine the relationship between the level of hypertension anxiety and the quality of life of productive age patients. Method: Quantitative descriptive research involving two variables, namely anxiety level as the independent variable and quality of life as the dependent variable. The study population used were productive age hypertension sufferers in the Gatak Sukoharjo health center area and was carried out on September 5-24, 2024. Sampling using purposive sampling technique and obtained 84 respondents. Results: Most respondents were aged 56-64 years as many as 33 respondents (39.3%), the majority were female 78 (92.9%) and were married as many as 83 respondents (98.8%). The most recent education was only up to Elementary School as many as 34 respondents (40.5%), as a housewife as many as 65 respondents (77.4%). The majority experienced severe anxiety as many as 37 respondents (44.7%) and poor quality of life as many as 49 respondents (58.8%) with a p-value of 0.001 with a correlation coefficient of 0.765. Conclusion: There is a significant relationship between anxiety levels and quality of life in productive age hypertensive patients. Most respondents experienced severe anxiety followed by low quality of life. Suggestion: Hypertensive patients can improve their healthy lifestyle, check their health regularly, especially the physical health dimension, not feel hopeless in living their lives, get closer to God, and communicate with family and neighbors.   Keywords: Anxiety; Hypertension; Productive Age; Quality of Life.   Pendahuluan: Hipertensi merupakan satu dari penyakit kardiovaskular tidak menular yang paling umum, khususnya tekanan darah tinggi dengan sistolik ≥140 mmHg dan diastolic >90 mmHg. Penyakit ini menjadi masalah global dan sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi adalah kecemasan, seperti khawatir, gelisah, dan takut yang disertai keluhan fisik dan gangguan kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan kualitas hidup pasien hipertensi usia produktif. Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif yang melibatkan dua variabel yaitu tingkat kecemasan sebagai variabel independen dan kualitas hidup sebagai variabel dependen. Populasi penelitian yang digunakan adalah penderita hipertensi usia produktif di wilayah puskesmas Gatak Sukoharjo dan dilaksanakan pada tanggal 5-24 September 2024. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan sebanyak 84 responden. Hasil: Sebagian besar responden berusia 56-64 tahun sebanyak 33 responden (39.3%), mayoritas perempuan 78 (92.9%) dan berstatus menikah sebanyak 83 responden (98.8%). Pendidikan terakhir paling banyak hanya sampai Sekolah Dasar sebanyak 34 responden (40.5%), sebagai ibu rumah tangga sebanyak 65 responden (77.4%). Mayoritas memiliki kecemasan berat sebanyak 37 responden (44.7%) dan kualitas hidup buruk sebanyak 49 responden (58.8%) dengan p-value 0.001 dengan correlation coefficient 0.765. Simpulan: Adanya hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada penderita hipertensi pada usia produktif. Mayoritas responden mengalami kecemasan kategori berat yang diikuti dengan rendahnya kualitas hidupnya. Saran: Penderita hipertensi dapat meningkatkan pola hidup sehat, memeriksa kesehatan secara rutin terutama dimensi kesehatan fisik, tidak merasakan putus asa untuk hidup, lebih mendekatkan diri pada Tuhan, serta melakukan komunikasi dengan keluarga dan tetangga.   Kata Kunci: Hipertensi; Kualitas Hidup; Kecemasan; Usia Produktif.

Page 1 of 25 | Total Record : 249