cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Jalan Pramuka No.27 Kemiling Bandar Lampung -Indonesia.
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : https://doi.org/10.33024/hjk.v18i10
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jurnal terbit setiap bulan dan artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, untuk abstrak artikel ditulis dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Articles 249 Documents
Edukasi Berbasis Teori Health Belief Model Terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Risiko Komplikasi Hipertensi Yusuf, Nadya Putri Berliana Fatati; Maliya, Arina
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.496

Abstract

Background : Hypertension is a non-communicable disease that plays a major role as a primary factor in various chronic diseases such as cardio-metabolic and neurodegenerative conditions, which can adversely affect quality of life and life expectancy. The prevalence of hypertension continues to rise both globally and in Indonesia, including in the working area of the Gatak Health Center, which is influenced by low knowledge about the prevention of hypertension complication risks Purpose : To assess the impact of education based on the health belief model on participants' knowledge regarding hypertension complication risks in the Gatak Health Center area. Method : This quasi-experimental study employed a pretest-posttest design with a control group, conducted in the Gatak Health Center area. A total of 84 individuals were divided into intervention and control groups. The assessment instrument was a questionnaire using the Guttman scale, and data analysis was performed using the paired sample t-test. Results : Most participants were female (59.5%), aged 56-65 years (34.5%), had elementary education (45.2%), were housewives (28.6%), and had hypertension for 0-1 year (44%). After the education intervention, knowledge in the intervention group significantly increased compared to the control group (P-Value 0.001 vs. 0.529). Conclusion :. Health education based on the health belief model effectively strengthens understanding of hypertension complication prevention. Keywords : Education, hypertension, knowledge, health belief model, complications Pendahuluan : Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang berperan sebagai faktor utama berbagai penyakit kronis seperti kardio – metabolic dan neurodegenerative, yang dapat berdampak buruk pada kualitas hidup dan harapan hidup. Prevalensi hipertensi terus meningkat secara global maupun di Indonesia, termasuk di wilayah kerja Puskesmas Gatak, yang dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan tentang pencegahan komplikasi. Tujuan : Mengukur efek dari edukasi yang berlandaskan teori health belief model terhadap peningkatan pemahaman masyarakat tentang risiko komplikasi hipertensi di wilayah pelayanan Puskesmas Gatak Metode : Penelitian ini merupakan studi quasi-eksperimental dengan desain pretest-posttest dan melibatkan kelompok kontrol. Pelaksanaannya dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gatak. Sebanyak 84 partisipan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Guttman sebagai instrumen penilaian. Untuk menganalisis data, digunakan uji paired sample t-tes. Hasil : Sebagian besar partisipan adalah perempuan (59,5%) dengan usia 56-65 tahun (34,5%), pendidikan SD (45,2%), dan IRT (28,6%) dan menderita hipertensi 0-1 tahun (44%). Setelah diberikan edukasi, pengetahuan kelompok intervensi meningkat lebih signifikan dibandingkan kelompok kontrol ( P-Value 0,001 dengan 0,529) Simpulan : Model health belief yang digunakan sebagai dasar edukasi kesehatan terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman mengenai langkah-langkah pencegahan risiko komplikasi akibat hipertensi. Kata kunci : Edukasi, hipertensi, pengetahuan, health belief model, komplikasi
Manajemen diri dan implikasinya terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus Bakhtiar, Alif; Kartinah, Kartinah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.590

Abstract

Background: Diabetes is one of the diseases that has received a lot of attention because it is included in chronic diseases. If not controlled, it can cause serious complications. Hyperglycemia is defined as a disorder in the metabolic system characterized by high blood glucose levels. Self-management behavior is one of the mainstays of diabetes management, so all sufferers of this disease must try to maintain blood sugar monitoring as part of a self-management behavior strategy. Purpose: To determine self-management and its implications for the quality of life of people with diabetes mellitus. Method: Quantitative research with descriptive methods, samples taken were 75 respondents and selected through purposive sampling techniques. The instrument used was the Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ) questionnaire consisting of 16 questions. Data analysis only used univariate analysis. Results: Respondent data with poor self-management were mostly in the age range of 60-69 years (18 respondents (64.3%), female gender 19 respondents (67.9%), average elementary school education 17 respondents (60.7%), working as self-employed 11 respondents (39.3%). Respondents who consumed the most DM medication had poor self-management as many as 26 respondents (92.9%), respondents who did not routinely take medication had poor self-management as many as 19 respondents (67.9%), and those who had suffered from DM >5 years were also poor in managing themselves as many as 27 respondents (96.4%). Conclusion: Poor self-management mostly occurred in respondents aged 0-69 years, female gender, low education, private sector workers, did not routinely take medication, and had suffered from DM for quite a long time.   Keywords: Diabetes Mellitus (DM); Quality of Life; Self-Management   Pendahuluan: Penyakit diabetes merupakan salah satu dari banyaknya penyakit yang mendapat banyak perhatian karena termasuk dalam penyakit kronis. Apabila tidak dikendalikan, dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Hiperglikemia diartikan sebagai gangguan pada sistem metabolisme yang ditandai dengan nilai glukosa dalam darah tinggi. Perilaku self-management merupakan salah satu andalan pengelolaan diabetes, sehingga semua penderita penyakit ini harus berusaha menjaga pemantauan gula darah sebagai bagian dari strategi perilaku pengelolaan diri. Tujuan: Untuk mengetahui manajemen diri dan implikasinya terhadap kualitas hidup penderita diabetes melitus. Metode. Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, sampel yang diambil sebanyak 75 responden dan dipilih melalui teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ) terdiri dari 16 pertanyaan. Analisis data hanya menggunakan analisis univariate. Hasil: Data responden yang memiliki self-management buruk mayoritas pada rentang usia 60-69 tahun sebanyak (18 responden (64.3%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden (67.9%), rata-rata pendidikan SD sebanyak 17 responden (60.7%), bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 11 responden (39.3%). Paling banyak responden mengkonsumsi obat DM memiliki self-management buruk sebanyak 26 responden (92.9%), responden yang tidak rutin mengkonsumsi obat memiliki self-management buruk sebanyak 19 (67.9%), dan lama menderita DM >5 tahun juga buruk dalam memanajemen dirinya sebanyak 27 responden (96.4%). Simpulan: Self-management yang buruk mayoritas terjadi pada responden yang berusia 0-69 tahun, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan rendah, bekerja sebagai swasta, tidak rutin mengonsumsi obat, dan menderita DM cukup lama.   Kata Kunci: Diabetes Mellitus (DM); Kualitas Hidup; Manajemen Diri.
Hubungan keyakinan diri (self efficacy), stres kerja, dukungan keluarga, dan penempatan ruangan kerja dengan ketahanan mental (hardiness) Syafni, Syafni; Bayhakki , Bayhakki; Lestari, Widia; Wahyuni, Sri; Amir, Yufitriana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.594

Abstract

Background: Hardiness is an individual's ability to manage, overcome, reduce and survive stress or unpleasant conditions in life. Purpose: To determine the relationship between self-confidence, work stress, family support and workspace placement and hardiness (mental resilience) among nurses Method: Correlational quantitative research with total sampling technique, the number of nurse samples eligible for analysis was 676 respondents. The statistical analysis test used was bivariate analysis of chi-square test and multiple linear regression analysis. Results: There were 570 nurses (84.3%) in the moderate self-efficacy category, 472 (69.8%) nurses' hardiness was in the high category, 595 nurses' work stress (88.1%) was in the mild category, judging from the amount of family support 555 (82.1%) were in the high category and based on the highest work room placement in the inpatient room, 244 (36%) nurses. The results of the multiple linear regression test showed that the coefficient of determination R square was 0.159 or using independent variables was able to explain the hardiness of 15.9% of the model. The results of the work stress regression analysis output with a significant value of p<0.001, standardized coefficients Beta (b) 0.126 and family support results are significant p<0.001 with standardized coefficients Beta (b) 0.352. Conclusion: Work stress and family support influence nurses' hardiness and the most dominant variable influencing nurses' mental resilience (hardiness) is family support   Keywords: Family Support; Hardiness; Nurses; Self-Efficacy; Work Stress; Workspace Placement.   Pendahuluan: Hardiness adalah kemampuan individu dalam mengelola, mengatasi, mengurangi, dan bertahan dari stres atau kondisi yang tidak menyenangkan dalam hidup. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan keyakinan diri (self efficacy), stres kerja, dukungan keluarga, dan penempatan ruangan kerja dengan hardiness (ketahanan mental) perawat. Metode: Penelitian kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan sampel total sampling, jumlah sampel perawat dengan respon rate layak dianalisa 676 responden. Uji analisis statistik yang digunakan adalah analisis bivariat uji chi-square dan analisis regresi linear berganda. Hasil: Terdapat 570 perawat (84.3%) berada pada kategori self efficacy sedang, hardiness perawat berada pada kategori tinggi 472 (69.8%), stres kerja perawat 595 (88.1%) berada kategori ringan, dilihat dari besarnya dukungan keluarga 555 (82.1%) berada pada kategori tinggi, dan penempatan ruangan kerja tertinggi pada ruangan rawat inap  244 (36%) perawat. Hasil uji regresi linear berganda didapatkan nilai koefisien determinasi R square adalah 0.159 atau menggunakan variabel independen mampu menjelaskan hardiness sebanyak 15.9% dari model. Output analisis regresi stres kerja dengan nilai signifikan p<0.001, standardized coefficients Beta (b) 0.126 dan dukungan keluarga hasil signifikan p<0.001 dengan standardized coefficients Beta (b) 0.352. Simpulan: Stres kerja dan dukungan keluarga memengaruhi hardiness perawat dan variabel yang paling dominan memengaruhi terhadap ketahanan mental (hardiness) perawat adalah dukungan keluarga.   Kata Kunci: Dukungan keluarga; Hardiness; Penempatan Ruangan; Perawat; Self efficacy; Stres Kerja.
Faktor sosial ekonomi terhadap kesenjangan akses layanan kesehatan gigi (keterjangkauan, ketersediaan dan asuransi kesehatan): A literature review Mawardani, Tiska Lozikania; Hadi, Ella Nurlaella
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.595

Abstract

Background: Access to oral healthcare is a crucial component of overall health and well-being. However, significant disparities persist across socioeconomic groups. These disparities in oral healthcare access are not merely reflections of individual choices or preferences but are deeply rooted in socioeconomic factors, particularly affordability, availability, and health insurance coverage. Purpose: To determine the relationship between socioeconomic factors and disparities in oral healthcare access, with a focus on affordability, availability, and health insurance coverage. Method: A comprehensive search of the literature was conducted using the BMC Oral Health, PLOS One, and Medline databases. The review and synthesis process followed the PRISMA guidelines. An initial 332 articles were identified, and after a rigorous screening process, 10 articles were included in the final analysis. Results: Socioeconomic status plays a significant role in influencing access to dental and oral health services. Individuals from low socioeconomic backgrounds often face difficulties in obtaining these services. Therefore, it is essential for the government to initiate efforts to address this gap and ensure that access to healthcare services is more equitable. Conclusion: Socioeconomic status plays a significant role in oral healthcare disparities. Government interventions are needed to address these disparities, either by improving the overall socioeconomic conditions of disadvantaged populations or by ensuring equitable access to oral healthcare services.   Keywords: Affordability; Availability; Disparities; Insurance; Socioeconomic.   Pendahuluan: Akses ke layanan kesehatan gigi merupakan komponen penting dari kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, namun kesenjangan yang signifikan tetap nampak dan terjadi di berbagai kelompok sosioekonomi. Kesenjangan dalam akses terhadap layanan kesehatan gigi bukan hanya cerminan dari pilihan atau preferensi individu; namun berakar kuat pada faktor sosial-ekonomi serta berkaitan dengan keterjangkauan, ketersediaan, dan cakupan asuransi kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan kesenjangan akses perawatan gigi, dengan fokus pada keterjangkauan, ketersediaan, dan asuransi kesehatan. Metode: Pencarian artikel dilakukan database BMC Oral, PLOS One, dan PubMed, kemudian proses review dan sintesis dilakukan menggunakan PRISMA. Artikel awal yang ditemukan adalah 332, kemudian 10 artikel disertakan dalam penelitian. Hasil: Status sosioekonomi berperan penting dalam memengaruhi akses terhadap layanan kesehatan gigi dan mulut. Individu yang berasal dari latar belakang sosioekonomi yang rendah mengalami kesulitan dalam mendapatkan layanan tersebut, sehingga perlu adanya inisiatif dari pemerintah guna mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa akses terhadap layanan kesehatan menjadi lebih merata. Simpulan: Status sosioekonomi menjadi faktor yang berperan penting terhadap terjadinya kesenjangan akses layanan kesehatan gigi dan mulut. Upaya pemerintah diperlukan untuk menjembatani masalah ini, baik dengan melakukan peningkatan kualitas masyarakat ataupun dengan menyamaratakan akses terhadap layanan, khususnya layanan kesehatan gigi dan mulut.   Kata Kunci: Asuransi; Kesenjangan; Keterjangkauan; Ketersediaan; Sosioekonomi.
Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien selama menunggu perawatan di instalasi gawat darurat Dara, Indika Dwi; Faozi, Ekan
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.620

Abstract

Background: Swift and precise healthcare is crucial for emergency patients in the ER. The anxiety experienced by patients' families often hinders the healing process. Factors contributing to this anxiety include emotional pressure and the inadequate attitudes of healthcare personnel towards families. Therefore, nurses must provide professional care, one aspect of which is caring behavior. Purpose: To determine the relationship between nurses' caring behavior and the level of anxiety experienced by patient families while waiting for treatment in the emergency room. Method: Correlational quantitative research with a cross-sectional approach. The sample in this study amounted to 99 respondents of patient families at the Emergency department, Ir. Soekarno Sukoharjo.  regional hospital. The study was conducted in October-November 2024. Univariate data analysis used the frequency analysis test and bivariate data Spearman correlation test. Results: Respondents who assessed the caring behavior of nurses in the good category in a state of not experiencing anxiety amounted to 33 respondents (80.5%), while respondents who assessed the caring behavior of nurses in the sufficient category in a state of not experiencing anxiety amounted to 8 respondents (19.5%) and respondents There was 1 respondent (9.1%) who rated nurses' caring behavior as poor in a situation of experiencing severe anxiety. The Spearman statistical test results obtained a p value of 0.001 (<0.05). Conclusion: There is a significant relationship between nurses' caring behavior and the patient's family's level of anxiety while waiting for treatment in the emergency room. Suggestion: Future research can carry out research by adding other factors that can influence nurses' caring behavior and also family anxiety when in the emergency room.   Keywords: Anxiety; Caring; Emergency Department; Family; Nurse.   Pendahuluan: Pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat sangat penting bagi pasien gawat darurat di IGD. Kecemasan yang dialami keluarga pasien sering menghambat proses penyembuhan. Faktor-faktor penyebab kecemasan ini meliputi tekanan emosi dan juga bisa timbul karena sikap petugas kesehatan yang kurang terhadap keluarga. Oleh karena itu, perawat harus memberikan pelayanan profesional salah satunya perilaku caring. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dan tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien saat menunggu perawatan di instalasi gawat darurat (IGD). Metode: Penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 99 responden keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo. Penelitian dilakukan pada Oktober-November 2024. Analisis data univariat menggunakan uji analisis frekuensi dan data bivariat uji korelasi Spearman. Hasil: Responden yang menilai perilaku caring perawat dengan kategori baik dalam keadaan tidak mengalami kecemasan berjumlah 33 responden (80.5%), sedangkan responden yang menilai perilaku caring perawat dengan kategori cukup dalam keadaan tidak mengalami  kecemasan berjumlah 8 responden (19.5%) dan responden yang menilai perilaku caring perawat dengan kategori buruk dalam keadaan mengalami kecemasan berat berjumlah 1 responden (9.1%). Hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai p 0.001 (<0.05). Simpulan: Adanya hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien selama menunggu perawatan  di Instalasi Gawat Darurat. Saran: Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menambahkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi perilaku caring perawat dan juga kecemasan keluarga saat di IGD.   Kata Kunci: Caring; Perawat; Instalasi Gawat Darurat; Kecemasan; Keluarga.
Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pos bina terpadu penyakit tidak menular Sari, Ni Putu Sri Wulan; Akbar, Izaak Zoelkarnain; Panghiyangani, Roselina; Musafaah, Musafaah; Shadiqi, Muhammad Abdan
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.628

Abstract

Background: Non-communicable diseases (NCDs) continue to increase and become a global health problem, including in Indonesia. Integrated development post for non-communicable diseases was developed to detect and control NCD risk factors early. However, the utilization of community health center Cempaka Banjarbaru has decreased, from 12.18% in 2022 to 10.17% in 2023 and is still far from the 70% target. Low utilization of non-communicable disease integrated service centers can increase non-communicable disease rates and burden community health center budgets, as well as affect the achievement of minimum service standards (MSS). Purpose: To analyze the factors associated with the utilization of integrated development post for non-communicable diseases services.   Method: This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. The population of this study were people aged 18-59 years in the community health center Cempaka Banjarbaru working area. The sample was taken using stratified random sampling technique with a total of 110 respondents. Data collection was done through distributing questionnaires that had been tested for validity and reliability. Data were analyzed using univariate analysis, bivariate using chi-square test, and multivariate using multiple logistic regression test. Results: The chi-square test showed that the knowledge variable had a p value = 0.0001 (<0.05) and PR = 1.851, employment status p value = 0.014 (<0.05) and PR = 1.580, distance traveled had a p value = 1.000 (>0.05) and PR = 1.012, family support had a p value = 0.0001 (<0.05) and PR = 2.847, and ease of obtaining information had a p value = 0.0001 (<0.05) and PR = 1.655. This means that there is a relationship between knowledge, employment status, family support, and ease of obtaining information with the utilization of integrated service center for non-communicable diseases services. However, the travel distance variable was not associated with the utilization of integrated service center for non-communicable diseases services. Based on multiple linear regression tests, the family support variable is the most dominant variable associated with the utilization of integrated service center for non-communicable diseases services with an EXP B value of 34,108. Conclusion: This study showed that knowledge, employment status, family support, and ease of obtaining information were associated with the utilization of integrated service center for non-communicable diseases, with family support as the dominant factor. Meanwhile, travel distance was not associated with the utilization of integrated service center for non-communicable diseases. Suggestion: The community is expected to make more use of an integrated service center for non-communicable diseases, while the community health center needs to organize regular counseling, with various media to increase understanding about health.   Keywords: Integrated Development Post; Non-communicable Diseases (NCDs); Risk Factors; Services.   Pendahuluan: Penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat dan menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia.  Posbindu PTM dikembangkan untuk mendeteksi dini dan mengendalikan faktor risiko PTM. Namun, pemanfaatan di Puskesmas Rawat Inap Cempaka Banjarbaru mengalami penurunan, yaitu 12.18% pada 2022 menjadi 10.17% pada 2023 dan masih jauh dari target 70%. Rendahnya pemanfaatan posbindu PTM dapat meningkatkan angka penyakit tidak menular dan membebani anggaran kesehatan puskesmas, serta memengaruhi capaian standar pelayanan minimal (SPM). Tujuan: Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pos bina terpadu penyakit tidak menular. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah berusia 18-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Cempaka. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 110. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi-square, dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil: Uji chi-square menunjukkan variabel pengetahuan memiliki nilai p= 0.0001 (< 0.05) dan PR = 1.851, status pekerjaan nilai p = 0.014 (< 0.05) dan PR = 1.580, jarak tempuh memiliki nilai p = 1.000 (> 0.05) dan PR = 1.012, dukungan keluarga memiliki nilai p = 0.0001 (< 0.05) dan PR = 2.847, serta kemudahan memperoleh informasi memiliki nilai p = 0.0001 (< 0.05) dan PR = 1.655. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan, status pekerjaan, dukungan keluarga, dan kemudahan memperoleh informasi dengan pemanfaatan pelayanan Posbindu PTM. Namun, variabel jarak tempuh tidak berhubungan dengan pemanfaatan posbindu PTM tersebut. Berdasarkan uji regresi linier berganda, variabel dukungan keluarga menjadi variabel yang paling dominan berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan posbindu PTM dengan nilai EXP B sebesar 34.108. Simpulan: Pengetahuan, status pekerjaan, dukungan keluarga, dan kemudahan memperoleh informasi berhubungan dengan pemanfaatan posbindu PTM, dengan dukungan keluarga sebagai faktor dominan. Sementara itu, jarak tempuh tidak berhubungan dengan pemanfaatan posbindu PTM. Saran: Masyarakat diharapkan dapat lebih memanfaatkan posbindu PTM, sementara puskesmas perlu menyelenggarakan penyuluhan berkala, dengan berbagai media untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan.   Kata Kunci: Faktor Risiko; Pelayanan; Penyakit Tidak Menular (PTM); Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
Deteksi tingkat kelelahan pekerja berbasis smartwatch dengan pendekatan machine learning pada perusahaan manufaktur di Kabupaten Karawang: Mixed method study Sudiono, Sudiono; Lilyanti, Henny
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.678

Abstract

Background: Physical fatigue is one of the most significant and common occupational hazards across various industries. Numerous detection tools, both subjective and objective, have been developed to measure work-related fatigue. Smartwatches are one such tool that can objectively detect physical fatigue by assessing hemodynamic indicators. Purpose: To detect the level of worker fatigue based on smartwatches with a machine learning approach in manufacturing companies in Karawang Regency. Method: Mixed explanatory sequential method with fatigue measurement using smartwatch machine learning and Fatigue Severity Scale (FSS). Results: A total of 42 participants (63%) experienced high levels of fatigue with fatigue scores >42 and an average HR value above 100 times per minute. The Pearson Correlations test produced a correlation coefficient value of 0.039, indicating a strong relationship between HR values ​​and worker fatigue scores. From the results of interviews on worker fatigue levels, 9 themes of worker fatigue experiences were obtained. Conclusion: Fatigue detection with machine learning that combines HR values ​​and fatigue scores is very effective in preventing work-related fatigue. Suggestion: Further research is expected to explore the data more deeply. The use of mixed methods can be maintained because it produces varied data, but the addition of the number of participants and research locations needs to be reconsidered. This is to avoid bias levels and produce algorithms from large amounts of data.   Keywords: Detection; Fatigue; Machine Learning Approached; Smartwatch; Workers.   Pendahuluan: Kelelahan fisik adalah salah satu bahaya kerja yang paling penting dan umum terjadi di berbagai industry. Berbagai macam alat telah digunakan untuk mendeteksi/mengukur kelelahan akibat kerja, baik deteksi/pengukuran secara subjektif maupun objektif.  Smartwatch adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kelelahan fisik secara objektif dengan melihat dari hemodinamik. Tujuan: Untuk mendeteksi tingkat kelelahan pekerja berbasis smartwatch dengan pendekatan machine learning pada perusahaan manufaktur di Kabupaten Karawang. Metode: Mixed method explanatory sequential  dengan pengukuran kelelahan menggunakan machine learning smartwatch dan Fatigue Severity Scale (FSS). Hasil: Sebanyak 42 partisipan (63%) mengalami kelelahan  tingkat tinggi dengan hasil skor kelelahan >42  dan rata- rata nilai HR diatas 100 kali per menit. Uji Pearson Correlations menghasilkan nilai correlation coefficient sebesar 0.039, menunjukkan ada hubungan kuat antara Nilai HR dengan skor kelelahan pekerja. Dari hasil wawancara tingkat kelelahan pekerja menghasilkan 9 tema pengalaman kelelahan pekerja. Simpulan: Deteksi kelelahan dengan machine learning yang mengkombinasikan nilai HR dan skor kelelahan sangat efektif dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan akibat kerja. Saran: Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan eksplorasi data. Penggunaan mixed method dapat dipertahankan karena menghasilkan data yang bervariasi, namun penambahan jumlah partisipan dan lokasi penelitian harus dipertimbangkan ulang. Hal ini untuk menghindari tingkat bias dan menghasilkan algoritma dari jumlah data yang besar.   Kata Kunci: Deteksi; Kelelahan; Pekerja; Pendekatan Machine Learning; Smartwatch.
Analisis mindful parenting, konflik pekerjaan keluarga, dan psikopatologi pada orang tua bekerja Wahyuni, Liza; Ardianti, Riski Dian; Nurlis, Nurlis
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.679

Abstract

Background: The prevalence of parents as workers with job characteristics varies across countries. Family work conflict is associated with poor parental mental health triggered by psychopathology such as anxiety, depression and parenting stress which results in inattentive parenting. Purpose: To determine the relationship of family work conflict and psychopathology namely anxiety, depression, parenting stress with attentive parenting in working parents. Method: A cross-sectional study was conducted on 324 working parents with children and adolescents aged 1-19 years. Data were collected at the Muhammadiyah 6 Integrated Islamic Elementary School and the Qur'an Education Institute in Indonesia from mid to late July 2024 by filling out sociodemographic forms, measuring work-family conflict, anxiety, depression, parenting stress and caring parenting. Results: Parents with shift work schedules, working full-time and 40 or more hours per week, showed significantly higher levels of work-family conflict than those with fixed or flexible schedules, working part-time and less than 40 hours per week. Correlation analysis found that there was a relationship between work-family conflict and psychopathology, namely depression, anxiety, parenting stress and attentive parenting where anxiety was found to have the strongest relationship with attentive parenting. Higher levels of work-family conflict were associated with lower parenting through higher levels of anxiety/depression symptoms and parenting stress.  Conclusion: There is a relationship between work-family conflict and psychopathology, namely anxiety, depression, parenting stress with attentive parenting and negative patterns where every increase in work-family conflict, anxiety, depression, parenting stress will decrease attentive parenting for children. Suggestion: Workplaces should implement family-friendly policies such as flexible work arrangements that help parents reduce anxiety, prevent depression and parenting stress to be able to balance the responsibilities and demands of their work and family roles.   Keywords: Conflict; Family Work; Parenting; Psychopathology.   Pendahuluan: Prevalensi orang tua adalah pekerja dengan karakteristik pekerjaan yang bervariasi di seluruh Negara. Konflik pekerjaan keluarga dikaitkan dengan kesehatan mental orang tua buruk yang dipicu oleh psikopatologi seperti kecemasan, depresi dan stress pengasuhan yang berdampak pada pola asuh yang kurang perhatian. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu kecemasan, depresi, stress pengasuhan dengan pengasuhan penuh perhatian pada orang tua bekerja. Metode: Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 324 orang tua bekerja memiliki anak dan remaja berusia 1 sampai 19 tahun. Data dikumpulkan pada SD IT Muhammadiyah 6 dan Lembaga Pendidikan Qur’an di Indonesia dari pertengahan hingga akhir Juli 2024 dengan mengisi formulir sosiodemografi, pengukuran konflik pekerjaan keluarga, kecemasan, depresi, stres pengasuhan dan pengasuhan penuh perhatian. Hasil: Orang tua dengan jadwal kerja shift, bekerja penuh waktu dan 40 jam atau lebih per minggu, menunjukkan tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang memiliki jadwal tetap atau fleksibel, bekerja paruh waktu dan kurang dari 40 jam per minggu. Ditemukan hasil analisa korelasi ada hubungan antara konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu depresi, kecemasan, stress pengasuhan terhadap pengasuhan penuh perhatian dimana didapatkan kecemasan memiliki hubungan paling kuat dengan pengasuhan penuh perhatian. Tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi dikaitkan dengan pengasuhan yang lebih rendah melalui tingkat gejala kecemasan/depresi yang lebih tinggi dan stres pengasuhan.  Simpulan: Ada hubungan antara konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu kecemasan, depresi, stres pengasuhan dengan pengasuhan penuh perhatian dan berpola negatif dimana setiap konflik pekerjaan keluarga, kecemasan, depresi, stres pengasuhan orang tua meningkat maka akan menurunkan pengasuhan penuh perhatian pada anak. Saran: Tempat kerja harus menerapkan kebijakan ramah keluarga seperti pengaturan kerja yang fleksibel  yang membantu orang tua mengurangi kecemasan, mencegah depresi dan stres pengasuhan untuk dapat menyeimbangkan tanggung jawab dan tuntutan pekerjaan dan peran mereka dikeluarga.   Kata Kunci: Keluarga; Konflik; Pekerjaan; Pengasuhan; Psikopatologi.
Web-based mindfulness (interactive video) intervention design on depression and quality of life in haemodialysis patients: A randomised control trial Syamsiah, Nita; Nurjanah, Uun; Erlena, Erlena
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.691

Abstract

Background: Patients undergoing hemodialysis (HD) tend to experience higher levels of depression and decreased quality of life (QoL) compared to the general population. Web-based mindfulness intervention using interactive video is an innovative approach that can help HD patients cope with stress and improve their quality of life. This technology allows patients to perform mindfulness exercises independently and in a directed manner. Purpose: To design a web-based mindfulness intervention (interactive video) on depression levels and quality of life in hemodialysis patients. Method: A randomized controlled trial (RCT) study to compare the effectiveness of a web-based mindfulness intervention by measuring depression levels and quality of life. The population in this study were patients undergoing hemodialysis therapy at Karawang Hospital with random sampling that would be divided into intervention and control groups, carried out for 8 weeks and evaluated three times. Results: There was a significant decrease in depression levels in the intervention group from 48.51 (SD = 15.22) in the pre-test to 40.78 (SD = 19.42) in the post-test with a t-value of 9.39 and a p-value of 0.001. While in the control group there was no significant decrease in the pre-test (50.32 ± 16.82) and post-test (49.20±17.66) with a value of 5 of 2.87 and a p-value of 0.435. Likewise in the intervention group there was a significant increase in quality of life from 70.20 (SD = 33.66) in the pre-test to 78.56 (SD = 39.87) in the post-test with a t-value of 10.04 and a p-value of 0.001. Meanwhile, in the control group, there was no significant increase between the pre-test (69.48 ± 22.60) and post-test (67.41 ± 21.83) with a t-value of -4.87 and a p-value of 0.063. Conclusion: There is no correlation between demographic characteristics with depression and quality of life in patients undergoing hemodialysis, except for the variables of duration of hemodialysis and number of comorbidities. In the intervention group, there was a decrease in depression levels and an increase in quality of life post-intervention. While in the control group, there was no significant decrease in depression levels and an increase in quality of life. Suggestion: Further research is needed to evaluate the effectiveness of web-based mindfulness interventions against existing interventions, such as cognitive behavioral therapy, meaning-centered group psychotherapy, acceptance therapy, and commitment in hemodialysis patients.   Keywords: Depression; Hemodialysis; Interactive Video; Mindfulness; Quality of Life.   Pendahuluan: Pasien yang menjalani hemodialisis (HD) cenderung mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi dan penurunan kualitas hidup (Quality of Life/QoL) dibandingkan populasi umum. Intervensi mindfulness berbasis web menggunakan video interaktif menjadi pendekatan inovatif yang dapat membantu pasien HD mengatasi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Teknologi ini memungkinkan pasien untuk melakukan latihan mindfulness secara mandiri dan terarah. Tujuan: Untuk merancang intervensi mindfulness berbasis web (video interaktif) terhadap tingkat         depresi dan quality of life pada pasien hemodialisa. Metode: Penelitian randomized control trial (RCT) untuk membandingkan keefektifan intervensi mindfulness berbasis web dengan mengukur tingkat depresi dan kualitas hidup. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalankan terapi hemodialisa di RSUD Karawang dengan pengambilan sampel secara acak yang akan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol, dilakukan selama 8 minggu dan dievaluasi sebanyak tiga kali. Hasil: Terjadi penurunan yang signifikan tingkat depresi pada kelompok intervensi dari 48.51 (SD=15.22) ketika pre-test menjadi 40.78 (SD=19.42) ketika post-test dengan t sebesar 9.39, dan p-value 0.001. Sementara pada kelompok kontrol, tidak ada penurunan yang signifikan ketika pre-test (50.32 ±16.82 dan ketika post-test (49.20 ± 17.66) dengan nilai 5 sebesar 2.87 dan p-value 0.435. Begitu pula terjadi peningkatan kualitas hidup secara signifikan dari 70.20 (SD=33.66) ketika pre-test menjadi 78.56 (SD=39.87) ketika post-test dengan nilai t sebesar 10.04 dan p-value 0.001 pada kelompok intervensi. Sementara pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan yang signifikan antara pre-test (69.48±22.60) dan post-test (67.41±21.83) dengan nilai t sebesar -4.87 dan p-value 0.063. Simpulan: Tidak ditemukan korelasi antara karakteristik demografis dengan depresi dan kualitas hidup pada pasien yang mengalami hemodialisis, kecuali variabel lama menderita hemodialisis dan jumlah komorbiditas. Pada kelompok intervensi, terjadi penurunan tingkat depresi dan kualitas hidup meningkat setelah intervensi. Sementara pada kelompok kontrol, tidak ada penurunan tingkat depresi dan peningkatan kualitas hidup yang signifikan. Saran: Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi mindfulness berbasis web terhadap intervensi yang sudah mapan, seperti terapi perilaku kognitif, psikoterapi kelompok yang berpusat pada makna, terapi penerimaan, dan komitmen pada pasien dengan hemodialisis.   Kata Kunci: Depresi; Hemodialisa; Mindfulness; Quality of Life; Video Interaktif.
Hubungan riwayat pemberian ASI dan kejadian wasting pada balita: Analisis data SSGI 2022 Sanggelorang, Yulianty; Malonda, Nancy Swanida Henriette; Punuh, Maureen Irinne; Novita, Vidya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.694

Abstract

Background: One of the nutritional issues arising in toddlers due to inadequate nutrient intake is wasting. Toddlers who experience wasting have relatively thin bodies compared to their height, characterized by a weight-for-height z-score of less than -2 SD. Exclusive breastfeeding is one of the contributing factors to wasting. Purpose: To analyze the relationship between exclusive breastfeeding and wasting among toddlers. Method: Quantitative research with a cross-sectional design using secondary data. The study population was all toddlers aged 0-23 months in the Talaud Islands Regency who were included in the census block based on the 2022 SSGI. Data analysis used univariate and bivariate analysis. Results: Based on univariate analysis, toddlers who experienced wasting were 13.1%, toddlers who received colostrum were 88.7%, and those who received exclusive breastfeeding were 56.1%. Based on the bivariate test, the history of colostrum administration with wasting incidents obtained a p value = 0.000 (<0.05) which indicated a relationship between the two variables. Conclusion: Wasting is influenced by various factors including nutritional intake, history of infectious diseases, and completeness of immunization. In addition, colostrum and exclusive breastfeeding have a significant relationship with wasting incidents. Lack of maternal knowledge and family support are also factors that influence the provision of breast milk and colostrum, so increasing education and family support is very important to reduce the prevalence of thinness in toddlers.   Keywords: Colostrum; Exclusive Breasting Feeding; Toddlers; Wasting.   Pendahuluan: Salah satu masalah gizi yang timbul pada balita dari asupan nutrisi yang tidak memadai adalah wasting. Balita yang menderita wasting akan memiliki tubuh yang relatif kurus dibandingkan dengan tinggi badannya ditandai dengan z-score BB/TB -2 SD. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya wasting. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dan wasting pada balita. Metode: Penelitian kuantitatif desain cross sectional menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh balita usia 0-23 bulan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang masuk dalam blok sensus berdasarkan SSGI 2022. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Berdasarkan analisis univariat, balita yang mengalami kejadian wasting sebesar 13.1%, balita yang mendapatkan kolostrum 88.7%, dan yang mendapatkan ASI eksklusif 56.1%. Berdasarkan uji bivariat, riwayat pemberian kolostrum dengan kejadian wasting memperoleh nilai p = 0.000 (<0.05), menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Simpulan: Wasting dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk asupan nutrisi, riwayat penyakit infeksi, dan kelengkapan imunisasi. Selain itu, pemberian kolostrum dan ASI eksklusif memiliki hubungan signifikan dengan kejadian wasting. Kurangnya pengetahuan ibu dan dukungan keluarga juga menjadi faktor yang memengaruhi pemberian ASI dan kolostrum, sehingga peningkatan edukasi dan dukungan keluarga sangat penting untuk mengurangi prevalensi wasting pada balita.   Kata Kunci: ASI Eksklusif; Balita; Kolostrum; Wasting.

Page 4 of 25 | Total Record : 249