cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Jalan Pramuka No.27 Kemiling Bandar Lampung -Indonesia.
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : https://doi.org/10.33024/hjk.v18i10
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jurnal terbit setiap bulan dan artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, untuk abstrak artikel ditulis dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Articles 249 Documents
Kebiasaan sarapan pagi dan konsumsi kopi terhadap risiko gejala gastritis Andriani, Estiningsih Ayu; Hikmawati, Isna; Handayani, Diyah Yulistika; Riyaningrum, Wahyu
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.544

Abstract

Background: Gastritis is an inflammation of the gastric mucosa. According to WHO, the prevalence of gastritis in adolescents is 76% and the rest are elderly 23%. Causes of gastritis such as breakfast, caffeine, alcohol. Breakfast is the best energy supply for the brain to concentrate on learning. Purpose: To determine breakfast habits and coffee consumption patterns on the risk of gastritis. Method: The design of this study is descriptive analytical with a cross-sectional approach. The population of this study were students of the Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of Purwokerto. The sampling technique used was purposive sampling with a categorical descriptive formula, the number of samples was 92 respondents. The research instrument used a questionnaire and data analysis used the chi square test. Results: The most residence is boarding house (77.2%), sometimes breakfast (61.9%), coffee consumption 1-2 cups/day (98%). There is a significant relationship between breakfast habits and coffee consumption on the risk of gastritis in students (p=0.001). Conclusion: There is a relationship between breakfast habits and coffee consumption patterns on the risk of gastritis in students. Suggestion: Respondents are expected to have breakfast regularly and reduce coffee consumption to prevent the risk of gastritis symptoms.   Keywords: Coffee; Breakfast; Gastritis; Students.   Pendahuluan: Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Menurut WHO prevalensi gastritis pada remaja sebanyak 76% dan sisanya adalah lansia 23%. Penyebab gastritis seperti sarapan, kafein, alkohol. Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Tujuan: Untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi dan pola konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis. Metode: Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.  Populasi dari penelitian ini mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan rumus deskriptif kategorik, jumlah sampel sebanyak 92 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Tempat tinggal terbanyak kos (77.2%), kadang-kadang sarapan pagi (61.9%), konsumsi kopi 1-2 cangkir/ hari (98%). Ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan dan konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis pada mahasiswa (p=0.001). Simpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan pola konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis pada mahasiswa. Saran: Diharapkan responden rutin sarapan pagi dan mengurangi konsumsi minum kopi untuk mencegah risiko gejala gastritis.   Kata Kunci: Gastritis; Kopi; Mahasiswa; Sarapan.
Analisis faktor yang berhubungan dengan mengetahui program tes VCT di Indonesia Edi Purwanto; Revha Salsabila Virgiea Jasmine
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.548

Abstract

Background: Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that attacks the immune system by infecting white blood cells. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is the result of HIV infection which causes several symptoms, namely by attacking the immune system. In 2022, the World Health Organization (WHO) estimates that there will be 110,000 (85.000-160.000) people infected with HIV in the Southeast Asia region. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia reported the number of cases in January-June 2022 as many as 22.331 people were infected with HIV and more than 4.010 people were infected with AIDS. Transmission of the HIV virus is not like transmission of the Influenza virus. Therefore, Voluntary Counseling and Testing (VCT) services are one way that can be done so that someone can gain access to all services such as information, education, therapy, and psychosocial support regarding HIV/AIDS. Purpose: To analyze factors related to knowledge about VCT testing programs in Indonesia. Method: Cross-sectional study using secondary data taken from the Demographic Health and Welfare Survey, a survey program from the United States Agency for International Development (USAID) which is conducted periodically. The data used are the 2017 SDKI documents and the number of samples used is 61.547 respondents. Data analysis used is the univariate and bivariate chi-square test. Results: Most respondents were aged ≥35 years as many as 42.872 (69.7%) and were male as many as 55.571 respondents (90.3%) with a low level of education as many as 52.265 (84.9%). Most respondents came from urban areas as many as 32.101 (52.2%). Most respondents obtained sufficient information about VCT HIV/AIDS examination as many as 44.523 (72.3%) and respondents did not know about VCT HIV/AIDS examination as many as 34.043 (55.3%). Data analysis shows the age of respondents (p value = 0.625), while the variables gender, education level, type of residential area, and source of information show a p value < 0.05. Conclusion: There is a significant relationship between the variables of gender, education level, area of ​​residence, and availability of information sources on respondents' knowledge of VCT. However, there is no significant relationship between respondents' age and respondents' knowledge of VCT (p value > 0.05). Suggestion: People who have more knowledge about VCT should always share information with others to prevent or handle unwanted things. In addition, for further research, several variables can be added that have the potential to influence knowledge of VCT.   Keywords: Factor Analysis; HIV/AIDS; Voluntary Counseling and Testing (VCT).   Pendahuluan: Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh dengan cara menginfeksi sel darah putih. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah hasil infeksi dari virus HIV yang memunculkan beberapa gejala yaitu dengan menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 2022 World Health Organization (WHO) memperkirakan 110.000 (85.000-160.000) orang tertular HIV di kawasan Asia Tenggara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan jumlah kasus pada bulan Januari-Juni 2022 terdapat 22.331 orang tertular HIV dan lebih dari 4.010 orang tertular AIDS. Penularan virus HIV tidak semudah penularan virus Influenza. Oleh karena itu, layanan Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar seseorang mendapatkan akses ke semua pelayanan seperti informasi, edukasi, terapi dan dukungan psikososial tentang HIV/AIDS. Tujuan: Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang program tes VCT di Indonesia. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder yang diambil dari Survei Kesehatan Demografi dan Kesejahteraan yaitu program survei dari United States Agency for International Development (USAID) yang dilakukan secara periodik. Data yang digunakan merupakan dokumen SDKI 2017 dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 61.547 responden. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat uji chi square. Hasil: Sebagian besar responden berusia ≥35 tahun sebanyak 42.872 (69.7%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55.571 responden (90.3%) dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 52.265 (84.9%). Sebagian besar responden berasal dari daerah perkotaan sebanyak 32.101 (52.2%). Mayoritas responden mendapatkan cukup informasi tentang tes VCT HIV/AIDS sebanyak 44.523 (72.3%) dan responden tidak mengetahui tentang tes HIV/AIDS secara VCT sebanyak 34.043 (55.3%). Analisis data menunjukan umur responden (p value = 0.625), sedangkan variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis daerah tempat tinggal, dan sumber informasi menunjukkan p-value <0.05. Simpulan: Adanya hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan ketersediaan sumber informasi terhadap pengetahuan responden tentang VCT. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara usia responden dengan pengetahuan responden tentang VCT (p-value > 0.05). Saran: Masyarakat yang lebih mengetahui tentang VCT agar senantiasa membagikan informasi kepada yang lain untuk mencegah atau menangani hal yang tidak diinginkan. Selain itu, bagi penelitian selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel yang memiliki potensi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang VCT.   Kata Kunci: Analisis Faktor; HIV/AIDS; Voluntary Counselling and Testing (VCT).
Dukungan sosial teman sebaya dan kejadian ide bunuh diri pada mahasiswa Moh Zamroji; Wita Oktaviana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.549

Abstract

Background: Mental health is said to be good when the brain feels calm and relaxed, allowing a person to appreciate others and enjoy everyday life. People who have mental health are able to use all their potential to face obstacles in life and maintain positive relationships with other individuals. Based on data from the World Mental Health International College Student Project in 2018 which was conducted in 19 universities in eight countries, it showed that 35% of students experienced at least one DSM-IV mental disorder, such as mood, anxiety, and substance. A person's mental health, especially in the student group, is greatly influenced by peer social support which helps prevent the emergence of suicidal ideation. Purpose: To determine the relationship between peer social support and the incidence of suicidal ideation in students. Method: The type of quantitative research used a cross-sectional design, the sampling technique used the Slovin purposive sampling formula and obtained a sample of 244 respondents. The research instrument was a social support questionnaire consisting of 44 questions and a revised suite ideation scale (R-SIS) questionnaire consisting of 10 questions. Data analysis used univariate nonparametric correlation and bivariate Spearman's rho test. Results: Most respondents were 21 years old with a total of 129 respondents (52.9%), most were female with a total of 212 respondents (86.9%), and came from a nursing study program with a total of 100 respondents (41.1%). The social support obtained was high with a total of 206 respondents (84.5%) and most respondents did not have suicidal thoughts with a total of 237 respondents (97.1%). Based on the bivariate test, high social support made respondents not have suicidal thoughts with a total of 206 respondents (86.9%) with a p-value of 0.00 (<0.05). Conclusion: There is a relationship between social support (peers) and suicidal ideation. The negative correlation coefficient indicates that the level of suicidal ideation or desire tends to be higher when social support from peers is low. Conversely, if social support from peers is high, individuals tend not to make decisions that are detrimental to themselves, such as ending their lives. Suggestion: For students to be able to manage themselves by seeking various social supports from family, peers, lecturers and even from people they consider special. This serves to vent the emotions and burdens they experience, so as to avoid actions that are detrimental to others, especially themselves, such as consuming alcoholic beverages, drugs, and the emergence of suicidal ideation.   Keywords: Peers; Social Support; Students; Suicidal Ideation.   Pendahuluan: Kesehatan mental termasuk dalam taraf baik ketika otak merasa tenang dan santai yang memungkinkan seseorang menghargai orang lain dan menikmati kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki kesehatan mental mampu menggunakan semua potensi yang dimiliki untuk menghadapi rintangan dalam hidup serta menjaga hubungan yang positif dengan individu lainya. Berdasarkan data World Mental Health International College Student Project pada tahun 2018 yang dilakukan pada 19 universitas di delapan negara menunjukkan bahwa, sebanyak 35% mahasiswa mengalami paling tidak satu mental disorder DSM-IV, seperti mood, anxiety, hingga substance. Kesehatan mental seseorang terutama pada kelompok mahasiswa sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial teman sebaya yang membantu mencegah ide bunuh diri. Tujuan: Untuk mengetahui keterkaitan dukungan sosial teman sebaya dengan kejadian ide bunuh diri pada mahasiswa. Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling rumus slovin dan didapatkan sampel sebanyak 244 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner dukungan sosial yang terdiri dari 44 pertanyaan dan kuesioner revised suicide ideation scale (R-SIS) berjumlah 10 pertanyaan. Analisis data menggunakan univariat dan bivariate uji nonparametric correlations spearman’s rho. Hasil: Mayoritas responden berusia 21 tahun dengan jumlah 129 (52.9%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 212 responden (86.9%), dan berasal dari program studi keperawatan sebanyak 100 responden (41.1%). Dukungan sosial yang didapatkan tinggi sebanyak 206 (84.5%) dan sebagian besar responden tidak ada ide untuk bunuh diri sebanyak 237 (97.1%). Berdasarkan uji bivariate bahwa dukungan sosial yang tinggi membuat responden tidak memiliki ide bunuh diri sebanyak 206 (86.9%) dengan hasil p-value 0.00 (<0.05). Simpulan: Terdapat hubungan antara dukungan sosial (teman sebaya) dengan ide bunuh diri. Koefisien korelasi negatif menunjukkan bahwa tingkat ide atau keinginan untuk bunuh diri cenderung lebih tinggi ketika dukungan sosial dari teman sebaya rendah. Sebaliknya, jika dukungan sosial dari teman sebaya tinggi, individu lebih cenderung untuk tidak mengambil keputusan yang merugikan dirinya sendiri, seperti mengakhiri hidupnya. Saran: Bagi mahasiswa supaya dapat memanajemen diri sendiri dengan mencari berbagai dukungan sosial dari keluarga, teman sebaya, dosen pengajar bahkan dari orang yang dianggapnya spesial. Hal ini berfungsi untuk meluapkan emosi dan beban yang dialaminya, sehingga terhindar dari kegiatan yang merugikan orang lain terutama diri sendiri, seperti mengonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, dan munculnya ide bunuh diri   Kata Kunci: Dukungan Sosial; Ide Bunuh Diri; Mahasiswa; Teman Sebaya.
Determinan kejadian malaria menggunakan rapid diagnostic test (RDT) pada wilayah endemis Puskesmas Mahu Denisius Umbu Pati; Aris Umbu Hina Pari
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.550

Abstract

Background: Malaria is an infectious disease that is still a serious health problem in endemic areas, including in the Mahu Health Center area, East Sumba Regency. The disease is caused by protozoa of the genus Plasmodium and is transmitted through the bite of female Anopheles mosquitoes. Malaria control is an important part of efforts to achieve the 2030 Sustainable Development Goals (SDGs). However, environmental factors and community behavior in endemic areas often increase the risk of transmission. Purpose: To analyze the determination of malaria incidence using Rapid Diagnostic Test (RDT). Method: Analytical observational study with a cross-sectional approach and 310 respondents were selected through a multistage random sampling technique. Data collection was carried out through direct observation, structured interviews, and documentation, then analyzed using a linear regression test. Results: The distance between the house and the breeding place, the presence of livestock pens, the availability of ventilation nets, the use of nets while sleeping, and the use of mosquito repellent significantly influenced the incidence of malaria with a p value <0.05. Conclusion: Environmental factors and community behavior such as the distance of the house from mosquito breeding sites, the presence of livestock pens, the availability of mosquito nets, the use of mosquito nets, and the use of mosquito repellent are determining factors for malaria incidence in endemic areas. Suggestion: Environmental interventions such as rearranging the location of mosquito breeding sites and livestock pens, as well as providing education to the community about the importance of using mosquito nets and mosquito repellent as preventive measures, need to be improved.   Keywords: Endemic; Malaria; Rapid Diagnostic Tests (RDT).   Pendahuluan: Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan serius di daerah endemis, termasuk di wilayah Puskesmas Mahu, Kabupaten Sumba Timur. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Pengendalian malaria menjadi bagian penting dari upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Namun, faktor lingkungan dan perilaku masyarakat di daerah endemis seringkali meningkatkan risiko penularan. Tujuan: Untuk menganalisis determinan kejadian malaria menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional dan sebanyak 310 responden dipilih melalui teknik multistage random sampling. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara terstruktur, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linear. Hasil: Jarak rumah dengan breeding place, keberadaan kandang ternak, ketersediaan kasa ventilasi, penggunaan kelambu saat tidur, dan penggunaan obat nyamuk secara signifikan memengaruhi kejadian malaria dengan perolehan p-value < 0.05. Simpulan: Faktor-faktor lingkungan dan perilaku masyarakat, seperti jarak rumah dengan breeding place, keberadaan kandang ternak, ketersediaan kasa ventilasi, penggunaan kelambu, dan penggunaan obat nyamuk, merupakan determinan penting dalam kejadian malaria di daerah endemis. Saran: Harus adanya peningkatan intervensi lingkungan, seperti penataan ulang lokasi breeding place dan kandang ternak, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan kelambu dan obat nyamuk sebagai upaya pencegahan.   Kata Kunci: Endemis; Malaria; Rapid Diagnostic Test (RDT).
Faktor sosiodemografi yang berkaitan dengan anemia pada ibu hamil Muhammad Irgi; Aryanti Wardiyah; Rilyani Rilyani; Andoko Andoko
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.559

Abstract

Pendahuluan : Anemia pada ibu hamil memiliki risiko melahirkan bayi belum cukup bulan (prematur), keguguran, perdarahan baik sebelum dan sesudah persalinan, persalinan yang tidak lancar, kematian janin dalam kandungan, kematian ibu hamil, dan kejang-kejang pada kehamilan. Pada bulan Oktober 2023 – Januari 2024 Puskesmas Kedaton memiliki total ibu hamil 733 kehamilan dan didapatkan bahwa sebanyak 76 ibu hamil yang mengalami anemia. Tujuan : Diketahui hubungan antara faktor sosiodemografi yang terdiri dari usia, pendapatan keluarga, pekerjaan dan tingkat pendidikan berhubungan dengan anemia pada ibu hamil. Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan survei analitik penulis dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 733 responden danjumlah sampel penelitian ini adalah 260 responden ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling. Hasil : Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value 0,002. Terdapat hubungan pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value 0,014. Terdapat hubungan pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value 0,020. Terdapat hubungan tingkat pendapatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value 0,000. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara faktorsosiodemografi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Determinan kualitas tidur pada lansia daerah pesisir dan dataran tinggi di kabupaten Aceh Besar Sri Alna Mutia; Radhiah Zakaria; Hermansyah Hermansyah; Asnawi Abdullah; Nurjannah Nurjannah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.574

Abstract

Background: Sleep quality is one of the most common problems in the elderly. Many factors cause sleep disorders, such as psychological factors, non-communicable diseases, physical activity, diet and the environment. The environment plays a big role in the occurrence of sleep disorders in a person. Places such as coastal areas and highlands provide a comfortable atmosphere to live in. Purpose: To determine the determinants of sleep quality in elderly people in coastal and highland areas. Method: Quantitative research with analytical design and cross-sectional approach was conducted on March 17-May 17, 2022 in Aceh Besar Regency. The sample used was elderly aged 60-74 years, obtained as many as 168 respondents who live in the work area of ​​the Mesjid Raya Health Center (Pesisir) and 128 elderly people in the work area of ​​the Lembah Seulawah Health Center (Highlands). The total sample was 296 people obtained using the accidental sampling technique. Data collection was carried out using questionnaires and the results of checking the integrated development post book. Results: The most dominant regional factor related to the sleep quality of the elderly after adjusting for marital status is the coastal area (p=0.000; OR=2.66). The most dominant comorbid disease factor related to sleep quality in the elderly after adjusting for marital status was gout (p=0.000; OR=4.13). The mental health disease factor that is most dominantly related to the sleep quality of the elderly after adjusting for marital status is anxiety (p=0.000; OR=3.37). The most dominant physical factor related to sleep quality in the elderly after adjusting for marital status was moderate pain (p=0.000; OR=12.72). Apart from that, there was no relationship between perpetuating factors and sleep quality in the elderly (p=0.837; QR=0.83). Conclusion: There is a relationship between the area of ​​residence and the quality of sleep in the elderly. Comorbid disease factors, mental health, and physical health are related to the quality of sleep in the elderly. However, perpetuating factors have no relationship to the quality of sleep in the elderly who live in coastal and highland areas. Suggestion: Health workers should conduct regular checks on the elderly either during posbindu activities or home visits. In addition, it is hoped that health workers will also carry out interventions such as counseling, elderly gymnastics, or relaxation in improving the health and fitness of the elderly.   Keywords: Coastal; Elderly; Highlands; Sleep Quality.   Pendahuluan: Kualitas tidur menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi pada lansia. Banyak faktor yang menyebabkan gangguan tidur, seperti faktor psikologis, penyakit tidak menular, aktivitas fisik, pola makan, dan lingkungan. Lingkungan memegang peran yang besar terhadap terjadinya gangguan tidur seseorang. Tempat seperti daerah pesisir pantai dan dataran tinggi memberikan suasana yang nyaman untuk ditempati. Tujuan: Untuk mengetahui determinan kualitas tidur pada lansia daerah pesisir dan dataran tinggi. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain analitik dan pendekatan cross sectional dilakukan tanggal 17 Maret-17 Mei 2022 di Kabupaten Aceh Besar. Sampel yang digunakan adalah lansia berusia 60-74 tahun, diperoleh sebanyak 168 responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Mesjid Raya (Pesisir) dan 128 orang lansia di wilayah kerja Puskesmas Lembah Seulawah (Dataran Tinggi). Total sampel sebanyak 296 orang yang diperoleh menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan hasil pemeriksaan buku posbindu. Hasil: Faktor wilayah yang paling dominan berhubungan dengan kualitas tidur lansia setelah disesuaikan dengan status perkawinan adalah wilayah pesisir (p=0.000; OR=2.66). Faktor penyakit komorbid yang paling dominan berhubungan dengan kualitas tidur lansia setelah disesuaikan dengan status perkawinan adalah asam urat (p=0.000; OR=4.13). Faktor penyakit kesehatan mental yang paling dominan berhubungan dengan kualitas tidur lansia setelah disesuaikan dengan status perkawinan adalah kecemasan (p=0.000; OR=3.37). Faktor fisik yang paling dominan berhubungan dengan kualitas tidur lansia setelah disesuaikan dengan status perkawinan adalah nyeri sedang (p=0.000; OR=12.72). Selain itu, tidak ada hubungan faktor perpetuating dengan kualitas tidur lansia (p=0.837; QR=0.83). Simpulan: Ada hubungan antara daerah tempat tinggal dengan kualitas tidur lansia. Faktor penyakit komorbiditas, kesehatan mental, dan fisik memiliki hubungan dengan kualitas tidur lansia yang tinggal di daerah pesisir dan dataran tinggi. Namun faktor perpetuating tidak memiliki hubungan dengan kualitas tidur lansia yang tinggal di daerah pesisir dan dataran tinggi. Saran: Petugas kesehatan agar melakukan pemeriksaan secara berkala pada lansia baik pada kegiatan posbindu atau kunjungan rumah. Selain itu, diharapkan petugas kesehatan juga melakukan intervensi seperti penyuluhan, senam lansia, atau relaksasi dalam meningkatkan kesehatan, dan kebugaran lansia.   Kata Kunci: Dataran Tinggi; Kualitas Tidur; Lansia; Pesisir.
Pengaruh edukasi berbasis android terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi Veroneka Yosefpa Windahandayani; Keristina Ajul; Vincencius Surani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.575

Abstract

Background: Hypertension is one of the non-communicable diseases that is a major health problem in the world and therefore requires long-term treatment, including effective management through lifestyle control and compliance with the use of antihypertensive drugs. Purpose: To analyze the effect of Android-based education on medication adherence in hypertension patients. Method: Quantitative research using a quasi-experimental design with non-equivalent control group, conducted on participants who have hypertension in the working area of the Sukarami Health Center, Palembang City, carried out in July-August 2024. The sampling technique was consecutive sampling, 64 participants were obtained, divided into 32 intervention groups and 32 control groups. The intervention group received an android-based educational intervention, while the control group was not given treatment. The independent variable in this study was android-based education, while the dependent variable was medication adherence. Univariate and bivariate data analysis. Statistical tests using the Mann-Whitney U Test. Results: Android-based education had no significant effect on medication adherence p-value 0.080. High category compliance in the intervention group was 2 (6.3%) at pre-test to 24 (75.0%) at post-test. The high compliance category in the control group did not change the results when the pre-test and post-test were only 14 (43.8%). Conclusion: There is no significant effect of Android-based educational intervention on medication adherence in hypertension patients.   Keywords: Android; Compliance; Education; Hypertension; Take Medicine.   Pendahuluan: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan utama di dunia sehingga membutuhkan penanganan jangka panjang, termasuk manajemen yang efektif melalui pengendalian pola hidup dan kepatuhan penggunaan obat antihipertensi. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh edukasi berbasis android terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Metode: Penelitian kuantitatif menggunakan desain quasy eksperimental with non-equivalent control group, dilakukan pada partisipan yang mempunyai hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sukarami Kota Palembang, dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2024. Teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling, didapatkan 64 partisipan yang terbagi dalam kelompok intervensi sebanyak 32 dan kelompok kontrol 32. Kelompok intervensi diberikan edukasi berbasis android, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah edukasi berbasis android, sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan minum obat. Analisis data univariat dan bivariat. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney U Test. Hasil: Edukasi berbasis android tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan minum obat dengan p-value 0.080. Kepatuhan kategori tinggi pada kelompok intervensi sebanyak 2 (6.3%) saat pre-test menjadi 24 (75.0%) pada post-test. Kategori kepatuhan tinggi pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan hasil saat pre-test dan post-test hanya sebanyak 14(43.8%). Simpulan: Tidak ada pengaruh yang signifikan untuk intervensi edukasi berbasis android terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi.   Kata Kunci: Android; Edukasi; Hipertensi; Kepatuhan; Minum Obat.
Model prediksi keselamatan berkendara pengguna sepeda motor dengan konsep health belief model Syaiful Bahri; Lailatul Qomariyah; Habibah Noer Azzahra
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.576

Abstract

Background: Traffic accidents are a global health issue and the leading cause of death in Banten Province. Motorcycle accidents result in fatalities in South Tangerang City and have a significant economic and social impact. Purpose: To find effective strategies to improve road safety and reduce motorcycle accident fatalities. Method: Quantitative research with a cross-sectional study design and a sample size of 258 respondents. Data collection by filling out questionnaires and data processing using SmartPLS. The dependent variable of this study is safe driving behavior, while the independent variable is the characteristic factor. Results: Based on a sample size of 258 respondents, 54.7% were female and 45.3% were male with an average age of 21.02 years. As many as 45.7% had poor driving behavior, while 79.1% had good driving safety knowledge. The results of the outer model evaluation showed that several indicators of driving behavior and driving knowledge were removed because they did not meet the validity criteria. After remodeling, all indicators were declared valid and reliable with outer loading values> 0.4, AVE> 0.5, and adequate CR, and there were no collinearity problems in the formative variables. Conclusion: Knowledge, perceived benefits, and self-efficacy have significant relationships with safe driving behavior. In addition, less safe driving behavior is more often done by male respondents, single drivers, and those with lower education levels. Suggestion: Comprehensive interventions need to be developed, such as creating driving training programs that emphasize improving driving skills and compliance with traffic regulations, risk awareness campaigns through various media that focus on the impact of accidents, and the importance of safe driving behavior.   Keywords: Driving Safety; Health Belief Model; Motorcycles; Structural Equation Modelling Partial Least (SEM-PLS).   Pendahuluan: Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan global dan penyebab utama kematian di Provinsi Banten. Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor menyebabkan kematian di Kota Tangerang Selatan dan memiliki dampak sangat besar secara ekonomi dan sosial. Tujuan: Untuk menemukan strategi yang efektif dalam meningkatkan keselamatan berkendara dan menurunkan angka kematian akibat kecelakaan sepeda motor. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 258 responden. Pengumpulan data dengan mengisi kuesioner dan pengolahan data menggunakan SmartPLS. Variabel dependen penelitian ini adalah perilaku berkendara aman, sedangkan variabel independen adalah faktor karakteristik. Hasil: Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 258 responden, 54.7% adalah perempuan dan 45.3% laki-laki dengan rata-rata usia 21.02 tahun. Sebanyak 45.7% memiliki perilaku berkendara kurang baik, sementara 79.1% memiliki pengetahuan baik tentang keselamatan berkendara. Evaluasi outer model menunjukkan beberapa indikator perilaku berkendara dan pengetahuan dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria validitas. Setelah remodelling, seluruh indikator dinilai valid dan reliabel dengan nilai outer loading >0.4, AVE >0.5, dan CR memadai, serta tidak ada masalah kolinearitas pada variabel formatif. Simpulan: Pengetahuan, persepsi manfaat, dan self-efficacy memiliki hubungan signifikan dengan perilaku berkendara aman. Selain itu, perilaku berkendara yang kurang aman lebih sering dilakukan oleh responden laki-laki, pengemudi tunggal, dan mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Saran: Perlu dikembangkan intervensi yang komprehensif, seperti membuat program pelatihan berkendara yang menekankan untuk meningkatkan keterampilan berkendara dan kepatuhan akan aturan lalu lintas, kampanye kesadaran risiko melalui berbagai media yang fokus pada dampak kecelakaan, dan pentingnya berperilaku berkendara aman.   Kata Kunci: Health Belief Model; Keselamatan Berkendara; Sepeda Motor; Structural Equation Modelling Partial Least (SEM-PLS).
Implementasi aplikasi m-health model psikoedukasi dalam peningkatan pengetahuan dan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru Dewi Fitriani; Gilang Rahmatulloh; Firman Yudiatma; Asep Fiqri Hidayat
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.577

Abstract

Background: Many Patient Pulmonary TB sufferers don’t comply with treatment because they feel bored. Pulmonary TB treatment lasts quite a long time so that many sufferers drop out of treatment and experience psychological problems. The importance of strategies and efforts to increase knowledge and compliance with the use of technology. Purpose: To analyze the differences in the implementation of the psychoeducational model m-health application in improving knowledge and compliance in taking medication in pulmonary tuberculosis patients. Method: The research was carried out using a quantitative approach, with a true experimental research design using two control groups with the provision of psychoeducation. Intervention group by providing psychoeducational m-health applications. The total sample size was 140 participants, with details of 70 in the control group and 70 participants in the intervention group at the South Tangerang regional health center. Results: The majority of participants' education was junior high school-high school graduates, in the control group there were 49 participants (70%) and the intervention group there were 46 participants (65.7%). Based on statistical tests, there were differences in the level of knowledge and compliance of the control and intervention groups with a p-value of 0.000 <0.05. Conclusion: There is a difference between the intervention group and the control group. The intervention group using the m-health application of the psychoeducational model has a better level of knowledge and compliance than the control group because it uses the m-health application.   Keywords: Application; Compliance; Knowledge; Psychoeducation; Pulmonary Tuberculosis.   Pendahuluan: Banyak penderita tuberculosis (TB) paru yang tidak patuh terhadap pengobatan karena merasa jenuh. Pengobatan TB paru berlangsung cukup lama sehingga banyak penderita yang putus berobat dan mengalami masalah psikologi. Pentingnya strategi dan upaya dengan peningkatan pengetahuan dan kepatuhan dengan pemanfaatan teknologi. Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan implementasi aplikasi m-health model psikoedukasi dalam peningkatan pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien tuberculosis paru. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain true eksperiment menggunakan dua kelompok kontrol pemberian psikoedukasi. Kelompok intervensi dengan pemberian Aplikasi m-health psikoedukasi. Total jumlah sampel 140 partisipan, dengan rincian 70 kelompok kontrol dan 70 partisipan pada kelompok intervensi pada puskesmas wilayah Tangerang Selatan. Hasil: Mayoritas pendidikan partisipan adalah lulusan SMP-SMA, pada kelompok kontrol adalah 49 partisipan (70%) dan kelompok intervensi sebanyak 46 partisipan (65.7%). Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan kepatuhan kelompok kontrol dan intervensi dengan p-value 0.000 <0.05. Simpulan: Terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi dengan menggunakan aplikasi m-health model psikoedukasi memiliki tingkat pengetahuan dan kepatuhan yang lebih baik daripada kelompok kontrol.   Kata Kunci: Aplikasi; Kepatuhan; Pengetahuan; Psikoedukasi; Tuberculosis Paru.  
Pengetahuan ibu tentang stunting di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sari Kabupaten Kepahiang Prajna Galuh Pangestuti; Tri Sunarsih; Lily Yulaikhah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.578

Abstract

Background: Stunting is a chronic nutritional problem experienced by Indonesia. Stunting is a condition of growth failure in children caused by chronic malnutrition so that children are too short for their age. It is important to conduct research on stunting in order to assist the government in implementing work programs to reduce the incidence of stunting. Purpose: To determine mothers' knowledge about stunting. Method: Quantitative research with descriptive design. The study was conducted in the Bukit Sari Health Center Working Area, Kepahiang Regency in 2023. The population in this study were all mothers who had toddlers. The sample size can be calculated using the Slovin formula and 87 respondents were obtained. The instrument was a questionnaire to assess the description of mothers' knowledge about stunting and data analysis using univariate. Results: the level of mothers' knowledge about stunting was 49.42% good knowledge, 41.38% sufficient knowledge and 9.20% less knowledge. Conclusion: The description of the level of mothers' knowledge about stunting shows that most of the mothers' knowledge is in the good category, namely 49.43%. Suggestion: The health center is advised to conduct intensive monthly outreach to mothers who have toddlers regarding stunting, prevention and supervision to avoid stunting in children and the risks that follow..   Keywords: Knowledge; Mother; Stunting.   Pendahuluan: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dialami oleh Negara Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk seusianya. Pentingnya dilakukan penelitian tentang stunting ini agar dapat membantu pemerintah dalam menjalankan program kerja untuk menurunkan angka kejadian stunting. Tujuan: Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang stunting Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sari Kabupaten Kepahiang pada tahun 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita. Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus slovin dan didapatkan sebanyak 87 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai gambaran pengetahuan ibu tentang stunting dan analisis data menggunakan univariat. Hasil: Tingkat pengetahuan ibu tentang stunting 49.42% berpengetahuan baik, 41.38% berpengetahuan cukup dan 9.20% berpengetahuan kurang. Simpulan: Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang stunting menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu dalam kategori baik yaitu 49.43%. Saran: Pihak puskesmas agar melakukan penyuluhan berupa sosialisasi bulanan yang intensif kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita mengenai stunting, pencegahan dan pengawasannya untuk menghindari terjadinya stunting pada anak dan risiko yang mengikutinya.   Kata Kunci: Pengetahuan; Ibu; Stunting.

Page 2 of 25 | Total Record : 249