cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Jalan Pramuka No.27 Kemiling Bandar Lampung -Indonesia.
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : https://doi.org/10.33024/hjk.v18i10
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jurnal terbit setiap bulan dan artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, untuk abstrak artikel ditulis dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Articles 249 Documents
Penggunaan telehealth dalam meningkatkan kemandirian pasien gagal ginjal kronis dengan peritoneal dialysis (PD): A systematic review Pasaribu, Yengsi Mei Karmita Br; Yulia, Yulia; Waluyo, Agung; Masfuri, Masfuri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.695

Abstract

  Background: As the number of chronic kidney failure patients increases, the use of peritoneal dialysis (PD) is increasingly promoted because it has several advantages over the use of hemodialysis. Apart from several advantages of PD, there are complications that often occur such as peritonitis and lack of knowledge so that remote monitoring is needed to increase patient independence in carrying out treatment thereby increasing the satisfaction and quality of life of PD patients. Purpose: To determine the use of telehealth in increasing the independence of chronic kidney failure patients with peritoneal dialysis. Method: Qualitative research systematic literature review on the use of Telehealth in increasing the independence of chronic kidney failure patients on peritoneal dialysis. Article search sources used the Pubmed, Sage Journal, Scopus, Science Direct, and ProQuest databases. The total number of articles that entered the screening stage was 373 articles, and there were 10 articles that were categorized as eligible based on the inclusion criteria for this research. Results: Based on research and reviews of 10 selected articles, the results showed that Mobile Health or eHealth increases patient independence based on knowledge, the patient's ability to carry out PD treatment independently at home, increases compliance, satisfaction and improves the quality of life of chronic kidney failure patients with PD. Conclusion: The use of telehealth is effective in helping early detection of complications, such as peritonitis, as well as improving patient quality of life by reducing stress and feelings of isolation. However, the success of telehealth implementation is highly dependent on technological readiness, patient digital literacy, and data security and privacy. Suggestion: The use of Telehealth/Mobile Health is recommended as a non-pharmacological intervention that is easy to implement to increase the independence of chronic kidney failure patients with PD at home   Keywords: Mobile Health; Peritoneal Dialysis; Self Management; Telehealth   Pendahuluan: Peningkatan jumlah pasien gagal ginjal kronis semakin meningkat, penggunaan dialisis peritoneal (PD) semakin dipromosikan karena memiliki beberapa keuntungan dari pada penggunaan hemodialisis. Selain beberapa keuntungan PD, terdapat komplikasi yang sering terjadi seperti peritonitis dan pengetahuan yang kurang sehingga diperlukan pemantauan jarak jauh untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan sehingga meningkatkan kepuasan dan kualitas hidup pasien PD. Tujuan: Untuk mengetahui penggunaan telehealth dalam meningkatkan kemandirian pasien gagal ginjal kronis dengan peritoneal dialysis. Metode: Penelitian kualitatif tinjauan literatur sistematis tentang penggunaan Telehealth dalam meningkatkan kemandirian pasien gagal ginjal kronis dengan dialisis peritoneal. Sumber pencarian artikel menggunakan database Pubmed, Sage Journal, Scopus, Science Direct, dan ProQuest. Total artikel yang masuk tahap screening sebanyak 373 artikel, dan artikel yang dikategorikan eligible berdasarkan kriteria inklusi penelitian ini diperoleh sebanyak 10 artikel Hasil: Berdasarkan telaah dan review dari 10 artikel pilihan, didapatkan hasil bahwa Mobile Health atau eHealth meningkatkan kemandirian pasien berdasarkan dari pengetahuan, kemampuan pasien melakukan perawatan PD secara mandiri dirumah, peningkatan kepatuhan, kepuasan serta peningkatan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dengan PD. Simpulan: Penggunaan telehealth efektif dalam membantu deteksi dini komplikasi, seperti peritonitis, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi stres dan rasa isolasi. Meski demikian, keberhasilan implementasi telehealth sangat bergantung pada kesiapan teknologi, literasi digital pasien, serta keamanan dan privasi data. Saran:  Penggunaan Telehealth/Mobile Health direkomendasikan sebagai salah satu intervensi non farmakologi yang mudah diterapkan untuk meningkatkan kemandirian pasien gagal ginjal kronis dengan PD di rumah.   Kata Kunci: Dialisis Peritoneal.; Kemandirian Pasien; Mobile Health; Telehealth.
Pengaruh intervensi pesan singkat (SMS) terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan ARV pada anak dengan HIV: A systematic review Rahmawani, Atika; Rekawati, Etty; Nurhaeni, Nani; Adawiyah, Robiyatul
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.697

Abstract

Background: Children with HIV undergoing treatment cannot be separated from the provision of Antiretroviral Drugs (ARVs). ARV adherence is a very important treatment for HIV sufferers, especially for children because it can improve their quality of life. There are several interventions that can be done to improve ARV treatment adherence, one of which is by providing Short Message Service (SMS). The SMS method has been proven to help improve children's adherence in undergoing ARV treatment. Purpose: To provide an overview of the effect of short message service (SMS) interventions on improving ARV treatment adherence in children with HIV. Method: This study used a systematic review to obtain the latest scientific evidence. The research method was carried out by following the guidelines according to the recommendations of the PRISMA statement. Results: Five articles that have been reviewed reported that SMS interventions can improve treatment adherence in children with HIV. Conclusion: An SMS-based approach can be an effective and feasible method to improve treatment adherence in children with HIV.   Keywords: Adherence; Antiretroviral (ARV); Children with HIV; Short Message Service (SMS).   Pendahuluan: Anak dengan HIV yang menjalani perawatan tak terlepas dari pemberian Antiretroviral (ARV). Kepatuhan ARV merupakan pengobatan yang sangat penting dilakukan pada penderita HIV, khususnya bagi anak karena dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan ARV, salah satunya adalah dengan pemberian Short Message Service (SMS). Metode SMS terbukti dapat membantu meningkatkan kepatuhan anak dalam menjalani pengobatan ARV. Tujuan: Untuk memberikan gambaran pengaruh intervensi pesan singkat (SMS) terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan ARV pada anak dengan HIV. Metode: Penelitian ini menggunakan tinjauan sistematis (systematic review) untuk mendapatkan bukti-bukti ilmiah terkini. Metode penelitian dilakukan dengan mengikuti panduan sesuai rekomendasi dari pernyataan  dalam  PRISMA. Hasil: Lima artikel yang telah di review melaporkan bahwa intervensi SMS dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan pada anak dengan HIV. Simpulan: Pendekatan berbasis SMS dapat menjadi metode yang efektif dan layak untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan di kalangan anak yang hidup dengan HIV.   Kata Kunci: Anak dengan HIV; Antiretroviral (ARV); Kepatuhan; Pesan Singkat (SMS).
Gambaran risiko malnutrisi pada anak kanker di Yayasan Rumah Pejuang Kanker Ambu Putri, Widya Enita; Rakhmawati, Windy; Setiawan, Setiawan
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.704

Abstract

Background: The prevalence of pediatric cancer in Indonesia reaches 1.49% of the total cancer cases in Indonesia. Cancer therapy carried out by children with cancer can improve survival in patients, but the side effects caused can lead to increased risk and incidence of malnutrition in cancer patients. The risk of malnutrition is the potential for individuals to experience nutritional deficiencies or excesses. Purpose: To identify risk of malnutrition in cancer children. Method: Quantitative descriptive research, conducted at the Ambu Cancer Fighters House Foundation in November-December 2024. The sampling technique used total sampling with a sample size of 48 respondents. The independent variable in this study is cancer patients, while the dependent variable is the risk of malnutrition. Data analysis used univariate in the form of frequency distribution. Results: Most respondents were male (64.6%), had cancer for more than 6 months (84.4%), and were diagnosed with leukemia (77.1%). The majority of children at risk of severe malnutrition were aged 1-4 years (62.5%) and 10-12 years (62.5%), with a higher proportion of males (64.1%). The most common type of cancer in children at risk of severe malnutrition was leukemia (54%), while 4 children (57.1%) had cancer for less than 6 months. Conclusion: Children with cancer aged 1-12 years are at high risk of malnutrition, with many children showing weight loss in the past month, emaciation, and symptoms such as diarrhea, nausea, vomiting, and decreased appetite in the past week.   Keywords: Cancer; Children; Malnutrition.   Pendahuluan: Prevalensi kanker anak di Indonesia mencapai 1.49% dari jumlah kasus kanker di Indonesia. Terapi kanker yang dijalankan oleh anak dengan kanker dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien, akan tetapi efek samping yang ditimbulkan dapat menyebabkan peningkatan risiko dan kejadian malnutrisi pada pasien kanker. Risiko malnutrisi merupakan potensi individu mengalami kekurangan atau kelebihan nutrisi. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran risiko malnutrisi pada anak yang mengalami kanker. Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif, dilaksanakan di Yayasan Rumah Pejuang Kanker Ambu pada bulan November-Desember 2024. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 48 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah penderita kanker, sedangkan variabel dependen adalah risiko malnutrisi. Analisis data yang digunakan univariate dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil: Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (64.6%), menderita kanker lebih dari 6 bulan (84.4%), serta didiagnosis leukemia (77.1%). Mayoritas anak dengan risiko malnutrisi berat berusia 1–4 tahun (62.5%) dan 10–12 tahun (62.5%), dengan proporsi lebih tinggi pada laki-laki (64.1%). Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak dengan risiko malnutrisi berat adalah leukemia (54%), sementara anak yang menderita kanker kurang dari 6 bulan berjumlah 4 anak (57.1%). Simpulan: Anak penderita kanker usia 1-12 tahun berisiko tinggi mengalami malnutrisi, banyak anak mengalami penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir, kondisi kurus, serta gejala seperti diare, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan dalam seminggu terakhir.   Kata Kunci: Anak; Kanker; Malnutrisi.
Waktu respon untuk operasi caesar darurat dan dampaknya terhadap hasil maternal dan neonatal: A scoping review Dewi, Bella Rossana; Sriatmi, Ayun; Widjanarko, Bagoes
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.714

Abstract

Background: The decision-to-delivery interval (DDI) is a critical factor in emergency caesarean section, with the National Institute of Clinical Excellence (NICE) recommending a maximum of 30 minutes. However, adherence to this standard varies globally, particularly in resource-limited countries, contributing to an increased risk of maternal and neonatal complications. Purpose: To analyse response time to emergency caesarean section and its impact on maternal and neonatal outcomes. Method: A scoping review of PubMed, Scopus and Google Scholar databases was conducted to analyse studies published between 2014-2024 that addressed DDI, maternal complications and neonatal outcomes. Results: Many developing countries struggle to meet the DDI standard of ≤30 minutes due to limited infrastructure, medical team readiness and operational processes. Studies have shown that this delay increases the risk of perinatal death, maternal complications and the need for neonatal intensive care. Although not always directly impacting neonatal outcomes, factors such as medical staff readiness and system efficiency play a role. Therefore, improving the health system and optimizing medical team coordination are needed to improve emergency caesarean section services. Conclusion: Delayed Decision-to-Delivery Interval in emergency caesarean sections, especially in developing countries, is caused by operational inefficiency, limited infrastructure, and suboptimal medical team coordination. This has an impact on increasing maternal and perinatal mortality rates and the need for intensive care. Systemic improvements and mitigation strategies, such as intrauterine resuscitation, are needed to improve the quality of emergency obstetric care globally.   Keywords: Emergency Caesarean Section; Maternal; Neonatal.   Pendahuluan: Interval keputusan-ke-persalinan/decision-to-delivery interval (DDI) merupakan faktor krusial dalam operasi caesar darurat, dengan National Institute of Clinical Excellence (NICE) merekomendasikan batas maksimal 30 menit. Namun, kepatuhan terhadap standar ini bervariasi secara global, terutama di negara dengan sumber daya terbatas yang berkontribusi pada peningkatan risiko komplikasi maternal dan neonatal. Tujuan: Untuk menganalisis waktu respon untuk operasi caesar darurat dan dampaknya terhadap hasil maternal dan neonatal. Metode: Penelitian scoping review dari basis data PubMed, Scopus, dan Google Scholar untuk menganalisis studi yang dipublikasikan antara tahun 2014-2024 yang membahas DDI, komplikasi maternal, dan luaran neonatal. Hasil: Banyak negara berkembang mengalami kesulitan memenuhi standar DDI ≤30 menit akibat keterbatasan infrastruktur, kesiapan tim medis, serta proses operasional. Studi menunjukkan bahwa keterlambatan ini meningkatkan risiko kematian perinatal, komplikasi maternal, dan kebutuhan perawatan intensif neonatal. Meskipun tidak selalu berdampak langsung pada hasil neonatal, faktor seperti kesiapan tenaga medis dan efisiensi sistem turut berperan. Oleh karena itu, perbaikan sistem kesehatan dan optimalisasi koordinasi tim medis diperlukan untuk meningkatkan layanan operasi caesar darurat. Simpulan: Keterlambatan Interval Keputusan-ke-Persalinan dalam operasi caesar darurat, terutama di negara berkembang disebabkan oleh ketidakefisienan operasional, keterbatasan infrastruktur, dan koordinasi tim medis yang kurang optimal. Hal ini berdampak pada peningkatan angka kematian maternal dan perinatal serta kebutuhan perawatan intensif. Perbaikan sistemik dan strategi mitigasi, seperti resusitasi intrauterin diperlukan untuk meningkatkan kualitas perawatan obstetri darurat secara global.   Kata Kunci: Maternal; Neonatal; Operasi Caesar Darurat.
Faktor-faktor yang memengaruhi seksualitas pada perempuan dengan HIV: Telaah sistematis Sari, Levi Anggriani Purnama; Afiyanti, Yati; Susanti, Suryane Sulistiana; Rachmawati, Imami Nur
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.717

Abstract

Background: Sexuality is part of basic human needs that has not received attention and is considered less important, both in social services and in care. There are several factors that influence sexuality in women with HIV, such as the interaction of biological, psychological, social, economic, political, cultural, legal, historical, religious and spiritual factors. Purpose: To identify and analyze various factors that influence sexuality in women with HIV. Method: A systematic review of cross-sectional and cohort studies was conducted in September 2024 using 6 databases, namely Clinicalkey, Clinicalkey Nursing, Scopus, ScienceDirect, SpringerLink, Proquest, and Taylor & Francis. The keywords used were "WLHIV or (PLHIV) and sexuality or (sex) and related factors or (influenced factors) or (biological factors) or (psychological factors) or (social factors) or (cultural factors) or (economic factors)" or "HIV women and sexuality or (sex) and related factors". Results: Based on 13 articles that have been reviewed, several factors were found that influence sexuality in women with HIV, including biological, psychological, socio-political, and spiritual factors as well as sexual health service factors in women with HIV. Conclusion: Sexuality is influenced by the interaction of various factors, including biological, psychological, socio-political, and spiritual factors as well as sexual health service factors in women with HIV. Suggestion: Further research can examine risk factors for sexual health problems in women with HIV partner-based interventions.   Keywords: Human Immunodeficiency Virus (HIV); Sexuality; Women.   Pendahuluan: Seksualitas merupakan bagian kebutuhan dasar manusia yang belum menjadi perhatian dan dianggap kurang penting, baik dalam pelayanan sosial maupun dalam perawatan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seksualitas pada perempuan dengan HIV, seperti interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, sejarah, agama dan spiritual. Tujuan: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi seksualitas pada perempuan dengan HIV. Metode: Penelitian telaah sistematis terhadap studi cross sectional dan Kohort, dilakukan pada bulan September 2024 menggunakan 6 database meliputi Clinicalkey, Clinicalkey Nursing, Scopus, ScienceDirect,  SpringerLink, Proquest, dan Taylor & Francis. Kata kunci yang digunakan yaitu “WLHIV or (PLHIV) and sexuality or (sex) and associated factors or (influenced factors) or (biological factors) or (psychological factors) or (social factors) or (cultural factors) or (economical factors)” atau “women HIV and sexuality or (sex) and associated factors”. Hasil: Berdasarkan 13 artikel yang telah ditelaah, didapatkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seksualitas pada perempuan dengan HIV, diantaranya adalah faktor biologis, psikologis, sosial politik dan spiritual serta faktor pelayanan kesehatan seksual terhadap perempuan dengan HIV. Simpulan: Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor diantaranya yaitu faktor biologis, psikologis, sosial politik dan spiritual serta faktor pelayanan kesehatan seksual terhadap perempuan dengan HIV. Saran:. Penelitian selanjutnya dapat meneliti mengenai faktor risiko masalah kesehatan seksual pada perempuan HIV intervensi berbasis pasangan.   Kata Kunci: Human Immunodeficiency Virus (HIV); Perempuan; Seksualitas.
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kemandirian toilet training pada anak usia prasekolah Nanda, Febrika Devi; Sasongko, Hendrik Probo; Puspitasari, Lina Agustiana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 1 (2025): Volume 19 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i1.731

Abstract

Background: The success of toilet training is not only seen from the child's physical readiness but also from the readiness of the parents, especially the mother, because toddlers still have physical, verbal and emotional limitations in carrying out toilet training. Purpose: To analyze the influence of parenting patterns on the level of toilet training independence in preschool-aged children. Method: Quantitative research with a cross-sectional approach, conducted in June-July 2024. The independent variable in this study is parenting patterns, while the dependent variable is the level of toilet training independence in preschool children. Sampling used the total sampling technique and obtained 60 respondents. Results: The parenting patterns of parents were mostly categorized as good as 38 respondents (63.3%) and the level of independence was categorized as high as 36 respondents (60.0%) with (p) (2-tailed) 0.01 which means there is an influence between the parenting pattern variable and the variable of children's toilet training independence. Conclusion: Parenting patterns have a significant influence on the level of toilet training independence in preschool children. Suggestion: Parents can apply democratic parenting in an effort to encourage healthy psychological growth and development of adolescents. Children's independence needs to be taught early on, children already have the drive to be independent for themselves, independence in each child cannot be the same.   Keywords: Independence; Parenting Patterns; Preschool Age Children; Toilet Training.   Pendahuluan: Keberhasilan toilet training tidak hanya dilihat dari kesiapan fisik anak, tetapi juga dilihat dari kesiapan orang tua, khususnya ibu karena usia toddler masih memiliki keterbatasan fisik, verbal, dan emosional dalam melakukan toilet training. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kemandirian toilet training pada anak usia prasekolah. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada bulan Juni-Juli 2024. Variabel independen pada penelitian ini adalah pola asuh orang tua, sedangkan variabel dependennya yaitu tingkat kemandirian toilet training pada anak usia prasekolah. Sampel dikumpulkan menggunkan teknik total sampling dan dapatkan sebanyak 60 responden. Hasil: Pola asuh orang tua sebagian besar masuk dalam kategori baik sebanyak 38 responden (63.3%), begitupun tingkat kemandirian dikategorikan tinggi sebanyak 36 responden (60.0%) dengan (p) (2-tailed) 0.01, artinya ada pengaruh antara variabel pola asuh dengan variabel kemandirian toilet training anak. Simpulan: Pola asuh orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian toilet training pada anak usia prasekolah. Saran: Orang tua dapat mempraktikkan pola asuh demokratis dalam upaya mendorong perkembangan psikologis remaja yang sehat. Kemandirian anak perlu diajarkan sejak dini, anak sudah mempunyai dorongan kemandirian untuk dirinya sendiri, kemandirian pada setiap anak tidak bisa disamakan.   Kata Kunci: Anak Usia Prasekolah; Kemandirian; Pola Asuh Orang Tua; Toilet Training.
Perbedaan efektivitas pemberian jus wortel dan jus tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi derajat 1 Badrujamaludin, Asep; Inayah, Iin; Afrilia, Putri; Musri, Musri; Rohayani, Lilis
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 1 (2025): Volume 19 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i1.635

Abstract

Background: Hypertension is known as "the silent disease" because it often occurs without obvious symptoms. High blood pressure causes the heart to work harder, which can ultimately cause enlargement and stiffness of the heart muscle. Prevention of complications can be done through pharmacological or non-pharmacological approaches. Non-pharmacological management to control blood pressure includes increasing consumption of nutritious vegetables and fruit, such as papaya, Ambon banana, melon, noni, star fruit, carrots and tomatoes. Purpose: To determine the difference in the effectiveness of administering carrot juice and tomato juice in reducing blood pressure in sufferers of grade 1 hypertension. Method: Quasi-experimental research with a non-equivalent control group research design. This study used a purposive sampling technique with a sample size of 32 respondents. The statistical analysis used was the T-Independent test. The study was conducted on March 1, 2024 at the integrated coaching post in the working area of ​​the Kalijati health center regional technical implementation unit, Subang Regency. Results: The average systolic and diastolic blood pressure before giving carrot juice was 156.68 mmHg and 96.68 mmHg, after the intervention it dropped to 126.18 mmHg and 82 mmHg. The average systolic and diastolic blood pressure before giving tomato juice was 156.5 mmHg and 97.06 mmHg, after the intervention it dropped to 132 mmHg and 84.31 mmHg. Conclusion: There is a difference in the effectiveness of carrot juice and tomato juice in lowering blood pressure in hypertensive patients. Carrot juice therapy is considered more effective than tomato juice therapy in lowering blood pressure.   Keywords: Blood Pressure; Carrot Juice; Hypertension; Tomato Juice.   Pendahuluan: Hipertensi dikenal sebagai “the silent disease” karena sering terjadi tanpa gejala yang jelas. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan jantung bekerja lebih keras, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pembesaran dan kekakuan pada otot jantung. Pencegahan komplikasi dapat dilakukan melalui pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan non-farmakologi untuk mengendalikan tekanan darah meliputi peningkatan konsumsi sayuran dan buah yang berkhasiat, seperti  pepaya, pisang ambon, melon, mengkudu, belimbing, wortel, dan tomat. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pemberian jus wortel dan jus tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi derajat 1. Metode: Penelitian quasi eksperiment dengan desain non-equivalent control group. Pengumpulan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan didapat sebanyak 32 partisipan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji T-Independent. Penelitian dilakukan pada tanggal 1 maret 2024 di Posbindu Gg Mangga di RW 04 Kelurahan Kalijati Barat, wilayah kerja UPTD Puskesmas Kalijati, Kabupaten Subang. Hasil: Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum pemberian jus wortel adalah 156.68 mmHg dan 96.68 mmHg, setelah intervensi turun menjadi 126.18 mmHg dan 82 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum pemberian jus tomat adalah 156.5 mmHg dan 97.06 mmHg, setelah intervensi turun menjadi 132 mmHg dan 84.31 mmHg. Simpulan: Terdapat perbedaan efektivitas pemberian jus wortel dan jus tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi jus wortel dinilai lebih efektif daripada terapi jus tomat dalam menurunkan tekanan darah.   Kata Kunci: Hipertensi; Jus Tomat; Jus Wortel; Tekanan Darah.
Efektivitas leaflet hipertensi terhadap tingkat pengetahuan masyarakat Nurvita, Silvia; Mayadilanuari, Aerrosa Murenda
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 1 (2025): Volume 19 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i1.724

Abstract

Background: Hypertension is a non-communicable disease whose mortality and morbidity rates continue to increase globally. The number of hypertension sufferers in Semarang City until November 2024 is 311,089 people. Plamogansari District is one of the districts with quite a lot of hypertension sufferers, so efforts are needed to reduce the number of hypertension sufferers, one of which is educational intervention using leaflet media. Purpose: To determine the effectiveness of hypertension leaflets on public knowledge. Method: Quasi experiment research with 1 pre-test and post-test group. The research sample was mothers aged >45 years as many as 20 participants. The research instruments used were hypertension leaflets and questionnaires. Univariate data analysis and T-test using SPSS. Results: Leaflets are effective in increasing knowledge and compliance of hypertension patients because of their attractive and easy-to-remember visual delivery. The study showed a significant impact (p-value = 0.001), making it an efficient health promotion tool. Conclusion: There is a significant influence between the provision of hypertension leaflets on the level of public knowledge. Suggestion: Further research can use other media, such as posters, pocket books or other print and digital media to measure the level of public knowledge about hypertension.   Keywords: Effectiveness; Hypertension; Knowledge; Leaflet.   Pendahuluan: Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang angka kematian dan kesakitannya terus meningkat secara global. Penderita hipertensi di Kota Semarang hingga November 2024 berjumlah 311.089 jiwa. Kecamatan Plamogan Sari merupakan salah satu kecamatan dengan penderita hipertensi cukup banyak, sehingga perlu adanya upaya untuk menekan angka penderita hipertensi, salah satunya intervensi pendidikan menggunakan media leaflet. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas leaflet hipertensi terhadap pengetahuan masyarakat. Metode: Penelitian quasi experiment dengan 1 kelompok pre-test dan post-test. Sampel penelitian adalah para ibu berusia >45 tahun sebanyak 20 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu leaflet hipertensi dan kuesioner. Analisis data univariat dan Uji T menggunakan SPSS. Hasil: Leaflet efektif meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien hipertensi karena penyampaian visual yang menarik dan mudah diingat. Penelitian menunjukkan dampak signifikan (p-value = 0.001), menjadikannya alat promosi kesehatan yang efisien. Simpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian leaflet hipertensi terhadap tingkat pengetahuan masyarakat. Saran: Penelitian selanjutnya dapat menggunakan media lain, seperti poster, buku saku atau media cetak dan digital lainnya untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit hipertensi.   Kata Kunci: Efektivitas; Hipertensi; Leaflet; Pengetahuan.
Analisis faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada petugas kesehatan Aprilia, Devi; Ichwansyah, Fahmi; Aramico, Basri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 1 (2025): Volume 19 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i1.732

Abstract

Background: Mental health is an important public health problem in Indonesia due to its high prevalence and the economic and social impacts it causes. The magnitude of suffering and burden in the form of disability and costs that must be borne by families and communities is truly astonishing. In recent years, the world has become increasingly aware of this enormous burden and potential for mental health, so that special attention is needed to address mental health problems. Purpose: To analyze factors related to mental health problems in health workers in hospitals. Method: This analytical descriptive study used a cross-sectional design to analyze factors related to mental health problems in health workers at the class IV IM 06.01 Lhokseumawe Regional General Hospital for the period 24-30 June 2024. The study sample was collected using a simple random sampling technique of 170 respondents, excluding officers who were pregnant and on a diet. The independent variables in this study include: Body Mass Index (BMI), age, gender, education, marital status, social support, and hypertension, while the dependent variable is mental health problems (depression, anxiety, and stress). Data collection was carried out directly through observation and interviews with respondents using a questionnaire instrument. Results: The variables of age, social support, BMI, hypertension, physical activity, diet, length of service, and job satisfaction have a correlation with the occurrence of mental health problems with a p value <0.05, while the variables of gender, marital status, and profession do not predominantly influence mental health problems (p value > 0.05). The majority of respondents have normal mental health as much as 70.6%, do not experience depression as much as 68.8%, do not experience anxiety as much as 68.82%, and are not stressed as much as 67.1%. Conclusion: The variables of age, social support, BMI, hypertension, physical activity, diet, length of service, and job satisfaction have a correlation with the occurrence of mental health problems. In contrast, the variables of gender, marital status, and profession do not predominantly influence mental health problems. Suggestion: Health services can organize training and education programs on the importance of a healthy lifestyle, including balanced nutrition and the benefits of physical activity.   Keywords: Health Workers; Hospitals; Mental Health.   Pendahuluan: Kesehatan mental merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi serta dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan. Besarnya penderitaan dan beban dalam hal kecacatan dan biaya yang harus ditanggung, baik keluarga maupun masyarakat sangat mengejutkan. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menjadi semakin sadar akan beban dan potensi yang sangat besar ini untuk kesehatan mental, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap permasalahan kesehatan mental. Tujuan: Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada petugas kesehatan di rumah sakit. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada petugas kesehatan di Rumah Sakit TK IV IM 06.01 Lhokseumawe pada tanggal 24-30 Juni 2024. Sampel penelitian dikumpulkan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 170 responden, dikecualikan untuk petugas yang sedang hamil dan menjalani diet. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi: Indeks Massa Tubuh (IMT), usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, dukungan sosial, dan hipertensi, sedangkan variabel dependen yaitu masalah kesehatan mental (depresi, kecemasan, dan stress). Pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui observasi dan wawancara kepada responden menggunakan instrumen kuesioner. Hasil: Variabel usia, dukungan sosial, IMT, hipertensi, aktivitas fisik, pola makan, lamanya bekerja, dan kepuasan kerja memiliki korelasi terhadap terjadinya masalah kesehatan mental dengan p-value <0.05, sedangkan variabel jenis kelamin, status pernikahan, dan profesi kerja tidak secara dominan memengaruhi masalah kesehatan mental (p-value >0.05). Mayoritas responden memiliki kesehatan mental yang normal sebanyak 70.6%, tidak mengalami depresi sebanyak 68.8%, tidak mengalami kecemasan sebanyak 68.82%, dan tidak stres sebesar 67.1%. Simpulan: Variabel usia, dukungan sosial, IMT, hipertensi, aktivitas fisik, pola makan, lamanya bekerja, dan kepuasan kerja memiliki korelasi terhadap terjadinya masalah kesehatan mental. Disisi lain, variabel jenis kelamin, status pernikahan, dan profesi kerja tidak secara dominan memengaruhi masalah kesehatan mental. Saran: Layanan kesehatan dapat menyelenggarakan program pelatihan dan edukasi mengenai pentingnya gaya hidup sehat, termasuk nutrisi seimbang dan manfaat aktivitas fisik.   Kata Kunci: Kesehatan Mental; Petugas Kesehatan; Rumah Sakit.
Pengetahuan triase pada perawat di rumah sakit: A scoping review Rahman, Lutfi; Trisyani, Yanny; Emaliyawati, Etika
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 1 (2025): Volume 19 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i1.733

Abstract

Background: Triage knowledge is an important aspect of nursing practice, particularly in hospital emergency departments (EDs). Effective triage can improve the quality of patient care and optimize health resources. However, there is a gap between the triage knowledge that nurses have and the practice applied in the field. Various studies have shown that although nurses have an understanding of triage theory, implementation in the field is often not optimal. This can affect the quality of health services and patient safety. Purpose: To explore the triage knowledge of nurses in hospitals and the challenges faced in its implementation. Method: A scoping review was conducted by searching articles from three databases, namely CINAHL, PubMed, and Scopus. The keywords used included “triage knowledge,” “nurses”, “hospitals”, and “triage practice”. Inclusion criteria included articles published in English that addressed nurses' triage knowledge in a hospital context. Data were extracted using manual tables, and data analysis was performed in a qualitative descriptive manner. Results: There were seven articles that met the inclusion criteria and addressed nurses' triage knowledge in hospitals. Results showed that although nurses have basic knowledge of triage, there are challenges in optimal implementation, such as the lack of use of standardized triage scales. Themes identified included improving knowledge through training, the influence of work experience, as well as the need for continuing education. Variables influencing triage knowledge included formal education, work experience, and type of training received. Conclusion: Triage knowledge in hospital nurses requires more attention in terms of continuing education and training. Further research is needed to explore strategies that can improve effective triage implementation in clinical practice. Suggestion: Future research could conduct more in-depth longitudinal studies to explore the impact of ongoing triage training on nurses' skills and practices in emergency situations, as well as to assess the effectiveness of using standardized triage scales across cultural contexts and health systems.   Keywords: Knowledge; Nurses; Triage.   Pendahuluan: Pengetahuan triase merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan, khususnya di unit gawat darurat (UGD) rumah sakit. Triase yang efektif dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien dan mengoptimalkan sumber daya kesehatan. Namun, terdapat kesenjangan antara pengetahuan triase yang dimiliki perawat dan praktik yang diterapkan di lapangan. Berbagai studi menunjukkan bahwa meskipun perawat memiliki pemahaman tentang teori triase, penerapan di lapangan sering kali tidak optimal. Hal ini dapat berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. Tujuan: Untuk mengeksplorasi pengetahuan triase pada perawat di rumah sakit dan tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Metode: Penelitian scoping review dilakukan dengan pencarian artikel dari tiga database, yaitu CINAHL, PubMed, dan Scopus. Kata kunci yang digunakan mencakup "pengetahuan triase", "perawat", "rumah sakit" dan "praktik triase". Kriteria inklusi meliputi artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dan membahas pengetahuan triase perawat dalam konteks rumah sakit. Data diekstraksi menggunakan tabel manual, dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil: Terdapat tujuh artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan membahas pengetahuan triase perawat di rumah sakit. Hasil menunjukkan bahwa meskipun perawat memiliki pengetahuan dasar tentang triase, terdapat tantangan dalam penerapan yang optimal, seperti kurangnya penggunaan skala triase terstandarisasi. Tema yang diidentifikasi meliputi peningkatan pengetahuan melalui pelatihan, pengaruh pengalaman kerja, serta kebutuhan akan pendidikan berkelanjutan. Variabel yang mempengaruhi pengetahuan triase termasuk pendidikan formal, pengalaman kerja, dan jenis pelatihan yang diterima. Simpulan: Pengetahuan triase pada perawat rumah sakit memerlukan perhatian lebih dalam hal pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi strategi yang dapat meningkatkan penerapan triase yang efektif dalam praktik klinis. Saran: Penelitian selanjutnya dapat melakukan studi longitudinal yang lebih mendalam untuk mengeksplorasi pengaruh pelatihan triase berkelanjutan terhadap keterampilan dan praktik perawat dalam situasi darurat, serta untuk menilai efektivitas penggunaan skala triase terstandarisasi di berbagai konteks budaya dan sistem kesehatan.   Kata Kunci: Pengetahuan; Perawat; Triase.

Page 5 of 25 | Total Record : 249