cover
Contact Name
Anwar Hafidzi
Contact Email
anwar.hafidzi@uin-antasari.ac.id
Phone
+6285251295964
Journal Mail Official
shariajournaledu@gmail.com
Editorial Address
Jalan Gotong Royong, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia Kode Pos 70711
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Interdisciplinary Explorations in Research Journal (IERJ)
ISSN : 30321069     EISSN : 30321069     DOI : https://doi.org/10.62976/ierj.v3i2.1120
The Interdisciplinary Explorations in Research Journal (IERJ) is a peer-reviewed academic journal that provides an international platform for scholars and researchers to share innovative and cross-disciplinary studies. IERJ publishes original research articles, reviews, and scholarly papers that advance theoretical understanding and practical applications across diverse academic fields, including science, technology, social sciences, and the humanities. The journal welcomes interdisciplinary research and community service-based studies that offer new insights, foster collaboration, and address global challenges. By promoting intellectual dialogue and cross-field exploration, IERJ aims to contribute to the integration of knowledge, encourage academic innovation, and support impactful research that benefits both scholarship and society.
Articles 201 Documents
Eksistensi Digital Wedding Di Era Disrupsi Dalam Maqashid Syariah SALWA NAILA; AHMAD ZAID; FATIMAH HUSNA AZZAHRA; RAHMAT FADILLAH
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.522

Abstract

Abstract The era of disruption has presented a new phenomenon in wedding procedures, namely digital weddings.  The emergence of digital marriage raises questions about its validity in Islam and how digital marriage can fulfill the maqashid of sharia.  An in-depth analysis of digital marriage in the context of maqashid sharia is needed to answer these questions.  Important points that need to be considered include the pillars and conditions of marriage, the presence of a marriage guardian, security and privacy, compliance with maqashid sharia, as well as challenges and solutions.  Digital marriage must fulfill the pillars and requirements of marriage, and be able to fulfill the maqashid of sharia.  The security and privacy of personal data of the parties involved also needs to be considered.  Digital marriage still has several challenges that need to be overcome, such as ensuring the validity of the marriage, ease of access for all groups, and public education.  This research uses normative research methods and a conceptual analysis approach to analyze the existence of digital weddings in the era of technological disruption by taking into account the maqashid sharia perspective. Data was collected from related literature and analyzed to examine the main elements of the concept of digital marriage, technology, maqashid sharia, and the era of disruption. The author also considers the application of maqashid sharia principles to the development and implementation of digital marriage based on basic principles such as justice, benefit and blessing. This research provides an understanding of the development of digital marriage in the era of digital technology and its application to social, economic and cultural aspects.  Discussions about digital marriage are still ongoing and there is no unified opinion among the ulama about its validity.  Digital marriages need to be carried out by paying attention to local norms and customs, and the public needs to receive sufficient education about digital marriages so they can understand their rights and obligations. Keywords: existence; digital wedding; era of disruption;, maqashid sharia. Abstrak Era disrupsi menghadirkan fenomena baru dalam tata cara pernikahan, yaitu pernikahan digital. Kemunculan pernikahan digital menimbulkan pertanyaan tentang keabsahannya dalam Islam dan bagaimana pernikahan digital dapat memenuhi maqashid syariah. Analisis mendalam terhadap pernikahan digital dalam konteks maqashid syariah diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Poin penting yang perlu dipertimbangkan meliputi rukun dan syarat pernikahan, kehadiran wali nikah, keamanan dan privasi, pemenuhan maqashid syariah, serta tantangan dan solusinya. Pernikahan digital harus memenuhi rukun dan syarat pernikahan, serta mampu memenuhi maqashid syariah. Keamanan dan privasi data pribadi para pihak yang terlibat pun perlu diperhatikan. Pernikahan digital masih memiliki beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti memastikan keabsahan pernikahan, kemudahan akses bagi semua kalangan, dan edukasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dan pendekatan analisis konseptual untuk menganalisis eksistensi digital wedding dalam era disrupsi teknologi dengan memperhatikan perspektif maqashid syariah. Data dikumpulkan dari literatur-literatur terkait dan dianalisis untuk mengkaji elemen utama dari konsep digital wedding, teknologi, maqashid syariah, dan era disrupsi. Penulis juga mempertimbangkan implikasi prinsip-prinsip maqashid syariah pada pengembangan dan implementasi digital wedding berdasarkan prinsip dasar seperti keadilan, kemaslahatan, dan keberkahan. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang perkembangan digital wedding di era teknologi digital dan implikasinya pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Pembahasan tentang pernikahan digital masih berlangsung dan belum ada kesatuan pendapat di kalangan ulama tentang keabsahannya. Pernikahan digital perlu dilakukan dengan memperhatikan norma dan adat istiadat setempat, serta masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang cukup tentang pernikahan digital agar dapat memahami hak dan kewajiban mereka. Kata Kunci: eksistensi; digital wedding; era disrupsi; maqashid syariah.
Kesetaraan Perempuan dalam Islam Muhammad Ihsan; M. Romdani
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.523

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif kualitatif dengan studi Pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dan lainnya. Tidak semua hal disamakan atau dibedakan bagi Wanita dan pria. Ada yang hanya menjadi hak dan kewajiban laki-laki tapi tidak menjadi hak dan kewajiban bagi perempuan begitu pula sebaliknya. Perkara tersebut penting diketahui mengingat timbulnya problematika masyarakat berupa timbulnya tokoh kontroversial akibat gagal paham dalam memahami kesetaraan laki-laki dan Wanita. Sehingga penulis perlu meneliti terkait kesetaraan dalam islam.
Chatbot AI Sebagai Mediator Perceraian Di Indonesia Dalam Tinjauan Hukum Positif Nur Asvia, Salwa; Miftahur Rohmah, Siti; Nabilah, Zahidah
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.525

Abstract

Abstract Divorce in Indonesia is a complex social problem. Mediation is a more peaceful and constructive alternative to trial. The development of AI technology opens up new opportunities in mediation, including through the use of AI chatbots. This journal analyzes the potential and challenges of using AI chatbots as mediators in divorce cases in Indonesia within the framework of positive law. This research uses a normative juridical research method with a qualitative approach. Data was collected through literature study and legal analysis of relevant laws and regulations. The results showed that AI chatbots have the potential to help improve the accessibility and effectiveness of divorce mediation. AI chatbots can provide legal information and guidance on the mediation process, help disputing parties to identify and understand their issues, and facilitate communication and negotiation between the two parties. However, the use of AI chatbots in divorce mediation also presents some legal challenges. Among them are the limitations of AI in understanding the complexity of human emotions and situations, concerns about the privacy and security of disputants' data, the potential for bias and discrimination in AI algorithms, and the lack of specific legal regulations to govern the use of AI in mediation. The journal recommends several measures to address such legal challenges, such as the development of more sophisticated AI chatbots that are sensitive to the emotional and social context of mediation, the establishment of strict privacy and data security standards, testing and auditing of AI algorithms to ensure fairness and non-discrimination, and the establishment of specific legal regulations to govern the use of AI in mediation. In conclusion, AI chatbots have the potential to be a useful tool in divorce mediation in Indonesia. However, serious efforts need to be made to address the legal challenges associated with its use. Keywords: AI Chatbot, Mediation, Positive Law, Indonesia Abstrak Perceraian di Indonesia merupakan sebuah problematika sosial yang kompleks. Mediasi menjadi alternatif penyelesaian yang lebih damai dan konstruktif dibandingkan dengan persidangan. Perkembangan teknologi AI membuka peluang baru dalam mediasi, termasuk melalui penggunaan chatbot AI. Jurnal ini menganalisis potensi dan tantangan penggunaan chatbot AI sebagai mediator dalam kasus perceraian di Indonesia dalam kerangka hukum positif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi literatur dan analisis hukum terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa chatbot AI berpotensi untuk membantu meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas mediasi perceraian. Chatbot AI dapat memberikan informasi hukum dan panduan proses mediasi, membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mengidentifikasi dan memahami masalah mereka, serta memfasilitasi komunikasi dan negosiasi antara kedua belah pihak. Namun, penggunaan chatbot AI dalam mediasi perceraian juga menghadirkan beberapa tantangan hukum. Diantaranya adalah keterbatasan AI dalam memahami kompleksitas emosi dan situasi manusia, kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data pihak-pihak yang bersengketa, potensi bias dan diskriminasi dalam algoritma AI, dan kekurangan regulasi hukum yang spesifik untuk mengatur penggunaan AI dalam mediasi. Jurnal ini merekomendasikan beberapa langkah untuk mengatasi tantangan hukum tersebut, seperti pengembangan chatbot AI yang lebih canggih dan sensitif terhadap konteks emosional dan sosial mediasi, penetapan standar privasi dan keamanan data yang ketat, pengujian dan audit algoritma AI untuk memastikan keadilan dan non-diskriminasi, dan pembentukan regulasi hukum yang spesifik untuk mengatur penggunaan AI dalam mediasi. Kesimpulannya, chatbot AI memiliki potensi untuk menjadi alat yang bermanfaat dalam mediasi perceraian di Indonesia. Namun, perlu dilakukan upaya yang serius untuk mengatasi tantangan hukum yang terkait dengan penggunaannya. Kata Kunci: Chatbot AI, Mediasi, Hukum Positif, Indonesia
Sociology Of Law Riview On The Cyber Begging Phenomenon In Society Ahmad Rizkhan Nurullah; Muhammad Taha Madani; Annisa
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.526

Abstract

Abstract Cyber Begging in the last two years has become an interesting issue to discuss, and it has become a social problem that is quite troubling for social media users. Many take advantage of the opportunity to seek the benefits gained by live streamingon social media accounts. In reality, the perpetrators of cyber begging are not always in economic difficulties, but some perpetrators ask for money to fulfill their desire to buy luxury goods for personal use. This happens because the influence of technology is growing rapidly, causing a shift in people’s morals, making it easier to get money by begging, which has an impact on changing people’s thinking. Become lazy and stuck with instant thinking to get money. The research method used by the author is qualitative through literature studies with a descriptive approach, the results of this study examine further the phenomena, psychology, and legal sociology that cause perpetrators to commit cyber begging. The sociology of law factor analyzed is to examine the laws and regulations made and function in society because the law is not made but found, with the phenomenon of cyber begging analyzing several regulations related to cyber begging, besides that the problem analyzed is the moral shift in social media that occurs in society. In the future, strict sanctions must be given both in terms of law, social morals to ban accounts that are indicated by cyber begging and the government needs to issue special regulations regarding the cyber begging phenomenon. Abstrak Cyber Beggingdalam dua tahun terakhir menjadi permasalahan yang menarik untuk dibahas, dan hal ini menjadi masalah sosial yang cukup meresahkan bagi pengguna media sosial. Banyak yang memanfaatkankesempatan tersebut untuk mencari keuntungan yang didapat dengan melakukan live streaming di akun media sosial. Padahal kenyataannya pelaku cyber beggingtidak selalu berada dalam kesulitan ekonomi, melainkan beberapa pelaku meminta uang demi memenuhi keinginan membeli barang mewah untuk kepentingan pribadi. Hal ini terjadi tidak lepas karena pengaruh teknologi berkembang pesat sehingga menyebabkan pergeseran moral masyarakat semakin mudahnya mendapatkan uang dengan mengemis, maka berdampak pada merubah pemikiran masyarakat menjadi malas dan terjebak dengan pemikiran instan untuk mendapatkan uang. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif melalui studi literatur dengan pendekatan deskriptif, hasil penelitian ini mengkaji lebihjauh tentang fenomena, psikologi, hinggasosiologi hukum yang menyebabkan pelaku melakukan cyber begging. Faktor sosiologi hukum yang dianalisis adalah menguji peraturan perundang-undangan yang dibuat dan berfungsi dalam masyarakat sebab hukum itu tidak dibuat melainkan ditemukan, dengan adanya fenomena ini penulis menganalisa beberapa peraturan yang terkait cyber begging, selain itu permasalahan yang dianalisis adalah pergeseran moral dimedia sosial yang terjadi pada masyarakat. Kedepannya harus diberikan sanksi yang tegas baik dalam hal hukum, moral sosial hingga men-takedown akun yang terindikasi perbuatan cyber beggingdan dari pemerintah perlu menerbitkan peraturan khusus berkenaan dengan fenomena tersebut.
Menggugat Kekuatan Patriarki: Hak-hak perempuan dalam transformasi menuju kesetaraan gender Najwa Qurrata'Ayun; Siti eka Pratiwi; Asyifa Sari, Dini; Siti Noormala
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.528

Abstract

AbstractWomen can become strategic actors in development. Not only development in villages, but also national development that can change the lives of Indonesian people to become better and more prosperous. The article is the result of a literature review which attempts to fill the gap in studies regarding the transformation of women's roles as a form of resistance in the shackles of patriarchal culture which is still strong. The aim of the study is to identify the transformation of women's roles in several aspects that are still shackled by patriarchal culture. The library documents used include relevant books, journals, theses and theses. The results of the study explain that the position and role of women in society has experienced changes in several aspects, namely politics, education, economics and family, as well as social and cultural. The position and role of women cannot be marginalized by the power and domination of men. Women have succeeded in proving that their existence is worthy of being taken into account. The intelligence and expertise of Indonesian women, in particular, can no longer be underestimated because they have contributed to development. These findings are in line with the essence of women as social creatures who have the right to free expression, opinion, develop potential, etc.Keywords: patriarchal power, women's rights, gender equality AbstrakPerempuan bisa menjadi aktor strategis di dalam pembangunan. Tidak hanya pembangunan di desa-desa, tetapi juga pembangunan secara nasional yang dapat mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera. Artikel berupa hasil kajian literatur yang berusaha mengisi kekosongan studi mengenai bagaimana transformasi peran perempuan sebagai bentuk perlawanan dalam belenggu budaya patriarki yang masih kental. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi transformasi peran perempuan pada beberapa aspek yang masih terbelenggu oleh budaya patriarki. Dokumen kepustakaan yang digunakan berupa buku, jurnal, tesis, dan skripsi yang relevan. Hasil kajian menjelaskan kedudukan dan peran perempuan di dalam kehidupan masyarakat telah mengalami perubahan pada beberapa aspek, yakni politik, pendidikan, ekonomi dan keluarga, maupun sosial dan budaya. Kedudukan dan peran perempuan tidak dapat dimarginalisasi dengan kekuasaan dan dominasi laki-laki. Perempuan berhasil membuktikan bahwasanya keberadaan mereka layak untuk diperhitungkan. Kecerdasan serta kepiawaian perempuan-perempuan Indonesia, khususnya, tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap pembangunan. Temuan itu sejalan dengan hakikat perempuan sebagai makhluk sosial yang memiliki hak untuk bebas berekspresi, berpendapat, mengembangkan potensi, dan lain-lain. Kata Kunci : kekuatan patriarki, hak-hak perempuan, kesetaraan gender
Analisis Efektifitas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 Di Pasal 27 Mengenai Judi Online Di Kota Banjarmasin Hanif Deedat Syaifullah; Ibnu Rizkan Gynastiar; M. Khairu Rahman; M. Rizky Fatur Alauddin; Izhar
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.529

Abstract

Abstract Abstract: Analysis of the effectiveness of Act No. 1 of 2024 in Article 27 on online gambling. In practice, law enforcement against online gambling still faces many obstacles, such as difficulties in identifying perpetrators, limited resources, and a lack of coordination between law-enforcement agencies. This type of research is normative research by analyzing Law No. 1 of 2024 in Article 27 on Online Gambling. This analysis aims to find out how the less effective legal views in Law No.1 of 2024, in Article 27, on online gambling can affect the equality of positions before the law. The results of the analysis show that the less efficient legal views affect justice and equality before the Law. Therefore, it is necessary to improve and enhance the effective enforcement of the law on online Gambling to ensure equality in the law and the implementation of Article 27 (1) of the 1945 Basic Law. Keywords: Online Gambling, Law, Effectiveness, Implementation. Abstrak Abstrak: Analisis efektifitas Undang-Undang No 1 Tahun 2024 di Pasal 27 mengenai judi online. Dalam praktiknya, penegakan hukum terhadap judi online masih banyak menghadapi kendala, seperti kesulitan dalam mengidentifikasi pelaku, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya koordinasi antara instansi penegak hukum. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif dengan menganalisis UU No 1 Tahun 2024 di Pasal 27 Mengenai Judi Online. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum yang kurang efektif dalam UU No 1 Tahun 2024 di Pasal 27 mengenai judi online dapat mempengaruhi kesamaan kedudukan di hadapan hukum. Hasil analisis menunjukkan bahwa pandangan hukum yang kurang efektif serta mempengaruhi keadilan dan kesetaraan di hadapan hukum. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dan peningkatan penegakan hukum yang efektif terhadap judi online untuk memastikan kesamaan kedudukan di hadapan hukum dan implementasi Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Kata Kunci : Judi Online, Hukum, Efektivitas, Implementasi.
Analisis Unsur Kepastian dalam Alat Bukti Sumpah pada Perkara di Peradilan Islam Nazwatika Maulidhiya; Najla Amali; Akhmad Zubair
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.530

Abstract

AbstractIn the practice of resolving cases in court, of course, many methods are used in the process of proving a case, as well as the evidence submitted. As for the evidence itself in a court case, a judge is free to assess the evidence. With the oath tool submitted by the defendant to strengthen its argument, it has several forms such as witness testimony, testimony, confession, and oath. Where the oath itself is a statement from a person that he said on behalf of his god. And the information given by someone who takes an oath is always considered true, this stems from people's belief that words involving the name of God are not words spoken playfully. Through legal analysis, this article tries to describe how the proof of an oath can be used as evidence in a court of law that can fulfil a settlement in the process of cases in court by providing considerations that apply in the principles of procedural law. Keywords: Oath, evidence, court AbstrakDalam praktek penyelesaian perkara dalam peradilan, tentunya digunakan banyak cara dalam proses pembuktian suatu perkara, maupun juga alat bukti yang di ajukan. Adapun pembuktian sendiri dalam suatu perkara pengadilan, seorang hakim bebas untuk menilai pembuktian. Dengan alat sumpah yang diajukan oleh pihak tergugat untuk menguatkan argumentasinya memiliki beberapa macam bentuk seperti keterangan saksi, persangkaan, pengakuan serta sumpah. Dimana sumpah sendiri merupakan keterangan dari seseorang yang ia ucapkan atas nama tuhannya. Dan keterangan yang diberikan oleh seseorang pelaku sumpah selalu dianggap benar, hal ini bermula dikarenakan kepercayaan orang-orang terhadap perkataan yang menyangkut nama tuhan bukanlah perkataan yang diucapkan dengan main-main. Melalui analisis hukum, artikel ini mencoba menguraikan bagaimana pembuktian sebuah sumpah dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam sebuah peradilan dapat memenuhi sebuah penyelesaian dalam proses perkara pada pengadilan dengan memberikan pertimbangan yang berlaku dalam prinsip-prinsip hukum acara.Kata Kunci: Sumpah, bukti, peradilan.
Perjanjian Pranikah untuk Tidak Selingkuh Perspektif Hukum Islam di Indonesia Fadillah, Rahmat Fadillah; Subehi, M. Beta
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.531

Abstract

The more advanced human civilization becomes, the more problems occur among humanity. One of the problems that arise is related to relationships between people. Trust issues are a hot topic being discussed nowadays, including in husband-wife relationships. Trust issues influence prospective husbands or wives to enter into prenuptial agreements. The contents of the agreement are about the prohibition of cheating, as was done by artist Via Vallen and her husband Chevra Yolandi. They made this agreement so that each of them would think again about committing cheating because there were consequences if they broke the agreement. Not without reason, quite a few cases of infidelity have occurred between ordinary people and public figures in the country. The purpose of this research is to find out how Islamic law views prenuptial agreements which include a prohibition on cheating in them? This research uses a type of normative juridical research with library research. The research results show that marriage should be carried out based on mutual trust in each partner.
Hukum Perkawinan Adat Banjar : Menelisik Kebiasaan Masyarakat Banjar dalam Praktek Perkawinan Erfan, Zainul; Sukarni, Sukarni; Hanafiah, M.Hum, , Prof. Dr. H. M.; Muhajir, M.A, Dr. Ahmad
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.554

Abstract

Abstract The more advanced human civilization becomes, the more problems occur among humanity. One of the problems that arise is related to relationships between people. Trust issues are a hot topic being discussed nowadays, including in husband-wife relationships. Trust issues influence prospective husbands or wives to enter into prenuptial agreements. The contents of the agreement are about the prohibition of cheating, as was done by artist Via Vallen and her husband Chevra Yolandi. They made this agreement so that each of them would think again about committing cheating because there were consequences if they broke the agreement. Not without reason, quite a few cases of infidelity have occurred between ordinary people and public figures in the country. The purpose of this research is to find out how Islamic law views prenuptial agreements which include a prohibition on cheating in them? This research uses a type of normative juridical research with library research. The research results show that marriage should be carried out based on mutual trust in each partner. Keywords: Law, marriage, Banjar custom, habit, practice Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kebiasaan masyarakat Banjar dalam praktik perkawinan serta menilai status hukumnya menurut syariat Islam, khususnya dalam fiqih munakahat. Studi ini difokuskan pada dua pertanyaan utama: (1) Apa saja kebiasaan dalam praktik perkawinan di masyarakat Banjar? (2) Bagaimana status hukum kebiasaan tersebut dalam syariat Islam? Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan studi literatur terkait hukum perkawinan adat Banjar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Banjar memiliki sejumlah kebiasaan unik dalam praktik perkawinan yang mencakup tahapan-tahapan seperti lamaran, pertunangan, dan upacara adat yang khas. Kebiasaan-kebiasaan ini diperiksa dan dianalisis dalam konteks hukum Islam untuk menentukan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariat. Analisis fiqih munakahat menunjukkan bahwa sebagian besar kebiasaan masyarakat Banjar dalam praktik perkawinan sejalan dengan ketentuan syariat Islam, meskipun terdapat beberapa aspek yang memerlukan penyesuaian atau klarifikasi hukum. Penelitian ini memberikan wawasan mendalam mengenai sinergi antara tradisi adat dan hukum Islam dalam masyarakat Banjar, serta kontribusinya terhadap pemahaman yang lebih komprehensif tentang praktik perkawinan adat di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat Banjar dan pemangku kepentingan dalam upaya melestarikan kebudayaan sambil memastikan kesesuaian dengan hukum Islam, serta bagi akademisi yang tertarik pada kajian hukum adat dan fiqih perkawinan. Kata Kunci : Hukum, perkawinan, adat Banjar, kebiasaan, praktik.
Peningkatan Kapasitas Staf Yayasan Sapda Tentang Kebijakan Pencegahan Eksploitasi, Kekerasan Dan Pelecehan Seksual-Pseah (Preventif Sexual Exploitation, Abuse And Harassment) Irawan, Andrie; Iqbal Cahyo Arsetyo, Yulio
Interdisciplinary Explorations in Research Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Sharia Journal and Education Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ierj.v2i2.557

Abstract

Abstract This paper discusses the importance of policies on Prevention of Exploitation, Violence, and Sexual Harassment (PSEAH) in protecting individuals from the negative impacts of such behaviors. Community engagement programs aim to raise awareness, develop policies, enhance the capacity of officials, provide support for victims, and establish effective reporting systems. SAPDA Foundation has a PSEAH policy and a commitment to creating a safe and comfortable work environment with zero tolerance for PSEAH. They conduct Capacity Building to improve staff understanding and knowledge of the policy through various steps The outcomes of Capacity Building are expected to increase awareness, skills, organizational culture, trust, compliance, and reduce risks and losses. Recommendations include clear policy formulation, regular training, awareness promotion, special team development, routine assessments, expert consultations, victim support, and promotion of a zero-tolerance culture. Additionally, Komnas Perempuan launched CATAHU 2022 in response to the rise in Gender-Based Violence (GBV) cases in 2021, urging the immediate enactment of the TPKS Bill. The Ministry of Women's Empowerment and Child Protection also has the SIMFONI-PPA program to address violence against women and children. Keywords: PSEAH Policy, Gender Equality and Human Rights, Capacity Building for PSEAH Abstrak Tulisan ini membahas tentang pentingnya kebijakan Pencegahan Eksploitasi, Kekerasan, dan Pelecehan Seksual (PSEAH) dalam melindungi individu dari dampak negatif perilaku tersebut. Program keterlibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, mengembangkan kebijakan, meningkatkan kapasitas pejabat, memberikan dukungan bagi korban, dan membangun sistem pelaporan yang efektif. SAPDA Foundation memiliki kebijakan PSEAH dan komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman tanpa toleransi terhadap PSEAH. Mereka melakukan Peningkatan Kapasitas untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan staf terhadap kebijakan melalui berbagai langkah seperti sosialisasi, distribusi materi pendidikan, pelatihan dasar dan lanjutan, penguatan kapasitas tim penegakan hukum, dan pemilihan mata pelajaran pendampingan. Rekomendasinya mencakup perumusan kebijakan yang jelas, pelatihan rutin, peningkatan kesadaran, pengembangan tim khusus, penilaian rutin, konsultasi ahli, dukungan terhadap korban, dan promosi budaya tanpa toleransi. Selain itu, Komnas Perempuan meluncurkan CATAHU 2022 sebagai respons terhadap meningkatnya kasus Kekerasan Berbasis Gender (GBV) pada tahun 2021, dan mendesak agar RUU TPKS segera disahkan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga memiliki program SIMFONI-PPA untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kata Kunci: Kebijakan PSEAH, Kesetaraan Gender dan Hak Asasi Manusia, Peningkatan Kapasitas Penegakan Hukum

Page 9 of 21 | Total Record : 201