cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Attoriolong
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Attoriolong diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM. Jurnal Attoriolong memuat tulisan yang terkait dengan Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan. dipublikasikan dua kali dalam setahun, pada bulan Januari dan Agustus
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah" : 10 Documents clear
Eksistensi Tradisi Mangngonggo Durian bagi Masyarakat di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar, 2016-2019. Rinaldi, Irfan; Amirullah, Amirullah; Asmunandar, Asmunandar
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Eksistensi Tradisi Mangngonggo Durian bagi Masyarakat di Desa Batetangnga Kecamatan Binuang. Permasalahan pokok tersebut kemudian menjadi beberapa sub permasalahan, yaitu: 1) bagaimana latar belakang munculnya tradisiMangngonggo Durian di Desa Batetangnga? 2) bagaimana eksistensi dan prosesi MangngonggoDurian di Desa Batetangnga? 3) bagaimana perkembangan tradisi Mangngonggo Durian di desa batetangnga?. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen baik buku, jurnal, maupun artikel yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa: tradisi MangngonggoDurian adalah tradisi pesta buah Durian yang dilakukan ketika musim buah Durian tiba. Tradisi ini juga diartikan sebagi bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena kita diberikan nikmat berupa buah Durina tradisi ini dimulai dari nenek moyang orang Batetangnga dan  masih dilestarikan  samapi sekarang ini. Berdasarkan  hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat khususnya masyarakat Batetangnga senantiasa melestarikan dan menjaga budaya atau  tradisi yang sudah ada di daerah kita, sehingga dapat menjadi ikon daerah dan memperkaya kearifan lokal di Indonesia.  
Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Angkringan di Pantai Padongko Kabupaten Barru, 2010-2021. Putri, Jovita Oktaviani; Ahmadin, Ahmadin; Rifal, Rifal
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang adanya Angkringan di Pantai Padongko Kabupaten Barru, Dinamika Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Angkringan di Kabupaten Barru 2010-2021, serta Dampak Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Angkringan di Pantai Padongko Kabupaten Barru. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik (kritik intern dan ekstern), interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awalnya lokasi Angkringan tersebut berada di pinggir Pantai Sumpang Binangae, kemudian karena lokasinya yang berada sangat dekat dengan pantai dan menghalangi, akhirnya Pemerintah Kabupaten Barru memindahkan lokasi ke dekat Pantai Padongko karena di anggap lokasi tersebut sudah strategis untuk ditempati berdagang. Dalam perkembanganya Pedagang Angkringan mengalami banyak perubahan, di mulai pada masa awal tahun 2010, kemudian masa kejayaan, hingga masa suram. Adapun dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh para pedagang Angkringan itu sendiri, serta pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disumpulkan bahwa Angkringan di Kabupaten Barru ini sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun lamanya, dan para Pedagang Angkringan tersebut mengalami perekmbangan sosial ekonomi yang cukup baik serta dapat menghidupi kehidupan mereka sehari-harinya dengan berdangang Angkringan.
Orang Melayu di Kerajaan Tanete Kabupaten Barru pada Abad XVI-XIX Rosidi, Muhammad Ainun; Jumadi, Jumadi; Subair, Ahmad
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: pertama, memberikan gambaran mengenai ,latar belakang kedatangan orang Melayu di Kerajaan Tanete. Kedua, Bagaimana pengaruh orang Melayu Di Kerajaan Tanete. Dan ketiga, megetahui hubungan kekerabatan orang Melayu dengan Bangsawan Tanete. Dengan menguraikan sebab kedatangan Orang Melayu di Tanete, serta perkembangannya dalam pengaruh dan hubungan kekerabatannya di Kerajaan Tanete. Penelitian ini bersifat deskriptif historis, dengan menempuh beberapa tahapan kerja yang spesifik, yang biasanya dalam penulisan sejarah dibagi atas empat kelompok kerja, yakni heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber yang bertujuan untuk menentukan atau menilai sumber, interpretasi untuk menentukan kedudukan fakta sejarah dan yang terakhir historiografi yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secarah tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kedatangan orang Melayu di Tanete pertama kali diketahui pada masa pemerintahan raja Tanete Deang Ngasseng. Selanjutnya pada masa pemerintahan Petta To Mabburu Limanna (1597-1603) datang seorang putri dari Johor (Melayu) bersama rombongannya dengan menaiki perahu yang dipanggil Panca. Kemudian terjadi perkawinan Petta Pallase-laseE menikah dengan Puteri Johor. Dari perkawinannya dengan Puteri Johor inilah yang melahirkan generasi pewaris tahta kerajaan Tanete yang memiliki darah keturunan Melayu. Orang Melayu banyak memberikan pengaruhnya di Kerajaan Tanete mulai dari perdagangan yang didominasi oleh orang melayu, dalam perkembangan agama islam, dan dari segi budaya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama orang Melayu di keajaan Tanete sangatlah berpengaruh, dari kedatangannya yang awalnya berdagang hingga mereka telah menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk dan elit-elit Bugis di Kerajaan Tanete. 
Masyarakat Adat Sampeong di Desa Lamasi Hulu Kabupaten Luwu, 1988-2020 Nasra, Nasra; Bosra, Mustari; Malihu, La
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terbentuknya masyarakat adat Sampeong, dinamika masyarakat adat Sampeong, serta peran dan fungsi-fungsi pemerintahan tradisional dan formal masyarakat adat Sampeong. untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu: Heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber, interpretasi dan histiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Menurut masyarakat adat Sampeong bahwa penduduk Sampeong berpangkal dari Datu Laukku. Keturunan Datu La Ukku, yang bernama Pong Mula Tau, sebagai nenek pertama manusia yang turun dari langit ke bumi. Yang kemudian beranak cucu dan salah satu dari keturunannya yaitu Tanduk Pirri yang merupakan nenek moyang dari masyarakat adat Sampeong. (2) Dinamika masyarakat adat Sampeong dari tahun 1988-2010 dimekarkan sebagai desa dan mengadakan pemilihan Tomakaka yang dipilih oleh msyarakat dan ada perubahan dari segi pendidikan, dan fungsi pemangku adat. Sedangkan Pada tahun 2011-2020, pemilihanTomakaka kembali dilakukan oleh para Matua, selain itu juga ada pengurangan aturan adat atau Mapasikalamma serta perkembangan dari segi pendidikan, sosial maupun ekonomi semakin berkembang. (3) Peran dan Fungsi pemerintahan tradisional dan formal yang saling beriringan dan bekerja sama dalam penyelesaian masalah dan utntuk memajukan masyarakat adat Sampeong. Selain itu masyarakat adat Sampeong merupakan masyarakat adat yang masih melaksanakan tradisi hingga saat ini diantaranya Rambu Solo, Rambu Tuka ( Balik Gandang), Mapasakkke, Siaja, Marara Kalo yang didukung oleh para pemangku adat sebagai pemegang pranan penting untuk terlaksannya tradisi dalam masyarakat tersebut.
Dinamika Pandai Besi Tradisional Desa Pamboborang Kec. Banggae Kab. Majene 1960-2019 Maskur, Muhammad Yusuf; Malihu, La; Khaeruddin, Khaeruddin
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadan pandai besi di tanah mandar sudah ada dari Abad ke 17 yaitu di Salogang yang sekarang di kenal dengan Desa Baruga Dhua,dimanaada seseorang yang berasal dari arah Selatan Tanah mandar yang hendak melakukan perjalanan untuk memperdalam ilmu ke agamaannya dan salah satu tempat tujuannya adalah Tanah Mandar, Baru sekitar Tahun 1960 salah satu Dari keturunannya Melakukan pernikahan di Desa Pamboborang Dan memperkenalkan pandai Besi di Desa tersebut dan diteruskan para anaknya dan berkembang hingga sekarang. Dalam perjalan pandai besi didesa pamboborang memiliki perkembangan dalam beberapa alat yang diganakan dalam proses penempaan besi salah satunya seperti penggunaan mesin gerinde yaitu alat yang digunakan dalaam proses penghalusan hasil kerajianan tangan tetapi ada beberapa alat yang tidak di lakukan moderenisasi seperti alat penempah besi karena dianggap akan mengurangi kualitas karya yangdihasilkan. Beberapa Masyarakat di Desa Pamboborang Menjadikan pandai besi tradisional sebagai mata pencaharian mereka dan menganggap dapat memenuhi kebutuhan sehari-harimereka baik itu sandang dan pangangnya walaupun menurut mereka pekerjaan pandai besi tradional ini sangat berisiko dalam hal kecelakaan kerjanya karnamasih sangat tradisional, besar harapan para pengrajin ada perhatiaan khusus daripemerintah daerah dalam mendukung usaha mereka dalam bentuk pemasaraannya agar penghasilan yang di dapatkan stabil setiap bulannya. Kehadirian pandai besi di Desa Pamboborang sangat membantu dalam penyediaanlapangan kerja khususnya bagi para pemuda di desa tersebut, mempermudah para petani kelapa dalam memasarkan tempurung kalapa yang dimanfaatkan para pandai besi sebahagaibahan pembakaran dalam proses peleburan besi dan juga mempermudah para buruh bangun dan para petani dalam ham pembuatan serta perbaikan alat yang digunakan dalampekerjaannya seperti parang, sabit, cangkul, palu, sabit dan lain-lain.
Petani Kelapa Sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, 2014-2020. Sari, Shinta Purnama; Ridha, M. Rasyid; Wati, Fitra Widya
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang keberadaan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, perkembangan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, dan untuk mengetahui Keadaan sosial ekonomi petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau. Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 4 tahap, yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa (1) latar belakang keberadaan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur dikarenakan ketersediaan lahan yang mencukupi, dilaksanakannya program Desa yang berfokus pada pertanian dan perkebunan, harga kelapa sawit yang semakin tinggi, serta beban kerja yang cukup ringan membuat banyak petani kelapa sawit memiliki pekerjaan sampingan, (2) perkembangan perkebunan kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur yakni dimulai pada fase awal penanaman dan pengembangan (2014 – 2017), kemudian berlanjut ke fase produksi dan periode perkembangan (2018 – 2020), dan (3) pengaruh keberadaan perkebunan kelapa sawit bagi petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur dapat dlihat dari segi ekonomi dan sosial. Kehidupan ekonomi petani kelapa sawit semakin berkembang jika dilihat dari pendapatan, kualitas rumah, dan kepemilikan aset lainnya. Sedangkan dalam kehidupan sosial petani kelapa sawit dapat dilihat dari sistem kekerabatan, hubungan kerjasama, waktu kerja, dan pendidikan yang semakin berkembang dari tahun ke tahun.
DI/TII di Kaluppini Kabupaten Enrekang 1955-1965, Suatu Kajian Sejarah Sosial Mansur, Sri Indarwati; Ahmadin, Ahmadin; Amirullah, Amirullah
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang latar belakang masuknya DI/TII di Kaluppini, aktivitas-aktivitas yang dilakukan gerombolan DI/TII selama berada di Kaluppini serta dampak yang ditimbulkan dari keberadaan DI/TII di Kaluppini. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah, yaitu a) Heuristik artinya mengumpulkan data, b) Kritik yang dilakukan untuk mengetahui keaslian sumber, c) Interpretasi artinya menafsirkan data-data penelitian, d) Historiografi artinya penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DI/TII masuk ke Kaluppini karena letaknya yang strategis dan masih berkembangnya ritual-ritual keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. Ketika berada di Kaluppini, gerombolan melakukan aksi pembakaran dan penculikan. Mereka juga berupaya menegakkan syariat Islam dengan menghimbau kepada masyarakat untuk melaksanakan salat tepat waktu, berzikir dan berinfaq. Kehadiran DI/TII di Kaluppini menimbulkan dampak dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang sosial ekonomi serta agama dan budaya. Dalam bidang sosial ekonomi, keberadaan DI/TII mengharuskan warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman dan setelah situasi mulai kondusif, warga kembali ke kampung namun adapula yang menetap. Hal seperti ini menghindarkan masyarakat dari perebutan lahan karena beberapa penduduk sudah pergi. Pasca kehadiran DI/TII, masyarakat mengalami kesulitan karena lahan mereka dirusak sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat harus membeli di pasar. Dalam bidang agama dan budaya, wanita diwajibkan untuk menggunakan jilbab agar aurat mereka tidak terlihat. Selain itu, warga juga dihimbau untuk berzikir serta melaksanakan salat berjamaah. Selama berada di Kaluppini, DI/TII tidak memperhatikan pendidikan masyarakat, lain halnya dengan di Benteng Alla dimana DI/TII menculik guru-guru di sekitar Enrekang untuk mengajar di SR VI Tahun Redak.
Nahdlatul Ulama di Bulukumba, 1952-2020. Yasin, M. Syahrul; Bustan, Bustan; Patahuddin, Patahuddin
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nahdlatul Ulama di Bulukumba, perkembangan Nahdlatul Ulama di Bulukumba, dan implikasi keberadaan Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat Bulukumba. Untuk mencapai tujuan tersebutmaka peneliti menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu:heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sosial keagamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terbentuknya NahdlatulUlama di Bulukumba berawal dari kehadiran Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan tahun 1950-an yang kehadirannya kala itu dalam bentuk partai politik. Kehadiran partai Nahdlatul Ulama tersebut, kemudian membentuk beberapa partai cabang Nahdlatul Ulama dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Bulukumba yang saat itu bernama PartaiNahdlatul Ulama Cabang Bulukumba tahun 1952. (2) Perkembangan Nahdlatul Ulama diBulukumba ditandai dengan berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama CabangBulukumba pada tahun 1959. Seiring berjalannya waktu, Pengurus Cabang Nahdlatul UlamaKabupaten Bulukumba kemudian membentuk 10 Majelis Wakil Cabang disemua Kecamatan di Kabupaten Bulukumba serta lembaga dan badan otonom untuk menjalankan fungsinya sebagai organisasi keagamaan seperti Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII, GP Ansor, Lakpesdam,LDNU, dan sebagainya. (3) Implikasi keberadaan Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat Bulukumba memberi banyak perubahan di tengah masyarakat seperti lahirnya para mubalighdan guru agama dibeberapa sekolah, berkembangnya lembaga pendidikan madrasah danpesantren, masifnya kegiatan keagamaan dibeberapa masjid dan majelis- majelis, sertamasyarakat adat Kajang mulai terfasilitasi dengan beberapa program yang dilaksanakan olehLakpesdam PCNU Bulukumba.
Pelabuhan Belang-Belang di Kabupaten Mamuju, 1993-2020 Ramli, Sapriani; Najamuddin, Najamuddin; Ridha, M. Rasyid
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang pembangunan Pelabuhan Belang-belang, perkembangan, dan dampaknya terhadap bidang sosial dan ekonomi mayarakat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi dan Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelabuhan belang-belang dibangun pada tahun 1993 karena keberadaan pelabuhan dibutuhkan oleh masyarakat sebagai alat transportasi dan perdagangan, serta wilayah Belang-belang sangat strategis sebagai tempat dibangunnya pelabuhan. Dalam perkembangannya, pelabuhan ini dapat memperlancar transportasi laut keluar dan masuk ke Kabupaten Mamuju. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan bongkar muat barang dan pada tahun 2015 memfasilitasi masyarakat dengan kapal penyebrangan. Akan tetapi, kurangnya jumlah masyarakat yang menggunakan sarana transportasi penyebrangan tersebut, fungsi itu kemudian dihapuskan sehingga pelabuhan belang-belang telah berfokus pada pengangkutan barang dan peti kemas. Hadirnya pelabuhan Belang-belang memberikan dampak terhadap masyarakat, dengan tersedianya lapangan pekerjaan dan memberikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan serta membantu pembangunan ekonomi wilayah terkait.
Objek Wisata Gunung Bulusaraung pada Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) Rahmania, St.; Najamuddin, Najamuddin; Rifal, Rifal
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Objek wisata Gunung Bulusaraung Pada Masa Pandemi Covid-19. Gunung Bulusaraung merupakan sebuah objek wisata yang terletak di Desa Tompo Bulu Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Dengan memaparkan latar belakang terbentuknya Bulusaraung sebagai objek wisata, sistem pengelolaan Bulusaraung sebelum dan masa pandemi Covid-19, dan dampak Covid-19 terhadap Objek Wisata Gunung Bulusaraung. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik atau pengumpulan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, studi kearsipan, wawancara, dan observasi. Selanjutnya dilakukan kritik sumber terhadap sumber yang telah dikumpulkan, kemudian diinterpretasi atau diberikan penafsiran terhadap sumber tersebut. Langkah terakhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah yang pada akhirnya melahirkan tulisan tentang Objek Wisata Gunung Bulusaraung Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang Gunung Bulusaraung menjadi bagian dari Taman Nasonal Bantimurung pada tahun 2004, akan tetapi baru dikelola pada tahun 2010. Sejak pemerintah Indonesia mendeklarasikan Covid-19 sebagai bencana nasional pada tanggal 02 maret 2020, Salah satu objek wisata yang terkena dampak Covid-19 adalah Gunung Bulusaraung. Objek Wisata Gunung Bulusaraung sebagai bentuk pariwisata berbasis pelestarian lingkungan, memiliki urgensi untuk tetap melakukan operasional. Dengan diterapkannya protokol kesehatan yang sangat ketat diharapkan selain dapat menekan penyebaran Virus Corona juga dapat memulihkan pariwisata di Kawasan Objek Wisata Gunung Bulusaraung. Covid-19 menimbulkan kerugian terhadap objek wisata Gunung Bulusaraung yang mana semua pemangku kepentingan mulai dari Pemerintah Daerah, pelaku usaha sampai dengan pekerja disektor objek wisata merasakan kerugian tersebut.

Page 1 of 1 | Total Record : 10