cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 623 Documents
Kajian Pengeringan dan Pendugaan Umur Simpan Seledri pada Berbagai Bahan Kemasan Fleksibel Tri Yulni; Rokhani Hasbullah; Leopold Oscar Nelwan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1091.015 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractCelery is a perishable horticultural product due to its high water content. This condition leads to a short durability of the celery, thus efforts to prolong its shelf life are required. This study aimed at studying the effects of immersion in sodium metabisulphite and drying temperature on the quality of dried celery leaves, and determining its shelf life using acceleration method based on critical moisture content approach. The results showed that soaking treatment using solution of sodium metabisulphite prior to drying process was able to maintain the dried celery leaves qualities, which resulted in higher chlorophyll content, lower apparent density, higher rehydration ratio, and higher VRS (volatile reducing substance) in comparison without soaking treatment. Moreover chlorophyll content, apparent density, volatile reducing substance (VRS), and rehydration behaviours were affected by the drying temperature. Shelf life of dried celery leaves based on critical moisture content approach represented in linear low density polyethylene (LLDPE) plastic, polypropylene (PP), and aluminium foil oriented polypropylene (OPP) were 30, 51, and 790 days, respectively. AbstrakSeledri merupakan produk hortikultura yang mudah rusak karena memiliki kandungan air yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan seledri tidak tahan lama disimpan sehingga diperlukan penanganan untuk memperpanjang umur simpannya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh perendaman dalam larutan natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap mutu daun seledri kering dan menentukan umur simpan daun seledri kering berdasarkan metode akselerasi dengan pendekatan kadar air kritis. Hasil penelitian menunjukkan perendaman dalam larutan natrium metabisulfit sebelum pengeringan mampu mempertahankan mutu daun seledri kering, dimana dihasilkan kandungan klorofil lebih tinggi, densitas kamba lebih rendah, rasio rehidrasi lebih tinggi, serta kandungan VRS lebih tinggi dibandingkan seledri tanpa perlakuan perendaman. Selain kandungan klorofil, nilai densitas kamba, VRS, dan rasio rehidrasi dipengaruhi oleh suhu pengeringan. Umur simpan seledri berdasarkan metode akselerasi dengan pendekatan kadar air kritis didapat dalam kemasan LLDPE, PP, dan aluminium foil OPP berturut-turut adalah 30, 51, dan 790 hari.
Pelapisan Lilin Karnauba dan Kitosan untuk Mempertahankan Mutu Wortel Kupas Trisma Rezeki Zairisman; I Wayan Budiastra; Sugiyono Sugiyono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1252.696 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

                                                          AbstractCarrot is one kind of vegetables that is highly consumed in Indonesia and foreign countries. Carrots are usually marketed in the form of unpeeled carrots, but now the demand of peeled carrots or minimally processed carrots increases significantly, especially for export. Unfortunately, the peeled carrot usually is more perishable than unpeeled carrots. Therefore, postharvest technology to maintain the quality of peeled carrot is required, one of them is wax coating technology. The aim of this research was to determine the best treatment of coating and storage temperature to maintain quality of peeled carrot during cold storage. Three kinds of storage temperatures (5, 10, 15 °C) and three kinds of coating (carnauba wax, chitosan, carnauba wax+chitosan) were applied in this research. The change of quality of peeled carrot during storage such as moisture content, weight loss, respiration rate, total plate count, color and organoleptic test was investigated. The results showed that the storage temperature significantly influenced the quality parameters analyzed. Coating did not significant affect the quality parameters of peeled carrot. The temperature of 5 °C suppress damage of peeled carrots during storage compared to other temperatures. Chitosan coating combined with storage temperature of 5 °C is the best postharverst treatment for pelled carrot, with the shelf-life of 9 days.                                                                    AbstrakWortel merupakan salah satu sayuran yang cukup banyak dikonsumsi oleh konsumen dalam dan luar negeri. Biasanya wortel dipasarkan dalam bentuk wortel tanpa kupas, namun saat ini permintaan wortel kupas atau wortel terolah minimal semakin besar khususnya dari Singapura. Wortel dalam keadaan terolah minimal lebih cepat busuk dibandingkan dengan wortel tanpa kupas, sehingga diperlukan teknologi pascapanen untuk mempertahankan mutu dari wortel kupas, salah satunya dengan pelapisan lilin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pelilinan dan suhu penyimpanan dingin terbaik untuk mempertahankan mutu wortel kupas. Penelitian ini menggunakan 3 jenis suhu (5, 10, 15oC) dan 3 jenis pelapisan (lilin karnauba, kitosan dan kombinasi). Parameter mutu yang dianalisis adalah kadar air, susut bobot, laju respirasi, total mikroba, warna dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh signifikan terhadap parameter mutu yang dianalisis. Pelapisan tidak berpengaruh signifikan terhadap parameter mutu wortel kupas. Suhu 5oC dapat menghambat kerusakan wortel kupas selama penyimpanan dibandingkan dengan suhu lainnya. Pelapisan dengan kitosan dan suhu penyimpanan 5oC adalah perlakuan terbaik untuk wortel kupas dengan umur simpan 9 hari.
Aplikasi Gelombang Ultrasonik untuk Meningkatkan Rendemen Ekstraksi dan Efektivitas Antioksi dan Kulit Manggis Mar'atus Sholihah; Usman Ahmad; I Wayan Budiastra
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1134.547 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractMaceration is one of the common extraction methods used to obtain antioxidant of mangosteen rind. However, this method time consuming and produce low extraction yield. Therefore, it needs other methods. One of them is ultrasonic-assisted extraction (UAE). The aim of the research is to observe the effect of UAE method on the increasing of extraction yield and the effectiveness of antioxidant from mangosteen rind. Three level of excitation time (15, 30, 45 minutes) and amplitude of ultrasonic wave (35, 50, 65%) were tested on UAE. As the control was maceration method at 35 oC for 7 hours. The result showed that extraction yield, antioxidant activity (IC50) and total anthocyanin content (TAC) of all ultrasonic treatments were significantly different from that of control. The optimum condition of UAE was obtained from amplitude of 65% and excitation time of 45 minutes resulting 6.71% of extraction yield, IC50 4.93 ppm and TAC 558.76 ppm. UAE can enhance the effectiveness antioxidant and reduce extraction time from mangosteen rind. AbstrakMaserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang umum digunakan untuk mendapatkan antioksidan kulit manggis. Metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan menghasilkan rendemen yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan metode ekstraksi yang lebih cepat salah satunya dengan ultrasonic-assisted extraction (UAE). UAE adalah metode ekstraksi menggunakan bantuan ultrasonik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh metode ultrasonik untuk peningkatan rendemen dan efektivitas antioksidan dari kulit manggis. Tiga level waktu eksitasi (15, 30, 45 menit) dan amplitudo (35, 50, 65%) diuji pada ekstraksi berbantu ultrasonik. Maserasi pada suhu 35oC selama 7 jam digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen, aktivitas antioksidan (IC50) dan kadar antosianin total (TAC) dari ekstraksi berbantu ultrasonik berbeda nyata terhadap kontrol. Kombinasi perlakuan terbaik dari ekstraksi berbantu ultrasonik adalah menggunakan amplitudo 65% dan waktu eksitasi 45 menit yang menghasilkan rendemen 6.71%, aktivitas antioksidan IC50 4.93 ppm dan kadar antosianin total 558.76 ppm. Ekstraksi berbantu ultrasonik mampu meningkat rendemen, efektivitas antioksidan dan mengurangi waktu ekstraksi kulit manggis.
Rancangan Kemasan dan Aplikasi Ice gel untuk Transportasi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Mila Siti Amalia; Emmy Darmawati; Leopold Oscar Nelwan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.177 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractThe high ambient temperatures at the oyster mushrooms distribution will accelerate deterioration. Ice gel can be used to lower the mushrooms temperature during transport, so that the mushrooms quality can be maintained. This research was aimed to design the packages, determine the ice gel need, and decreased the oyster mushroom temperature up to 15 oC by applying ice gel. The research treatments were giving ice gel (G): without an ice gel (G0), the ice gel formation 1 (G1) placed the ice gel vertically between every partition on the mushroom retail package and the ice gel formation 2 (G2) placed two ice gel on the top of the package horizontally and an ice gel at the side of the package vertically; and plastic PP perforation treatment: 0.1 % (P1) and 0.3 % (P2) of package area. The result was the 50 x 40 x 24 cm corrugated cardboard dimension had been designed for 3 kg of mushroom and 2.52 kg ice gel could be used with the expectation to lower the mushrooms temperature up to 15 ° C for 2.5 hours. The ice gel formation 2 with perforated 0.3 % and 0.1 % could decrease mushroom temperature at the top part, up to 11 oC and 12.2 oC. While, the rate of mushroom temperature in the package were 16.9 oC and 17.1oC during 2.5 hours.                                                                                                                           Abstrak Suhu lingkungan yang tinggi saat distribusi jamur tiram akan mempercepat penurunan mutu. Ice gel dapat digunakan untuk menurunkan suhu jamur selama transportasi sehingga kualitas jamur dapat dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kemasan, menentukan kebutuhan ice gel dan menurunkan suhu jamur tiram hingga 15 oC saat transportasi dengan aplikasi ice gel. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian ice gel (G): tanpa ice gel (G0), ice gel susunan 1 yaitu diletakkan secara vertikal antara masing-masing sekat pada kemasan ritel jamur (G1) dan ice gel susunan 2 yaitu 2 buah ice gel diletakkan secara horizontal dibagian atas kemasan dan 1 buah ice gel secara vertikal pada sisi kemasan (G2). Perlakuan perforasi (P) pada plastik PP: 0.1 % (P1) dan 0.3 % (P2) dari luas kemasan. Hasil penelitian ini adalah kemasan berbahan karton gelombang dengan dimensi 50 cm x 40 cm 24 cm yang telah dirancang untuk wadah 3 kg jamur dan 2.52 kg ice gel dapat digunakan dengan harapan dapat menurunkan suhu jamur hingga 15 oC selama 2.5 jam. Posisi ice gel susunan 2 dengan perforasi plastik 0.3 % dan 0.1 % dapat menurunkan suhu jamur bagian atas masing-masing hingga 11 oC dan 12.2 oC, sedangkan rata-rata suhu jamur dalam kemasan adalah 16.9 dan 17.1 selama 2.5 jam.
Perlakuan Uap Panas dan Suhu Penyimpanan untuk Mempertahankan Mutu Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) Rimba Lestari; Rokhani Hasbullah; Idham Sakti Harahap
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1651.582 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractPests fruit fly attacks could be an obstacles to the export of fruits. Heat treatment is needed to disinfest the fruit fly without affecting the fruit quality and safe for health. The objectives of this research were (1) to analyze the mortality of Bactrocera papayae fruit flies by in-vitro and by in-vivo, and (2) to analyze theeffect of vapor heat treatment (VHT) and storage temperature on quality of Arumanis mango. The results showed that the 100% mortality in-vitro of fruit fly B. papayae at temperature 46 oC was 10 minutes. While 100% mortality in-vivo at temperature 47 oC was 20 minutes. Exposure time of VHT, storage temperature,and their interaction didn’t significantly afffect weight loss, total soluble solid, hardness, but significantly affected vitamin C. VHT didn’t cause physiological damage which the fruit is still undergoing a process of normal respiration. The fruits on storage temperature of 13±2 oC can last for 18 and 28±2 °C just can last for9 days. VHT at temperature of 47 °C for 25-30 minutes was effective to disinfestation of fruit flies infested inside the Arumanis mango and VHT followed by low temperature storage (13±2 oC) was able to maintain mango quality during storage. AbstrakSerangan hama lalat buah dapat menjadi kendala dalam ekspor buah-buahan. Perlakuan panas dibutuhkan untuk mendisinfestasikan lalat buah tanpa menurunkan mutu buah dan aman bagi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji tingkat mortalitas telur lalat buah Bactrocera papayae secara invitrodan in-vivo, dan (2) menganalisa pengaruh lama perlakuan uap panas (vapor heat treatment/VHT) dan suhu penyimpanan terhadap mutu mangga Arumanis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 100% mortalitas lalat buah B. papayae secara in-vitro pada suhu 46 oC adalah selama 10 menit. Sedangkan 100% mortalitas secara in-vivo pada suhu 47 oC adalah selama 20 menit. Lama VHT dan suhu penyimpanan serta interaksinya tidak berpengaruh signifikan terhadap susut bobot, total padatan terlarut, dan kekerasan, tetapi berpengaruh signifikan terhadap vitamin C. Perlakuan panas tidak menyebabkan kerusakan fisiologisdi mana buah masih mengalami proses respirasi secara normal. Buah pada penyimpanan suhu 13±2 oC buah dapat bertahan selama 18 hari dan pada suhu 28±2 oC hanya bertahan selama 9 hari. VHT pada suhu 47 oC selama 25-30 menit efektif untuk membunuh lalat buah yang terinfestasi dalam manggaArumanis dan VHT yang diikuti oleh penyimpanan suhu rendah (13±2 oC) dapat mempertahankan mutu buah selama penyimpanan.
Analisis Sistem Aerasi pada Penyimpanan Gabah dalam Silo Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) Reniana Reniana; Nursigit Bintoro; Joko Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1718.696 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractGrains cooling by aeration system usually reduces the rate of insects and fungi population growth and preserves grain quality. An aeration system may perform inefficently if the grain moisture or temperatures exeeds the safe thresholds. Good design of aeration systems is essential for efficient cooling. In this study, Computational Fluid Dynamics (CFD) approach was used to describe the performance of the aeration system on paddy storage in the silos. CFD is a computer software program to predict and quantitatively analyze fluid flow, heat transfer, transport phenomena, and chemical reactions in a system with one or more boundary condition. CFD analysis result can be used to represent the aeration system on paddy storage in the silos with a fairly high-level validation. The average value of error during four hours aeration is ranges from 3.6% - 5:47%. The statistically result showed that tend to be not significantly different between the measurement results and CFD analysis.AbstrakPendinginan biji-bijian dengan aerasi digunakan untuk mengurangi laju pertumbuhan populasi serangga dan jamur serta mempertahankan kualitas bijian. Sebuah sistem aerasi dapat tidak efisien jika kelembaban bijian atau suhu melebihi batas aman. Desain yang baik pada sistem aerasi merupakan hal yang sangat dasar untuk efisiensi pendinginan. Pada penelitian ini, dilakukan pendekatan Computational Fluid Dynamics (CFD) untuk menggambarkan performansi sistem aerasi pada penyimpanan gabah didalam silo. CFD merupakan program perangkat lunak komputer untuk memprediksi dan menganalisis secara kuantitatif aliran fluida, perpindahan panas, transpor penomena dan reaksi kimia pada suatu sistem dengan satu atau lebih kondisi batas. Hasil penelitian menunjukkan analisis CFD dapat mereprensentasikan system aerasi pada penyimpanan gabah dalam silo dengan tingkat validasi yang cukup tinggi. Rata-rata nilai error selama empat jam aerasi berkisar 3.6 % - 5.47 %. Secara statistik menunjukkan hasil yang cenderung tidak berbeda nyata antara hasil pengukuran dengan analisis CFD.
Kajian Sedimen Melayang pada Sub DAS Sei Kalembah (DAS Padang), Studi Kasus : Perkebunan Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Edi Susanto; Budi Indra Setiawan; Yuli Suharnoto; Liyantono Liyantono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1581.857 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractThe purpose of this study was determined the amount of suspended sediment concentration dan sediment rating curve. Sediment rating curve are use to show the relationship between the discharge of the river and sediment discharge, a value sediment discharge can be used to predict the magnitude of the sedimentation process. Assesment of the suspended sediment have been made to overcome theproblems associated with the movement of contaminants, changes in water quality, to predict the lifetime of a dam on the river, and also to determine the rate of erosion due to changes in land use. Replanting at oil palm plantations, especially during land clearing that part of the land to be bare land. This condition causes the surface flow of replanted areas become rapidly concentrated into a ditch and into the river carrying sediment. The research results were obtained that the value of sediment discharge at the study site including the criteria for very high (greater than 20 tons/ha/yr) and already exceeds the limit sediment load criteria issued by the Ministry of Forestry. AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya konsentrasi sedimen melayang (suspended sediment) dan kurva lengkung sedimen (sediment rating curve). Kurva lengkung sedimen merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara debit sungai dengan nilai debit sedimen sehingga dapat digunakanuntuk memprediksi besarnya proses sedimentasi. Kajian terhadap sedimen melayang (suspended sediment) telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan proses pergerakan kontaminan (bahan penyebab polusi), perubahan kualitas air, memprediksi masa pakai dari sebuah bendungan disungai, dan juga untuk mengetahui laju erosi akibat perubahan tataguna lahan. Kegiatan peremajaan (replanting) pada perkebunan kelapa sawit, terutama pada saat pembersihan lahan (land clearing) maka sebagian lahan menjadi terbuka. Kondisi ini yang menyebabkan aliran permukaan dari areal peremajaanmenjadi cepat terkonsentrasi ke parit dan menuju sungai dengan membawa sedimen. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa nilai debit sedimen pada lokasi penelitian termasuk kriteria sangat tinggi (lebih besar dari 20 ton/ha/thn) dan sudah melebihi batas kriteria muatan sedimen yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan.
Uji Penggunaan Metode Discriminant Partial Least Squares (DPLS) dan Data Spektra di Daerah Ultraviolet-Cahaya Tampak untuk Penggolongan Kopi Luwak Diding Suhandy; Meinilwita Yulia; Sri Waluyo; Cicih Sugianti
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (917.576 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.3.195-200

Abstract

AbstractThe potential use of UV-Visible spectroscopy along with DPLS (discriminant partial least squares) method has been evaluated to discriminate authenticity of luwak coffee. In this study, UV-Visible spectral data of adulterated and unadulterated luwak coffee samples were obtained within 190-700 nm spectral region. DPLS model were then developed using original spectra to distinguish between adulterated and unadulterated luwak coffee samples. The predictions using developed DPLS model resulted in 100% of correct classification rate for adulterated and unadulterated luwak coffee, respectively. Our results showed that UV-Visible spectroscopy data with DPLS method can be applied to rapid detecting luwak coffee adulteration with other cheaper non-luwak coffees. This technology may be applied to protect and promote luwak coffee as one of Indonesian coffee specialty.Abstrak Potensi penggunaan spektroskopi ultraviolet-cahaya tampak dan metode DPLS (discriminant partial least squares) dievaluasi untuk digunakan dalam proses diskriminasi kopi luwak. Pada penelitian ini data spektra untraviolet-cahaya tampak kopi luwak asli dan kopi luwak yang dicampur kopi arabika (kopi luwak campuran) diambil pada panjang gelombang 190-700 nm. Model DPLS dibangun menggunakan spektra asli untuk membedakan antara kopi luwak asli dan kopi luwak campuran. Hasil prediksi menggunakan model DPLS menghasilkan ketepatan klasifikasi sebesar 100% untuk kopi luwak asli dan kopi luwak campuran. Hasil riset ini menunjukkan spektroskopi ultraviolet-cahaya tampak dan metode DPLS dapat digunakan sebagai salah satu metode cepat untuk mendeteksi adanya pemalsuan kopi luwak yang harganya mahal menggunakan kopi bukan luwak yang harganya lebih murah. Teknologi ini dapat diterapkan untuk melindungi sekaligus mengenalkan kopi luwak sebagai salah satu kopi specialty Indonesia.
Kombinasi Teknologi Kemasan dan Bahan Tambahan Untuk Mempertahankan Mutu Kolang Kaling Amarilia Harsanti Dameswari; Emmy Darmawati; Lilik Pujantoro Eko Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.652 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.3.201-208

Abstract

Abstract Gumoti palm is one of health food with minimal post-harvest treatment that caused damage and limited range of distribution. The damage that Occurs in gumoti palm is brown discoloration caused by oxidation of the enzyme polyphenoloxidase (PPO). Prevention of the damage can be done by reducing the oxygen as a source of oxidation reactions. The use of packaging, soaked water and substance a citric acid can reduce enzymatic browning reactions that lead to color deterioration of gumoti palm. The purpose of this study is to examine the influence of the ratio of water, the concentration of citric acid from lime and packaging technology to discoloration on the surface of gumoti palm during storage. The first stage is the determination of the ratio of water gumoti palm and citric acid concentration of lime was best to maintain the quality. Water ratio studied were 1:1; 1:2 and 1:3 being the concentration of citric acid were 0.1%, 0.5% and 1%. Storage was at room temperature to accelerate change in the quality as a result of this preliminary study are used in the research stage into two. The second stage was to determine the packaging technology combined with materials. The variations of packaging techology by vacuum and non vacuum. Gumoti palm stored at 5OC until the sample was broken. Quality parameters measured include, color, galactomannan content, texture (hardness). The best results was gumoti palm with addition of citric acid 0.1% of lime is able to maintain color preference level is still acceptable to consumers up to 9 days of storage However the effect on the change in taste with consumer acceptanceondy until 6 days after storage at 5OC. Packaging pouch made from PE + nylon combined with water (ratio 1: 3) and citric acid 0.1% were able to retain their galactomanan of 40.18 % to 31.48%. Abstrak Kolang kaling merupakan sumber pangan kesehatan yang masih minim perlakuan pascapanennya sehingga cepat rusak dan terbatas jangkauan pemasarannya. Kerusakan yang terjadi pada kolang kaling adalah perubahaan warna akibat reaksi oksidasi enzymatic browning. Penggunaan kemasan, perendaman air dan pemberian larutan jeruk nipis sebagai sumber asam sitrat alami dapat mengurangi enzymatic browning dan mempertahankan mutu kolang kaling. Tujuan penelitian mengkaji pengaruh rasio air dan konsentrasi asam sitrat dari jeruk nipis dan teknologi kemasan untuk mempertahankan mutu kolang kaling selama penyimpanan. Tahap pertama penelitian adalah penentuan rasio air dan konsentrasi asam sitrat dari jeruk nipis yang terbaik dalam mempertahankan mutu. Rasio air yang dikaji adalah 1:1,1:2 dan 1:3 sedangkan konsentrasi asam sitrat adalah 0.1%, 0.5% dan 1%, yang disimpan pada suhu ruang untuk mengetahui penurunan mutu selama penyimpanan. Hasil dari penelitian pendahuluan, kemudian digunakan pada tahap ke dua penelitian. Penelitian tahap ke dua adalah menentukan teknologi kemasan yang dikombinasikan dengan bahan tambahan untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan. Teknologi kemasan yang digunakan adalah teknologi vakum dan non vakum. Kolang kaling disimpan pada suhu 5OC hingga sampel mengalami kerusakan. Parameter mutu yang di amati adalah warna, kadar galaktomanan, dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio air dengan kolang kaling yang terbaik adalah 1:3 dan konsentrasi larutan jeruk nipis yang terbaik adalah 0.1%. Teknologi pengemasan tidak berpengaruh terhadap perubahan, warna dan kekerasan kolang kaling dalam penyimpanan suhu 5oC sedang yang berpengaruh adalah jenis kemasan PE dan PE+nylon dengan hasil terbaik adalah kemasan PE+nylon. Kemasan pouch berbahan PE+nylon yang dikombinasikan dengan air dan asam sitrat 0.1% mampu mempertahankan kandungan galaktomanan dari 40.18% menjadi 31.48%.
Prototipe Unit Pemetik Tongkol Jagung untuk Mesin Pemanen Jagung Wawan Hermawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3047.116 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.3.209-218

Abstract

Abstract The purpose of this study was to design and test a corn ears picker unit in two rows of corn crops for locally made corn harvesters. The picker unit was designed to be able to harvest the corn ears from two rows of corn crops, and be able to feed the ears to the threshing unit. Snapping rolls mechanism was used for picking corn ears, and an auger mechanism was used for feeding the ears. Several models of the snapping rolls mechanism equipped with gathering conveyors were analyzed and tested, to get the best design. A prototype of the machine was constructed and then tested by laboratory-scale experimental methods. The prototype was operated in a stationary condition, while 25 cm spaced corn stalks with corn ears were moved forward and fed to the picker unit. The test results showed that the picker unit could successfully harvest corn ears with 100% picking efficiency, and 100% gathering-feeding efficiency.Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan menguji unit pemetik tongkol jagung dalam dua baris tanaman jagung untuk mesin pemanen dan perontok jagung buatan lokal. Unit pemetik dirancang untuk bisa memetik tongkol jagung dari batang tanamannya pada dua baris tanaman jagung, dan bisa mengumpankan tongkolnya ke unit perontok. Mekanisme snapping rolls digunakan untuk memetik tongkol jagung, dan mekanisme ulir digunakan untuk mengumpankan tongkolnya. Beberapa model mekanisme snapping rolls yang dilengkapi rantai penarik telah dianalisis dan diuji, untuk mendapatkan desain terbaik. Sebuah prototipe mesin dibuat dan kemudian diuji dengan metode eksperimental skala laboratorium. Prototipe ini dioperasikan dalam kondisi stasioner, sementara batang tanaman jagung yang memiliki tongkol jagung, yang dipasang dengan spasi antar batang 25 cm, digerakkan maju dan diumpankan ke unit pemetik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa unit pemetik berhasil memetik tongkol jagung dengan efisiensi pemetikan 100%, dan efisiensi pengumpulan-pengumpanan 100%.

Filter by Year

1992 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 4 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue