cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ilmiah HUBUNGAN INTERNASIONAL
  • JurnalIlmiahHubunganInternasiona
  • Website
ISSN : 26142562     EISSN : 24068748     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
JIHI can be a reference and literature source for academician in International Relations area as it consists of articles and research reports on International Relations Issues. Articles and research reports are written by academics who is the expert on its field like Security Studies, International Political Economy, Regime, International Organization, Gender and International Relations, Diplomacy, Media and International Relations, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 336 Documents
Ancaman Non-Militer Terhadap Keamanan Nasional di Papua Jerry Indrawan
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 12 No. 2 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.026 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v12i2.2651.159-173

Abstract

Pertahanan negara merupakan salah satu elemen pokok suatu negara karena menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negara, wilayah, dan sistem politiknya dari ancaman negara lain. Situasi di Papua tidak dapat dikategorikan sebagai konflik bersenjata, tetapi lebih dikategorikan sebagai kekacauan, ketegangan, atau gangguan dalam negeri. Ancaman non-militer pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Keinginan masyarakat Papua untuk merdeka lebih disebabkan karena mereka tidak mengalami kesetaraan dalam hal kesejahteraan dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Jika tidak ada penanganan yang serius, kondisi ini akan berkembang menjadi kondisi permanen yang tentunya akan menjadi ancaman besar terhadap keamanan nasional.Kata Kunci: Ancaman Non-Militer, Pertahanan Negara, Keamanan Nasional, dan Papua
The Collaboration Between Indonesia and Pasific Island Countries in Facing Environmental Challenges Vrameswari Omega W; Stanislaus Risadi Apresian; Elisabeth Dewi
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 14 No. 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.213 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v14i1.2834.137-148

Abstract

Permasalahan lingkungan masih menjadi isu utama bagi negara-negara di Kepulauan Pasifik. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu yang paling rentan terkena bahaya alam dan perubahan iklim di dunia.[1]  Penelitian terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 8 pulau di Samudera Pasifik telah tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.[2]  Ancaman serupa pun terjadi di Indonesia. Sebagai negara yang terletak di kawasan Pacific Ring of Fire dan dikelilingi tiga lempeng tektonik menyebabkan Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana. dampak perubahan iklim telah mengancam sekitar 2000 pulau akan tenggelam sebelum tahun 2050.[3] Melihat pada tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh negara-negara di kepulauan Pasifik dan Indonesia, membangun kerja sama yang konstruktif untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi menjadi hal yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tantangan-tantangan keamanan lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik, memetakan kerja sama yang sudah dilakukan antara Indonesia dengan kawasan Pasifik, dan mengelaborasi mengapa kerja sama ini penting. Penelitian ini mengandalkan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Penelitian ini berpendapat bahwa kerja sama yang dilakukan melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan dan Triangulat merupakan upaya untuk memperkuat peran Indonesia dalam menjalin hubungan dengan PICs dan untuk mengatasi tantangan lingkungan.
North Korea and Non-Aligned Movement (NAM) Lesson Learned and opportunities from North Korea Involvement in NAM Albert Triwibowo
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 11 No. 2 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.918 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v11i2.2538.%p

Abstract

Many experts still believe that engagement would be the answer towards the recent situation in Korean peninsula. Up to now, few contacts which have taken place can hardly be called as negotiations. Looking at the situation, a new player could be added into the negotiation process to solve North Korea’s nuclear crisis. The new player should be free of interest, reliable, and has a strong connection with North Korea. It is already over 40 years since North Korea was accepted as full-fledged member and North Korea has gained immeasurably by joining Non-Aligned Movement (NAM). Thus NAM is probably one of the most promising exit strategies for North Korea nuclear crisis, the engagement that could provide coalition for punishment tomorrow. The movement could be an opportunity for North Korean nuclear problem, since it has long history with North Korea, freer from superpower interest, and provide a lot of benefits to North Korean regime. 
Evaluating Nuclear Nonproliferation Regime-Case Study: North Korea Adhi Priamarizki
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 8 No. 2 (2012)
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.303 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v8i2.541.%p

Abstract

This paper try to explain why a country refused to join the nuclear weapons nonproliferation regime. The main argument of this article is the failure of the nuclear weapons nonproliferation regime to create a state-nuclear negara abandon their nuclear weapons because the regime does not successfully complete the core problem that triggered the decision to develop nuclear weapons. The decision will be difficult to change when it is done in order to maintain domestic power in the country that has nuclear weapons. Moreover, the perception of threat also came from rival states with nuclear weapons or non-nuclear states in alliance with the nuclear state. This article uses a case study of North Korea to prove the argument the author.Keywords : nuclear weapon, nuclear nonproliferation regime, nuclear politics, North Korea, Juche
The Evolution of ISIS In Indonesia With Regards to Its Social Media Strategy Naufal Armia Arifin
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 13 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.709 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v13i2.2627.145-158

Abstract

AbstractISIS is a splinter terrorist group from Al-Qaeda that became a global threat in the last two decades. Its recruitment method that is different from its predecessor, also how it utilizes social media effectively, made them able to spread terror to every part of the world and conquer many territories of Iraq and Syria in order to fulfill their goal of a caliphate. However, recent development shows ISIS will lose their base of operation in both countries and there are signs of ISIS shifting their focus to Southeast Asia, with regards to the Marawi conquest. This paper aims to discuss how such development affects ISIS in Indonesia as the largest Muslim country in Southeast Asia and how the government responds to the situation. Keywords: isis; al-qaeda; social media; foreign fighters; indonesia. AbstrakISIS adalah kelompok teroris pecahan dari Al-Qaeda yang menjadi ancaman global dalam hampir dua dekade terakhir. Metode perekrutan anggota ISIS yang berbeda dari pendahulunya, serta bagaimana ISIS memanfaatkan sosial media dengan efektif membuat kelompok ini dapat menyebarkan teror di seluruh dunia dan menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah untuk memenuhi tujuan negara kekhalifahan mereka. Namun, perkembangan terkini menunjukkan ISIS akan kehilangan basis operasinya di kedua negara tersebut dan terdapat tanda bahwa ISIS akan mengalihkan fokus mereka ke Asia Tenggara dengan berkaca pada peristiwa penaklukan Marawi. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana perkembangan tersebut berpengaruh pada ISIS di Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di Asia Tenggara dan bagaimana pemerintah meresponnya. Kata Kunci: isis; al-qaeda; media sosial; pejuang asing; indonesia.
Nuansa Baru Peranan PBB dalam Menjaga Perdamaian Selepas Perang Dingin: Perspektif Resolusi Konflik I Nyoman Sudira
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 11 No. 1 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.724 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v11i1.1445.%p

Abstract

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dikenal sebagai organisasi yang menaungi seluruhnegara, menjaga perdamaian dunia dan kestabilan diantara negara-negara. PBB memilikikewenangan untuk membantu negara-negara yang terlibat konflik apabila dianggap sudah sampaitahap darurat, dimana negara yang terlibat tidak mampu menyelesaikan sendiri. Langkah yangdilakukan oleh PBB adalah mengirimkan pasukan perdamaian, menjadi negosiator, atau mediator.Langkah-langkah yang dilakukan PBB merupakan langkah-langkah dalam meresolusi konflik. Akantetapi, peranan PBB sebagai organisasi yang bertujuan untuk mencapai perdamaian dunia dihadapkankepada beberapa tantangan. Selain itu, peranan PBB yang kurang baik pada masa Perang Dunia danPerang Dingin membuat masyarakat dunia kurang mempercayai kapabilitas PBB. Di dalam artikelini, penulis akan membahas langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh PBB khususnya pasukanperdamaian dan peranan PBB sebagai mediator dalam menangani konflik. Selanjutnya, akandipaparkan perubahan-perubahan yang sudah dilakukan oleh PBB dalam memperbaiki kinerjaorganisasi. Terakhir, akan dipaparkan tantangan dan prioritas PBB dalam usaha untuk meresolusikonflik dan menjaga perdamaian dunia. 
Menuju Asean Economic Community 2015 dalam Kondisi Pembangunan Ekonomi yang Timpang Stanislaus Risadi Apresian
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26675.341 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v10i1.1053.%p

Abstract

Abstract: Economic development gap has divided ASEAN countries into two groups namedASEAN-6 and CLMV. Yet, ASEAN is still in the process to establish ASEAN Economic Community(AEC) in 2015. And in attempt to establish AEC, equitable economic development becomes one of themain characteristics in AEC Blueprint. A debate then arises whether ASEAN is plausible to establisheconomic community successfully or not. In fact, development gap does not always obstruct theestablishment of a community. As for an example, development gap also exists in European region butit is not regarded as a serious problem that can hinder European countries to establish European Union.This study is aimed at discussing the influences of economic development gap among ASEANcountries towards the process of AEC establishment. In this study, dependent development theory ofCardoso is used to analyze the development gap in ASEAN. Based on further analysis, it is found thatthe development gap in ASEAN is influenced by the international economic structure. Data shows thatASEAN countries are integrated (in?)to international structure through the foreign direct investmentfrom the center states. This condition places ASEAN countries as the dependent countries.Key Words: development gap, ASEAN Economic Community (AEC), dependent development
Wake Up and Live: The Roots of Cosmopolitanism in Oriental Worldview Reza A. A. Wattimena
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 13 No. 1 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.853 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v13i1.2660.61-74

Abstract

This article describes the roots of cosmopolitanism in Oriental worldview, especially in the Indian and Chinese worldview. The idea of cosmopolitanism is important to understand today. It is seen as an alternative solution for various conflicts with religious and cultural motives as background. Oriental civilizations developed the idea of cosmopolitanism through various philosophical teachings, such as Vedanta and Buddhism. Both of them are inherently meditative and cosmopolitan. They focus on insight on reality as it is, not reality as it is conceptualized by religion, philosophy or science. This insight deconstructs also the normal understanding of self-identity and stimulates the rise of cosmopolitan awareness, which is inherently experiential. Without this experience and awareness, various theoretical reflections on cosmopolitanism will be useless.
Grand Design Diplomasi Ekonomi Indonesia: Sebuah Pendekatan Indeks Diplomasi Ekonomi Sulthon Sjahril Sabaruddin
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 12 No. 1 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.656 KB)

Abstract

Studi ini mencoba menyusun sebuah blueprint diplomasi ekonomi Indonesia dengan merumuskan Indeks Diplomasi Ekonomi (IDE). Hasil IDE mengambarkan bahwa negara-negara sahabat dengan nilai IDE tertinggi dan masuk dalam kategori negara strategis yaitu Tiongkok, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, dan Jepang. Banyak negara-negara di pasar non-tradisional bagi Indonesia masuk dalam kategori negara strategis. Ditemukan beberapa negara mitra strategis bagi diplomasi ekonomi Indonesia seperti Mauritius, Republik Demokratik Kongo, Angola, Ghana, dan Uganda masih belum terdapat perwakilan Indonesia dan hubungan diplomatik dirangkap dari perwakilan Indonesia di negara sahabat lainnya. Sedangkan negara-negara kategori ‘mitra biasa’ seperti Laos, Bosnia Herzegovina, Fiji, Suriname, Vatikan, dan Noumea Pemerintah Indonesia justru menempatkan perwakilannya dengan pertimbangan politis dan sosial budaya seperti keterikatan sejarah seperti diaspora Indonesia.
Pembahasan Defence Cooperation Agreement Indonesia - Singapura oleh DPR dan Pemerintah Indonesia dan Implikasinya bagi Teori Birokratik Politik Angguntari C. Sari; Mira Permatasari D; Idil Syawfi
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 9 No. 2 (2013)
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3713.012 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v9i2.1044.%p

Abstract

Abstract: This paper aims to examine the extent to which the internal discussion of the Defence andCooperation Agreement between Indonesia and Singapore consistent with the bureaucratic politicstheory. Using the null hypotesis and process tracing methods, this paper tests the bureaucratic politictheory, which was first introduced in the foreign policy studies by Graham Allison and PhilipZelikiow. Specifically, this paper asks the following questions: Who are the foreign policy makers inIndonesia with regards to the faith of DCA? What are their stances toward the future of DCA? Howdoes each decision makers advance their own opinion on this matter? What influence their stance?Does the final outcome reflect each actor's initial preference over the outcome? Based on the paper'scontent and other authors' observation, this paper argues that the internal discussion regarding thefuture of DCA is not entirely consistent with the argument made by Allison and Zelikow inbureuacratic politics theory. .Keywords : bureaucratic politic, foreign policy, Indonesia foreign policy

Filter by Year

2012 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 21 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 20 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 20 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Edisi Spesial Gender Vol. 19 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 19 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 18 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 18 No. 1 (2022): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 2022: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional: Edisi Khusus Papua Vol. 17 No. 2 (2021): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 17 No. 1 (2021): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 16 No. 2 (2020): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 16 No. 1 (2020): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 2020: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional: Edisi Khusus Vol. 15 No. 2 (2019): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 15 No. 1 (2019): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 14 No. 2 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 14, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 14 No. 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 13, No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 13 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 13 No. 1 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 13, No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 12 No. 2 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 12, No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 12 No. 1 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 12, No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 11 No. 2 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 11 No. 1 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 10 No. 2 (2014): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 10, No 2 (2014): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 10 No. 1 (2014) Vol 10, No 1 (2014) Vol 9, No 2 (2013) Vol. 9 No. 2 (2013) Vol 9, No 1 (2013) Vol. 9 No. 1 (2013) Vol 8, No 2 (2012) Vol. 8 No. 2 (2012) More Issue