cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
REMODELING CERVIKS PADA PERSALINAN Parwata Yasa, Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan ekstra uterin. Ini merupakan diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini belum sepenuhnya dipahami. Ini adalah diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini belum sepenuhnya dipahami. dimana kontraksi uterus diawali secara medis maupun bedah sebelum terjadinya partus spontan. Selama beberapa tahun yang lalu, ada peningkatan kekhawatiran bahwa jika serviks belum siap, tidak akan terjadi persalinan yang sukses. Remodeling dari matriks ekstraselular adalah proses utama saat pembentukan proses fisiologi normal selama penyembuhan, kehamilan dan pertumbuhan. Proses remodeling intensif juga terjadi pada astma, penyakit reumatik, dan metase tumor. Proses ini terjadi dengan pengaktifan komponen matriks ekstraselular, sitokin dan enzim degradasi. Dalam beberapa proses remodeling terkumpulnya fibroblas yang dibawa oleh darah. Fibroblas dalam proses remodeling diatur oleh sitokin (autokrin dan parakrin), sitokin diproduksi oleh fibroblast yang diaktivasi, makrofage, neutrofil dan limfosit. Contoh sitokin yang terlihat adalah transforming growth factor (TGF-?), epidermal growth factor, variasi interleukin, dimana TGF-? adalah pemacu antara produksi ECM. Efek sitokin pada fibroblast berbeda tergantung pada lokasi jaringan dan jenis  jaringan. Proses remodeling ekstensif  berlaku saat hamil. Uterus menjalani proses anabolik dimana otot polos dan jaringan konektif meningkat. Serviks yang memiliki lebih banyak jaringan fibrous remodeling dengan 2 step proses. Saat 36 minggu kehamilan hormon menurun, kolagen dan protoglikan mendominasi,saat partus serviks menjadi organ yang lembut dan elastis maka terjadilah penguraian dan pembentukan matriks ekstraselular, melalui pembentukan pada neuprolis, meningkat MMPs dan prubahan produksi matriks ektraselular. Perbaikan serviks yang benar dan tepat waktu merupakan kunci untuk suksesnya  kelahiran. pembukaan dini leher rahim dapat mengakibatkan lahir prematur yang terjadi pada 12,5% dari kehamilan. Transformasi serviks dari sebuah struktur yang kaku tertutup untuk satu yang terbuka cukup untuk kelahiran adalah proses dinamis aktif yang dimulai jauh sebelum awal persalinan. pemahaman yang lebih baik dari proses renovasi molekul serviks sangat penting bagi pengembangan terapi untuk mengobati lahir prematur dan pasca kehamilan oleh akibat malfungsi serviks.
HIFU (HIGH INTENSITY FREQUENCY ULTRASOUND) SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF UNTUK MIOMA UTERI Harry Wijaya Surya, Gede Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus yang sangat sering ditemukan yang walaupun kadang-kadang asimptomatik, pada 50% kasus menimbulkan gejala, sehingga membutuhkan terapi. Sampai saat ini terapi yang paling banyak dilakukan adalah terapi bedah, baik dengan histerektomi maupun miomektomi.   Akhir-akhir ini dikembangkan teknik terapi non invasif untuk mioma uteri, salah satu terapi non invasif untuk mioma uteri ini adalah dengan HIFU (High Intensity Frequency Ultrasound). Prinsip kerja dari HIFU adalah dengan ablasi thermal, kavitasi akustik, dan kavitasi mekanis. Penggunaan HIFU memerlukan alat monitoring yang ketat, dapat dengan menggunakan MRI, CT, maupun USG diagnostik. Sebelum dilakukan HIFU, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan dan kontra indikasi. Selain itu juga perlu dilakukan simulasi sebelum terapi, persiapan pasien dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi laboratorium, foto thoraks dan EKG untuk menilai kesanggupan tubuh pasien terhadap anestesi. Selama dilakukan terapi, dilakukan pemantauan ketat baik dengan menggunakan MRI maupun dengan USG Diagnostik. Setelah terapi, pasien diberi obat-obatan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri, kemudian selanjutnya dilakukan pemantauan lanjutan dalam waktu tidak lebih dari 72 jam setelah terapi. Keberhasilan terapi dinilai dengan perubahan intensitas sinyal pada jaringan yang diterapi pada penggunaan kontras. Dan dari data-data yang didapat dari penelitian, didapatkan pengurangan gejala sebanyak kurang lebih 80% pasien. Kendala dari terapi dengan HIFU ini selain adanya persyaratan-persyaratan yang perlu dipenuhi adalah biaya yang mahal, karena alat ini masih baru dan hanya diproduksi oleh beberapa negara, seperti di AS, Israel, dan Cina dengan biaya operasional yang tinggi.
KADAR MATRIX METALLOPROTEINASE (MMP-7) PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KEHAMILAN PRETERM DENGAN SELAPUT KETUBAN UTUH Wiradnyana, A A G P
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Apakah kadar MMP-7 pada kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh. Rancangan penelitian: penelitian ini adalah penelitian cross-sectional study. Sejumlah empat puluh empat orang ibu hamil dijadikan sebagai sampel penelitian, dua puluh dua ibu dengan kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini sebagai kasus dan dua puluh dua ibu dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh sebagai kontrol. Pemilihan kelompok kasus dan kontrol ditentukan dengan cara consecutive sampling. Prosedur pengambilan sampel dengan mengambil darah vena kubiti sebanyak 5 cc, kemudian dilakukan pemeriksaan MMP-7  dengan metode ELISA yang dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Denpasar. Hasil: rerata kadar MMP-7 kelompok KPD preterm adalah 3,93±1,02 dan rerata kelompok hamil preterm normal adalah 2,13±0,51. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 7,39 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MMP-7 pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Simpulan: Kadar MMP-7 pada kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh. Kata kunci: MMP-7, pecah ketuban dini
KADAR MALONDIALDEHYDE (MDA) PADA ABORTUS SPONTAN Putra Adnyana, I B
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abortus merupakan salah satu komplikasi obstetrik yang paling sering dijumpai pada wanita hamil. Kehamilan dapat berakhir berakhir dengan terjadinya abortus, baik itu abortus insipiens, abortus imminens, abortus inkomplit maupun komplit.1,2 Begitu banyak etiologi yang menyebabkan abortus yaitu: kelainan kromosom, faktorinfeksi, nutrisi, penyakit metabolik, anomali uterus dan stress oksidatif.2,3Teori terbaru mengenai etiologi abortus adalah adanya suatu keadaan tidak seimbangnya antara produksi prooksidan dan mekanisme pertahanan antioksidan.4,5 Stres oksidatif adalah tidak seimbangnya antara prooksidan (free radical) dan antioksidan.4,5 Stres oksidatif sendiri akan menyebabkan gangguan proses plasentasi. Peningkatan insiden kegagalan plasentasi berhubungan dengan peningkatan radikal bebas yang berpengaruh pada perkembangan fungsi plasenta dan berefek pada fetus.6 Peningkatan plasenta oksidatif stres menjadi faktor dalam patogenesis awal keguguran.3 Pada abortus spontan stres oksidatif  dapat menyebabkan degenerasi sinsiotropoblast. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan lipid membran sel, menginduksi terjadinya lipid peroksidasi.Lipid peroksidasi terjadi ketika adanya interaksi antara lipid dengan radikal bebas.Lipid peroksidasi ini tidak hanya sangat tidak stabil namun juga sangat reaktif dan juga merusak. Akhirnya, peningkatan lipid peroksidasi yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan sel endothelial.8,16Peroksidasi lipid yang bersifat sangat reaktif menyebabkan kerusakan sel endotel melalui interaksi langsung dengan membran sel endotel maupun secara tidak langsung melalui aktifasi mediator lain oleh produk peroksidasi lipid.4 Efek secara langsung pada membran endotel adalah peroksidasi lipid memudahkan terjadinya ikatan silang rantai lemak pada membran endotel yang akan menyebabkan perubahan kandungan cairan (fluidisitas)membran dan mobilisasi enzim-enzim pada membran. Hal ini akan menyebabkan membran endotel menjadi bocor dan molekul-molekul hingga seukuran enzim dapat keluar melewati membran yang rusak tersebut. Sebagai tambahan terhadap rusaknya fungsi membran sebagai barier tersebut, peroksidasi lipid juga mengakibatkan hilangnya homeostasis ion yang menyebabkan terjadinya ganguan kompartemen dan kekacauan ion utamanya ion Ca2+. Hilangnya homeostasis Ca2+ menyebabkan hilangnya kontrol metabolik sel endotel.4Kerusakan oleh radikal bebas merupakan sumber dari kerusakan DNA.4,22Reaksi radikal bebas inilah yang menginduksi terjadinya lipid peroksidasi yang kemudian akan memicu disfungsi endotel dan akibat disfungsi endotel yang masif maka akan terjadi abortus.
PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-6 SERUM IBU PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM Jaya Kusuma, A N
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan kadar Interleukin 6 Serum (IL 6) pada persalinan preterm dan persalianan aterm. Metode penelitian :Penelitian ini merupakan desain cross sectional. Jumlah sampel adalah sebesar 50 sampel, dimana, 10ibu dengan persalinan preterm dengan usia kehamilan 28 minggu hingga usia kehamilan <37 minggudan 40 ibu dengan persalinanatermusia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 5 cc, lalu diperiksa kadar IL 6 pada Laboratorium Prodia Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan ? = 0,05 Hasil :Dari data penelitian didapatkan  rerata kadar IL-6 kelompok preterm adalah 41,25±75.56 pg/mldan rerata kelompok kontrol adalah 33.80±20.08pg/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,563 dan nilai p = 0,576. Hal ini berarti bahwa rerata kadar IL-6 pada kedua kelompok tidak berbeda secarabermakna (p > 0,05). Simpulan : Dari penelitian ini didapatkan kadar IL 6 serum pada persalinan preterm lebih tinggi daripada  persalinanaterm, namun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci :Kadar IL 6, persalinan preterm, persalinan aterm.
EKSPRESI PROTEIN BCL-2 TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT DIFERENSIASI SEL PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker ovarium merupakan suatu keganasan di bidang ginekologi yang cukup banyak dijumpai di kalangan wanita. Sekitar 90 % dari kanker ovarium berasal dari jaringan epitelial. Berdasarkan penilaian mikroskopis, sel kanker ovarium epitelial dapat dibagi menjadi derajat diferensiasi baik, sedang, dan buruk. Ratusan gen terkait kanker telah ditemukan. Gen pengatur apoptosis merupakan salah satu gen yang penting karena dengan menurunnya proses apoptosis merupakan salah satu dari tujuh perubahan mendasar pada transformasi keganasan kanker. Mutasi sel pada gen yang mengatur proses apoptosis dapat menyebabkan sel kanker ovarium epitelial resisten terhadap apoptosis, sehingga sel dapat menyerupai atau gagal menyerupai sel normalnya. Salah satu gen yang berperan dalam proses apoptosis adalah gen Bcl-2. Overekspresi Bcl-2 dapat mencegah atau mengurangi kematian sel yang di induksi oleh berbagai macam stimulus. Dengan demikian maka dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara ekspresi bcl-2 dengan derajat diferensiasi sel pada kanker ovarium epitelial   Penelitian ini merupakan studi cross-sectional di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Patologi Anatomi dan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar yang dilakukan mulai Januari 2012 sampai bulan Desember 2013 dengan sampel penelitian sebanyak 51 buah blok parafin. Sampel blok parafin ini dikelompokkan berdasarkan derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial yaitu derajat diferensiasi baik, sedang dan buruk. Masing-masing kelompok derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial dilakukan pemeriksaan ekspresi protein bcl-2 dengan teknik imunohistokimia, yang kemudian dilakukan analisis hubungan antara ekspresi protein bcl-2 pada kanker ovarium epitelial pada derajat diferensiasi baik, sedang dan buruk dengan menggunakan uji Spearman.   Penelitian ini memperoleh rerata umur (P=0,217), paritas (P=0,809) dan Indek Massa Tubuh (IMT) (P=0,363), pada ketiga kelompok derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial adalah homogen. Berdasarkan uji Spearman diperoleh tidak terdapat hubungan antara ekspresi protein bcl-2 dengan derajat diferensiasi sel pada kanker ovarium epitelial (r=0,217, P=0,127).  
KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM Suwardewa, Tjokorda G A
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm adalah munculnya kontraksi uterus dengan intensitas dan frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sebelum memasuki usia gestasi yang matang, antara umur kehamilan  20 sampai 37 minggu.Untuk mengetahui risiko persalinanan preterm pada kadar phIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks dengan tes partus Actim.Penelitian ini menggunakan desain case control analitik. Jumlah sampel sebesar 56 sampel, dimana 26 sampel kasus persalinan preterm dan 26 sampel kontrol kehamilan preterm, yang dipasangkan (matching) dalam  hal umur  ibu, umur kehamilan dan paritas. Pengambilan spesimen dari sekret serviks dengan menggunakan swab dacron, kemudian dimasukkan ke dalam larutan ekstrak selama 10 detik. Larutan  ph IGFBP-1 diuji dengan dipstik partus Actim. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Chi-Square (p < 0,01). Rasio Odds digunakan untuk menilai besarnya risiko dan analisis multivariat dengan regresi logistik.Uji Chi-Square antara phIGFBP-1 dengan risiko terjadinya persalinan preterm didapatkan nilai p=0,001. Hal ini berarti kejadian persalinan preterm pada kedua kelompok berbeda secara bermakna. Nilai Rasio Odds sebesar 10,39 (IK 95% = 2,73-39,56, p=0,001) yang berarti bahwa kadar phIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm sebesar 10 kali.
KEHAMILAN DENGAN LEUKEMIA MIELOID KRONIK Dwi Aryana, Made Bagus
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seorang wanita usia 32 tahun, suku Bali, agama Hindu, pekerjaan petani anggrek. Keluhan awal perut membesar, pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali (Scuffner VI-VII), pemeriksaan penunjang didapatkan dengan leukositosis, blood smear kesan LMK. Diagnostik molekuler PCR Leukemia (bcr-abl) : tampak fusi gene bcr abl b3a2 pada amplicon product 385 bp menghasilkan ekspresi protein p210.Didiagnosa dengan leukemia mieloid kronik, kromosom Ph positif.Terapi Gleevec sejak September 2011 dosis 1x400 mg. Setelah terapi dalam pemantauan terjadi remisi hematologik. Datang ke Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, didapatkan dengan hamil  G3P2002 23-24 minggu, tunggal/hidup, riwayat LMK dalam terapi tirosin kinase inhibitor (Gleevec). Selama kehamilan trimester kedua sampai partus terapi Gleevec ditunda dengan monitoring pemeriksaan darah lengkap tiap dua minggu.Selama ANC tidak didapatkan keluhan, pemantauan laboratorium, monitoring janin dengan USG tidak didapatkan kelainan dengan pertumbuhan janin dalam batas normal.Kehamilan mencapai aterm.Datang ke IRD dengan diagnosa G3P2002 39-40 mg, tunggal/hidup, CML, KPD. Dalam observasi pasien inpartu, persalinan spontan  pervaginam dengan lahir bayi laki-laki, 3600 gram, AS 8-9, tanpa kelainan. Masa nifas tidak didapatkan masalah, pasien menyusui bayinya. Sampai umur anak satu tahun pertumbuhan dan perkembangan anak  dalam batas normal. Enam bulan setelah partus didapatkan kembali leukositosis, dengan WBC terakhir pada bulan Mei 2013 37,82. Pasien direncanakan melanjutkan kembali terapi tirosin kinase inhibitor. Yang menarik dari kasus ini adalah selama kehamilan didapatkan remisi hematologik, walaupun remisi secara sitogenetik tidak dapat diketahui karena kendala alat dan biaya.Janin yang terpapar kemoterapi selama trimester satu, mengalami perkembangan normal dan lahir tanpa kelainan.
KEHAMILAN DENGAN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Somadina Duarsa, Iswara
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehamilan pada ibu dengan penyakit Lupus Eritematosus sangat berhubungan dengan tingkat kesakitan dan kematian ibu dan janin, yang sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator kesehatan nasional. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis akibat pengendapan kompleks imun yang tidak spesifik pada berbagai organ yang penyebabnya belum diketahui secara jelas, serta manifestasi klinis, perjalanan penyakit, dan prognosis yang sangat beragam. Penyakit ini terutama menyerang wanita usia reproduksi dengan angka kematian yang cukup tinggi. Faktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam patofisiologi LES.Di bidang Obstetri penyakit ini dianggap penting karena LES dapat merupakan satu penyakit kehamilan, di mana mempunyai potensi untuk mengakibatkan kematian janin, kelahiran preterm, maupun kelainan pertumbuhan janin.Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap LES dapat menyebabkan Lupus Eritematosus Neonatal, walaupun jarang (1: 20.000 kelahiran hidup). Risiko kematian ibu hamil yang menderita LES memiliki dampak 20x lebih tinggi karena komplikasi yang disebabkan oleh pre-eklampsia, thrombosis, infeksi dan kelainan darah.7 Mengingat manifestasi klinis, perjalanan penyakit LES sangat beragam dan risiko kematian yang tinggi maka penulis tertarik membuat sari pustaka ini, untuk bisa mengenali lebih awal ibu hamil dengan LES, melakukan perawatan antenatal, intranatal dan postnatal yang lebih komprehensif dan terarah pada kehamilan dengan lupus eritematosus.  
PERBANDINGAN ANTARA MGSO4 DAN NIFEDIPIN SEBAGAI TOKOLITIK PADA PRETERM LABOR Sindhu, Ida Bagus
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm bertanggung jawab terhadap 75 hingga 90 persen morbiditas dan mortalitas perinatal yang berkaitan dengan kelainan kongenital, gangguan neurodeveleopmental, sepsis, perdarahan intraventrikular, respiratory distress sindrome, displasia bronkopulmonal, necrotizing enterocolitis dan retionopathy of prematurity. Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Walaupun alasan terjadinya keadaan ini belum diketahui secara pasti, hal ini berkaitan dengan faktor demografi seperti peningkatan usia maternal saat hamil dan peningkatan prevalensi diabetes mellitus.

Page 3 of 11 | Total Record : 110