cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
JITRO (Jurnal Ilmiah dan Teknologi Peternakan Tropis)
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 24067489     EISSN : 24069337     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO) adalah jurnal ilmiah mempublikasikan hasil penelitian dan review bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 471 Documents
Pengaruh Komposisi Kuning Telur pada Pengencer Air Kelapa Hijau Terhadap Kualitas Semen Cair Kambing Boer Nisa'us Sholikah; Sri Susilowati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 2 (2020): JITRO, Mei
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1389.205 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i2.11596

Abstract

ABSTRAKAir kelapa dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengencer semen cair karena mengandung unsur karbon yang dibutuhkan untuk menjaga kualitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan komposisi kuning telur pengencer air kelapa hijau terhadap kualitas semen cair kambing boer. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, pada bulan November 2019. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan acak kelompok (RAK). Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Terdapat 4 perlakukan, P0 = CEP-3 + 10% kuning telur, P1 = Pengencer air kelapa + 5% kuning telur, P2 = Pengencer air kelapa + 10% kuning telur, dan P3 = Pengencer air kelapa + 15% kuning telur. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,01) pada motilitas individu dan viabilitas spermatozoa, akan tetapi tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada abnormalitas spermatozoa antara perlakuan selama peyimpanan dingin. Kesimpulan penelitian adalah perlakuan terbaik didapatkan pada P3 yang dapat mempertahankan kualitas semen cair kambing boer sampai penyimpanan hari ke-3.Kata kunci: air kelapa hijau, kuning telur, kambing boer, semenABSTRACTCoconut water extender can be used as an alternative semen extender because it contains the carbon element needed to maintain the quality of spermatozoa. The aims of this research were to examine the effect of different compositions of yolk in green coconut water extender on the quality of boer goat semen during cold storage. This research was carried out at the Laboratory of Animal Reproduction of Animal Husbandry Faculty of Brawijaya University in November 2019. The research used a laboratory experimental method. The experimental design was a randomized complete block design. The data were analyzed by Analyze of Variance. In this research there were four treatments (P0 = CEP-3 + 10% yolk; P1 = Coconut Water + 5% yolk; P2 = Coconut Water + 10% yolk; dan P3 = Coconut Water + 15% yolk). The result of this research show were significant differences (P<0.01) in sperm motility and viability, but no significant differences (P>0.05) in sperm abnormality between coconut water extenders with different compositions of yolk. In conclusion, the best treatment was P3 in maintaining boer goat sperm quality after three days of chilled preservation.Keywords: boer goat, green coconut water, semen, yolk
Produksi Jerami Arbila (Phaseolus Lunatus L) Pascapanen Akibat Penambahan Level Bokashi Feses Sapi dan Chromolaena yang Berbeda Bernadete Barek Koten; Yukendi A Sufmera; Agustinus Semang; Redempta Wea; Melkianus Dedimus Same Randu; Aholiab Aoetpah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.13 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11304

Abstract

ABSTRAKArbila merupakan legume pakan yang jeraminya merupakan pakan hijauan yang berkualitas bagi ruminansia, dan produksi jeraminya ditentukan oleh kualitas tanah. Level bokashi yang ditambahkan mempengaruhi kualitas tanah, yang tentu berdampak pada produksi jerami arbila. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi produksi jerami arbila pasca panen akibat pemberian level bokashi yang berbeda. Penelitian tersebut telah dilaksanakan selama 5 bulan di Desa Noelbaki. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, terdiri atas P0 = tanpa bokashi (kontrol), P10 = penambahan bokashi 10 ton/ha, P20 = bokashi 20 ton/ha, P30 = bokashi 30 ton/ha, P40 = bokashi 40 ton/ha. Variabel yang diamati adalah  produksi bahan segar jerami (PBSJ) (ton/ha), produksi bahan kering jerami (PBKJ), produksi bahan organik jerami  (PBOJ) arbila. Data yang diperoleh dianalisis varians dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa level pemberian pupuk bokashi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap PBSJ arbila serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBKJ dan PBOJ arbila. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rataan PBSJ arbila berkisar 0,46-2,52 ton/ha, PBKJ arbila berkisar 0,07-0,18 ton/ha, dan PBOJ arbila berkisar 0,04-0,16 ton/ha. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa nilai PBSJ, PBKJ dan PBOJ arbila tertinggi terdapat pada perlakuan P40. Disimpulkan bahwa semakin meningkatnya level bokashi Chromolaena dan feses sapi, produksi jerami arbila semakin tinggi. Level bokashi feses sapi dan Chromolaena terbaik adalah 40 ton/ha.Kata kunci: arbila, bokashi, jerami, hijauan ABSTRACTArbila’s straw is a quality feed for ruminants. Production of these straw is determined by soil quality. The level of bokashi added influences the quality of the soil and therefore influences the straw production. This research aimed to evaluate arbila’s straw production post-harvest in different levels of bokashi. This research was carried out for 5 months at Noelbaki. The experimental design used was a randomized block design (RBD) with 5 treatments and 4 replications consisting of P0 = without bokashi (control), P10 = addition of 10 tons of bokashi / ha, P20 = 20 tons of bokashi / ha, P30 = 30 tons of bokashi / ha, P40 = bokashi 40 tons / ha. The observed variables were the straw fresh weight production (SFW) (tons/ha), straw dry matter production (SDM) (tons/ha), straw organik matter production (SOM) (tons/ha). Data were analyzed for variance and continued with Duncan test. Analysis of variance showed that the level of bokashi fertilizer had a very significant effect (P <0.01) on SFW and significantly affected (P <0.05) SDM and SOM. The average SFW in this study ranged from 0.46 to 2.52 tons/ha, HDM ranges from 0.07 to 0.18 tons/ha, and SOM ranges from 0.04 to 0.16 tons/ha. Duncan's test shows that the highest SFW, SDM and SOM are found in P40. It was concluded that arbila’s straw production increases with the level of Chromolaena and cattle manure bokashi added. Highest production was shown in group with 40 ton/ha bokashi.Keywords: bokashi, forage, Phaseolus lunatus L, straw
Review: Pengaruh Pakan Terhadap Kualitas Semen Ayam Cecep Hidayat; Soni Sopiyana; Rahman Rahman
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11695

Abstract

ABSTRAKSemen adalah cairan yang dikeluarkan oleh organ kelamin ternak jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran reproduksi ternak betina melalui kopulasi. Evaluasi semen merupakan alat utama untuk memprediksi kinerja  reproduksi ternak ayam  jantan. Evaluasi kualitas semen penting dilakukan untuk menyelesaikan salah satu masalah utama dalam peternakan pembibitan ayam, yaitu   rendahnya fertilitas.  Faktor terbesar dari sumber masalah tersebut terkait dengan rendahnya kualitas semen ayam. Kualitas semen ayam  lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non genetik, seperti faktor pakan dan nutrisi. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji hasil-hasil studi terkait pengaruh pakan terhadap kualitas semen ayam. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor pakan sangat mempengaruhi kualitas semen ayam, terutama imbangan energi metabolis-protein dalam pakan ayam jantan sangat penting diatur untuk menjaga berat badan ayam jantan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan berat badan yang sangat mempengaruhi kualitas semen ayam. Suplementasi suplemen dan imbuhan pakan menjadi upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas semen ayam. Jenis suplementasi yang dapat dilakukan dengan bahan sumber antioksidan, asam amino, mikromineral, bahan mengandung bioaktif tanaman, bahan sumber asam lemak dan probiotik. Disimpulkan bahwa faktor pakan sangat menentukan terhadap kualitas semen ayam.Kata kunci: ayam jantan, kualitas semen, pakanABSTRACTRooster semen is a liquid released by the genitals of the roosters which is normally ejaculated into the female reproductive tract during copulation. Semen evaluation is the main way to predict the reproductive performance of roosters. Semen quality evaluation is important to solve one of the main problems in poultry breeding farms, namely low fertility, whereas the biggest factor of this problem source is related to the poor of roosters’ semen quality. The quality of roosters semen is more influenced by non-genetic factors, such as feed and nutrition. The purpose of this paper was to examine the results of studies so far related to the effect of feed on the roosters’ semen quality. The results of the study indicated that the feed factor greatly influences the quality of roosters semen. The metabolic energy-protein balance in the rooster's feed was very important to regulate to maintain the weight of the rooster so as not to overweight and underweight because bodyweight greatly affects the quality of roosters semen. Supplementation of feed supplements and feed additives was an effort that can be done to improve the roosters semen quality. The kind of supplementation that could be done was supplementation of antioxidant sources, amino acids, microminerals, materials containing plant bioactive, fatty acid source ingredients, and probiotics. It was concluded that the feed factor was crucial to the quality of semen quality produced by the roosters.Keywords: feed, rooster, semen quality
Extraction of Uronic Acid From Sargassum crassifolium and Its Feeding Effects On The Eggs Production and Quality of Lohmann Chicken Eggs Veybe Gresje Kereh; Ivonne Maria Untu; Marie Najoan; T. Lumi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.66 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.12580

Abstract

ABSTRACTThe use of antibiotics in chicken feed is currently banned because it can cause resistance to pathogenic bacteria and cause residues in products. This study aimed to see the effect of drinking water containing uronic acid extracted from Sargassum crassifolium (S. crassifolium) on the physical and chemical quality of Lohmann chicken eggs. One hundred and twenty laying hens were divided into 2 groups: (1) chickens given commercial feed containing antibiotics and (2) feed without additional antibiotics. The chickens were randomly assigned to one of the 5 brown seaweed supplementation treatments in drinking water A1=0.0% S.crassifolium (control); A2=2.5% S.crassifolium; A3=5.0% S.crassifolium; A4=7.5% S.crassifolium; A5=10.0% S.crassifolium. The study used a completely randomized factorial design of 5 treatments, 2 factors, and 3 replications. Each replication consisted of 6 heads of laying hens. There were no differences between treatments on the performance of laying hens (egg production, egg weight, egg mass, feed conversion); physical quality (eggshell, egg yolk, egg white, shell thickness, egg yolk, Haugh unit, egg index) and chemistry (superoxide dismutase production, thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) and Lohmann chicken egg cholesterol) but there was a difference in feed intake. The uronic acid extracted from S. crassifolium has not been able to increase the production and quality of Lohmann chicken eggs.Keywords: lohmann chicken, quality of eggs, Sargassum crassifolium, uronic acid
Efek Suplementasi Black Soldier Fly (Hermetia illucens) terhadap Produksi Telur dan Metabolit Darah Ayam Petelur Andri Cahya Irawan; Nurina Rahmawati; Dewi Apri Astuti; Widya Hermana
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 8, No 1 (2021): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.496 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v8i1.14970

Abstract

Solusi sumber protein alternatif untuk mengganti protein hewani konvensional dengan harga yang lebih kompetitif, yaitu Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens). Materi dalam penelitian ini ialah larva BSF yang digunakan melalui tiga perlakuan berbeda yaitu larva BSF dalam bentuk segar, tepung dan ekstrak metanol. Metode dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yaitu P0 (pakal basal mengandung 8% tepung ikan), P1 (pakan basal mengandung 4% tepung ikan + 4% BSF segar), P2 (pakan basal mengandung 4% tepung ikan + 4% tepung BSF) dan P3 (pakan basal mengandung 4% tepung ikan + 4% ekstrak metanol BSF). Setiap perlakuan terdiri atas 5 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam petelur sehingga totalnya 100 ekor ayam petelur. Variabel yang diamati meliputi konsumsi pakan, berat telur, konversi pakan, metabolit darah dan Income Over Feed Cost (IOFC). Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang mengandung 4% tepung ikan dan 4% ekstrak metanol BSF (P3) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi telur (89.86 ± 4.78%), total protein darah (6,95 ± 0,56 g dl-1), kadar albumin darah (3,19 ± 0,98 g dl-1), kadar glukosa darah (313,45 ± 1.38 g dl-1), dan berpengaruh (P<0,05) terhadap IOFC, BSF segar (P1) mendapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp. 1776 ekor/ minggu.Kata Kunci: ayam petelur, Hermetia illucens, IOFC, metabolit darahThe Effect of Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Supplementation on Laying Hens’s Egg Production and Blood MetabolitesABSTRACTThe solution of alternative protein source form to replace conventional animal protein at a competitive price was Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens). The material in this study was BSF larvae which were used and arranged in three different treatments, such as BSF larvae in fresh, dry, and methanol extract. The method was used a completely randomized design with 4 treatments, namely P0 (basal feed + 8% fish meal), P1 (basal feed + 4% fish meal + 4% fresh BSF), P2 (basal feed + 4% fish meal + 4% flour BSF) and P3 (basal feed + 4% fish meal + 4% methanol extract BSF). Each treatment consisted of 5 replications with 5 layer hens per replicate. Data were analyzed using analysis of variance. The results showed the P3 treatment had a significant effect (P<0.05) on egg production (89.86 ± 4.78%), total blood protein (6.95 ± 0.56 g dl-1), blood albumin levels (3.19±0.98 g dl-1), blood glucose levels (313.45 ± 1.38 g dl-1), and significant effect (P<0,05) on IOFC, but fresh BSF (P1) gets a maximum profit of 1776 IDR/bird/week.Keywords: laying hen, hermetia illucens, IOFC, blood metabolite
Kadar Tanin, Kalsium (Ca), dan Fosfor (P) Tepung Kulit Pisang Fermentasi dengan Cairan Rumen Kambing Maryati Namah; Redempta Wea; Theresia Nur Indah Koni
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 8, No 1 (2021): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.53 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v8i1.15294

Abstract

ABSTRAK Kulit pisang merupakan hasil samping pengolahan makanan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kadar tanin yang tinggi pada kulit pisang membatasi penggunaannya sebagai pakan monogastrik. Kandungan tanin dalam bahan pakan dapat dikurangi dengan teknologi fermentasi. Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi dapat diperoleh dari cairan rumen hewan ruminansia seperti kambing. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar cairan rumen kambing terhadap kadar tanin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) tepung kulit pisang kepok. Rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuannya adalah R0: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 0% (kontrol), R1: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 30%, R2: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 40%, R3: tepung kulit pisang kepok + 50 % cairan rumen. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar cairan rumen kambing memiliki kandungan tanin dan kalsium yang lebih rendah secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Kadar cairan rumen kambing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar fosfor pada tepung kulit pisang. Disimpulkan bahwa penggunaan cairan rumen kambing hingga 40% dapat menurunkan kandungan tanin dan kalsium pada tepung kulit pisang.Kata kunci: cairan rumen, fermentasi, tepung kulit pisang kepokTannin, Calcium (Ca), and Phosphorus (P)Content of Banana Peel Flour Fermented by Goat Rumen FluABSTRACTBanana peel is a food processing by-product that can be used as animal feed. High tannin levels of banana peels restrict its use as monogastric animals feed. The tannin content of feed ingredients can be reduced by fermentation technology. Microorganisms that play a role in the fermentation process can be obtained from the rumen fluid of ruminants like a goat. The objective of this research was to determine the effect of goat rumen fluid levels on the content of tannins, calcium (Ca), and phosphorus (P) of Kepok banana peel flour. A completely randomized design with four treatments and five replicates was used in this study. The treatments were R0: banana peel flour + 0% rumen fluid (control), R1: banana peel flour + 30% rumen fluid, R2: banana peel flour + 40% rumen fluid, R3: banana peel flour + 50% rumen fluid. The fermentation process was carried out for 7 days. The results showed that goat rumen fluid levels had significantly (P<0.05) lower tannins and calcium when compared to control, but goat rumen fluid levels had no significant effect (P>0.05) on phosphorus level in banana peel flour. In conclusion, the use of goat rumen fluid up to 40 % can reduce the content of tannins and calcium of banana peel flour.Keywords: rumen fluid, fermentation, kepok banana peel flour
Usaha Ternak Domba sebagai Jalur Keluar dari Kemiskinan Buruh Tani di Perdesaan Sondi Kuswaryan; Cecep Firmansyah; Muhammad Hasan Hadiana
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.005 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11396

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan usaha ternak domba sebagai aktivitas nafkah untuk pengentasan kemiskinan, serta menentukan jumlah kepemilikan domba yang dapat  membawa rumah tangga buruh tani keluar dari kemiskinan. Survey telah dilakukan di Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi, melibatkan rumah tangga buruh tani miskin sebanyak 65 orang dan 22 orang tidak miskin. Faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan dianalisis menggunakan model regresi logistik biner, sedangkan jumlah kepemilikan domba yang harus dipelihara untuk keluar dari kemiskinan ditentukan dengan model regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kepala keluarga, dan pengalaman beternak tidak mempengaruhi kemiskinan, sedangkan jumlah kepemilikan domba, jumlah anggota rumah tangga, keterlibatan dalam kelembagaan, serta sumber pendapatan dari non pertanian mempengaruhi status kemiskinan rumah tangga buruh tani. Pada rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4,45 orang,untuk keluar dari kemiskinan buruh tani harus memelihara minimal sebanyak 36,63 ekor domba per rumah tangga. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa usaha ternak domba dapat digunakan sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan buruh tani, program pengentasan kemiskinan akan efektif bila melibatkan kelembagaan lokal.Kata Kunci: buruh tani, jumlah kepemilikan domba, kemiskinanABSTRACTThis study aims to determine the possibility of sheep farming as a livelihood activity for poverty alleviation and to determine the amount of sheep ownership that can bring farm laborers households out of poverty. Survey research has been carried out in Walangsari Village, Kalapanunggal District, Sukabumi Regency, involving 65 poor farmer households and 22 non-poor households. Factors affecting poverty were analyzed using a binary logistic regression model, while the number of sheep ownership needed to escape poverty was determined by a simple regression model. The results showed that the age of the head of the family, and experience of sheep farmers did not affect poverty, while the number of sheep ownership, number of household members, involvement in institutions, and sources of income from non-agriculture affected the poverty status of farm laborers' households. In the average number of household members as many as 4.45 people, to get out of poverty must maintain a minimum of 36.63 sheep per household. This research explains that sheep farming can be used as a means to reduce the poverty of farm laborers, and poverty alleviation programs will be effective if they involve local institutions.Keywords: farm labor, number of sheep ownership, poverty
Suplementasi Ampas Teh Hijau Fermentasi pada Pakan terhadap Performa dan Income Over Feed Cost Itik Cihateup Andri Kusmayadi; Ristina Siti Sundari; Kamiel Roesman Bachtiar
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.844 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.12174

Abstract

ABSTRAKAmpas teh hijau merupakan salah limbah yang berasal dari rumah tangga maupun industri pengolah teh yang ketersediaannya cukup melimpah seiring tingginya konsumsi teh masyarakat Indonesia. Ampas teh hijau dilaporkan mengandung senyawa polifenol dengan kandungan antioksidan yang tinggi namun memiliki senyawa antinutrisi yaitu tanin yang dapat menghambat proses kecernaan nutrien. Tanin dapat diminimalisir dan dihilangkan kandungannya pada ampas teh melalui proses fermentasi sehingga kecernaan dapat ditingkatkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ampas teh hijau fermentasi (ATHF) terhadap performa (pertambahan bobot badan, konversi pakan, persentase karkas) dan income over feed cost itik Cihateup. Penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap. Sebanyak 60 ekor itik Cihateup berumur sehari dikelompokkan secara acak pada 4 kelompok perlakuan pakan yang disuplementasi dengan ATHF yaitu K0 (0% ATHF), K1 (1% ATHF), K2 (2% ATHF), dan K3 (3% ATHF). Data dianalisis menggunakan ANOVA dan apabila berbeda nyata diuji lanjut dengan metode Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Penambahan ATHF pada pakan itik Cihateup menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter pertumbuhan bobot badan dan konversi pakan serta berbeda sangat nyata pada IOFC. Penambahan ampas teh hijau fermentasi pada level 1% memberikan dampak positif terhadap perbaikan pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan IOFC.Kata kunci: ampas teh, income over feed cost, imbuhan pakan,. teh fermentasiABSTRACTGreen tea waste is one of the waste originating from households and the tea processing industry, whose availability is quite abundant in line with the high consumption of Indonesian tea. Green tea pulp is reported to contain polyphenol compounds with high antioxidant content but has an anti-nutrient compound namely tannins which can inhibit the process of nutrient digestion. Tannins can be minimized and their presence eliminated in tea waste through the fermentation process so that digestibility can be improved. The study aims to determine the effect of the addition of fermented green tea waste (ATHF) to growth performance (body weight gain, feed conversion, carcass percentage) and income over feed cost of Cihateup ducks. The research was conducted experimentally using a completely randomized design. Sixty-day-old Cihateup ducks were randomly grouped into 4 treatment groups supplemented with ATHF, namely K0 (0% ATHF), K1 (1% ATHF), K2 (2% ATHF), and K3 (3% ATHF). The data were analyzed using ANOVA and if they were significantly different, it was further tested using the Duncan's Multiple Range Test (DMRT) method. . The addition of ATHF in Cihateup duck feed showed significant differences in body weight gain parameters and feed conversion and was very significantly different in IOFC. The addition of fermented green tea waste at the level of 1% had a positive impact on improving body weight gain, feed conversion, and IOFC.Keywords: feed additive, fermented tea, tea waste, income over feed cost
Air Rebusan Daun Sirih sebagai Antibakteri Alami untuk Mencegah Mastitis Theresia Ika Purwantiningsih; Wihelmin Haumein; Jefry Presson
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.203 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11428

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui diameter daya hambat air rebusan daun sirih terhadap bakteri penyebab mastitis. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. daun sirih yang digunakan adalah daun sirih hijau yang banyak tumbuh di Pulau Timor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial dengan 3 waktu perebusan (30, 45 dan 60 menit) dan 3 konsentrasi (12.5%, 25% dan 50%) dengan 3 pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan daun sirih hijau belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Air rebusan daun sirih konsentrasi 50% dengan waktu perebusan 45 menit menunjukkan hasil penghambatan paling besar. Air rebusan daun sirih mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus namun belum mampu menghambat bakteri Escherichia coli.Kata kunci: Escherichia coli, rebusan air daun sirih, Staphylococcus aureus, uji antibakteriABSTRACTThe aim of this study is to determine the inhibition of betel leaf decoction water against bacteria that caused mastitis. The bacteria used in this study are Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The betel leaves used are non-fragrant green betel leaves which are widely grown on Timor Island. The design used was a factorial pattern with 3 boiling time (30, 45 and 60 minutes) and 3 concentrations of boiled water (12.5%, 25% and 50%) with 3 replications. The results showed that the betel leaf decoction water was not able to inhibit the growth of Escherichia coli. Betel leaf decoction water concentration of 50% with a boiling time of 45 minutes showed the greatest inhibitory effect. Betel leaf decoction water has been proven to be able to inhibit the Staphylococcus aureus but has not been able to inhibit Escherichia coli.Keywords: Escherichia coli, decoction of betel leaf water, Staphylococcus aureus, antibacterial test
Mikrostruktur Edible Film Whey Dangke dengan Penambahan Karagenan dan Plasticizer Sorbitol 35% Fahrullah Fahrullah; Mohamad Ervandi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 8, No 1 (2021): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.405 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v8i1.14785

Abstract

ABSTRAK Edible film dari protein whey memiliki sifat baik sebagai bahan pengemas karena memiliki keunggulan seperti transparan, lunak, tidak berbau serta mampu menahan aroma produk pangan yang dikemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi karagenan dan jenis plasticizer sorbitol 35% terhadap mikrostruktur edible film berbahan dasar whey dangke. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental desain dan variabel yang diamati adalah pengamatan mikrostruktur. Perlakuan menggunakan konsentrasi karagenan yang berbeda, terdiri dari konsentrasi karagenan A1=2%; A2=2,5%; A3=3% dan A4=3,5%. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan memberikan gambaran secermat mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya polimer yang semakin meningkat maka akan berperan dalam meningkatkan viskositas suspensi film selama terjadinya proses gelatinisasi, sehingga edible film yang dihasilkan memiliki mikrostruktur yang semakin baik dengan peningkatan karagenan. Disimpulkan bahwa mikrostruktur edible film yang lebih homogen diperoleh dengan menggunakan rasio karagenan 3% dimana distribusi karagenan tercampur ke dalam matriks protein whey secara merata.Kata kunci: edible film, karagenan, sorbitol, whey dangkeMicrostructure of Whey Dangke's Edible Film with Karageenan and 35% Plasticizer Sorbitol AdditionABSTRACTEdible film from whey protein has good properties as a packaging because it has advantages including being transparent, soft, odorless, and able to withstand the aroma of the food product it is coated with. This study aims to determine the effect of the addition of carrageenan concentration and the type of sorbitol plasticizer 35% on the edible film made from whey dangke microstructure.  The research was conducted as a laboratory experiment and the observed variable was microstructure observation. The treatments used different carrageenan concentrations, consisting of carrageenan concentration A1 = 2%; A2 = 2.5%; A3 = 3% and A4 = 3.5%. The results obtained were analyzed using descriptive methods by providing a picture as carefully as possible. The results showed that the presence of an increasing polymer would play a role in increasing the viscosity of the film suspension during the gelatinization process so that the resulting edible film had a better microstructure with the increase in carrageenan. It was concluded that a more homogeneous edible film microstructure was obtained using a carrageenan ratio of 3% where the distribution of carrageenan was evenly mixed into the whey protein matrix.Keywords: edible film, carrageenan, sorbitol, whey dangke