cover
Contact Name
Teguh Triyono
Contact Email
teknik@unwiku.ac.id
Phone
+6281804888643
Journal Mail Official
teknik@unwiku.ac.id
Editorial Address
Jl. Raya Beji KarangsalamPurwokerto 53152, Banyumas, Jawa Tengah
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Teodolita: Media Komunikasi Ilmiah di Bidang teknik
ISSN : 14111586     EISSN : 27226204     DOI : -
Teodolita adalah jurnal imiah Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto yang merupakan wadah informasi berupa hasil penelitian, studi literatur maupun karya ilmiah terkait. Jurnal Teodolita terbit 2 kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Memuat materi yang membahas tentang ilmu-ilmu teknik seperti sipil, arsitektur, elektro dan informatika. Pembahasan yang diberikan diharapkan dapat menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya. Kontribusi makalah dari berbagai pihak baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus sangat redaksi harapkan agar dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada
Articles 274 Documents
Fiber Polypropylene Dalam Campuran Beton dan Mortar Semen F.Eddy Poerwodihardjo; Dwi Istiningsih
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v17i2.277

Abstract

The use of fiber Polypropylene in Mixed Concrete and Cement Mortar for buildings has been widely recommended, to improve the performance of tensile strength and flexural strength of concrete and cement mortar so as to increase the strength of the structure against earthquake forces.Polypropylene fibers are available in two forms namely monofilament (spinning) and fiber movies. Properties of polypropylene fibers has a regular arrangement of atoms in the molecule polymer with a high crystallisation called Isotactic Polypropylene, with a melting point of 165 0C, is Hidrophobic / not-wet cement paste and do not absorb water. Mixing of fibers in fresh concrete and mortar mixing cement made at the time before the mixing process ends. Mixer fibers will scatter evenly on the concrete / cement mortar so that the process of casting / molding and compaction to the structural elements can be done easily, either structural elements thick and thin structure elements. This is evident from the results Slump test or V-B test on Fas 0.5 by 5-10 cm. The nature of hard concrete and cement mortar mixed with polypropylene fibers have good strong belt, the number of cracked slightly and lower heat of hydration. From the results of various tests increased tensile strength and flexural strength and resistance to impact crushed concrete also increased, better fire resistance to concrete and cement mortar has a level of durability / high durability. From the results of the stress and strain curves show, at a maximum voltage of 20 MN / m2 occur fairly large strain after cracking but the stress declined sharply not so strong polypropylene fiber concrete buttress structural loads that occur. Keywords: fiber-reinforced concrete, tensile strength, durable. ABSTRAKPenggunaan fiber Polypropylene dalam Campuran Beton dan Mortar Semen untuk bangunan gedung sudah banyak direkomendasikan, untuk meningkatkan kinerja kuat tarik ,kuat lentur beton dan mortar semen sehingga dapat menambah kekuatan struktur terhadap gaya gempa. Serat polypropylene tersedia dalam dua bentuk yaitu monofilament( pintal ) dan serat film. Sifat serat polypropylene memiliki susunan atom biasa dalam molekul polymer dengan kristalisasi tinggi yang disebut Isotactic Polypropylene, dengan titik leleh 165 0C , bersifat Hidrophobic/ tidak basah terkena pasta semen dan tidak menyerap air. Pencampuran serat pada adukan beton segar maupun mortar semen dilakukan pada saat sebelum proses pencampuran berakhir. Pengaduk akan menghamburkan serat secara merata pada adukan beton/mortar semen sehingga proses pengecoran/pencetakan dan pemadatan pada elemen struktur dapat dilakukan dengan mudah, baik elemen struktur yang tebal maupun elemen struktur yang tipis. Hal ini terlihat dari hasil Slump test atau V-B test pada Fas 0,5 sebesar 5 – 10 cm. Sifat beton keras dan mortar semen yang dicampur serat polypropylene memiliki kuat ikat yang baik, jumlah retak sedikit dan panas hidrasi rendah. Dari hasil berbagai pengujian kekuatan tarik dan lentur meningkat, kekuatan terhadap benturan dan ketahanan hancur beton juga meningkat, ketahanan terhadap api lebih baik sehingga beton dan mortar semen memiliki tingkat durabilitas/keawetan yang tinggi. Dari hasil kurva tegangan dan regangan menunjukkan, pada tegangan maksimal 20 MN/m2 terjadi regangan yang cukup besar setelah terjadi retak tetapi tegangan tidak menurun tajam sehingga beton serat polypropylene kuat menopang beban struktur yang terjadi.Kata kunci : beton serat,kuat tarik,awet.
DESIGN OF LINEMANTOOLS WITH VOLTAGE DETECTOR Ahmad Ridowi; Dody Wahjudi; Tri Watiningsih
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 20, No 2 (2019): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v20i2.308

Abstract

PLN officers often experience obstacles in placing equipment and materials when working on poles. Toovercome this problem, officers use ropes, carabiners, and safety belts or safety belts there are specialplaces to put the equipment, but the existing equipment has many shortcomings, namely difficulty in placingand retrieving equipment and constrained in movement or maneuvering. This can cause the equipment ormaterial to fall, thus endangering the staff underneath and causing loss due to damage to the tool or theenvironment.In order to achieve K2 (Electricity Safety) and K3 (Occupational Safety and Health) and maintain company image, in overcoming this problem, a tool called "Lineman Aids with Voltage Detector" is a tool to assist in carrying and placing equipment or materials when working on electric poles. This toolis designed using a magnetic system that is strong, safe and practical so that the lineman or officer easilyputs and picks up items when maneuvering and working on poles. This tool is also equipped with a voltagedetection alarm to maintain a safe distance from the voltage source when doing maintenance work withoutoutages.Key Word : Lineman, Safety Belt, K2 and K3, ProtectionABSTRAKPetugas PLN sering mengalami kendala dalam menaruh peralatan maupun materialsaat bekerja diatastiang.Untuk mengatasi masalah tersebut, petugas menggunakan tali, carabiner, dan sabuk pengaman atausafety belt terdapat tempat khusus untuk menaruh peralatan, tetapi alat yang sudah ada mempunyai banyakkekurangan, yaitu kesulitan dalam menaruh dan mengambil peralatan serta terkendala dalam pergerakanatau manufer. Hal tersebut dapat menyebabkan peralatan atau material terjatuh, sehingga membahayakanpetugas dibawahnya serta menyebabkan kerugian akibat kerusakan alat maupun lingkungan. Gunatercapainya K2 (Keselamatan Ketenagalistrikan) dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta menjagacitra perusahaan maka dalam mengatasi masalah tersebut, dibuatlah alat yang diberi nama “Alat BantuLineman dengan Voltage Detector”, yaitu alat untuk membantu dalam membawa dan menaruh peralatanatau material  pada saat bekerja di atas tiang listrik. Alat ini didesain menggunakan sistem magnet yangkuat ,aman dan praktis sehingga lineman atau petugas mudah menaruh dan mengambil barang pada saatmanuver dan bekerja diatas tiang. Alat ini juga dilengkapi dengan alarm pendeteksi tegangan untukmenjaga jarak aman dari sumber tegangan pada saat melakukan pekerjaan pemeliharaan tanpa padam.Kata Kunci : Lineman, Safety Belt, K2 dan K3, Proteksi  
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ATRIBUT VISIBILITAS PADA SETING TANGGA DALAM HALL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA - PURWOKERTO Yoh. Wahyu Dwi Yudono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v13i2.89

Abstract

AbstraksiPemahaman suatu lingkungan fisik, didasarkan pada persepsi pengguna terhadap properti yang ada di dalam setingnya.  Persepsi tidak bersifat pasif dalam menerima masukan yang berupa stimulus yang berasal dari luar diri manusia.  Selanjutnya melalui keberadaan properti yang ada di dalam seting yang berlaku sebagai stimulus, akan dikirimkan dari mata ke otak untuk di pahami dan diberi makna berdasarkan pengalaman masing-masing pengguna.Fenomena yang terjadi pada seting tangga dalam hall fakultas ekonomi Universitas Wijayakusuma-Purwokerto, mengindikasikan adanya kecenderungan fungsi tangga yang bermakna ganda, dimana fungsi tangga yang keperuntukannya sebagai elemen akses vertikal, pada periode waktu tertentu berubah fungsi sebagai ruang berkumpul informal oleh mahasiswa.  Perubahan fungsi tangga yang demikian, disebabkan oleh adanya persepsi mahasiswa terhadap seting tangga dalam hall sebagai ruang untuk berkumpul. Adapun perbedaan persepsi yang dimaksud, menyangkut faktor internal individu (mahasiswa) yang berupa motiv, harapan, dan minat mahasiswa.Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi mahasiswa terhadap atribut visibilitas ruang berkumpul pada seting tangga dalam hall fakultas ekonomi universitas wijayakusuma-Purwokerto. Sedang hasil penelitian menunjukan: pada seting tangga dalam hall yang mengandung properti seperti terlihat pada gambar: I-1, terhadap atribut visibilitas dipersepsikan oleh mahasiswa layak untuk dijadikan ruang berkumpul dengan memberi efek dapat dengan mudah untuk melihat (secara visual) lingkungan sekitar yang diperlihatkan oleh mahasiswa dengan motiv menyesuaikan (73%) serta dengan harapan adjustment (73%).  Hal ini menunjukan bahwa, dengan seting tangga tersebut oleh mahasiswa dapat dijadikan sebagai media untuk melihat dosen ataupun teman yang lewat dari arah pintu utama dengan melakukan minat membaca, diskusi, dan ngobrol dengan sesama mahasiswaKata Kunci: Persepsi, atribut, visibiltas.
PENGARUH POLA BAYANGAN TERHADAP SUHU PERMUKAAAN RUANG LUAR DI PERUMAHAN TAMAN CIPTO CIREBON EKA WIDIYANANTO
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 14, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v14i1.145

Abstract

Pengetahuan yang mendalam terhadap kondisi ruang luar seperti pengaruh radiasimatahari, sifat bahan berupa daya serap dan konduktivitas pada daerah yang terbayangimaupun tersinari terhadap suhu permukaan ruang luar akan bermanfaat pada saatperencanaan lahan terutama untuk kawasan perumahan. Lokasi penelitian terletak diPerumahan Taman Cipto yaitu perumahan yang terletak di pusat kota Cirebon. Metodepenelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif sedangkan pendekatanpenelitian adalah causal-comparative atau membandingkan dan mencari hubungan antaravariable yang ada yaitu pola bayangan yang terjadi terhadap suhu permukaan. Dari hasilpenelitian dapat diambil kesimpulan bahwa suhu permukaan pada daerah yang terbayangibangunan lebih kecil dari suhu permukaan di daerah yang terbayangi pohon, hal inidikarenakan pola bayangan bangunan lebih masif atau padat jika dibanding dengan polabayangan pohon yang menyebar dan juga dipengaruhi oleh variable radiasi matahari,bilangan serap, lamanya waktu penyinaran serta konduktivitas bahan.Kata kunci : pola bayangan, suhu permukaan, radiasi matahari, sifat bahan
DAMPAK PERKEMBANGAN KOTA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT Susatyo Adhi Pramono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v7i1.22

Abstract

Abstract Development of town becomes fascination of people around to urbanization. The firm life of city and desire to live although without skill causes social problems in complex urban community. Keyword : city development, social environment problems
METODA PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN SEDERHANA UNTUK PROGRAM PENDAMPINGANMASYARAKATDI PEDESAAN Basuki -; Wita Widyandini; Yoh. Wahyu Dwi
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 19, No 2 (2018): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v19i2.268

Abstract

Rural communities are generally too ordinary and have little knowledge regarding building materials. Theexistence of a government program that requires direct involvement of community members makes theproblem of the quality of the physical work of the program doubtful. Community knowledge of buildingproblems needs to be improved through empowerment.The process of information transformation in empowering ordinary people is a problem in itself.Knowledge and varying levels of education require a separate method of assistance.With easy-to-understand communication methods, it is hoped that the recipient community will be able toimplement the program correctly as expected by the government as the program provider. On the otherside, the community can directly benefit from the program in the form of increasing welfare and economicprogress.Keywords: Empowerment, Building MaterialsABSTRAKMasyarakat pedesaan pada umumnya terlalu awam dan sedikit pengetahuan terkait bahan bangunan.Adanya program pemerintah yang menghendaki keterlibatan langsung anggota masyarakat menjadikanpermasalahan mutu pekerjaan fisik program diragukan. Pengetahuan masyarakat akan permasalahanbangunan perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan.Proses transformasi informasi dalam pemberdayaan masyarakat awam menjadi masalah tersendiri.Pengetahuan dan tingkat pendidikan yang beragam memerlukan metoda tersendiri dalam pendampingantersebut.Dengan metoda komunikasi yang mudah dimengerti difarapkan masyarakat penerima program mampumelaksanakan program dengan benar seperti yang diharapkan pemerintah selaku pemberi program. Di sisislain masyarakat bisa langsung mendapatkan keuntungan dari program berupa kenaikan kesejahteraan dankemajuan ekonominya.Kata Kunci: Pemberdayaan, Bahan Bangunan.
TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DI KOTA LAMA BANYUMAS Wita & Yohana Widyandini & Nursruwening
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 11, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v11i1.57

Abstract

AbstractIndonesia has so many traditional architecture, that spread throughout the Nusantara, there Minangkabau Architecture, Baduy Architecture, Java Architecture, Kalimantan Architecture, until Asmat Architecture in Papua.  Java Architecture as part of the Nusantara Architecture, we must keep and maintain its existence, both in terms of physical buldings and on the philosophy and basic principles of design.Java Architecture here means the architecture that exists around Central Java and Yogyakarta.  Java Architecture is divided into several sections based on its territory, namely Pesisir Kilen, Pesisir Wetan, Negariagung, Bagelen, and Banyumasan.District Banyumas, particularly Kota Lama Banyumas, still very fortunate to have quite a lot of architectural heritage, both building architectur of Java, Indische Architecture, and Pecinan Architecture.  The buildings are still preserved its authenticity.Considering the variety architectural in Banyumas, particularly in Kota Lama Banyumas, it would be very interesting if that diversity can be explored in more dept, ranging from the history and development, basic concept of design, building form, space plan, and landscape.Keyword : Architecture, Java, Kota Lama Banyumas
STUDY OF ARCHITECTURAL CONCERNS ON DESIGN PRINCIPLES IN THE CATHOLIC CHURCH OF PURBALINGGA Yohanes Wahyu Dwi Yudono; Susatyo Adhi Pramono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 20, No 1 (2019): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v20i1.299

Abstract

Overall, the shape of the Purbalingga Catholic church building displays the style / style of Javanesearchitecture (Joglo). However, in an effort to "adopt" the architectural appearance, additional forms weremade to obtain vernacular architectural works, which grew out of architectural relics that had been knownin life in the community. Buildings (in this case the church), are inanimate objects, but that does not meanthat buildings are not "soulless". The church that is built is intended for humans, therefore must berespected by humans, by character and tendencies, by their passions and ideals (YB. Mangunwijaya, 1988).Observations made on the object of study (in this case the Catholic church in Purbalingga), basedon KWSmithies (1982), where human consideration as a basis for design can be in the form of severaldesign principles that are interrelated with each other, namely: design principles aspects of view,breathing, hearing, temperature, humidity, and design principles of human movement aspects.Keywords: Architectural Details, design principles, Forms of Architecture.ABSTRAKSecara keseluruhan, bentuk bangunan gereja Katolik Purbalingga menampilkan gaya / langgamarsitektur Jawa (Joglo). Namun, dalam usaha “mengadop” tampilan arsitekturnya, dilakukan penambahanpenambahanbentuk guna mendapatkan karya arsitektur yang vernakular, yang tumbuh dari peninggalanarsitektur yang telah dikenal dalam kehidupan dimasyarakat.  Bangunan (dalam hal ini gereja), merupakanbenda mati, namun tidak berarti bangunan tidak “ber-jiwa”. Gereja yang dibangun diperuntukan bagimanusia, oleh karena itu harus dinafasi oleh manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, olehnafsu dan cita-citanya (YB. Mangunwijaya, 1988).Pengamatan yang dilakukan terhadap objek kajian (dalam hal ini gereja Katolik di Purbalingga),mendasarkan pada K.W.Smithies (1982), dimana  pertimbangan manusia sebagai basis perancangan dapatberupa beberapa prinsip-prinsip perancangan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu:prinsip perancangan aspek pandangan, pernafasan, pendengaran, temperatur, kelembaban, dan prinsipperancangan aspek pergerakan manusia.Kata Kunci: Detil-detil Arsitektur, prinsip-prinsip perancangan, Wujud Arsitektur
PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR Novi Andhi Setyo Purwono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v13i1.80

Abstract

IntisariNovi Andhi Setyo P Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan dasarnya mudah diperoleh. Salah satu kekurangan dari beton adalah berat jenisnya yang relatif tinggi. Untuk mengurangi berat jenis tersebut maka digunakan struktur beton non-pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan air, tanpa menggunakan pasir. Agregat kasar untuk beton non-pasir dapat berupa kerikil alami, batu pecah, agregat ringan alami, maupun agregat buatan dari tanah lempung.Pada penelitian ini menggunakan 3 jenis agregat kasar, yaitu kerikil alami, kricak (batu pecah dengan tangan) dan split (batu pecah dengan mesin) yang berasal dari Sungai Krasak di daerah Tempel, Sleman, Yogyakarta. Ketiga jenis agregat kasar tersebut digunakan untuk pembuatan beton non-pasir dengan perbandingan volume agregat-semen ditentukan 6 : 1 dan faktor air semen 0,4.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agregat kasar berupa kerikil, kricak, dan split mempunyai berat jenis berturut-turut 2,46 kg/dm3, 2,51 kg/dm3, 2,58 kg/dm3. Kuat desak dan berat jenis beton non-pasir yang dihasilkan dari ketiga jenis agregat kasar tersebut berturut-turut adalah ukuran butir maksimum 10 mm didapat pada pemakaian agregat kasar kerikil alami sebesar 92,25 kg/cm2 dan 1,83 kg/dm3, ukuran butir maksimum 20 mm didapat pada pemakaian agregat kasar split sebesar 79,92 kg/cm2 dan 1,82 kg/dm3. Untuk ukuran butir maksimum 30 mm didapat pada pemakaian agregat kasar kerikil alami sebesar 65,97 kg/cm2 dan 1,80 kg/dm3, dan ukuran butir maksimum 40 mm didapat pada pemakaian agregat kasar kerikil alami sebesar 86,17 kg/cm2 dan 1,93 kg/dm3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kuat desar silinder beton non-pasir terbesar diperoleh dengan menggunakan agregat kasar kerikil alami dengan ukuran butir maksimum 10 mm. Key word: Beton non-pasir.
PERSEPSI REMAJA TERHADAP ATRIBUT KENYAMANAN PADA SETTING ALUN-ALUN PURWOKERTO YOHANES WAHYU
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v15i2.136

Abstract

Pemahaman suatu lingkungan fisik, didasarkan pada persepsi pengguna terhadapproperti yang ada di dalam settingnya. Persepsi tidak bersifat pasif dalam menerimamasukan yang berupa stimulus yang berasal dari luar diri manusia. Selanjutnya melaluikeberadaan properti yang ada di dalam setting yang berlaku sebagai stimulus, akandikirimkan dari mata ke otak untuk dipahami dan diberi makna berdasarkan pengalamanmasing-masing pengguna.Dengan demikian dapat dirumuskan tentang dugaan penyebab munculnya maknaganda pada fenomena setting alun-alun Purwokerto, yaitu adanya perbedaan persepsisebagai akibat pegeseran fungsi dalam konsepsi ruang berkumpul / publik. Adapunperbedaan persepsi yang dimaksud, menyangkut faktor internal individu (pengguna alun-alun, dalam hal ini remaja) yang berupa motiv, harapan, dan minat remaja terhadap settingalun-alun.Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remajaterhadap atribut ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Teori operasionaldibangun dengan mendasarkan pada teori Weismann (1981) tentang atribut sebagai variabelbebas, serta teori Paull. A. Bell, dkk (1978) tentang persepsi dan teori Atkinson Rita. L, dkk(1983) tentang faktor internal sebagai variabel terikat. Sedangkan metoda analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah dengan perhitungan statistik deskriptif.Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remajaterhadap atribut kenyamanan ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Sedanghasil penelitian menunjukan: persepsi remaja terhadap atribut kenyamanan berdasar kondisiudara segar (indera peraba) 32,65%, kondisi pencahayaan (indera penglihatan) 26,53%, dankondisi ketenangan suasana (indera pendengaran) 14,28%.Kata Kunci: Persepsi, Atribut, Kenyamanan.