cover
Contact Name
Zayra Zahra
Contact Email
zayra.zahra2004@gmail.com
Phone
+6285888706150
Journal Mail Official
zayra.zahra2004@gmail.com
Editorial Address
Jl. Setiabudhi No 229 Bandung Kodepos 40154 Kota Bandung
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
ISSN : 08545251     EISSN : 25407694     DOI : -
JPIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial) is the leading journal in Social Studies institutions concerning Social studies and education. The journal is multi-disciplinary, welcoming contributions that advance our understanding of education, science ,and technology as social activities. The journal promotes research and scholarly discussion concerning social studies and eduction in Academic disciplines and Institutions, focusing on the advancement of scholarship both formal and non-formal education. Topics might be about social sciences (Geography Education, Religion Educatioan, History Education, Economic Education, Sosiology Education, Tourism Education, Communication Science for Education Purposes Social Studies for Multicultural Education, and Social Studies in Developing Countries Education).
Articles 246 Documents
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS Kurniawan, Toni; Maryani, Enok
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 24, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v24i2.1457

Abstract

Kompetisi di abad ke-21 yang semakin ketat menuntut siswa menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Hal ini sesuai dengan tujuan IPS, yaitu mengembangkan aspek pengetahuan, aspek sikap dan nilai, serta keterampilan pada diri siswa. Diperlukan kondisi belajar baik kondisi internal maupun kondisi eksternal untuk terjadinya proses belajar pada diri siswa. Kondisi ekternal tersebut antara lain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran IPS. Lokasi penelitian dilaksanakan di 9 SMP di Kab. Kuningan. Sampel penelitian diambil sebanyak 311 orang siswa kelas IX secara acak setelah melalui proses stratifikasi populasi sekolah berdasarkan nilai rata-rata Ujian Nasional murni. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran IPS, (2) lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran IPS, (3) lingkungan sekolah berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran IPS, dan (4) terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran IPS dilihat berdasarkan kategori sekolah. Kata kunci : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pengaruh Bidang Keahlian Guru Dalam Pembelajaran Terhadap Pengembangan Karakter Siswa Saprya Saprya; Erlina Wiyanarti; Muhamad Iqbal
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 23, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v23i1.2057

Abstract

Guru sebagai juru taman memiliki makna yang mendalam, yang mana taman akan diolah menjadi tandus atau subur tergantung dari bagaimana seorang guru dapat mengelola taman tersebut. Taman disini kalau diibaratkan sebagai siswa yang berada di dalam kelas, maka memiliki arti bahwa baik dan tidaknya kelas tersebut tergantung dari guru yang memiliki kewenangan untuk mengelola kelas dengan baik.  Begitu juga dengan pengembangan karakter bagi siswa dibutuhkan figur teladan yang dimiliki oleh guru dengan bidang keahlian yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajarannya. Namun sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa pendidikan karakter hanya cukup diajarkan sebatas pengetahuan. Hal ini mengakibatkan pendidikan karakter seolah-olah terasa hambar dan cenderung membosankan. Oleh karena itu dibutuhkan sosok guru teladan yang memiliki keahlian dalam pembelajaranlah yang akan mampu menjadikan peserta didik yang berkarakter.Kata kunci: karakter, keahlian guru, pengelolaan kelas.
MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA PESERTA DIDIK Mulyana, Eldi
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 23, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v23i2.1617

Abstract

Aspek kognitif tingkat rendah berupa hafalan masih sering digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Proses pembelajaran IPS berupa hafalan kurang memiliki makna bagi peserta didik karena hanya belajar mengingat saja, tidak menuntut aktifitas belajar berpikir kritis dan menggunakan nalar logis. Implikasi dari kegiatan pembelajaran tersebut yang berupa hafalan, berpusat pada guru (teacher centered), tidak melibatkan fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan tidak aplikabel dalam memecahkan masalah membuat peserta didik menganggap pembelajaran IPS tidak berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, diperlukan model pembelajaran yang wajib mengoptimalkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPS. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan peran peserta didik adalah model pembelajaran generatif. Model pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan filsafat konstruktivisme, bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik yang  diarahkan untuk mengkonstruksi fakta-fakta yang dimilikinya seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah. Karena itu, model ini juga membangun strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa, sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang tepat. Menurut pandangan konstruktivisme, secara individu, peserta didik mampu mengembangkan pemikiran masing-masing karena adanya waktu berpikir, akuntabilitas berkembang, serta jumlah kelompok yang relatif lebih kecil, sehingga mendorong seluruh peserta didik terlibat lebih aktif. Keberhasilan penggunaan model pembelajaran generatif dapat diukur dari nilai tes sebelum pembelajaran dilakukan (pre test) dan tes setelah pembelajaran dilakukan (post test). Analisis data untuk mengetahui seberapa besar pemahaman konsep IPS pada peserta didik dapat menggunakan teknik Certainty of Response Indeks (CRI) di mana secara teoritis klasifikasi skor pemahaman telah diatur sedemikian rupa. Berdasarkan teknik CRI, kita dapat mengetahui rata-rata tidak tahu konsep, miskonsepsi dan rata-rata yang tahu konsep pada peserta didik.Kata kunci: Konstruktivisme, Model Pembelajaran Generatif, Pemahaman Konsep IPS, Teknik CRI.
PENGARUH PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL: “PERISTIWA PERTEMPURAN CISEUPAN 4 PEBRUARI 1949” TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Sudiartuti, Lestari
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 24, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v24i1.1607

Abstract

Masalah utama pendidikan sejarah adalah rendahnya motivasi dan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah yang berkorelasi terhadap rendahnya pencapaian hasil belajar peserta didik. Kondisi ini terjadi karena dalam proses pembelajarannya selama ini, guru hanya mengajarkan apa yang terdapat dalam buku teks dan siswa hanya diharuskan mempelajari dan menghafal berbagai peristiwa yang terjadi di tempat-tempat lain. Pembelajaran sejarah yang hanya menekankan pada sejarah nasional selama ini telah menyebabkan peserta didik melupakan atau sama sekali tidak tahu tentang berbagai peristiwa sejarah lokal di daerahnya. Keterkaitan antara peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam masyarakat di sekitar sekolah dan tempat atau daerahnya dapat dikatakan tidak ada. Padahal pengajaran sejarah lokal yang lebih menekankan pada sejarah dari lingkungan sekitar siswa akan memberikan makna yang lebih mendalam kepada peserta didik sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar sejarah. Kenyataan tersebut menjadi dasar ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran sejarah lokal: “Peristiwa Pertempuran Ciseupan 4 Pebruari 1949” terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, tes tertulis, observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran sejarah lokal memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan motivasi belajar pada kelas eksperimen sebesar 0,69 dan pada kelas kontrol hanya kontrol sebesar 0,31. Sedangkan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen mencapai 0,72 termasuk kategori tinggi dan pada kelas kontrol hanya sebesar 0,40 masuk pada kategori sedang.  Ini terjadi karena pembelajaran sejarah lokal merupakan proses belajar bermakna yang melibatkan berbagai aktivitas siswa sehingga efektif dalam memelihara motivasi peserta didik yang berdampak pada terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.Kata kunci: Pembelajaran Sejarah Lokal, “Peristiwa Pertempuran Ciseupan 4 Pebruari 1949”, Motivasi, Hasil Belajar.
KEARIFAN EKOLOGIS BUDAYA LOKAL MASYARAKAT ADAT CIGUGUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Holilah, Mina
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 24, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v24i2.1453

Abstract

Cara pandang antroposentris menempatkan manusia untuk mengeksploitasi alam dengan mengabaikan keberlangsungan sistem ekologi. Penanaman nilai-nilai kearifan ekologis melalui budaya lokal masyarakat Cigugur merupakan salah satu upaya pewarisan nilai luhur untuk menjaga keseimbangan sistem ekologi khususnya bagi masyarakat Kabupaten Kuningan. Kajian utama penelitian ini adalah identifikasi nilai-nilai kearifan ekologis budaya lokal masyarakat Cigugur Kuningan dan bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran IPS di SMP N 2 Garawangi Kelas VII A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Cigugur memiliki nilai-nilai kearifan ekologis yang dapat digunakan sebagai sumber belajar IPS meliputi nilai pelestarian lingkungan, mitigasi bencana, dan pola konsumsi ramah lingkungan. Nilai pelestarian lingkungan terdiri dari pola pertanian, penjagaan leuweung larangan, pelestarian mata air / cainyusu, serta nilai filosofis upacara Seren Taun. Nilai mitigasi bencana dan pola konsumsi ramah lingkungan terdapat dalam petuah/larangan yang masih digunakan sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Implementasi nilai kearifan ekologis budaya lokal masyarakat adat Cigugur dalam pembelajaran IPS di SMP N 2 Garawangi kelas VII A menunjukkan hasil yang baik. Peserta didik memiliki antusiasme dan rasa ingin tahu mendalam terhadap budaya lokal masyarakat adat Cigugur untuk menanamkan nilai-nilai kearifan ekologis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian ini mereko-mendasikan supaya dijadikan rujukan bagi pengembangan pembelajaran IPS berbasis budaya lokal di berbagai sekolah khususnya Jawa Barat.Kata kunci : Kearifan Ekologis, Budaya Lokal, Cigugur Kuningan, Pembelajaran IPS.
Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Puspa Dianti
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 23, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v23i1.2062

Abstract

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi leading sector dalam pengembangan karakter siswa. Namun, pada kenyataannya mata pelajaran PKn belum cukup berhasil menjalankan peran tersebut secara baik karena proses yang terjadi pada pembelajaran PKn tersebut hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja sedangkan pencapaian afektif/sikap cenderung diabaikan. Untuk mengatasi  hal tersebut perlu dilakukannya modifikasi dalam pembelajaran PKn, salah satunya dengan pengintegrasian konsep pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajarannya sehingga lebih bisa berperan dalam pengembangan karakter siswa. Penelitian ini, dilaksanakan di SMA Unggul Negeri 4 Lahat dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus untuk menggali dan memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi secara intensif dan mendalam berkenaan dengan integrasi pendidikan karakter pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran PKn di sekolah tersebut. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi langsung pada kegiatan pembelajaran, teknik wawancara kepada guru dan siswa, serta melalui teknik dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran PKn di SMA unggul Negeri 4 Lahat sudah dilakukan pengintegrasian pendidikan karakter dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Meskipun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki.selanjutnya pembelajaran yang dilakukan sangat membantu dalam pengembangan karakter siswa.Kata kunci: pendidikan karakter, pendidikan kewarganegaraan, karakter.
PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL (Penelitian naturalistik inquiri di SMA Panca Budi Medan) Nasution, Abdul Haris
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 23, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v23i2.1623

Abstract

Pembelajaran sejarah lokal sangat strategis sebagai sarana pengembangan nilai-nilai multikulturalisme. Nilai-nilai multikulturalisme yang tekandung pada situs Kesultanan Deli telah dimanfaatkan oleh SMA Panca Budi Medan. Kenyataan tersebut menjadi dasar ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian mengenai pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif naturalistik dengan tehnik pengumpulan data yaitu observasi (pengamatan) inteview (wawancara), dokumentasi dan gabungan ketiganya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli memberikan pengaruh yang positif terhadap pengetahuan, perilaku siswa dan kreatifitas siswa. Selain memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap sejarah Kesultanan Deli, keadaan masyarakat dan situs-situs peninggalan Deli secara kritis, siswa juga mampu mengimplemetasikan nilai-nilai multikulturalisme yang terdapat pada materi sejarah Kesultanan Deli yaitu sikap toleransi, tolong-menolong, dialog terbuka dan berbaik sangka terhadap masyarakat dari etnis maupun kepercayaan yang berbeda.Kata kunci: Situs Kesultanan Deli, Pembelajaran Sejarah Lokal, Multikultural
PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI NASIONALISME SISWA ETNIK TIONGHOA Siahaan, Adela
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 24, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v24i1.1612

Abstract

Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Sejarah Berbasis Multikultural dalam Mengem-bangkan Nilai-Nilai Nasionalisme Siswa Etnik Tionghoa (Studi Kasus di SMA St. Angela Kota Bandung). Pada hakekatnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengembangan nilai-nilai nasionalisme siswa etnik Tionghoa di SMA Santa Angela kota Bandung melalui pembelajaran sejarah berbasis multikultural yang meliputi : lebih terbuka, saling menghormati, bersikap empati, tumbuhnya kesadaran kolektif yang memiliki persamaan dalam sejarah, kebersamaan dan keterikatan (sense of solidarity), rasa memiliki (sense of belonging), serta berprestasi di kancah nasional maupun international dalam mengharumkan nama bangsa Indonesia. Adapun metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui nilai-nilai yang dimiliki siswa etnik Tionghoa tersebut ialah studi kasus (case study). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah berbasis multikultural mampu mengembangkan nilai-nilai nasionalisme siswa etnik Tionghoa. Hal tersebut dapat diketahui dari dialog-dialog yang dilakukan siswa dengan temannya dan juga guru, pemikiran-pemikiran siswa, hingga sikapnya dengan sesama dan terhadap negara Indonesia. Adapun kendala utama dalam pembelajaran sejarah berbasis multikultural dalam ialah tidak meratanya penulisan sejarah terhadap etnik minoritas yaitu seperti dengan tidak adanya penulisan tokoh dan peristiwa sejarah yang berkaitan dengan etnik Tionghoa dalam kurikulum sejarah di Indonesia.Kata kunci : Pembelajaran Sejarah, Multikultural, Nasionalisme, Siswa Etnik Tionghoa.
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN KEBUN KARET SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS Valentine, Dewi Amelia
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 24, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v24i2.1458

Abstract

Lingkungan alam yang oleh sebagian besar manusia dimanfaatkan sebagai alat pemenuhan kebutuhan tidak mendapat balikan berupa perawatan dan pelestarian dari penggunanya. Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat memupuk kesadaran ekologi atau ecoliteracy siswa dengan memanfaatkan alam yang dalam hal ini adalah tanaman lokal karet. Media tanaman karet dipilih karena selain mudah didapat juga merupakan komoditas utama masyarakat setempat sehingga sangat mudah menghubungkan pembelajaran dengan berbagai fenomena dalam kehidupan siswa yang berhubungan dengan media tersebut dalam upaya meningkatkan ecoliteracy siswa. Metode penelitian menggunakan PTK pada kelas VII SMP Negeri 2 Beduai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan Taggart. Hasil penilitian menunjukkan bahwa desain pembelajaran yang dirancang peneliti bersama guru mitra yang meliputi skenario pembelajaran, materi, model pembelajaran, bentuk evaluasi yang terdiri dari lembar kerja kelompok siswa dan tes hasil belajar serta format penilaian yang kesemuanya termuat dalam RPP dengan penggunaan instrumen yang berbijak pada kompetensi ecoliteracy mampu meningkatkan ecoliteracy siswa. Dengan penggunaan kebun karet sebagai sumber pembelajaran IPS yang dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik menggugah ketertarikan, keaktifan dan kesadarahn ekologi (ecoliteracy) siswa. Penggunaan kebun karet sebagai sumber pembelajarn IPS yang dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik menunjukkan adanya peningkatan dalam tiap ranah kompetensi ecoliteracy. Tidak hanya ecoliteracy siswa meningkat, ketertatrikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaranpun membaik. Pada tindakan akhir, tidak hanya pengausaan pengetahuan (head) siswa saja yang semakin utuh, tetapi sikap (heart), tindakan (hands) dan spiritial (spirit) siswa semakin menunjukkan bahwa pemanfaatan yang mereka lakukan pada taman karet sebagai pemenuhan ekbutuhan mereka suda dilandasi dengan ecoliteracy.Kata kunci: Ecoliteracy, Sumber Pembelajaran IPS.
PENGARUH PENGGUNAAN PETA KONSEP TERHADAP PENINGKATAN DAYA ANALISIS MAHASISWA (Studi Eksperimen pada Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Geografi Tahun Akademik 2012/2013) Asep Mulyadi; Ahmad Yani
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 23, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v23i1.2058

Abstract

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh penggunaan peta konsep terhadap peningkatan daya analisis mahasiswa pada materi perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Geografi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Pemanfaatan model pembelajaran peta konsep (concept map) dalam pembelajaran diyakini akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam proses menganalisis sesuatu yang sedang dikajinya. Semakin banyak konsep yang dilibatkan dalam peta konsep dan terhubung satu sama lain, maka semakin tinggi kemampuan seseorang dalam menganalisis sesuatu yang dikajinya. Metode yang digunakan adalah eksperimen tipe kuasi eksperimen (nonequivalent control group design), dimana kelompok eksperimen maupun kelompok koktrol tidak dipilih secara random. Penelitian dilakukan pada kelas pararel, dimana satu kelas dijadikan kelas kontrol dan lainnya sebagai kelas ekperimen. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan, yakni kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan, memiliki kemampuan daya analisis yang lebih baik daripada mahasiswa kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut Hasil uji statistic menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,042, sedangkan t tabel 2,029, sehingga t hitung lebih besar dari t tabel.  Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dari kolom Uji t menunjukkan nilai P = 0,003 untuk uji dua sisi (2-tailed). Karena  nilai P lebih kecil dari nilai α = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah diaplikasilan model peta konsep pada kelas eksperimen. Rata-rata selisih nilai pre test dan post test  pada kelas (1,8108) eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol (0,2162). Dengan demikian, dapat disimpulkan atau dapat dikatakan penggunaan model peta konsep berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa.Kata kunci: peta konsep (concept map), belajar bermakna, daya analisis.

Page 2 of 25 | Total Record : 246