cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25280104     EISSN : 25285181     DOI : -
Core Subject : Health,
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental adalah terbitan berkala yang menyajikan kajian empirik, kajian teoritik dan ulasan buku yang berkaitan dengan isu-isu terkini dalam kajian psikologi dan kesehatan mental. INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental awalnya bernama INSAN Media Psikologi. Namun pada tahun 2016, INSAN Media Psikologi berubah namanya menjadi INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental dengan tujuan mencakup kajian Kesehatan Mental secara spesifik, sekaligus mendukung keunggulan Fakultas Psikologi Unair, yaitu kajian Kesehatan Mental.
Arjuna Subject : -
Articles 114 Documents
Learned Helplessness Pada Wanita Dewasa Awal Korban Kekerasan dalam Pacaran yang Masih Bertahan dengan Pasangannya Niken Citha Ananda; Hamidah Hamidah
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 1 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I12019.36-42

Abstract

Tujuan penelitin ini untuk mengetahui learned helplessness pada wanita dewasa awal korban kekerasan dalam pacaran yang masih bertahan. Learned helplessness adalah kondisi yang muncul karena ketidakmampuan individu mengatasi atau menghentikan peristiwa negatif yang terjadi terus menerus sehingga menyebabkan penurunan respon. Learned helplessness dibagi menjadi tiga dimensi yaitu penurunan motivasi, penurunan kognitif dan penurunan emosi. Penelitian ini mneggunakan teori learned helplessness milik Seligman (1975). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus instrumental, menggunakan analisis tematik theory-driven. Partisipan berjumlah 3 wanita dewasa awal berusia 22-23 tahun yang mengalami kekerasan dalam pacaran dan masih bertahan dengan pasangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek mengalami kondisi learned helplessness. Faktor yang memengaruhi munculnya learned helplessness pada ketiga subjek adalah fase kekerasan, kekerasan psikologis dan faktor power dan kontrol yang dimiliki pelaku. Ketiga subjek mengalami penurunan motivasi, penurunan kognitif dan penurunan emosi. This research aimed to explain learned helplessness in early adult women who were victims of dating violence, yet they still maintain the relationship. Learned helplessness is a condition where individuals are no longer able to cope or stop negative events that occur continuously, promoting response deficit. There are three learned helplessness dimensions: motivational deficit, cognitive deficit, and emotional deficit. This study used Seligman's (1975) learned helplessness theory. This was a qualitative study with an instrumental case study approach. The framework used was thematic analysis using the theory-driven approach. This study involved 3 early adult women aged 22-23 years old who experienced dating violence yet still maintain the relationship. The results showed that all participants experienced learned helplessness. There were three factors that influenced the learned helplessness; there was a cycle of violence, psychological violence, and power and control factor by the perpetrators. All participants demonstrated motivational deficit, cognitive deficit, and emotional deficit.
Hubungan Antara Parental Bonding dengan Kecenderungan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Akhir yang Berpacaran Syarifah Ayu Dwi Ariesa Putri; Prihastuti .
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 2 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I22019.76-82

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara parental bonding dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir berpacaran. Parental bonding merupakan keterikatan secara fisik dan emosional antara orangtua dan anak, dan menjadi dasar pembentukan emosi anak (Pak Luanpreda, 2015). Kecenderungan perilaku seksual pranikah yaitu intensi individu atas kemungkinan dirinya untuk melakukan perilaku tersebut (Fishbein & Ajzen, 2011). Subjek dalam penelitian ini adalah remaja akhir (18-21 tahun) yang berpacaran. Jumlah responden sebanyak 248 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Parental Bonding Instrument (Parker, Tupling, & Brown, 1979), dan skala kecenderungan perilaku seksual pranikah (Devina, 2018). Analisis data menggunakan uji korelasi teknik Sperman’s rho dengan bantuan SPSS 20.00 for Windows. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai koefisian korelasi sebesar -0,295 dengan signifikansi 0,000, sehingga terdapat hubungan signifikan antara parental bonding dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah dengan arah hubungan negatif, ketika parental bonding tinggi maka kecenderungan perilaku seksual pranikah remaja akan rendah.
Proses Kematangan Emosi Pada Individu Dewasa Awal yang Dibesarkan dengan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dina Rahma Adila; Afif Kurniawan
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.21-34

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses kematangan emosi individu dewasa awal yang dibesarkan dengan pola asuh orang tua permisif dilihat dari manifestasi kematangan emosi dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses kematangan emosi individu. Kematangan emosi termanifestasi melalui tiga dimensi yaitu kontrol emosi, pemahaman diri, dan fungsi kritis mental serta dipengaruhi faktor individu, lingkungan dan pengalaman dalam proses pencapaiannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus intrinsik yang melibatkan empat individu dewasa awal. Teknik penggalian data menggunakan wawancara kualitatif dengan pedoman umum. Teknik analisis data menggunakan metode analisis tematik theory driven. Pemantapan kredibilitas penelitian dilakukan dengan membercheck. Hasil penelitian menunjukkan pola asuh orang tua permisif berdampak pada proses kematangan emosi individu dewasa awal baik secara positif maupun negatif, ditandai dengan keadaan serta pengelolaan emosi yang terganggu, proses pencapaian pemahaman diri yang terbangun dari faktor di luar keluarga, dan fungsi kritis mental yang berkembang.
Coping Stress Pascacerai: Kajian Kualitatif Pada Ibu Tunggal Ario Chandra Jonathan; Ike Herdiana
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.71-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika stress pasca perceraian dan strategi coping yang digunakan ibu tunggal yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang. Ketiga partisipan menjadi ibu tunggal akibat bercerai dengan suami dan memiliki hak asuh penuh atas anak mereka. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan pemberian kuesioner gejala stress.Hasil penelitian menunjukan dinamika stress pada ibu tunggal melibatkan gejala stress, sumber stress, dan respon terhadap stress. Pasca bercerai dengan suami ibu tunggal menunjukan gejala stress berupa meningkatnya tekanan darah, mudah marah, sering menunda pekerjaan, perubahan pola makan, peningkatan pola konsumsi rokok, dan gangguan tidur. Sumber stress pada ketiga partisipan adalah hadirnya ‘orang ketiga’ dalam rumah tangga mereka. Respon terhadap stress yang ditunjukan ketiga partisipan adalah anxiety, anger and aggression, dan cognitive impairment. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan penghayatan emosi terhadap stressor perceraian antar ibu tunggal. Partisipan 1 dan 3 memiliki penghayatan emosi yang cenderung negatif terhadap perceraiannya dan menganggap stressor tersebut sebagai traumatic event. Sedangkan partisipan 2 memiliki penghayatan emosi yang positif terhadap perceraiannya dan hanya menganggap stressor minor sehingga bisa cepat bangkit dari keterpurukan. Coping stress pasca perceraian yang dilakukan ibu tunggal yang bekerja meliputi planfull problem solving, confrontative, seeking for social support, distance, escape/avoidance, positive reappraisal, self-control, dan acceptance responsibility. Dari hasil penelitian ini ditemukan pula kompleksitas stressor pada partisipan yang menyebabkan multiple stress. Temuan ini berbanding lurus dengan penelitian Chinaveh (2013) dimana individu yang gagal mengatasi tekanan-tekanan akan mengalami kelelahan mental dan fisik atau terserang penyakit.
Gambaran Makna Hidup pada Penyintas Stroke Shofia Nurul Izzah; Atika Dian Ariana
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 2 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I22019.83-93

Abstract

Makna hidup membantu penyintas stroke untuk bertahan dari kondisi yang tidak menyenangkan berupa penurunan fungsi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran makna hidup bagi penyintas stroke dengan menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Penelitian dilakukan pada tiga partisipan yang merupakan penyintas stroke dengan pengalaman sebagai penyintas yang tidak lebih dari lima tahun. Hasil penelitian menemukan adanya tema gambaran makna hidup bagi penyintas stroke yang terdiri dari tiga kategori. Pertama, empat tema pengalaman hidup sebagai penyintas stroke, yaitu pengalaman keterbatasan, mengalami tekanan psikologis, melakukan pemulihan, dan anggapan terhadap stroke. Kedua, tiga tema makna hidup yang ditemukan, yaitu mengikuti arus kehidupan, berdaya dalam keterbatasan, dan meningkatkan kualitas ibadah. Ketiga, tiga tema proses menemukan makna hidup, yaitu perenungan, keinginan kuat, dan pengambilan sikap positif. Diharapkan tema yang telah ditemukan bisa membantu penyintas stroke menemukan makna hidup.
Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental pada Remaja Fifyn Srimulya Ningrum; Zaujatul Amna
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.35-48

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cyberbullying victimization dengan kesehatan mental pada remaja. Sampel penelitian sebanyak 209 partisipan (102 laki-laki dan 107 perempuan) dengan rentang usia 16-18 tahun yang dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara cyberbullying victimization dan kesehatan mental pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengalaman lebih rendah sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang positif. Sebaliknya, remaja yang memiliki pengalaman lebih tinggi sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang negatif. Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa korban cyberbullying di media sosial dikaitkan dengan kesehatan mental pada remaja, baik berdampak positif maupun negatif.The aim of the study was to determine the relationship between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. A total of 209 adolescents, consisting of 102 males and 107 females, with age ranges 16-18 years, were selected using purposive sampling technique as research participants. The result has shown that there was a negative significant correlation between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. The result also showed that adolescent with less experience as cyberbullying victim would have positive mental health while adolescent with more experience as cyberbullying victim have negative mental health. In conclusion, this result showed that a cyber-victim on social media was associated with mental health, whether it's a positive effect or negative affect.
Resiliensi Pascabencana Tsunami Nursakinah Oktaviana Sasmita; Lenny Utama Afriyenti
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 2 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I22019.94-101

Abstract

Adanya bencana alam tsunami di Wilayah Pandeglang dan sekitarnya hingga ke pesisir Lampung menyebabkan warga banyak yang mengalami kehilangan baik materi, ataupun sanak saudara. Bencana alam telah memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap fisik, psikologis dan sosial. Kejadian tersebut mengakibatkan trauma kepada korban bencana. Upaya untuk bangkit dari kondisi mental yang tidak menguntungkan diperlukan kemampuan resiliensi.( dalam Satria dan Sari, 2017). Ada tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu; regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, causal analysis, efekasi diri dan reaching out. Pada dasarnya setiap orang mempunyai semua faktor tersebut, namun yang membedakan adalah bagaimana seseorang mempergunakan dan memaksimalkan faktor  tersebut agar berguna untuk menghadapi masa-masa sulit seseorang. (Reivich dan Shatte, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resiliensi para korban tsunami di daerah Sumur, Pandeglang. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Populasi berjumlah 220 kepala keluarga dengan sampel sebanyak 50 orang. Skala yang digunakan adalah Resilience Scale dari Reivich yang berjumlah 56 item, namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan 21 item saja. Analisis data menggunakan regresi ganda, menghasilkan 0.92% terhadap variable resiliensi. Sedangkan variable yang terbesar mempengaruhi adalah variable causal yang memberikan sumbangan sebesar 25.5%.
Penyusunan Sistem Pengembangan Karyawan Melalui Pelatihan dengan Pendekatan Appreciative Inquiry Edwarsyah Edo; Seger Handoyo; Maria Eko Sulistyowati
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 2 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I22019.102-110

Abstract

One of the biggest challenges in the oil and gas industry in the upstream sector is sustainable of oil and gas exploration and exploitation activities to keep the field in continuous production. Successful exploration and production activities cannot be separated from the ability and management of human resources in the company. The company requires professional and high qualifications workforce in managing upstream oil and gas business activities that have characteristics of high capital, risk and technology intensives. This research was conducted with the aim of compiling an employee development system through training with the Appreciative Inquiry approach. The research method is qualitative using the stages of 4D Appreciative Inquiry. The results showed that the Appreciative Inquiry approach could bring out the positive strengths and core-values that exist within the organization, and make a commitment from the organization to do better in terms of employees training and development.
Pengaruh Fundamentalisme Agama Terhadap Narsisme Kolektif dan Out-Group Derogation Pada Aktivitas Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Diah Budiarti; Rahkman Ardi
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 4 No 2 (2019): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V4I22019.54-63

Abstract

Penelitian ini berfokus pada temuan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB) di lingkungan perguruan tinggi negeri (PTN), antara lain sumpah atas tegaknya khilafah, persetujuan terhadap syariah sebagai pedoman bernegara, serta lingkungan kampus yang cenderung dikuasai kelompok fundamentalis karena mahasiswa memiliki paham keagamaan yang kaku dan kerap salah paham. Langkah kebijakan institusi pendidikan terkait temuan tersebut hanya bersifat klarifikasi dan belum mencakup penelusuran terhadap akar permasalahan pelanggaran KBB. Hipotesis penelitian adalah fundamentalisme agama merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan bias (narsisme kolektif dan out-group derogation) pada aktivis mahasiswa PTN. Metode penelitian berupa eksperimen dengan pemberian priming yang pada penelitian sebelumnya terbukti meningkatkan kecenderungan bias. Subjek penelitian adalah 203 (N=203) mahasiswa PTN yang tergabung dalam organisasi mahasiswa ekstra kampus berbasis Islam. Hasil penelitian menunjukkan fundamentalisme agama tidak berpengaruh signifikan terhadap narsisme kolektif dan out-group derogation. Pemberian priming tidak terbukti meningkatkan kecenderungan bias (narsisme kolektif dan out-group derogation) pada aktivis mahasiswa PTN.
Pengaruh Organizational Constraints dan Kepribadian Terhadap Work Engagement Pada Relawan Fermansyah Bagus Yudha Pratama; Dewi Syarifah
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.1-12

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh organizational constraints dan kepribadian terhadap work engagement pada relawan. Penelitian mengenai work engagement pada konteks pekerjaan tidak dibayar seperti relawan masih terbatas (Vecina, Chacon, Sueiro, & Barron, 2012). Adanya turnover yang terjadi pada relawan di organisasi non-profit mengindikasikan rendahnya work engagement pada relawan (Scherer, Allen, & Harp, 2015). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan jumlah subjek 141 relawan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Organizational Constraints Scale (OCS) (Liu, Nauta, Li, & Fan, 2010), Big Five Inventory (BFI) versi Indonesia (Ramdhani, 2012), dan Utrecth Work Engagement Scale (UWES) versi relawan (Vecina, Chacon, Sueiro, & Barron, 2012). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda dalam IBM SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan organizational constraints dan kepribadian berpengaruh terhadap work engagement relawan. Sementara dimensi yang berpengaruh terhadap work engagement relawan yaitu dimensi interpersonal constraints dan agreeableness.

Page 5 of 12 | Total Record : 114