Claim Missing Document
Check
Articles

RESILIENSI KELUARGA : TEORI, APLIKASI DAN RISET Herdiana, Ike
PSIKOSAINS (Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi) Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.796 KB) | DOI: 10.30587/psikosains.v14i1.889

Abstract

Tujuan dari artikel ini adalah menjelaskan bagaimana resiliensi keluarga dijelaskan sebagai sebuah konsep dan terapan pada penelitian maupun layanan psikologis kepada masyarakat. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah mengumpulkan kepustakaan atau hasil bacaan sebagai sumber sekunder yang terdapat dalam artikel jurnal ilmiah. Data yang ada dalam setiap artikel kemudian di pilah sesuai dengan relevansinya dan dilakukan analisis terhadap konten untuk melihat kesesuaiannya. Hasil telaah literature adalah : (1) Sebagai sebuah konsep, resiliensi dipandang dari beberapa perspektif. Dalam pandangan tradisional, resiliensi keluarga merupakan jumlah dari ketahanan anggota keluarga. Sebuah perspektif kontemporer memandang resiliensi keluarga dengan memberikan penekanan pada sifat relasional dari keluarga sebagai sebuah unit; (2) Kerangka resiliensi keluarga sangat relevan dengan praktik klinis dan pemberian layanan sosial. Menurut definisinya, resiliensi melibatkan kekuatan di bawah tekanan akibat krisis dan kesulitan yang berkepanjangan. Berbeda dengan fokus praktik deficit model, pendekatan yang berorientasi pada resiliensi ini menarik keluar kekuatan dan potensi keluarga untuk menghadapi tantangan. Selain mengatasi masalah, resiliensi juga melibatkan transformasi dan pertumbuhan positif. Dalam membangun ketahanan relasional, keluarga membentuk ikatan yang lebih kuat dan menjadi lebih banyak solusi dalam menghadapi tantangan masa depan. Jadi, setiap intervensi memiliki manfaat pencegahan; (3) Penelitian tentang resiliensi keluarga menjadi sangat menarik. Peneliti didorong untuk mampu mengidentifikasi dan mendorong perilaku yang memungkinkan keluarga mengatasi secara efektif krisis, trauma dan tekanan yang dialami keluarga.
Peningkatan resiliensi penyintas pelecehan seksual melalui terapi pemaafan Theofani, Eukaristianica; Herdiana, Ike
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.919 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v8i1.9865

Abstract

Objectives: An unwanted pregnancy due to sexual abuse feels so heavy for a woman so that it needs the ability to rise from adversity called resilience. Resilient individuals are able to deal with pressures in their lives and try to deal with stress through coping strategies, which is to forgive. The purpose of this study was to determine the increase in resilience in women survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy through forgiveness therapy.Method: This research uses quasi-experimental method with A-B reversal design. Subjects were 3 survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy with low or moderate resilience based on the CYRM-28 scale categorization. Data were analyzed by Wilcoxon visual analysis and nonparametric analysis.Findings: The results of visual analysis showed an increase in resilience, while the results of the nonparametric analysis showed a non-significant difference in resilience (0.109> 0.05) between before and after the intervention was given. Even so, measurement of effect size shows that forgiveness therapy has a big effect (0.926> 0.8) to increase the resilience of survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy.Conclusions: the research hypothesis was rejected.It means there was no effect of the application of forgiveness therapy to increase resilience in women survivors of sexual harassment who experienced an unwanted pregnancy.
Peningkatan resiliensi penyintas pelecehan seksual melalui terapi pemaafan Eukaristianica Theofani; Ike Herdiana
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 8 No. 1 (2020): January
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.919 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v8i1.9865

Abstract

Objectives: An unwanted pregnancy due to sexual abuse feels so heavy for a woman so that it needs the ability to rise from adversity called resilience. Resilient individuals are able to deal with pressures in their lives and try to deal with stress through coping strategies, which is to forgive. The purpose of this study was to determine the increase in resilience in women survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy through forgiveness therapy.Method: This research uses quasi-experimental method with A-B reversal design. Subjects were 3 survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy with low or moderate resilience based on the CYRM-28 scale categorization. Data were analyzed by Wilcoxon visual analysis and nonparametric analysis.Findings: The results of visual analysis showed an increase in resilience, while the results of the nonparametric analysis showed a non-significant difference in resilience (0.109> 0.05) between before and after the intervention was given. Even so, measurement of effect size shows that forgiveness therapy has a big effect (0.926> 0.8) to increase the resilience of survivors of sexual abuse who experienced an unwanted pregnancy.Conclusions: the research hypothesis was rejected.It means there was no effect of the application of forgiveness therapy to increase resilience in women survivors of sexual harassment who experienced an unwanted pregnancy.
SURVIVORS OF SEX TRAFFICKING: HOW COULD THEY REVIVE? Ike Herdiana; Suryanto Suryanto; Musta'in Mashud; Wiwin Hendriani
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 8 No 3 September 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.813 KB) | DOI: 10.12928/jehcp.v8i3.13353

Abstract

The aim of this study is to identify factors which support survivors of sex trafficking to be resilient after their experience of trafficking. This is a qualitative study using case study approach. Data was collected through in-depth interviews with female sex trafficking survivors. The data analysis employed thematic analysis developed by Braun and Clark (2006). Result reveals some risk factors which survivors encountered, including personal factor, family poverty, family disintegration and disfunction, negative peer influence and juvenile delinquency, unsupportive community, and public stigma. Resilient survivors could basically overcome those risks and were supported by some personal protective factors, such as belief system, self-efficacy, effective coping skill, and personal motivation. Protective support could also be socially sourced, such as from family, peers, and shelter.Key words: resilience, risk factor, protective factor, social support, survivor, sex trafficking
Deteksi Dini Masalah Psikologis Pada Anak Jalanan Oleh Orangtua Asuh di Rumah Singgah Suryanto Suryanto; Ike Herdiana; Achmad Chusairi
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 1 No 2 (2016): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.381 KB) | DOI: 10.20473/jpkm.V1I22016.85-96

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan deteksi dini permasalahan anak jalanan yang berada di rumah singgah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Partisipan adalah lima pengasuh dari tiga rumah singgah anak jalanan di Surabaya. Metode pengambilan data adalah Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan; (1) perilaku spesifik anak: mengganggu teman, malas, banyak bermain, memegang alat vital temannya, berkata kotor, motivasi belajar rendah, membangkang, memukul teman, keras kepala, kesulitan belajar; (2) perilaku bermasalah:  anak yang mengancam bunuh diri; (3) interaksi anak dengan orangtua asuh: baik, intens, pengasuh terlibat membantu mengatasi masalah anak; (4) permasalahan emosional anak: mudah marah, tersinggung, kurang terbuka, membentak teman dan pendamping, memukul teman, emosional saat bicara, cemas, marah, perasaan bersalah dan sedih; (5) faktor penyebab anak asuh bermasalah:  pergaulan, lingkungan sekolah, kurangnya afeksi orangtua, kurangnya minat belajar, perilaku kekerasan yang diterima anak dari orangtua kandung, kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
Coping Stress Pascacerai: Kajian Kualitatif Pada Ibu Tunggal Ario Chandra Jonathan; Ike Herdiana
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.71-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika stress pasca perceraian dan strategi coping yang digunakan ibu tunggal yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang. Ketiga partisipan menjadi ibu tunggal akibat bercerai dengan suami dan memiliki hak asuh penuh atas anak mereka. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan pemberian kuesioner gejala stress.Hasil penelitian menunjukan dinamika stress pada ibu tunggal melibatkan gejala stress, sumber stress, dan respon terhadap stress. Pasca bercerai dengan suami ibu tunggal menunjukan gejala stress berupa meningkatnya tekanan darah, mudah marah, sering menunda pekerjaan, perubahan pola makan, peningkatan pola konsumsi rokok, dan gangguan tidur. Sumber stress pada ketiga partisipan adalah hadirnya ‘orang ketiga’ dalam rumah tangga mereka. Respon terhadap stress yang ditunjukan ketiga partisipan adalah anxiety, anger and aggression, dan cognitive impairment. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan penghayatan emosi terhadap stressor perceraian antar ibu tunggal. Partisipan 1 dan 3 memiliki penghayatan emosi yang cenderung negatif terhadap perceraiannya dan menganggap stressor tersebut sebagai traumatic event. Sedangkan partisipan 2 memiliki penghayatan emosi yang positif terhadap perceraiannya dan hanya menganggap stressor minor sehingga bisa cepat bangkit dari keterpurukan. Coping stress pasca perceraian yang dilakukan ibu tunggal yang bekerja meliputi planfull problem solving, confrontative, seeking for social support, distance, escape/avoidance, positive reappraisal, self-control, dan acceptance responsibility. Dari hasil penelitian ini ditemukan pula kompleksitas stressor pada partisipan yang menyebabkan multiple stress. Temuan ini berbanding lurus dengan penelitian Chinaveh (2013) dimana individu yang gagal mengatasi tekanan-tekanan akan mengalami kelelahan mental dan fisik atau terserang penyakit.
Analisis Strategi Coping Stres pada Ibu Single Parent Setelah Ditinggal Suami: Literatur Sistematik Review Dulce Elda Ximenes Dos Reis; Endang Retno Surjaningrum; Ike Herdiana
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 3, No 3 (2021): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) April
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.203 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v3i3.570

Abstract

The purpose of this literature is to determine the selection of stress coping strategies used by single parent mothers in dealing with problems after the abandonment of their husbands. The method used in writing this literature review is to search for literatures using databases such as http://garuda.ristekbrin.go.id/ and Google Scholar. The results of this literature review identified five articles that met the inclusion criteria. From the literature obtained, the majority use this type of qualitative research as many as 3 articles and 2 articles using quantitative research. Several studies have shown that the most effective and often used strategies for single parent mothers after their husband leave behind are problem focused coping and emotion focused coping.The conclusion of the study shows that the situations that cause stress to the three single parent mothers after the abandonment of their husbands are (a) the dual roles that are played after the husband leaves, namely meeting the psychological needs of the child, (b) work, (c) accusations from neighbors and (d) economic problems. The coping strategies used by single parents after their husband left their husbands are emotional focused coping (coping that focuses on emotions) and problem focused coping (coping that focuses on problems). Emotional focused coping that is used is avoiding problems, ignoring problems, blaming yourself and interpreting problems. Meanwhile, the problem focused coping used is exercised caution, instrumental action and negotiation.
Psychosocial Issues Following Natural Disaster in Palu Central Sulawesi: A Case Study on Adolescents Ike Herdiana; Rahmatsyam Lakoro
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 11 No 2 June 2022
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v11i2.23474

Abstract

Earthquakes, tsunami, and soil liquefaction struck Palu, Central Sulawesi on September 28th, 2018. This study case aims to identify psychosocial issues among adolescents following the devastating disaster. Qualitative data were collected through in-depth interviews with five survivors aged 16 to 17 years old. Participants reported trauma, anxiety, and grief. Nonetheless, they developed positive coping mechanisms to help them adapt to post-disaster situations. Families contributed by providing a safe and comfortable space, while schools played role in delivering post-disaster education. The findings imply that a psychosocial intervention needs to be developed for adolescents who are to this day still struggling with the psychological consequences of the natural catastrophe.
Determinants of Vaccine Hesitancy in Indonesia: A Scoping Review Hanifah, Nuril; Herdiana, Ike; Ardi, Rahkman
Makara Human Behavior Studies in Asia Vol. 25, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Complete children immunization coverage in Indonesia declined from 59.2% in 2013 to 57.9% in 2016. Therefore, a study on understanding the vaccination barrier is necessary to improve future coverage. This scoping review aims to identify the determinants of vaccine hesitancy using the model of the World Health Organization-Strategic Advisory Group of Expert (WHO-SAGE) working group and to map them on the basis of region, target population, and vaccine. This research used publications from seven databases (Science Direct, Wiley, Scopus, SAGE, PubMed, Springer, and Taylor & Francis) from 2015 to 2020. A total of 10,212 publications were identified and filtered by employing the PRISMA method, thereby leaving 24 publications that were featured in this review. The majority of these publications is quantitative research conducted in Aceh and Yogyakarta and investigates children complete immunization, with adults and parents being the target population. The vaccine hesitancy determinants that are mentioned the most are social-economy, religion/culture/ gender, the role of health-care professionals, cost, knowledge, and awareness about vaccine, and attitude toward preventive health behavior. However, additional evidence on the influence of contextual-focus factors in various regions in Indonesia is crucial for a further understanding of the antecedent of the relationship between determinant factors and vaccination behavior.
TERAPI KOGNITIF PERILAKU UNTUK MENURUNKAN IDE BUNUH DIRI PADA DEWASA: TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIS Anang Arief Abdillah; Ike Herdiana; Ilham Nur Alfian
Journal of Psychological Science and Profession Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.746 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v6i2.37908

Abstract

Ide bunuh diri merupakan fase awal dari perilaku bunuh diri yang menyebabkan risiko besar kematian. Terapi kognitif perilaku merupakan terapi yang sudah lama dikembangkan untuk menangani masalah berkaitan dengan proses berpikir sehingga dinilai dan telah terbukti efektif untuk menurunkan ide bunuh diri. Terapi ini memiliki keterbatasan dibandingkan terapi lainnya karena beberapa hal di dalam dan di luar sesi terapi. Maka dari itu, studi dengan metode systematic literature review ini ingin memperoleh gambaran tentang proses terapi kognitif perilaku berdasarkan database terbaru. Penelitian ini menggunakan 7 database (Sage Journals, ScienceDirect, Psychiatry online, JAMA Network, Pubmed, Wiley Online Library, dan BMJ Open) dari 2010 hingga 2020. Terdapat 7 artikel dari 5.416 artikel yang diduga layak untuk ditelaah, pencarian dilakukan dari tanggal 1 Januari 2021 hingga tanggal 20 Februari 2021. Artikel-artikel tersebut menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku terbukti dapat menurunkan ide bunuh diri di beberapa populasi seperti tentara, pengguna layanan kesehatan, dan masyarakat umum yang bersedia untuk mendapatkan bantuan professional. Systematic literature review ini memaparkan variasi modul dan teknik terapi kognitif perilaku sehingga dapat menyesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan waktu yang dimiliki oleh pasien. Terdapat 3 fase utama terapi kognitif perilaku, fase pertama berisi edukasi dan memahami kondisi klien, fase kedua menggunakan teknik kognitif untuk menangani pikiran otomatis, dan fase ketiga merancang strategi untuk mencegah kekambuhan.